Anda di halaman 1dari 12

FT NEUROMUSCULAR DAN PERILAKU

“FUNGSI OTAK DALAM BERPIKIR”

OLEH :

NUR IFFAH SASMITA ANAS

PO713241191029

D.III FISIOTERAPI/TK.II

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Fungsi Otak dalam Berpikir”. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas FT Neuromuscular dan Perilaku.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Yonathan Ramba, S.Pd,.S.Ft.,Physio.
yang telah memberikan tugas ini. Juga kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat saya selesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Makassar, 14 Juni 2021

Nur Iffah Sasmita Anas


DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pikiran adalah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk
merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara
efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan. Kata yang merujuk pada konsep dan
proses yang sama diantaranya kognisi, pemahaman, kesadaran, gagasan, dan imajinasi.
Berpikir melibatkan manipulasi otak terhadap informasi, seperti saat kita membentuk
konsep, terlibat dalam pemecahan masalah, melakukan penalaran, dan membuat keputusan.
Berpikir adalah fungsi kognitif tingkat tinggi dan analisis proses berpikir menjadi bagian dari
psikologi kognitif.
Berpikir merupakan ciri utama bagi manusia. Berpikir disebut juga sebagai proses
bekerjanya akal. Secara garis besar berpikir dapat dibedakan antara berpikir alamiah dan
berpikir ilmiah. Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-
hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan
sarana tertentu secara teratur dan cermat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan berpikir?


2. Apa saja macam-macam berpikir?
3. Bagaimana komponen dari berpikir?
4. Bagaimana proses-proses dalam berpikir?
5. Apa saja gangguan dalam berpikir?
6. Bagaimana pemeriksaan pada gangguan berpikir?
7. Bagaimana terapi pada gangguan berpikir?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi berpikir
2. Mengetahui macam-macam berpikir
3. Mengetahui komponen berpikir
4. Mengetahui proses-proses berpikir
5. Mengetahui gangguan dalam berpikir
6. Mengetahui pemeriksaan pada gangguan berpikir
7. Mengetahui terapi pada gangguan berpikir
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Berpikir
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini
merupakan serangkaian gerak pemikiran dengan mengikuti jalan pemikiran tertentu agar
sampai pada sebuah kesimpulan yaitu berupa pengetahuan (Suriasumantri 1997:1). Oleh
karena itu, proses berpikir memerlukan sarana tertentu yang disebut dengan sarana berpikir
ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya juga diperlukan sarana
tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan
kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik
diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa bahasa ilmiah, logika, dan matematika, logikan dan
statistika (Tim Dosen Filsafat Ilmu. 1996:68). Bahasa ilmiah merupakan alat komunikasi
verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan
alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah kepada
orang lain.

B. Macam-Macam Berpikir
Berpikir banyak sekali macamnya. Banyak para ahli mengutarakan pendapat mereka.
Berikut ini akan dijelaskan macam-macam berpikir, antara lain :
1. Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari
pengaruh alam sekelilingnya. Misal : penalaran tentang panasnya api yang dapat
membakar jika dikenakan kayu pasti kayu itu akan terbakar
2. Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan
cermat. Misal : dua hal yang bertentangan penuh tidak dapat sebagai sifat hal tertentu
pada saat yang sama dalam satu kesatuan.
3. Berpikir autistik. Contoh berpikir austik adalah mengkhayal, fantasi atau wishful
thinking. Dengan berpikir austik seseorang melarikan diri dari kenyataan dan melihat
hidup sebagai gambar-gambar fantastis.
4. Berpikir realistik adalah dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata, biasa
disebut dengan nalar (reasoning). Floyd L. Ruch (1967) menyebutkan ada tiga macam
berpikir realistik, antara lain :
 Berpikir Deduktif
Deduktif merupakan sifat dedukasi. Jadi, berpikir deduktif adalah proses berpikir
yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju proposisi baru yang berbentuk
kesimpulan
 Berpikir Induktif
Induktif artinya bersifat induksi. Jadi, berpikir induktif adalah proses berpikir yang
bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu
kesimpulan. Berpikir induktif adalah menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai
kejadian yang ada disekitarnya.
 Berpikir Evaluatif
Berpikir evaluatif adalah berpikir kritis, menilai baik buruknya, tepat atau tidaknya
suatu gagasan (Ismienar, 2009).

