Anda di halaman 1dari 12

TEORI ROGERS DAN FLORENCE

Pembimbing
Anik Supriani, S.Kep.,Ns., M Kes
Disusun oleh :
1. Diah Ayu Wulandari (0118011)
2. Moh. Andi Darmawan (0118025)
3. Moh. Holilurrohman (0118026)
4. Siti Rifti Dwi Novikasari (0118039)
5. Taufik Hidayat (0118041)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Bahwa kami telah menyelesaikan
tugas mata kuliah membahas tentang TEORI MODEL ROGERS DAN
NIGHTINGLE dalam bentuk makalah. Makalah inu kami buat berdasarka hasil pencarian
kami dari beberapa sumber isi makalah ini.
Makalah ini diharapkan cukup umtuk memberikan pegetahuan kepada kami, kami berharap
makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan atau pengalaman bagi si pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh Karena itu kami berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir
harapan dari kami agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan si
pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Mojokerto, 20 Maret 2021

Penulis
Halaman judul..........................................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................
A. Latar Belakang ..................................................................
B. Identifikasi Masalah ..........................................................
C. Tujuan...............................................................................
BAB II TINJAUAN MATERI..................................................................
A. Pengetian Teori Keperawatan.....................................................
B. Konsep Teori Rogers.................................................................
C. Konsep Teori Florence.....................................................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori-teori keperawatan berpengaruh secara signifikan dalam memperbaiki praktek
keperawatan, melalui riset keperawatan, dan praktik keperawatan memberikan fenomena
yang perlu dilakukan riset untuk dapat memperkokoh teori keperawatan. Teori-teori
keperawatan yang disusun secara jelas meningkatkan pemahaman terhadap fenomena
keperawatan yang ada dan mengarahkan perkembangan ilmiah dari ilmu dan praktek
keperawatan itu sendiri.
Teori keperawatan berkembang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan
pemikiran dan ide-ide yang dituangkan ahli keperawatan berdasarkan filosofi, paradigma,
serta latar belakang pendidikan dan kehidupan para ahli tersebut, sehingga masing-masing
teori mempunyai perbedaan asumsi terhadap praktek keperawatan. Akan tetapi pada dasarnya
semua teori keperawatan yang ada mempunyai apresiasi yang sama yaitu terhadap proses
pemberian asuhan keperawatan, dimana klien diberikan kesempatan dan ruang untuk dapat
berkembang secara mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya selama rentang
kehidupan.

B. Rumusan Masalah
Makalah ini yaitu membahas tentang aplikasi model teori keperawatan “Martha
Elizabeth Roger” dan “Florence Ninghtingle”
C. Tujuan
Menganalisa dan membahas teori Rogers dan Florence penerapannya agar perawat
dapat menggunakan suatu kerangka kerja dalam asuhan keperawatan kepada pasien
berdasarkan teori ini

