Laporan Pendahuluan4
Laporan Pendahuluan4
2. Etiologi
a. Dismenorea Primer
Laila (2011), ada beberapa yang memegang peranan penting sebagai penyebab
terjadinya dismenorea primer :
1) Faktor Kejiwaan
Para remaja yang secara emosional tidak stabil, dan apabila tidak mendapat
penjelasan yang baik tentang proses menstruasi mudah timbul dismenorea.
2) Faktor Konstitusi
Faktor yang menurunkan ketahanan terhadap nyeri, seperti : anemia, penyakit
menahun dan sebagainya yang dapat mempengaruhi kejadian dismenorea.
3) Faktor Endokrin atau Hormone
Faktor ini dikarenakan endometrium memproduksi hormone prostaglandin
yang menyebabkan pergerakan otot-otot polos. Sehingga hormone
prostaglandin yang berlebihan dilepaskan ke dalam peredarah darah, maka
akan menimbulkan nyeri saat menstruasi.
b. Dismenorea Sekunder
Penyebab dismenorea sekunder menurut Anurogo (2011), antara lain : Alat
kontrasepsi dalam rahim, adanya endometrium selain di rahim, tumor jinak yang
terdiri dari jaringan otot, kista ovarium, sel telur terpeluntir, penyakit radang
panggul kronis, kelainan letak uterus seperti retrofleksi, faktor psikis takut tidak
punya anak.
3. Manifestasi Klinis
a. Dismenorea Primer
Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenorea primer yaitu :
Nyeri berupa kram dan tegang pada perut bagian bawah, pegal pada mulut vagina,
nyeri pinggang, pegal-pegal pada paha, pada beberapa orang dapat disertai mual,
muntah, nyeri kepala, dan diare.
b. Dismenorea Sekunder
Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenorea sekunder yaitu :
Darah keluar dalam jumlah banyak dan kadang tidak beraturan, nyeri saat
berhubungan seksual, nyeri perut bagian bawah yang muncul diluar waktu haid,
nyeri tekan pada panggul, ditemukan adanya cairan yang keluar dari vagina,
teraba adanya benjolan pada rahim atau rongga panggul.
4. Patofisiologi
Selama fase luteal dan menstruasi, prostaglandin disekresi. Pelepasan
prostaglandin yang berlebihan meningkatkan frekuensi kontraksi uterus dan
menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan iskemia dank ram
abdomen bawah yang bersifat siklik. Respon sistemik terhadap prostaglandin
meliputi nyeri punggung, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna
(anoreksia, mual, muntah, dan diare) dan gejala system saraf pusat meliputi : pusing,
sinkop, nyeri kepala dan konsentrasi buruk.
5. Pahtways
Progresteron menurun
Nyeri haid
Labilisasi membrane lisosom (mudah pecah)
Nyeri Intoleransi
Enzim fosfolipase A2 meningkat aktivitas
PGE 2 PGF 2ɑ
Intoleransi
Myometrium terangsang aktivitas
7. Komplikasi
a. Syok
b. Penurunan kesadaran
8. Penatalaksanaan
Pengobatan dismenorea menurut Laila (2011), antara lain :
1) Obat analgesic
Obat analgesic diberikan sebagai terapi simtomatik. Obat analgesic yang di
berikan misalnya kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Selain itu yang beredar
di pasaran, seperti novalgin, ponstan, acetaminophen.
2) Melakukan terapi hormonal
Yaitu dengan cara memberikan pil kontrasepsi kombinasi. Tujuan dari pemberian
pil kombinasi ini yaitu menekan ovulasi, namun tindakan ini hanya bersifat
sementara.
Selain dengan obat-obatan rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan istrahat yang
cukup (Laila, 2011), yaitu ada :
1) Mengompres dengan suhu yang panas
Pengompresan bisa dengan menggunakan kompres handuk, atau botol berisi
air panas (hangat) tepat pada bagian yang terasa kram (bisa perut atau
pinggang bagian belakang). Suhu panas dapat meminimalkan ketegangan otot.