C. Komponen Berpikir
Ketika berpikir, seseorang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lain untuk
memecahkan masalah. Pengertian-pengertian tersebut merupakan bahan atau materi yang
digunakan dalam proses berpikir. Pengertian-pengertian tersebut dapat dirangkum sebagai
tiga elemen dasar dalam berpikir yaitu :
1. Mental images merupakan representasi dalam pikiran yang menyerupai objek atau
peristiwa yang direpresentasikan.
2. Konsep adalah kategorisasi objek, peristiwa, atau orang yang memiliki karakteristik
umum.
3. Penalaran adalah proses ketika informasi digunakan untuk menarik kesimpulan dan
mengambil keputusan (Latipah, 2012)
D. Proses Berpikir
Proses berpikir itu pada pokoknya ada 4 langkah, yaitu :
1. Pembentukan Pengertian
Pengertian atau lebih tepatnya disebut pengertian logis dibentuk melalui 3 tingkatan,
sebagai berikut :
a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis.
b. Membanding-bandingkan ciri tersebut.
c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan atau membuang ciri-ciri yang tidak hakiki dan
menangkap ciri-ciri yang hakiki.
2. Pembentukan Pendapat
Pembentukan pendapat yaitu menggabungkan atau memisah beberapa pengertian menjadi
suatu tanda yang khas dari masalah itu. Pendapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Pendapat afirmatif (positif), yaitu pendapat yang secara tegas menyatakan sesuatu.
b. Pendapat negatif, yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan tidak adanya
sesuatu sifat pada sesuatu hal.
c. Pendapat Modalitas (kebarangkalian), yaitu pendapat yang menerangkan
kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada suatu hal.
3. Pembentukan Keputusan
Pembentukan keputusan yaitu menggabung-gabungkan pendapat tersebut. Keputusan
adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-
pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan, yaitu :
a. Keputusan dari pengalaman-pengalaman
b. Keputusan dari tanggapan-tanggapan
c. Keputusan dari pengertian-pengertian
4. Pembentukan Kesimpulan
Pembentukan kesimpulan yaitu menarik keputusan dari keputusan-keputusan yang lain
(Ismienar, 2009).
E. Gangguan Berpikir
Ekspresi verbal yang terganggu bersumber atau di sebabkan oleh pikiran yang terganggu.
Gangguan ekspresi verbal sebagai akibat dari gangguan pikiran yang dapat berupa hal-hal
berikut :
1. Pikun (Demensia)
Orang yang pikun menunjukkan banyak gangguan seperti agnosi, apraksia, amnesia,
perubahan kepribadian, perubahan perilaku, dan kemunduran dalam segala macam fungsi
intelektual. Semua gangguan ekspresi verbalnya diwarnai dengan kesukaran menemukan
kata-kata yang tepat. Kalimat seringkali di ulang-ulang, pembicaraan sering terputus
karena arah pembicaraan tidak teringat atau sering berpindah ke topik lain.
Dr. Martina W.S. Nasrun sebagaimana dikutip oleh Chaer dalam bukunya
Psikolinguistik; kajian teoretik, mengatakan bahwa Kepikunan adalah suatu penurunan
fungsi memori atau daya ingat dan daya pikir lainnya yang dari hari kehari semakin
buruk. Gangguan kognitif ini meliputi terganggunya fungsi otak dalam jumlah besar,
termasuk menurunnya jumlah zat-zat kimia dalam otak. Biasanya volume otak akan
mengecil atau menyusut, sehingga rongga-rongga dalam otak melebar. Selain itu dapat
pula disebabkan oleh penyakit, seperti stroke, tumor otak, depresi, dan gangguan
sistematik.
2. Autisma
Anak autisma selain tidak responsif terhadap orang lain juga terobsesi dengan
kesamaan lingkungan. Artinya, dia sangat kaku dengan rutinitas yang dihadapinya, dia
akan marah apabila terdapat perubahan kondisi dari yang biasa dijumpainya.
Ada dua kategori perilaku autisma yaitu, perilaku eksesif (berlebihan) dan perilaku
yang defisit (berkekurangan). Yang termasuk perilaku eksesif yaitu hiperaktif dan
tantrum (mengamuk) beupa jeritan, menyepak, menggigit, mencakar, memukul, dan
sebagainya. Disini juga sering terjadi anak menyakiti diri sendiri (self-abuse). Perilaku
defisit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku sosial kurang sesuai, bermain tidak
benar dan emosi yang tidak tepat, misalnya tertawa tanpa sebab, menangis tanpa sebab,
dan melamun.
3. Depresif
Orang yang tertekan jiwanya memproyeksikan penderitanya pada gaya bahasanya dan
makna curah verbalnya. Volume curah verbalnya lemah lembut dan kelancarannya
terputus-putus dalam interval yang cukup panjang. Namun, arah arus isi pikiran tidak
terganggu. Kelancaran bicaranya terputus ileh tarikan napas yang dalam, serta pelepasan
napas keluar yang panjang. Perangai emosional yang terasosiasi dengan depresi itu
bersifat universal, curah verbal depresif dicoraki topik yang menyedihkan, menyalahi dan
mengutuk diri sendiri, kehilangan semangat kerja dan gairah hidup, tidak mampu
menikmati kehidupan, malah cenderung berupaya mengakhirinya.
4. Gangguan Lingkungan Sosial
Yang dimaksud dengan faktor lingkungan adalah terasingnya seorang anak, yang
aspek biologis bahasanya normal dari lingkungan kehidupan manusia. Jadi, anak yang
terasing, tidak ada orang yang diajak dan mengajaknya berbicara, tidak mungkin dapat
berbahasa. Karena dia sama sekali terasing dari kehidupan sosial masyarakat, maka
dengan cepat ia menjadi sama sekali terasing tak dapat berbahasa. Otaknya menjadi tidak
lagi berfungsi secara manusiawi karena tidak ada yang membuatnya atau
memungkinkannya berfungsi demikian. Maka sebenarnya anak terasing, yang tidak
punya kontak dengan manusia, bukan lagi manusia, sebab manusia pada hakikatnya
adalah makhluk sosial. Meskipun bentuk badannya adalah manusia tetapi dia tidak
bermartabat sebagai manusia. Otaknya tidak berkembang sepenuhnya, tidak dapat
berfungsi dalam masyarakat manusia. Dalam sejarah tercatat sejumlah kasus anak
terasing, baik yang di asuh maupun yang terasingkan oleh keluarganya.

