Anda di halaman 1dari 20

HUBUNGAN KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN PERILAKU

AGRESI PADA SUPPORTER BOLA DI BANDA ACEH


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepak bola indonesia diresmikan pada 19 April tahun 1930 dengan
mendirikan lembaga sepak bola yakni PSSI (Persatuan Sepakbola Selutuh
Indonesia). Adanya sebuah lembaga resmi maka adanya sebuah kompetensi sepak
bola di Indonesia dengan mendirikan klub-klub dari setiap provinsi maupun
daerah sebagai peserta dalam sebuah liga di Indonesia. Terbentuknya sebuah klub
yang aktif dan bermain di kasta liga di Indonesia menjadi kebangaan tersendiri
bagi masyarakat, hingga membentuk supporter klub masing-masing untuk
mendukung klub daerahnya.
Kehadiran supporter merupakan pilar penting yang ada dalam suatu
pertandingan sepakbola karena tanpa adanya supporter bisa menyebabkan
pertandingan sepakbola menjadi kurang menarik, hambar dan tanpa makna.
Supporter juga memiliki peran dalam menunjang kesuksesan sebuah tim
sepakbola, baik untuk pendapatan klub dari tiket ataupun sebagai motivasi tim
yang bertanding.
Supporter memiliki kencederungan yang tinggi untuk bergabung di komunitas
kelompok sehingga masyarakat mengimplementasikan untuk bergabung ke dalam
salah satu supporter di klub dengan tujuan untuk memberikan dukungan kepada
tim sepak bola yang diidolakannya tersebut. Seperti halnya tim sepak bola di
Banda Aceh terdapat dua klub yakni, PERSIRAJA Banda Aceh yang memiliki
pendukung bernama Skull Mania dan Aceh United yang memiliki pendukung
bernama The Poemeurah.
Supporter bukan hanya menonton klub kebanggaan mereka bermain. Akan
tetapi banyak kejadian-kejadian yang dibuat oleh supporter untuk mendukung
klub kebanggannya, dengan memakai atribut yang sama sebagai ciri khas
supporter, memasang spanduk yang bertulisan dukungan serta serentak para
komunitas supporter ini menyanyikan yel-yel (lagu untuk mendukung klub atau
pemain) diiringin dengan gerakan yang struktur hingga menyebabkan suasana
pertadingan bola semakin bereuforia.
Supporter bola terkenal dengan fanatik dan loyal dalam mendukung tim
kesebelasanya bertanding, memiliki perasaan kecintaan dan saling memiliki pada
tim yang dibelanya, sehingga membuat kebersamaan supporter sangat erat, hal itu
didapat karena memiliki kesamaan sikap, nilai-nilai, sifat pribadi, sifat-sifat
demografis yang dimiliki supporter sepak klub kebangganya.
Para supporter menciptakan komunitas-komunitas yang memiliki perilaku
unik dengan membetuk pola interaksi sosial yang menajdi ciri khas dari supporter
itu sendiri memberi dukungan secara penuh tim kebanggannya dengan guna untuk
memenangkan pertadingan klub kebangaanya. Namun supporter sering kali
mendukung secara berlebihan hingga terjadinya hal-hal yang negatif, seperti
kerusahan pertadingan sepak bola yang pernah terjadi antara Persiraja Banda
Aceh dengan PSAP Sigli, berakhir ricuh dan pertandingan terpaksa dihentikan di
Stadion Harapan Bangsa, Lhongraya Banda Aceh (31 Maret 2010).
Ketegangan antar pemain berawal ketika wasit utama, Hadi Suroso dari PSSI
mengeluarkan kartu merah kepada pemain belakang PSAP Sigli karena
menganjal striker Persiraja Mukhlis Nakata. Pada awalnya, wasit mengeluarkan
kartu kuning, namun karena tindakan pemain belakang PSAP itu menyebabkan
Mukhlis harus diusung keluar lapangan, Hadi Suroso kembali mengeluarkan kartu
merah. Saat itu, para pemain PSAP yang digelar laskar Aneuk Nanggroe tersebut
melakukan protes atas tindakan yang dinilai tidak tegas dari wasit Hadi Suroso.
Pertandingan akhirnya terhenti beberapa saat dan pemain saling protes atas
kebijakan yang diputuskan wasit. Tidak hanya pemain, masing-masing ofisial
juga memasuki lapangan hijau.
Ketegangan itu memicu puluhan suporter kedua kesebelasan masuk ke
lapangan. Bahkan, mereka saling lempar batu dan situasinya dinilai mencoreng
dunia persepakbolaan daerah ini. Seorang suporter Persiraja yang membawa
lambang klub tersebut sempat berlari mengelilingi lapangan dan menyenggol
ofisial PSAP Sigli, sehingga saling baku hantam antara kedua pihak. Melihat
kondisi itu, aparat gabungan Polri TNI dan Satpol PP mengamankan sporter yang
memancing kericuhan kewalahan membendung perkelahian yang mengakibatkan
seorang ofisial PSAP luka bibirnya. Situasi yang memanas, ribuan penonton di
tribun barat, selatan, timur dan utara saling lempar botol minuman mineral dan
benda keras lainnya ke tengah lapangan hijau. Lemparan penonton juga
memancing ofisial dan pemain PSAP Sigli membalasnya, sehingga kedua kubu
saling melempar benda keras dan botol minuman mineral (Bola.net).
Kerusahan supporter tidak hanya terjadi di dalam lapangan saja di luar
lapangan sering juga terjadi. Seperti kejadian baru-baru ini antara kedua supporter
dari Persib Bandung dan Persija Jakarta melakukan kerusuhan di luar area parkir
Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) sebelum laga bertanding pada hari