Setelah otot rileks, rasa nyeri pun akan berlangsung hilang.
2) Berolahraga secara teratur
Berolahraga teratur tidak hanya mengurangi stress yang biasanya timbul saat
PMS dan menstruasi, tetapi juga bisa meningkatkan produksi endorphin otak
dan penawar sakit alami tubuh.
3) Melakukan pemijatan
Pemijatan di lakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Pemijatan yang dilakukan
secara ringan dan melingkar dengan telunjuk pada perut bagian bawah akan
membantu mengurangi nyeri haid.
Pencegahan dismenorea menurut Anurogo (2011), yaitu :
1) Hindari stress
2) Pola makan yang teratur dengan asupan gizi mencakup 4 sehat 5 sempurna
3) Saat menjelang haid, hindari makanan yang cenderung asam dan pedas
4) Olahraga secara teratur
5) Hindari mengkonsumsi alcohol, kopi, maupun coklat
A. Identitas
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan utama
2. Riwayat kesehatan sekarang
3. Riwayat kesehatan lalu
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat reproduksi
6. Riwayat keluarga berencana
7. Pengkajian pola fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolik
c. Pola eliminasi
d. Pola aktifitas dan latihan
e. Pola istrahat dan tidur
f. Pola kognitif-perseptual sensori
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
h. Pola mekanisme koping
i. Pola seksual-reproduksi : klien belum menikah
j. Pola peran-berhubungan dengan orang lain
k. Pola nilai dan kepercayaan
8. Pemeriksaan fisik
3. Intervensi
a. Nyeri akut b/d gangguan menstruasi (dismenorea)
Intervensi :
- Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan
non invasive
- Ajarkan penggunaan kompres hangat
- Ajarkan relaksasi : teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka,
yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase
- Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut
- Lakukan pijatan punggung bawah
- Berikan kesempatan waktu istrahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang
nyaman : misalnya waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil
- Anjurkan menurunkan masukan sodium selama seminggu sebelum mens
selanjutnya tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan
menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung
- Observasi ulang tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah
pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektifitasnya, serta setiap 1-2 jam
setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari
- Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik. Kolaborasi pemberian obat
seperti penghambat sintesa prostaglandin ( PGSI), ibuprofen (motrin),
naproxen sodium (anaprox) dan ibuprofen setidaknya 48 jam sebelum terjadi
menstruasi
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum
Intervensi :
- Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang dapat
membuat lelah, berikan istrahat yang cukup
- Berikan istrahat yang cukup dan tidur 8-10 jam tiap malam
- Observasi ulang tingkat nyeri, dan respon motoric klien, 30 menit setelah
pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektiffitasnya. Serta setiap 1-2 jam
setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari
c. Ansietas b/d perubahan status kesehatan
Intervensi :
- Jelaskan prosedur yang di berikan dan ulangi dengan sering anjurkan orang
terdekat berpartisipasi dalam asuhan
- Anjurkan dan berikan kesempatan pada pasien untuk mengajukan pertanyaan
dan menyatakan masalah
- Singkirkan stimulus yang berlebihan
- Ajarkan tehnik relaksasi: latihan nafas dalam, imajinasi terbimbing
- Informasikan tentang perawatan, dan pengobatan
- Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk control diri dengan
menggunakan pernafasan lebih lambat dan dalam
- Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor dismenorea
- Kolaborasi dengan psikiatri
- Jelaskan pada klien bahwa tindkan tersebut dilakukan untuk menjamin
keamanan
DAFTAR PUSTAKA
Anurogo, D. & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta.
Laila , N. N. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika
Madhubala, C dan Jyoti, K. 2012. Relation Between Dysmenorrhea and Body Mass Index in
Adolescents With Rural Versus Urban Variation. The Journal of Obstetrics and
Gynecolog of India. 62(4):442-445.
Sari, W., Indrawati, L. & Harjanto B. D. (2012). Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Jakarta:
Penebar Swadaya Grup.
Setiadi. 2012. Konsep Dan Penulisan Dokumentasi Asuhan keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.