F. Pemeriksaan Pada Gangguan Berpikir


 Pemeriksaan fisik dan neurologi
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa gangguan berpikir dan
untuk menentukan tingkat kesadaran pasien. Pada pemeriksaan neurologis, dokter
akan memeriksa kondisi pengelihatan, keseimbangan, koordinasi, dan refleks.
 Pemeriksaan kondisi kejiwaan
Dokter akan menilai kondisi mental, perhatian, dan daya berpikir penderita melalui
sesi wawancara, pengujian, dan penyaringan
 Pemeriksaan penunjang
Dokter mungkin akan menyarankan beberapa pemeriksaan lain untuk mengetahui
adanya gangguan dalam tubuh. Diantaranya adalah pemeriksaan darah atau urin untuk
uji fungsi hati, menilai kadar hormon tiroid, paparan zat NAPZA atau alkohol. Selain
itu, tes pencitraan juga dapat dilakukan, berupa pencitraan kepala dengan CT scan atau
MRI, elektroensefalogram dan foto Rontgen dada. Jika dibutuhkan, analisis cairan
serebrospinal akan dilakukan guna memastikan doagnosis delirium.

G. Terapi Pada Gangguan Berpikir


 Terapi keterampilan/kesenian, semisal musik dan menyanyi secara berkala dan diulang-
ulang sedikit banyak membantu penderita mengingat lirik dan lagu yang mendorong
penderita untuk bernyanyi dan melatih pengkondisian bahasa mereka. Dimana
inkoherensi merupakan gangguan ketidakmampuan seseorang berbahasa logis atau jalan
pikiran yang kacau.
 Terapi spiritual, terapi ini biasa digunakan pada penderita yang disebabkan oleh
traumatik, karena kondisi yang amat tertekan dan secara fisiologis tidak mengalami
gangguan.
 Psikoterapi individual, tindakan ini bisa membantu pasien mengenali dan memperbaiki
pola pikirnya.
 Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Terapi ini juga bisa membantu pasien mengenali
dan mengubah pola pikirnya yang salah.
 Terapi keluarga, terapi ini membantu keluarga untuk dapat berdamai dan menunjukkan
rasa cinta pada keluarganya yang mengalami gangguan delusi. Hal ini berkontribusi pada
perbaikan psikis pasien.

a.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulakan bahwa secara sederhana, berpikir
adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir
adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun
simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi berpikir adalah sebuah
representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Latipah, 2012).
Adapun macam-macam berpikir, yaitu berpikir alamiah, berpikir ilmiah, berpikir autistik,
serta berpikir realistik yang terdiri dari berpikir deduktif, berpikir induktif, berpikir evaluatif.
Komponen berpikir adalah mentak images, konsep, dan penalaran. Dan dalam proses
berpikir yaitu pembentukan pendapat, pembentukan keputusan, dan pembentukan kesimpulan.

B. Saran
Demikianlah makalah ini tentang fungsi otak dalam berpikir yang dapat saya sampaikan.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kesalahan.
Untuk itu saya menerima kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

 Indrioko. Erwin. 2012. Berfikir dalam psikologis pendidikan islam.


http://erwinindri.blogspot.com/2012/09/berpikir-dalam-psikologis-pendidikan_21.html

diaskes pada tanggal 20 junj 2020. Meleali.

 Ismienar, swesty dkk. 2009. Thinking.

(http://psikologi.or.id/mycontents/upload/2010/11/thinking.pdf)

diakses pada tanggal 20 juni 2020. Maleali

 Latipah,Eva. 2012. Pengantar psikologi pendidikan. Pedagogia. Yogyakarta. Rozaki, 2008. Proses
berfikir.
(http://www.psb-psma.org/content/blog/proses-berfikir)
diakses pada tanggal 20 juni 2020.maleali

Anda mungkin juga menyukai