Minggu (23/9/2018). Menyebabkan satu supporter dari Persija Jakarta meninggal


dunia. Menurut keterangan suporter yang berada di GBLA, sekitar pukul 13.00
WIB, ada salah satu orang yang dikejar oknum suporter Persib Bandung.
Beberapa oknum suporter Persib tersebut berteriak menyebut orang yang dikejar
merupakan anggota The Jak Mania atau pendukung Persija Jakarta. Korban yang
dikejar sempat meminta tolong kepada tukang bakso di sekitar stadion. Namun,
oknum suporter lain kemudian melakukan pengeroyokan dengan memukul
menggunakan balok kayu, piring, botol, dan benda-benda lainnya. Berdasarkan
laporan kepolisian, korban bernama Haringga Sirla, warga Cengkareng, Jakarta.
Dilihat dari unggahan di Instagram, korban diketahui sebagai suporter Persija.
Kejadian pengeroyokan itu direkam salah seorang suporter yang menyaksikan di
tempat kejadian (Bola.net).
Kerusuhan tersebut merupakan bentuk-bentuk agresi yang berada di dalam
salah anggota kelompok yang tentunya mengakibatkan perilaku konformitas atau
merambat ke semua anggota kelompok lainnya karena persepsi anggota
kelompok menganggap sebagai musuh bersama. Perilaku tersebut merupakan
dorongan kelompok di antara anggota kelompok sebagai bentuk penerimaan
anggota kelompok tersebut. Sehingga menciptakan iklim norma sosial suatu
kemungkinan yang bersifat subjektif, ketika norma yang didapatkan individu
melalui persepsi terhadap sejauh mana lingkungan sosial yang cukup berpengaruh
akan mendukung atau tidak melaksanakan perilaku, dalam keterpaduan perilaku
tersebut sehingga memunculkan intensi.
Dalam hal ini terjadi pembentukan self kelompok yang menajadi
pembentukan perilaku apakah hal ini pantas atau tepat untuk dilakukan, misalnya
adalah norma subjektif pada suporter ketika suporter lawan memberikan kata-kata
rasis, dengan begitu perasaan penghinaan kepada kelompok lain dialami
kemudian ada keinginan untuk membalas, karena gengsi dan harga diri suporter
menjadi norma dalam suporter tersebut.
Menurut (Scheneiders, 1955) perilaku agresi merupakan luapan emosi sebagai
reaksi terhadap kegagalan individu yang ditampakkan dalam bentuk
pengerusakan terhadap orang atau benda dengan unsur kesengajaan yang
dieskpresikan dengan kata-kata (verbal) dan perilaku non verbal. Besar
timbulnya agresi pada saat pertandingan sepak bola namun pada era digital hari
ini terdapat juga agresi verbal di akun media sosial baik akun klub maupun
supporter klub. Dalam pertandingan supporter mendukung secara berlebihan yang
melaukan perilaku dengan merusak atribut-atribut yang ada di stadion dan
bentrok antar supporter. Timbulnya perilaku agresi tersebut dari rasa frustasi,
kecewa dan menjaga harga diri nama klub, pemain maupun supporter klub.
Kohesivitas mempengaruhi dalam pembentukan perilaku agresi, kohesivitas
kelompok akan mengalami perilaku agresi sebagai reaksi terhadap gangguan dari
luar (eksternal), ketika kelompok suporter yang tidak bisa menerima perbedaan
atas kelompok lain yang ditimbulkan dari anggota pada kelompok.
Perilaku agresi sangat sering diperlihatkan oleh supporter klub di dalam
pertandingan baik dalam bentuk agresi verbal maupun non verbal.
Kencederungan perilaku tersebut ditambah dengan stimulus agresi yang bermotif
pada saat pertandingan berlangsung seperti balas dendam, tidak terima kekalahan,
serta permainan yang tidak memuaskan maupun kontak fisik pemainnya dengan
kubu lawan.
Berdasarkan uruaian yang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan
Kohesivitas Kelompok Dengan Perilaku Agresi Pada Supporter Bola di Banda
Aceh.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka yang menjadi titik fokus
penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat hubunngan antara kohesivitas kelompok dengan agresi pada
supporter bola di Banda Aceh?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, yang, yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kohesivitas dan agresi pada
supporter bola di Banda Aceh.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagi Peniliti:
Untuk mengetahui hubungan yang terjadi dilikungan sosial terhadap
kohesivitas kelompok dengan agresi pada supporter bola di Banda Aceh.
2. Bagi Masyarakat:
Memberikan informasi pada sekolah, masyarakat dan pemerintah tentang

