Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi Agama
Dosen Pengampu :
Dr. Sururin, M.Ag
Disusun Oleh:
Kelompok 10
Ilham Ramadhan 11190110000101
Syaiful bahri 11160110000092
Syefi Firlita Fauziah 11190110000068
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………..…………….………….….i
DAFTAR ISI………………………………………..……………....…….……ii
BAB 1 PENDAHULUAN……………..……………………………...……......1
A. Latar Belakang…...…………………………………………..…..........….1
B. Rumusan Masalah………………….………………………..……..….....1
C. Tujuan Penulisan………………………………….………..…..…...........1
BAB II PEMBAHASAN………….…………………………………..………...2
A. Kesimpulan……………………………………………………………...14
B. Saran…………………………………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi ke dalam ranah agama dan budaya merupakan sebuah
keniscayaan. Realita posisi manusia akan dihadapkan kepada peran dan
fungsi manusia itu sendiri, dimana manusia mempunyai peran dan fungsi
sebagai manusia beragama (terkecuali seorang atheis) dan berbudaya.
Hubungan manusia dan agama merupakan kenyataan historis sekaligus
merupakan kebutuhan manusia dengan pergumulan agama. Terutama
agama Islam, bagaimana seorang Muslim dapat dikatakan Kamil jika
dalam berkehidupan selalu mempertautkan dimensi agama dalam setiap
tindak tanduknya.
Psikologi agama dan budaya adalah cabang psikologi yang amat
baru, yang memfokuskan perhatian pada pengujian batasan-batasan yang
mungkin dari pengetahuan dengan cara mempelajari orang dari berbagai
agama dan budayanya secara bersamaan dan bersilangan. Dalam
pengertian yang lebih luas, psikologi lintas agama dan budaya adalah
tentang pemahaman kebenaran dan prinsip-prinsip psikologis, dengan
melihat apakah hal tersebut bersifat universal (benar bagi semua orang dari
semua agama dan semua budaya) ataukah kekhasan dari masing-masing
agama dan budaya (benar bagi sebagian orang dari agama dan budaya
tertentu).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan budaya ?
2. Apa saja macam-macam budaya ?
3. Apa saja unsur-unsur budaya ?
4. Bagaimana hubungan psikologi agama dengan budaya ?
5. Bagaimana tradisi keagamaan di lingkungan sosial budaya ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui maksud dari pengertian budaya
2. Untuk mengetaui macam-macam budaya
1
3. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur budaya
4. Untuk mengetahui hubungan psikologi agama dengan budaya
5. Untuk mengetahui bagaimana tradisi keagamaan di lingkungan sosial
budaya?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Budaya
Kata “kebudayaan” memiliki persamaan arti dengan kata asing, yakni
culture. Kata kultur berasal dari kata Latin yakni colere yang berarti “mengolah,
mengerjakan” terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti
culture sebagai “segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah
dan mengubah alam”.1 Selanjutnya menurut ilmu Antropologi, kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.2
2. Macam-macam Budaya
a. Kebudayaan Persia
1
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), cet. IX, h.
146.
2
Ibid., h. 144.
3
H. Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), cet. XIV, h.
223.
3
Dalam sejarah kebudayaan Persia, masyarakatnya banyak yang
menyembah berbagai alam nyata, seperti langit, cahaya, udara, air dan api. Api
dilambangkan sebagai Tuhan baik, sehingga mereka menyembah api yang selalu
dinyalakan didalam rumah – rumah.
a) Tabiat ketuhanan.
b) Tabiat kemanusiaan
c. Kebudayaan Islam
4
3. Unsur-Unsur Budaya
Dalam jurnal adabiyyat Peneliti memilih tujuh unsur yang disebut sebagai
isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia yang juga dikenal dengan istilah cultural
universals yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1990:98 dan 203-204),
yaitu:5
1. Bahasa,
2. Sistem pengetahuan,
3. Organisasi sosial,
7. Kesenian.
5
norma, peraturan dan sebagainya), sistem sosial (yang berupa aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat), atau kebudayaan fisik (yang
berupa benda-benda hasil karya manusia).