BAB II
Tinjauan Materi

A. Pengetian Teori Keperawatan


Teori merupakan sekelompok konsep yang mementuk sebuah pola yang nyata suatu
pernyataan yang menjeaskan suatu proses atau peristiwa. Sedangkan teori keperawatan
merupakan usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan.
B. Konsep Teori Rogers
Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti
antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers
berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang
mempelajari manusia, alam dan perkembangan manusia secara langsung. (Tomey &
Alligood, 1998).
Keperawatan adalah ilmu humanisti/humanitarian yang menggambarkan dan memperjelas
bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan dalam perkembangan hipotesis secara umum
dengan memperkirakan prinsip – prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan praktis. Ilmu
keperawatan adalah ilmu kemanusiaan yang mempelajari tentang alam dan hubungannya
dengan perkembangan manusia. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang di dasari
prinsip – prinsip kreatifitas, seni dan imaginasi. Aktifitas keperawatan merupakan kegiatan
yang bersumber pada ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual, dan hati nurani.
Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya
mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi. (McEwen & Wills, 2011)
Rogers meletakan sekumpulan asumsi-asumsi dasar yang menggambarkan proses
kehidupan manusia. Asumsi-asumsi yang merupakan kunci utama Martha E. Rogers terhadap
empat konsep sentral adalah sebagai berikut :
1. Keperawatan
Rogers menyatakan bahwa ilmu keperawatan adalah Unitary Human Being, yaitu manusia
sebagai unit. Dia mengartikan bahwa tidak ada ilmu lain yang mempelajari manusia secara
keseluruhan atau utuh. Rogers menjelaskan keperawatan sebagai profesi yang
menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan seni. Keperawatan adalah ilmu pengetahuan
humanistik yang didedikasikan untuk menghibur agar dapat menjaga dan memperbaiki
kesehatan, mencegah penyakit, dan merawat serta merehabilitasi seseorang yang sakit dan
cacat. Praktek professional keperawatan bersifat kreatif, imajinatif, eksis untuk melayani
orang, hal tersebut berakar dalam keputusan intelektual, pengetahuan abstrak dan perasaan
mahkluk. (Rogers,1992 dalam Meleis 2007).
2. Kesehatan
Istilah kesehatan digunakan sebagai terminologi nilai yang ditentukan oleh budaya atau
individu. Kesehatan dan penyakit merupakan manifestasi pola dan diangap menunjukkan
pola perilaku yang nilainya tinggi dan rendah. Rogers memandang konsep sehat-sakit sebagai
suatu ekspresi dari interaksi manusia dengan lingkungannya dalam proses yang mendasar
(Fitzpatrick dan Whall, 1986).
3. Lingkungan,
Lingkungan sebagai empat bangunan energi yang tidak dapat direduksi yang diidentifikasi
dengan pola dan manifestasi karakteristik yang spesifik. Lingkungan mencakup segala
sesuatu yang berada diluar yang diberikan oleh bangunan manusia. (Meleis 2007)
4. Manusia
Manusia merupakan satu kesatuan yang utuh dan memiliki sifat dan karakter yang berbeda-
beda. Proses kehidupan manusia dinamis selalu berinteraksi dengan lingkungan, saling
mempengaruhi dan dipengaruhi atau sebagai system terbuka. Rogers juga mengkonsepkan
manusia sebagai unit yang mampu berpartisipasi secara kreatif dalam perubahan. (Meleis,
2007).
a. Kelemahan Rogers tentang homeodinamik
Walaupun prinsip-prinsip homeodinamik konsisten dengan tujuan universal, ada keterbatasan
utama pelaksanaan prinsip-prinsip universal. Banyak orang mengalami kesulitan untuk
memahami prinsip-prinsipnya. Meskipun asumsi dasar yang diberikan dan prinsip-prinsip
yang ditetapkan, sistem tetap abstrak. Persyaratan belum cukup untuk dioperasionalkan untuk
menyediakan pemahaman yang jelas. Kesulitan definisi pengoperasian konsep serta
membawa keabstrakan konsep dan hubungan ke tingkat empiris untuk pengujian yang
mengganggu banyak ilmuwan perawat (Kim, 1986). Definisi operasional diperlukan untuk
pengembangan hipotesis bahwa tes konsep teoritis dan untuk pemilihan instrumen yang
memadai akan mengukur konsep-konsep yang terlibat (Hardy, 1974).
Pada tahap dalam perkembangan ilmu keperawatan, instrumen yang cukup akan menilai
manusia dalam totalitas mereka tidak ada. Tanpa instrumen tersebut, kemampuan
menggunakan atau menguji sistem abstrak sepenuhnya adalah hampir tidak mungkin.
Selanjutnya, ketidakmampuan untuk cukup menggunakan atau menguji sistem yang membuat
kesuksesan mengimplementasikan kesulitan keperawatan. Dengan demikian, penggunaan
prinsip-prinsip homeodynamics di dalamnya adalah totalitas terbatas. (George, Julia
B.1995:241)
b.  Menggunakan prinsip-prinsip Roger sebagai pendekatan aplikatif dalam pemberian
asuhan Keperawatan
Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat manusia, prinsip-prinsip
homeodynamics memberikan pedoman untuk memprediksi sifat dan arah perkembangan 
individu sebagai respon terhadap masalah kesehatan.
Keberhasilan menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik memerlukan pertimbangan
perawat dalam melibatkan klien pada proses keperawatan. (Alligood, 2006).
Dalam tahap pengkajian keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan lingkungan
dikumpulkan. Pertanyaan tahap pertama mencerminkan prinsip Integrasi, seri berikutnya
akan mencerminkan prinsip resonancy, dan tahap akhir dari pertanyaan akan dipengaruhi
oleh prinsip helicy. Untuk mencerminkan pola gagasan, terkadang akan ditambahkan
beberapa pertanyaan untuk prinsip helicy sebagai pertimbangan.
Sebagai hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang kemandirian.
Kesimpulan ini merupakan diagnosis keperawatan, langkah kedua dalam proses keperawatan,
dan itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodynamik. Irama, pola, keanekaragaman,
interaksi, dan variasi proses kehidupan terlihat dengan jelas. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengetahui pola pertukaran bagian-bagian tersebut dalam proses kehidupan
yang mencakup hubungan manusia-lingkungan (Roger, 1970 dalam Meleis, 2007).
Resonansi mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk mendukung atau
memodifikasi variasi proses kehidupan seluruh manusia. Karena proses kehidupan manusia
merupakan fenomena searah, sehingga tidak bisa mengembalikan individu ke tingkat mantan
keberadaan, melainkan, perawat membantu individu bergerak maju ke tingkat yang lebih
tinggi lebih beragam eksistensi. Program keperawatan di bidang helicy membutuhkan