pengaruh kohesivitas kelompok dengan agresi pada supporter bola di Banda

Aceh, hal-hal apa saja yang dialami pada supporter dan masyarakat, tentang

bagaimana kohesivitas kelompok dapat memengaruhi perilaku agresi pada

supporter sehingga perilaku agresi tersebut dapat dicegah, dikurangi, dan

ditidaklanjuti oleh pihak yang berwenang.

E. Keaslian Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan telah ada beberapa penelitian yang

menggunakan variabel kohesivtas dan agresi


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kohesivitas Kelompok

1. Pengertian Kohesivitas Kelompok

Forsyth (2010) mengatakan kelompok adalah dua atau lebih individu


yang dihubungkan dengan dan dalam hubungan sosial. Selain itu, jika dilihat
secara menyeluruh, kelompok seperti satu kesatuan yang dibentuk dimana
dorongan interpersonal yang mengikat anggota bersama-sama dalam satu
unit dengan batas-batas yang menandai yang berada dalam kelompok dan
diluar kelompok. Kualitas dalam hubungan dalam kelompok tersebut
dinamakan kohesivitas kelompok. Kohesivitas kelompok dapat diklaim untuk
menjadi teori yang paling penting dalam group dynamic (dinamika
kelompok). Tanpa adanya kohesivitas kelompok, individu akan menarik diri
dari kelompoknya. Selain itu kohesivitas kelompok menjadi indikasi dari
keberhasilan dalam kelompok (Forsyth, 2010).
Menurut Festinger dkk. (dalam Sarwono, 2005) menyatakan
kohesivitas kelompok adalah ketertarikan terhadap kelompok dan anggota
kelompok dan dilanjutkan dengan interaksi sosial dan tujuan-tujuan pribadi
yang menuntut saling ketergantungan.
Back (dalam Sarwono, 2005) mendefinisikan kohesivitas adalah daya tarik
terhadap anggota kelompok atau ketertarikan interpersonal, dimana pengertian
kohesivitas dikaitkan sebagai daya tarik anggota kelompok terhadap anggota
lainnya.
Sependapat dengan dua definisi diatas Walgito (2007) menyatakan bahwa
kohesivitas kolompok adalah saling tertariknya atau saling senangnya
anggota satu dengan yang lain dalam kelompok.
Berdasarkan uraian tersebut setiap individu menmeukan kenyamanan
dengan bergabung dan berinterkasi dalam suatu kelompok karena di dalam
kelompok, seseorang akan merasa bahwa dirinya disukai dan diterima.
perasaan disukai dan diterima semacam ini sangat penting bagi semua usia
dalam rentang kehidupan manusia. Kohesivitas kelompok merupakan salah
satu faktor yang penting dalam menjaga keutuhan kelompok. Kelompok
dengan kohesi yang lemah akan memiliki kemungkinan perpecahan yang
tinggi dibandingkan dengan kelompok dengan kohesi yang tinggi.