6
Ibid, 325
6
kesepakatan-kesepakatan yang berbentuk norma, adat istiadat, atau lainnya adalah
wujud dari ekspresi budaya manusia atau lebih tepatnya psikologi budaya.
7
Etty Ratnawati, Relevansi Psikologi Lintas Agama Dan Budaya Bagi Pendidikan Dan
Pegembagannya, Jurnal Edueksos Vol I No 1, Januari-Juni 2012. H. 131
8
Ibid. h. 132-133
9
H. Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), cet. XIV, h. 224
7
norma yang terbentuk dari bawah, sehingga sulit untuk diketahui sumber
asalnya.10 Sedangkan Meredith McGuire melihat bahwa dalam masyarakat
pedesaan umumnya tradisi erat kaitannya dengan mitos dan agama.11
8
Menurut Thomas F.O. Dea, agama merupakan aspek sentral dan
fundamental dalam kebudayaan. Kenyataan ini dapat dilihat dalam
kaitannya dengan pola kehidupan masyarakat di Indonesia, salah satunya
masyarakat Minangkabau yang dengan tegas mendasarkan kebudayaannya
berdasarkan pada nilai-nilai dan norma Islam. Dalam kehidupan
masyarakat Minagkabau dikenal pepatah: “Adat bersendi Syara’, syara’
bersendi adat. Adat bersendi syara’, syara’ bersendi Kitabullah.” 15 Dalam
hal ini nampaklah bahwa agama memegang peranan penting dalam
pembentukan suatu kebudayaan.
15
Ibid.
16
Ibid., h. 226.
17
H. Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 226.
9
terdiri atas tujuh unsur, yaitu: bahasa, sistem teknologi, sistem ekonomi,
organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian. Kebudayaan
merupakan lingkungan yang terbentuk oleh norma-norma dan nilai-nilai
yang dipelihara oleh masyarakat pendukungnya. Kemudian nilai dan
norma tersebut berkembang dalam berbagai kebutuhan masyarakat,
sehingga terbentuk suatu sistem sosial. Dari sistem ini selanjutnya
terwujud pula benda-benda kebudayaan dalam bentuk benda fisik.18
18
Ibid., h. 226-227.
19
Ibid., h. 227-228.
10
terlihat bagaimana tradisi keagamaan yang telah berlangsung sejak empat
belas abad lalu masih ikut mempengaruhi sikap keagamaan masyarakat.20
11
dianutnya. Sikap keagamaan ini akan turut mempengaruhi cara berfikir,
cita rasa, ataupun penilaian seseorang terhadap segala sesuatu yang
berkaitan dengan agama. Dalam pandangan Robert C. Monk, tradisi
keagamaan memiliki dua fungsi: 1) sebagai kekuatan yang mampu
membuat kestabilan dan keterpaduan masyarakat maupun individu; dan 2)
sebagai agen perubahan dalam masyarakat atau individu bahkan dalam
situasi konflik sekalipun.23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata “kebudayaan” memiliki persamaan arti dengan kata asing, yakni
culture. Kata kultur berasal dari kata Latin yakni colere yang berarti “mengolah,
23
H. Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 230-231.
24
Ibid., h. 231.
12
mengerjakan” terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti
culture sebagai “segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah
dan mengubah alam, kemudian macam-macam kebudayaan terdiri dari:
Kebudayaan Persia, kebudayaan Romawi Timur, dan kebudayaan Islam.
Unsur-unsur budaya meliputi: 1. Bahasa, 2. Sistem pengetahuan, 3. Organisasi
sosial, 4. Sistem peralatan hidup dan teknologi, 5. Sistem mata pencaharian hidup,
6. Sistem religi, dan 7. Kesenian.
A. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Ratnawati, Etty. (2012). Relevansi Psikologi Lintas Agama Dan Budaya Bagi
Pendidikan Dan Pegembagannya, Jurnal Edueksos Vol I No 1
14