Anda di halaman 1dari 11

A.

KONSEP DASAR TEORI


1. Definisi
Menurut Shadine (2012) keputihan atau flour albus merupakan sekresi vaginal
abnormal pada wanita.
Sementara menurut Bahari (2012) keputihan atau flour albus adalah kondisi
vagina saat mengeluarkan cairan atau lender menyerupai nanah.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari
liang vagina diluar kebiasaan, baik berbau atau tidak, serta disertai rasa gatal setempat
penyebab keputihan dapat secara normal (fisiologis), yang dipengaruhi oleh hormon
tertentu (Kusmiran 2011).

2. Etiologi
a. Keputihan fisiologis
Penyebab keputihan fisiologis menurut Bahari (2012) :
1) Aktifitas fisik yang sangat melelahkan sehingga daya tahan tubuh melemah
2) Pola hidup yang kurang sehat, seperti kurang olahraga, pola makan yang tidak
teratur, atau kurang tidur
3) Kondisi kejiwaan yang sedang mengalami stress berat
4) Kondisi hormone yang tidak seimbang. Misalnya, terjadinya peningkatan
hormone estrogen pada masa pertengahan siklus menstruasi, saat hamil, atau
mendapatkan rangsangan seksual.
Penyebab keputihan menurut Sibagariang, et al (2010) :
1) Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin sehingga
bayi baru lahir sampai umur 10 hari mengeluarkan leukorea
2) Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche
3) Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual
menghasilkan secret, yang merupakan akibat adanya pelebaran
4) Adanya peningkatan reproduksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim saat masa
ovulasi
5) Mucus serviks yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup lumen
serviks yang berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga uterus
b. Keputihan patologis
Penyebab keputihan patologis menurut Kusmiran (2011) :
1) Infeksi atau peradangan yang terjadi karena mencuci vagina dengan air kotor
2) Pemeriksaan dalam yang tidak benar
3) Pemakaian pembilas vagina yang berlebihan
4) Pemeriksaan yang tidak hygienis
5) Adanya benda asing dalam vagina
6) Celana yang tidak menyerap keringat
Penyebab keputihan patologis menurut Manan (2011) :
1) Sering menggunakan wc umum yang kotor, terutama wc duduk
2) Membilas vagina dari arah yang salah, yaitu dari anus kearah depan
3) Sering bertukar celana dalam/handuk dengan orang lain
4) Kurang menjaga kebersihan vagina
5) Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi
6) Lingkungan sanitasi yang kotor
7) Sering mandi berendam dengan air hangat dan panas (jamur yang
menyebabkan leukorea lebih mungkin tumbuh dikondisi hangat)
8) Sering menggaruk vagina
Penyebab keputihan patologis menurut Bahari (2012) :
1) Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organ kewanitaan
2) Kadar gula darah yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan jamur penyebab
keputihan tumbuh dengan subur
3) Sering berganti-ganti pasangan ketika melakukan hubungan seksual
4) Infeksi akibat kondom dan benang AKDR
3. Manifestasi Klinis
a. Keluarnya cairan berwarna putih, kekuningan atau putih kelabu dari saluran
vagina. Cairan ini dapat encer atau kental dan kadang-kadang berbusa. Mungkin
gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid pada wanita
tertentu
b. Pada penderita tertentu, trdapat rasa gatal yang menyertai. Biasanya keputihan
yang normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga dialami oleh wanita
yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan
tersebut berasal dari leher Rahim, walaupn ada yang berasal dari vagina yang
terinfeksi atau alat kelamin luar.
c. Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu 1 minggu sepuluh hari dari
vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh hormone yang dihasilkan oleh
plasenta atau uri
d. Gadis muda terkadang juga mengalami keputihan, saat sebelum masa pubertas.
Biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya

4. Patofisiologi
Banyak hal sebenarnya yang membuat wanita rawan terkena keputihan patologis.
Biasanya penyebab keputihan patologis ini karena kuman. Didalam vagina
sebenarnya bukan tempat yang steril, berbagai macam kuman ada disitu. Flora normal
didalam vagina membantu menjaga keasaman PH vagina, pada keadaan yang optimal.
PH vagina seharusnya antara 3,5-5,5, flora normal ini bisa terganggu. Misalnya
karena pemakaian antiseptic untuk daerah vagina bagian dalam. Ketidakseimbangan
ini mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuma-kuman lain. Padahal adanya flora
normal dibutuhkan untuk menekan tumbuhan yang lain itu untuk tidak tumbuh subur.
Kalau keasaman dalam vagina berubah, maka kuman-kuman lain dengan mudah akan
tumbuh sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya menyebabkan keputihan
berbau, gatal dan menimbulkan ketidaknyamanan.
5. Pahtways

Faktor resiko: gangguan hormone, infeksi (jamur, bakteri, parasite), kanker, kurang
perhatian hygiene alat kelamin

Terganggunya keseimbangan ekosistem dalam vagina

Tumbuh jamur & kuman (pathogen)

Tingkat keasaman dalam vagina terganggu

Flora normal dalam vagina mati

Timbulnya keputihan abnormal : leukora patologis Ansietas

Cairan keputihan berbau Gatal pada kemaluan

Gangguan kenyamanan
Iritasi pada kulit Resiko infeksi Pola istrahat terganggu

Tidak mengetahui cara


perawatannya Kerusakan integritas
Gangguan pola tidur
kulit

Kurang pengetahuan
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis
b. Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius
c. Sitology vagina
d. Kultur secret vagina
e. Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis
f. Ultrasonografi (USG) abdomen
g. Vaginoskopi
h. Sitology dan biopsy jaringan abnormal
i. Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes
j. Pemeriksaan PH Vagina
k. Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologi dan KOH 10 %
l. Pap smear
m. Biopsy
n. Test biru metilen

7. Komplikasi
a. Penyebaran infeksi kedaerah organ kewanitaan lain
Sebut saja infeksi mulanya berasal dari dinding vagina. Bila infeksi belum diatasi,
maka infeksi dapat menyebar kemulut rahim dan menyebabkan radang mulut
rahim sehingga menimbulkan komplikasi keputihan.
b. Infertilitas
Bila pengobatan keputihan tidak dilakukan, maka infeksi berlanjut lagi kerahim,
saluran telur atau mencapai indung telur hingga menimbulkan kemungkinan
terjadinya infertilitas.
c. Gagal ginjal
Pada kasus rembetan infeksi yang agak ekstreme, infeksi dapat menyebar ke ginjal
hingga kemungkinan terburuknya dapat terjadi gagal ginjal.
d. Penyakit radang panggul
Pada trikomoniasis dan klamidia, sering kali terjadi perluasan infeksi kedaerah
panggul. Perluasan infeksi ini dikenal dengan nama penyakit radang panggul
(PID). PID dapat menyebabkan kerusakan pada indung telur, saluran telur, dan
struktur organ reproduksi lainnya. Kerusakan ini dapat mengakibatkan terjadinya
nyeri panggul kronis, kehamilan ektopik, hingga infertilitas.
e. Sepsis
Infeksi yang semakin meluas juga dapat menyebabkan infeksi seluruh tubuh
apabila kuman berhasil masuk hingga system peredaran darah atau kelenjar getah
bening.
f. Bila perempuan dengan keputihan masih berhubungan seks dengan suami atau
pasangan seks yang tidak sakit, mungkin akan terjadi penularan infeksi kepada
pasangannya.
g. Depresi dan masalah seksual
Karena keputihan akibat infeksi biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman pada
daerah kewanitaan, beberapa perempuan akan merasa malu, menyalahkan diri
sendiri dan berujung pada depresi. Masalah seksual juga dapat terjadi akibat
depresi maupun hilangnya minat pasangan akibat adanya keputihan maupun bau
tidak sedap yang biasa menyertai adanya keputihan ini.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksaan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri,
atau parasite. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang
digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol
untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazole untuk mengatasi infeksi
bakteri dan parasite. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topical
seperti krim yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung kedalam liang
vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga
diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual
selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga
kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah
berulangnya keputihan yaitu :
a. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istrahat yang cukup,
hindari rokok dan alkohol serta hindari stress berkepanjangan.
b. Setia kepada pasangan, hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk
mencegah penularan penyakit menular seksual.
c. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering
dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang
menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk
mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri
berkembang biak.
d. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
depan kebelakang.
e. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu
sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
f. Hindari penggunaan bedak talcum, tisu atau sabun denga pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
g. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk diatas kloset di wc umum
atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan proses sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi, 2012). Data tersebut berasal dari
pasien (data primer), keluarga (data sekunder), dan catatan yang ada (data tersier).
Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara,
observasi langsung, dan melihat catatan medis. Adapun data yang diperlukan yaitu
sebagai berikut :