2. Aspek-Aspek Kohesivitas Kelompok


Forsyth 1999 mengemukakan bahwa ada empat aspek kohesifitas
kelompok, yaitu :
a. Kekuatan Sosial
Keseluruhan dari dorongan yang dilakukan oleh individu dalam kelompok
untuk tetap berada dalam kelompoknya. Dorongan yang menjadikan
anggota kelompok selalu berhubungan dan kumpulan dari dorongan
tersebut membuat mereka bersatu.
b. Kesatuan dalam Kelompok
Perasaan saling memiliki terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan
moral yang saling berhubungan dengan keanggotaanya dalam kelompok.
Setiap individu dalam kelompok merasa kelompok adalah sebuah
keluarga, tim dan komunitasnya sehingga memiliki kebersamaan bersama
c. Daya Tarik
Individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya sendiri
dari pada melihat dari anggotanya secara spesifik.
d. Kerja Sama Kelompok
Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk
mencapai tujuan kelompok bersama.
Berdasarkan uraian di atas bahwa kohesivitas kelompok merupakan
dorongan-doronga yang dilakukan oleh individu untuk menciptakan
kesenangan pada kelompok.

3. Faktor-Faktor Kohesivitas Kelompok


Berdasarkan dari beberapa uraian tetang definisi kohesivitas kelompok
diatas, peneliti dapat menemukan beberapa faktor-faktor yang mendukung
terwjudnya kohesivitas kelompok yaitu;
a. Individu tertarik menjadi anggota kelompok
b. Diterima sebagai anggota
c. Individu merasa bahwa dirinya diterima oleh anggota kelompok lainnya
dan kelompok itu sendiri.
d. Berkeinginan untuk tetap tinggal dalam kelompok

Peneliti menyimpulkan aspek – aspek tersebut karena didasarkan pada


hal-hal yang dapat memperkuat atau mengurangi rasa ketertarikan atau
keterikatan dan persoalan yang berkaitan dengan pengaruh rasa tersebut
terhadap perilaku antar anggota dalam kelompok dan aspek-aspek tersebut
merupakan ciri-ciri kuat yang mendukung terciptanya kohesivitas kelompok
pada supporter.

