Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
WHO 20 Januari 2020, pada 31 Gambar 2.45 Ilustrasi model virus Corona
ada kasus mirip pneumonia yang belum diketahui penyebabnya. Dua pekan setelah itu,
tepatnya pada 11 dan 12 Januari 2020, WHO Cina mengumumkan kasus tersebut
bermula dari sebuah pasar hewan di Wuhan. Sejak pengumuman itu, virus baru ini
kasus Corona pertama di negara mereka, diikuti Jepang dan Korea Selatan. Sedangkan
di Indonesia sendiri, awalnya muncul di Kota Depok, Jawa Barat sekitar bulan April
2020.
Virus yang menyebabkan Covid-19 ini, terus menyebar ke berbagai belahan dunia.
Hingga 1 Januari 2021, WHO mencatat ada sekitar 83.4 juta kasus di seluruh dunia,
dengan angka kematian 1.82 juta. Sedangkan di Indonesia, tercatat 735 ribuan kasus.
Dan yang mencengangkan lagi, kabar terbaru per tanggal 31 Mei 2021, jumlah kasus
Covid-19 atau pasien positif corona di Indonesia mencapai 1.821.703 orang. Penambahan
kasus positif Covid-19 hari itu dalam 24 jam terakhir sebanyak 5.662 orang.
Sementara itu, untuk pasien sembuh mengalami penambahan sebanyak 5.121 orang,
lebih rendah dibanding hari kemarinnya. Tercatat akumulasi pasien yang sembuh dari
Covid-19 hari tersebut mencapai 1.669.119 orang. Ada pun pasien meninggal dunia
mengalami penambahan sebanyak 174 orang, lebih tinggi dibandingkan hari sebelumnya.
Secara total, kasus kematian akibat pandemi virus corona di Indonesia mencapai
50.578 orang. Sementara itu, masih ada 102.006 kasus aktif atau pasien yang dirawat
pemanasan global." (Bumi Yang Tak Dapat Dihuni, 2019, dalam situs www.pikiran-
global ikut berperan dalam permasalahan wabah, tidak hanya Covid-19. Indonesia
Climate Change Trust Fund juga mengatakan, perubahan iklim (termasuk pemanasan
global) memang tidak menyebabkan wabah Covid-19, tapi “dapat membantu
menyebarkannya”.
Penyebaran virus Covid-19, ialah peristiwa zoonosis, mirip flu burung yang berawal
dari unggas dan PES dari tikus, virus ini menular dari hewan ke manusia. Lalu bagaimana
hewan-hewan yang selama ini dianggap baik-baik saja, terserang virus? Ada banyak hal
global yang terjadi akibat krisis iklim, membuat suhu bumi meningkat, es di kutub
mencair, membuat berbagai perubahan di muka bumi. Karena itu, setiap makhluk hidup
oleh sekelompok saiga pada Mei 2015. "Hampir dua per tiga populasi saiga sedunia
tewas dalam hitungan hari, tiba-tiba ratusan ribu bangkai saiga bergelimpangan tanpa
ada yang bertahan hidup." Setelah diteliti, ternyata penyebabnya ialah bakteri yang
selama ini ada di tubuh saiga, Pasteurella multocida. Bakteri itu mengalami
pertumbuhan pesat dan menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan saiga mati.
"Tempat-tempat saiga mati pada Mei 2015 menjadi hangat dan lembap. Iklim menjadi
pemicu, sedangkan bakteri itu menjadi pelurunya. Habitat saiga yang memanas dan
makin lembap, menyebabkan bakteri dalam tubuhnya beradaptasi, yakni menjadi cepat
bertumbuh. Hal semacam ini, juga bisa terjadi pada virus dan bakteri lain, begitu juga
Covid-19.
Novel Coronavirus, merupakan anggota baru dalam keluarga besar Coronavirus. Itu
artinya, virus terus bertumbuh dan menghasilkan virus-virus baru. Dilansir dari laman
Drug.com, virus berasal dari material genetik DNA atau RNA, yang mana materi ini bisa
bermutasi. Dalam Kajian Molekular Patogenesis dan Transmisi Covid-19 yang diunggah
genetik RNA jauh lebih mudah bermutasi dan menghasilkan jenis virus baru. Dan, Novel
Coronavirus adalah jenis virus RNA. Fakta terbaru, di Inggris telah ditemukan mutasi
Ada tiga faktor mekanisme mutasi pada virus, pertama karena efek mutagen fisik
(sinar UV, sinar X) pada asam nukleat; kedua, karena perilaku alami basa yang
membentuk asam nukleat; ketiga falibitas enzim yang mereplikasi asam nukleat. Mutasi
genetik pada virus, bisa menjadi salah satu bentuk adaptasi virus di lingkungan baru.
"... bisa saja penyakit itu berubah ketika sampai di Amerika, sebagai akibat suatu
mutasi genetis atau tanggapan adaptif ke lingkungan baru..." tulis Wallace-Well. Ini
bisa dikaitkan dengan penemuan mutasi virus Corona di Inggris. Virus ini beradaptasi
dengan lingkungan barunya. Dari iklim Wuhan ke iklim Inggris, dan tidak menutup
Adapun ciri-ciri orang yang telah terjangkit wabah virus ini yaitu, akan mengalami
serangkaian demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, batuk, bersin, dan sesak napas. Jika
hanya salah satu atau dua gejala yang kita alami, belum dapat dipastikan kita terjangkit
virus Corona, sehingga untuk menyakinkan diri, kita harus segera memeriksakan diri di
tempat-tempat pusat pelayanan pemeriksaan yang telah disediakan. Dimana ada 3 (tiga)
jenis tes covid-19, namun hanya dua (2) jenis tes saja yang sering dilakukan orang-
orang untuk memeriksakan diri secara dini apakah terjangkit virus Corona atau tidak,
Tes ini dianggap paling akurat untuk mendeteksi adanya virus aktif. Hasil tes juga
sangat akurat. Metode pengujian dilakukan dengan mengumpulkan sampel lendir dari
hidung atau tenggrokan dengan menggunakan kain penyeka khusus. Sampel yang
molekuler juga sering disebut test PCR, yang merupakan singkatan dari
polymerase chain reaction. Hasil tes ini bisa didapatkan dalam hitungan menit
Test ini disebut dengan "rapid test" karena hasilnya bisa didapat dalam hitungan
menit. Biaya yang dibutuhkan juga lebih murah. Sayangnya, tingkat akurasi utuk
mendeteksi infeksi aktif sangat rendah sehingga jenis test ini kurang disarankan
untuk mendeteksi Covid-19. Rapid test juga bisa dilakukan di mana saja, tanpa perlu
analisis laboratorium.
Tes ini digunakan untuk mencari antibodi terhadap virus corona. Antibodi adalah
protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan untuk melawan penyerang asing,
seperti virus. Tes antibodi COVID-19 tidak dapat mendiagnosis infeksi virus corona
aktif. Jenis tes ini hanya mendeteksi apakah kita pernah mengalami infeksi di masa
lalu. Sebab, antibodi tidak dapat dideteksi sampai beberapa hari setelah infeksi
dimulai. Jenis test ini juga tidak disarankan untuk mendeteksi Covid-19 di awal,
kecuali pasien telah mengalami gejala-gejala corona, minimal dalam waktu 14 hari.