A. Identitas
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan utama
2. Riwayat kesehatan sekarang
3. Riwayat kesehatan lalu
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat reproduksi
6. Riwayat keluarga berencana
7. Pengkajian pola fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolik
c. Pola eliminasi
d. Pola aktifitas dan latihan
e. Pola istrahat dan tidur
f. Pola kognitif-perseptual sensori
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
h. Pola mekanisme koping
i. Pola seksual-reproduksi : klien belum menikah
j. Pola peran-berhubungan dengan orang lain
k. Pola nilai dan kepercayaan
8. Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Gangguan kenyamanan
b. Ansietas
c. Kurang pengetahuan
d. Kerusakan integritas kulit
e. Resiko Infeksi

3. Intervensi
a. Gangguan kenyamanan
Intervensi :
1) Kaji sumber ketidaknyamanan
2) Anjurkan pasien menggunakan pakaian dalam yang dapat menyerap keringat
3) Ajarkan pasien cara membersihkan area genetalia
4) Anjurkan pasien untuk tidak menggunakan sabun saat membersihkan vagina
b. Ansietas
Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan pasien
2) Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
3) Berikan informasi akurat tentang penyakit pasien
c. Kurang pengetahuan
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan
2) Jelaskan pada pasien tentang penyakitnya
3) Diskusikan dengan pasien tentang hal-hal ynag belum diketahui
4) Berikan reinforcement positif dari partisipasi aktif pasien
d. Kerusakan integritas kulit
Intervensi :
1) Pertahankan kebersihan, kekeringan, dan kelembaban kulit, gunakan air
hangat saat mandi
2) Pastikan intake nutrisi adekuat
3) Edukasi pasien dan keluarga untuk menjaga pasien terhindar dari bahan kimia
seperti detergen dan tidak menggunakan sabun serta pelembab kulit yang
mengandung alkohol, serta menjaga kebersihan vagina
4) Kolaborasi pemberian antibiotik
e. Resiko infeksi
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda infeksi dan monitor ttv
2) Gunakan teknik antiseptic dalam merawat pasien
3) Isolasikan dan instrusikan individu dan keluarga untuk mencuci tangan
sebelum mendekati pasien
4) Berikan penjelasan tentang perawatan organ reproduksi
5) Berikan terapi antibiotic sesuai program dokter
DAFTAR PUSTAKA

Bahari, Hamid. 2012. Cara Mudah Atasi Keputihan. Jakarta: Buku Biru
Kusmiran, E (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika
Manan, El. 2011. Kamus Pintar Kesehatan wanita. Yogyakarta : Bukubiru
Shadine, M. 2012. Penyakit Wanita. Yogyakarta: Citra Pustaka Yogyakarta
Sibagariang, 2010. Gizi Dalam Reproduksi. SKM: Jakarta : TIM

Anda mungkin juga menyukai