B. Perilaku Agresivitas
1. Pengertian Agresivitas
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, agresivitas berasal dari kata
agresif yang berarti bersifat atau bernafsu menyerang, cenderung ingin
menyerang kepada suatu yang dipandang sebagai hal atau situasi yang
mengancam, menghalangi atau menghambat. Kemudian menambah akhiran
itas,- yang bermakna sifat. Sehingga dapat didefinisikan menjadi suatu sifat
yang cenderung memiliki keinginan untuk selalu menyerang kepada suatu
yang dipandang sebagai hal atau situasi yang mengacau, menghalangi atau
menghambat.
Menurut Berkowitz (Sarlito W. S dan Eko A. M, 2009: 148), Agresi
merupakan tindakan melukai yang disengaja oleh seseoranh/institusi terhadap
orang/insitusi lain yang disengaja. Pemicu yang umum dari agresi adalah
seseorang mengalami satu kondisi umum tertentu yang sering terlihat adalh
emosi marah.
Sigmund Freud (dikutip dari Sarlito W. S dan Eko A.M, 2009:150)
mengemukakan bahwa perilaku agresi merupakan gambaran ekspresi sangat
kuat dari insting mati (thanatos), karena dengan melakukan agresi maka
secara mekanisme individu telah berhasil mengeluarkan energi destruktifnya
dalam rangka menstabilkan keseimbangan mental antara insting mencintai
(eros) dan insting kematian (thanatos). Meski demikian, walaupun agresi
dapat dikontrol tetapi agresi tidak bisa dieliminasi, karena agresi adalah sifat
alamiah manusia.
Teori belajar sosial dari Bandura menjelaskan bagaimana agresivitas
meruapakan dasar pemahaman nya adalh tingkah laku agresi merupakan salah
bentuk tingkah laku yang rumit. Bandura dalam buku Sarlito W. S dan Eko
A.M, 2009:150). Oleh karena itu dibutuhkan pembelajaran.
Berdasarkan uraian yang di atas dapat disimpulkan bahwa agresivitas
merupakan bersifat bernafsu atau menyerang kepada suatu hal yang
dipandang mengancam dirinya akan tetapi agresivitas dapat dikontrol
walaupun tidak bisa dieliminasi karena agresi merupakan sifat alami dari
manusia. Agresivitas juga merupakan tingkah laku sosial yang dipelajari.

2. Faktor-Faktor Perilaku Agresivitas.


Munculnya perilaku agresi berkaitan erat dengan rasa marah yang terjadi
dalam diri seseorang. Dikutip dari buku Sarlito W. S dan Eko A. M (2009)
agresivitas dapat muncul dengan faktor-faktor sebagai berikut :

1. Adanya serangan dari orang lain. Bayangkan ketika tiba-tiba seseorang


menyerang dan mengejek anda dengan perkataan yang menyakitkan.
Hal ini dapat secara refleks menimbulkan sikap agresi terhadap lawan.
2. Terjadinya frustrasi dalam diri seseorang. Frustrasi adalah gangguan
atau kegagalan dalam mencapai tujuan. Salah satu prinsip dalam
psikologi, orang yang mengalami frustrasi akan cenderung
membangkitkan perasaan agresifnya.
3. Pola tingkah laku berdasarkan kepribadian.
4. Kebudayaan, lingkungan dan geografis, seperti pantai atau pesisir,
menunjukan karakter lebih keras dari pada masyarakat yang hidup di
pendalamn. Nilai dam norma yang mnedasari sikap dan tingkah laku.
5. Situasional, dimana ketika timbulnya cuaca panas adalah rasa tidak
nyaman yang berujung pada menungkatnya agresi sosial.

Menurut Fishbein dan ajzen intensi memiliki 4 aspek sebagai berikut :


a. Perilaku (Behaviour) yaitu perilaku yang spesifik akan ditunjukan.
Pada konteks perilaku agresi, perilaku yang akan ditunjukan merupakan
bentuk-bentuk dari perilaku agresi diungkapkan oleh Buss dan Perry
(dala Nashori & Diana, 2007) yaitu Agresi fisik misalnya memukul,
menendang, mencubit dan lain-lain. Agresi Verbal, misalnya memaki,
membentak, menghina dan lain-lain serta Kemarahan,dan Kebencian.
b. Sasaran (Target) yaitu objek yang menjadi sasaran perilaku. Objek
yang menjadi sasaran dari perilaku spesifik dapat digolongkan menjadi
tiga, yaitu orang tertentu atau objek tertentu (particular object),
sekelompok orang/sekelompok objek (a class of object), dan orang atau
objek pada umumnya (any object). Pada konteks perilaku agresi objek
yang menjadi sasaran bisa fasilitas umum,dan kelompok lain.
c. Situasi (Situation) yaitu situasi yang mendukung untuk dilakukannya
suatu perilaku (bagaimana dan dimana perilaku itu akan diwujudkan),
Situasi dapat pula diartikan sebagai lokasi terjadinya perilaku.
d. Waktu (Time) yaitu waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu
tertentu, dalam satu periode atau tidak terbatas dalam satu periode,
misalnya waktu yang spesifik (hari tertentu, tanggal tertentu, jam
tertentu), periode tertentu (bulan tertentu), dan waktu yang tidak
terbatas (waktu yang akan datang)
3. Bentuk-bentuk Agresivitas
Buss (dikutip oleh Nashori, 2010) mengklasifikasikan perilaku agresif
secara lebih lengkap, yaitu: perilaku agresif secara fisik atau verbal, dan
secara aktif atau pasif, serta langsung atau tidak langsung. Tiga klasifikasi ini
masing-masing saling berinteraksi, sehingga akan menghasilkan 8 bentuk
perilaku agresif, yaitu:
1. Perilaku agresif fisik aktif yang dilakukan secara langsung, misalnya
menusuk, menembak, memukul orang lain.
2. Perilaku agresif fisik aktif yang dilakukan secara tidak langsung, misalnya
membuat jebakan untuk orang lain.
3. Perilaku agresif fisik pasif yang dilakukan secara langsung, misalnya tidak
member jalan kepada orang lain.