penerimaan perbedaan individu sebagai ungkapan munculnya evolusi, untuk mendukung atau
memodifikasi irama dan tujuan hidup. Untuk melakukan ini membutuhkan partisipasi aktif
dari klien, kesehatan tidak dapat tercapai dengan mempromosikan homeostasis dan
keseimbangan, melainkan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan dinamika dan
keragaman dalam individu. (Christensen,1995)
Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti
antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers
berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh, sehingga pengkajian didasarkan pada
lima asumsi dasar dan prinsip-prinsip hemodinamik Rogers dan yang merupakan bagian
dari Building Blocks.
C. Konsep teori Florence Nightingle
Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan adalah sebagai focus
asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit model
konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Orientasi
pemberian asuhan keperawatan/tindakan keperawatan lebih diorientasikan pada pemberian
udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi
yang adekuate (jumlah vitamin atau mineral yang cukup), dengan dimulai dari pengumpulan
data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka
perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan
profesi lain.
Model konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik keperawatan, sehingga
akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam tindakan keperawatan hanya
memberikan kebersihan lingkungan adalah kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat
mempengarui proses perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan. Inti konsep
Florence Nightingale, pasien dipandang dalam konteks lingkungan secara keseluruhan, terdiri
dari lingkungan fisik, lingkungan psiklologis dan lingkungan sosial.
a) Lingkungan fisik (Physical environment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor
tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan
mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap,
bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab,
bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan
baik bagi oranglain maupun dirinya sendiri.  Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus
memberikan keleluasaan pasien untuk beraktivitas. Tempat tidur harus
mendapatkanpenerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien
ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
b) Lingkungan psikologi (Psychology environment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan
stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu, ditekankan kepada
pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang cukup dan
aktivitas manual dapat merangsang semua faktor untuk dapat mempertahankan emosinya.
Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh,
komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus.
Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan
dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari
pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk muluk, menasehati
yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu, membicarakan kondisi-kondisi
lingkungan dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung
yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
c) Lingkungan Sosial (Social environment)
Observasi (pengamatan) dari lingkungan sosial terutama hubungan spesifik (khusus),
kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting
untuk  pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan
kemampuan observasi (pengamatan) dalam hubungan dengan kasus-kasus secara
spesifik lebih sekadar data-data yang ditunjukan pasien pada umumnya.
Seperti juga hubungan komunitas dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan
dalam hubungan individu pasien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya
meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas
yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
Hubungan Teori Florence Nightingale Dengan Beberapa Konsep:
1. Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan
a. Individu/manusia memiliki kemampuan besar untuk memperbaikan kondisinya
dalam menghadapi penyakit.
b. Keperawatan bertujuan membawa/mengantar individu pada kondisi terbaik untuk
dapat melakukan kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi lingkungan.
c. Sehat/sakit fokus pada perbaikan untuk sehat.
d. Masyarakaat/lingkungan melibatkan kondisi Eksternal (lingkungan luar) yang
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhu,
bau, suara dan cahaya.
2. Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan
a. Pengkajian/pengumpulan data
Data pengkajian Florence Nightingale lebih menitik beratkan pada kondisi lingkungan
(lingkungan fisik, psikis dan sosial).
b.      Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang berkaitan
dengan kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan keseluruhan.
c.       Masalah difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya:
1.      Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan.
2.      Ventilasi Merupakan indikasi yang berhubungan dengan komponen lingkungan
yang menjadi sumber penyakit dan dapat juga sebagai sumber pemulihan penyakit.
3.      Pembuangan sampah.
4.      Pencemaran lingkungan.
5.      Komunikasi sosial, dll.
d.      Diagnosa Keperawatan berbagai masalah klien yang berhubungan dengan lingkungan
antara lain:
1.    Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.
2.    Penyesuaian terhadap lingkungan.
3.    Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
e.       Implementasi  (Pelaksanaan)
Upaya dasar merubah/mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan terciptanya
kondisi lingkungan yang baik yangmempengaruhi kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan individu.
f.       Evaluasi
Mengobservasi (Pengamatan) dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan
individu.
1.     Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.
2.     Penyesuaian terhadap lingkungan.
3.     Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
g.      Implementasi  (Pelaksanaan)
Upaya dasar merubah/mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan terciptanya
kondisi lingkungan yang baik yangmempengaruhi kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan individu.
h.      Evaluasi
Mengobservasi (Pengamatan) dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan
individu.