C. Supporter
Penonton adalah orang yang melihat atau menyaksikan pertandingan sepak
bola, sehingga bersifat pasif. Sedangkan suporter adalah orang yang memberikan
dukungan, sehinga bersifat aktif. Di lingkungan sepak bola, suporter erat
kaitannya dengan dukungan yang dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme
terhadap tim. Terdapat dua supporter bola di Banda Aceh, yakni SKULL dari
Persiraja Banda Aceh dan The Poemeurah dari Aceh United.
1. SKULL
SKULL kepanjangan dari Supporter Kutaraja Untuk Lantak Laju ini dibentuk
pada 11 April 2007. Iqbal Djohan (Pendiri SKULL) menggatakan bahwa
lembaga ini lagi bersama beberapa orang teman, yaitu segerombolan anak
muda yang sama-sama menggilai klub Persiraja. Dalam kiprahnya mereka
juga membentuk situs komunitas serta mengkoordinir anggota lewat jejaring
sosial, facebook yang beranggotakan 3.332 orang.
Iqbal menyebutkan, para Skuller (sebutan untuk anggota Skull), siap berjuang
dan berkorban apapun juga demi Persiraja. "Skull tak pernah disusui oleh
siapapun, nggak perlu digendong, dan nggak perlu dipapah. Karena Skull
mampu mandiri sampai saat ini, dan Insya Allah sampai seterusnya," urai
Iqbal lagi.
Mereka pun menancapkan tekad dalam perjuangan mendukung Persiraja,
tidak cengeng, mengeluh, merengek, dan tak asal protes. Kecuali itu, apapun
konsekuensinya Skull selalu tegar dalam mendukung perjuangan para pemain
Persiraja.
Karena itu, lantas kemudian muncul kalimat yang amat akrab di telinga para
Skuller. Persiraja capek, Skull capek. Persiraja kepanasan, Skull kepanasan.
Persiraja kehujanan, Skull kehujanan. Persiraja menang, Skull senang!

2. The Poemeurah
Poemeurah meruapakan nama supporter dari Aceh United yang didirikan pada
tahun 2017 di Banda Aceh. Poemeurah memiliki supporter yang tidak teralu
banyak ketimbang dari SKULL karena komunitas ini baru terbentuk sejak
Aceh United bermain di kasta ketiga di liga indonesia pada tahun 2017.

D. Kerangka Konseptual
Kohesivitas kolompok adalah saling tertariknya atau saling senangnya anggota
satu dengan yang lain dalam kelompok.
E. Hipotesis
Hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini adalah adanya Hubungan yang

signifikan antara kohesivitas dan perilaku agresi pada suporter bola SKULL di

Banda Aceh. Artinya semakin tinggi tingkat kohesivitas yang dimiliki suporter

maka akan semakin tinggi perilaku agresi. Sebaliknya, semakin rendah tingkat

kohesivitas yang dimiliki suporter bola SKULL maka akan semakin rendah juga

perilaku agresi.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian expost facto. Menurut

Sugiyono (Ridwan, 2009: 50), penelitian expost facto adalah suatu penelitian

yang digunkan untuk meniliti sebuah peristiwa yang telah terjadi dan kemudian

melihat kebelakang kembali melalui data tersebut untuk menemukan faktor-faktor

yang mendahului atau menentukan sebab-sebab kemungkinan atas peristiwa yang

terjadi.

Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif.

Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel

tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya diambil secara random,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat


kuantitatif dengan statistik yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah di

tetapkan (Sugiyono, 2009: 14).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah obejek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dalam

suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010: 161). Menurut Sugiyono (2013:61),

variabel penelitian adalah obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

Dari kedua pendapat tersebut maka dapat disimpilkan bahwa variabel penelitian

merupakan obyek penelitian atau apa yang menjadi perhatian dalam penelitian

yang memiliki variasi tertentu untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah variabel bebas dan variabel

terikat. Berikut jabaran dari masing-masing variabel tersebut :

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Agresi (X)

2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah Kohesivitas Kelompok (Y)

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian


1. Kohesivitas kelompok merupakan turunan dari kualitas dalam hubungan di
kelompok. Baiknya kualitas dalam kelompok maka anggota akan mencintai
kelompok tersebut dari aspek kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok,
daya tarik terhadap kelompok dan kerja sama kelompok.
2. Perilaku Agresi
Perilaku ini dapat diartikan agresivitas merupakan bersifat bernafsu atau
menyerang kepada suatu hal yang dipandang mengancam dirinya akan tetapi
agresivitas dapat dikontrol walaupun tidak bisa dieliminasi karena agresi
merupakan sifat alami dari manusia. Agresivitas juga merupakan tingkah
laku sosial yang dipelajari. Agresivitas terjadi karena adanya konflik dari
rangsangan yang diterima dari lingkungannya yang tidak sesuai dengan
dirinya.

D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah teknik purposive
smpling. Purposive smpling (Sugiyono, 2010) mengatakan bahwa teknik untuk
menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang
bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif. Pada
penelitian ini ditentukan atas dasar kajian teoritis yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
Subjek dalam penelitian ini adalah suporter klub sepakbola SKULL dan The
Poemeurah yang melihat pertandingan sepakbola secara langsung. Subjek adalah
supporter yang tergabung dalam salah satu kelompok suporter dengan
mendukung salah satu kesebelasan yang akan bertanding, berjenis kelamin laki-
laki dengan kriteria umur 16-26 tahun.

E. Teknik Pengumpulan Data


Skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang tehadapa fenomena sosial (Sugiyono, 2013). Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengukuran
terhadap subjek dengan menggunkan skala.
Dalam penelitian ini terdiri dari 2 skala, yaitu:
1. Skala Kohesivitas
Skala kohesivitas disusun peneliti dengan dasar teori Forsyth 1999
mengemukakan bahwa ada empat aspek kohesivitas kelompok, yaitu :
kekuatan social, kesatuan dalam kelompok, daya tarik, kerja sama kelompok.
2. Skala Perilaku Agresi

Metode pemberian skor yang diberikan pada penelitian ini adalah metode
skala Likert dengan skor yang bergerak 0 sampai 4. Pernyataan yang ada dalam
skala kohesvitas kelompok dan perilaku agresi terdiri dari aitem favorable dan
unfavorable. Aitem favorable adalah aitem yang mendukung secara positif
terhadap satu pernyataan tertentu, sedangkan aitem unfavorable adalah aitem
yang tidak mendukung secara positif terhadap satu pernyataan tertentu.
Skor aitem yang bersifat favorable adalah:
a. Sangat Sesuai :4
b. Sesuai :3
c. Tidak Sesuai :2
d. Sangat Tidak Sesuai : 1

Skor aitem yang unfavorable adalah:


a.Sangat Sesuai :1
b. Sesuai :2
c.Tidak Sesuai :3
d. Sangat Tidak Sesuai :4

F. Teknik Pengolahan Data

Anda mungkin juga menyukai