Aplikasi Teori Florence Nightingale Dalam Proses Keperawatan


Florence Nightingale memfokuskan beberapa komponen dalam merawat pasien yang
diterapkan dalam keperawatan saat ini, dalam hal ini ventilasi menjadi pokok utama dalam
menentukan penyembuhan pasien.
a.) Udara segar
Florence berkeyakinan bahwa ketersediaan udara segar secara terus-menerus merupakan
prinsip utama dalam perawatan. Oleh sebab itu, setiap perawat harus menjaga udara yang
harus dihirup klien tetap bersih, sebersih udara luar tanpa harus membuatnya kedinginan.
b.) Air bersih
Ketersediaan air bersih sangat diperlukan dalam pemulihan suatu penyakit pada pasien. Oleh
karena itu, perawat harus berusaha dengan baik agar air tetap terjaga kebersihannya.
c.) Saluran pembuangan yang efesien
Dalam hal perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan normalnya,
jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran sehingga terpenuhinya kebutuhan pasien
secara efisien.
d.) Kebersihan
Kebersihan merupakan hal yang terpenting dalam merawat pasien. Perawat memerlukan
kebersihan yang optimal agar mempercepat proses penyembuhan. Focus perawatan klien
menurut Nightingale adalah pada kebersihan. Ia berpendapat, kondisi kesehatan klien sangat
dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, baik kebersihan klien, perawat maupun lingkungan.
e.) Cahaya
Komponen lain yang tidak kalah penting dalam perawatan klien adalah cahaya matahari.
Nightingale yakin sinar matahari dapat memberi rmanfaat yang besar bagi kesehatan klien.
Karenanya, perawat juga perlu membawa klien berjalan-jalan keluar untuk merasakan sinar
matahari selama tidak terdapat Kontraindikasi (suatu hal yang tidak boleh dilakukan).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Florence Nightingale “Ibu dari keperawatan modern” merupakan salah satu
pendiriyang meletakan dasar-dasar teori keperawatan yang melalui model konsep dan teori
keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat menemukan kebutuhan dasa
rmanusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang yang
sakit yang dikenal dengan teori lingkunganya.
B. Saran
Florence Nigtingale merupakan seorang perawat yang perlu ditiru dalam proses
keperawatan dan proses penyembuhan penyakit. Dia merupakan Lady With The Lamp bagi
pasien yang sakit. Maka kita sebagai perawat haruslah sebagai penerang bagi pasien yang kita
rawat. Marilah kita sebagai perawat berusaha untuk meringankan penderitaan pasien yang
kita rawat. Rawatlah pasien seperti kita merawat orang yang paling kita sayang.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/sriyulian/5c2ce46cc112fe789c38e0e2/seberapa-greget-
teori-rogers-dalam-
kehidupan?page=all#:~:text=Teori%20Rogers%20merupakan%20teori%20yang,sistem
%20terbuka%2C%20pola%20dan%20pandimensional.
http://komunitassehat.com/konsep-model-florence-nightingle/
http://adillariska.blogspot.com/2015/12/konsep-keperawatan-florence-nightingale_20.html
http://galih-priambodo.blogspot.com/2013/02/teori-keperawatan-martha-elizabeth-
roger_7058.html

Anda mungkin juga menyukai