Anda di halaman 1dari 60

 

Tugas Akhir D4 TPJJ 2012


 
BAB V
  ANALISA DAN PEMBAHASAN
 
5.1. RONA AWAL
 
Langkah awal sebelum menganalisa dan merancang ruas jalan Lubuk
Begalung
  – Indarung di KM. PDG. 6+000 - KM. PDG. 11+250, terlebih dahulu

  perlu diketahui kondisi eksisting, yang meliputi :

 
5.1.1. Kondisi Tata Guna Lahan
 
Kondisi lahan yang ada pada sekitar lokasi ruas jalan Lubuk Begalung -
Indarung
  sangat beragam, yang terdiri dari kawasan industri, kawasan perumahan,
  kawasan pasar, kawasan persawahan. Ruas jalan ini merupakan jalur lintas tengah
pulau Sumatera dan sebagai jalur penghubung dari pabrik Semen Padang menuju
pelabuhan Teluk Bayur. Kondisi jalan yang ditinjau adalah termasuk dataran
dengan kemiringan 0,00% – 4,00%. Kondisi tata guna lahan kota Padang dapat
dilihat pada gambar. 5.1.

Lokasi

Sumber : RTRW Kota Padang 2010-2030


Gambar 5.1. Peta Tata Guna Lahan Kota Padang

5.1.2. Kondisi Topografi


Wilayah Kota Padang memiliki topografi yang bervariasi, perpaduan
daratan yang landai dan perbukitan bergelombang yang curam. Sebagian besar
topografi wilayah Kota Padang memiliki tingkat kelerengan lahan rata-rata >40%.

ARNIS / 101135002 V-1


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
Ketinggian wilayah Kota Padang dari permukaan laut juga bervariasi, mulai 0 m
 
dpl sampai >1.000 m dpl. Kelandaian pada daerah Lubuk Begalung sampai
  Indarung berkisar antar 2% s/d 15%, sedangkan kelandaian ruas jalan Lubuk
Begalung
  – Indarung KM. PDG. 6+600 – 11+250 berkisar antara 1% s/d 4%.
Bentuk
  ruas jalan ini pada umumnya lurus dan pada tikungan dengan jari-jari
yang cukup besar. Kondisi topografi Kota Padang dan topografi ruas jalan Lubuk
 
Begalung - Indarung dapat dilihat pada Gambar 5.2. dan gambar 5.3.
 

Lokasi

Sumber : RTRW Kota Padang 2010-2030


Gambar 5.2. Peta Topografi Kota Padang

ARNIS / 101135002 V-2


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 

Sumber: Dokumentasi lapangan


Gambar 5.3 . Gambaran Umum Kondisi Topografi Ruas Jalan Lubuk
Begalung-Indarung KM.PDG. 9+100 (Sta. 3+100)

5.1.3. Kondisi Jalan


Berdasarkan data yang di peroleh dari SNVT Perencanaan dan
Pengawasan Teknis Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Barat, kondisi existing
jalan pada ruas jalan Lubuk Begalung - Indarung seperti Gambar 5.4.

Sumber: SNVT Perencanaan dan Pengawasan Teknis Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Barat

Gambar 5.4. Sketsa Umum Penampang Melintang Ruas Jalan


Lubuk Begalung - Indarung

ARNIS / 101135002 V-3


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
Dari Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa pada umumnya kondisi struktur
 
lapisan perkerasan pada jalan Lubuk Begalung - Indarung pada kondisi
  pemeliharaan jalan ditahun 2008 dijelaskan sebagai berikut:
  1. Lapis aus menggunakan AC-WC dengan tebal 4,00 cm

  2. Lapis aus menggunakan AC-BC dengan tebal 5,00 cm


3. Agregat base Klas A dengan tebal 25 cm
 
4. Agregat base Klas B dengan tebal 30 cm
 

5.1.4.
  Lalu Lintas

  Ruas Jalan Lubuk Begalung – Indarung merupakan salah satu ruas jalan
utama yang menghubungkan antar Lintas Sumatera, akses dari luar kota Padang
 
menuju pusat kota Padang dan jalur ekspedisi dari pabrik Semen Padang menuju
ke Pelabuhan Teluk Bayur, sehingga jenis kendaraan yang lewat di ruas jalan
tersebut bervariasi, dengan frekuensi lalu lintas yang tinggi.

Untuk mengetahui volume lalu lintas harian rata – rata, idealnya dilakukan
survei lalu lintas selama beberapa tahun untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat, dengan membagikan jumlah kendaraan dalam setahun dengan jumlah hari
dalam setahun. Data LHR yang didapat adalah data LHR pada jam sibuk puncak
yang dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 5 s/d 7 September 2011 dalam
satuan kendaraan perjam. Untuk mendapatkan data LHR dalam satuan kendaraan
perhari, maka data kendaraan yang dalam satuan kendaraan perjam dibagi dengan
konfersi faktor k, dimana nilai faktor k ini diambil berdasarkan tabel 2.5. Untuk
ruas jalan Lubuk Begalung-Indarung ini diambil faktor k 8% karena jumlah
penduduk kota Padang lebih dari 1 (satu) juta penduduk dengan kelas jalan arteri.
Hasil perhitungan LHR tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.

ARNIS / 101135002 V-4


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
Tabel 5.1. Data LHR Tahun 2011 Ruas Jalan Lubuk Begalung - Indarung
 
LHR TAHUN 2011
  JENIS KENDARAAN LHR (kend/jam)
LHR TAHUN
LHR 2013
Faktor k
05/09/2011 06/09/2011 07/09/2011 Rata-rata (kend/hari)
 
MC Gol. 1 945 959 945 950 11871 13088
Gol. 2 373 366 373 371 4633 5108
 
LV Gol. 3 124 123 124 124 1546 1704

  Gol. 4 62 64 62 63 783 864


Gol. 5a 12 13 12 12 154 170
  Gol. 5b 4 3 4 4 8,00% 46 51
Gol. 6a 0 0 0 0 0 0
  HV Gol. 6b 82 83 81 82 1025 1130
Gol. 7a 62 63 62 62 779 859
  Gol. 7b 0,00 1,00 0,00 0,3 4 5
Gol. 7c 0 0 0 0 0 0
  Sumber : Olahan data

Grafik LHR ruas jalan Lubuk Begalung – Indarung dari tahun 2007 s/d
2011 dapat dilihat sebagai mana yang terlihat Gambar 5.5.

LHR Jalan Lubuk Begalung-Indarung tahun 2007 s/d 2011

12000
Arus Lalu Lintas (kend/hr)

10000
8000
6000
4000
2000
0
Gol. Gol. Gol. Gol. Gol. Gol. Gol. Gol. Gol.
1 2 3 4 5a 5b 6b 7a 7b
Tahun 2007 11100 3604 1838 905 163 24 966 569 5
Tahun 2008 11544 3748 1911 941 170 25 1005 592 5
Tahun 2009 10789 3178 1590 696 155 24 1139 754 5
Tahun 2010 11005 3114 1559 682 140 20 1191 815 6
Tahun 2011 11871 4633 1546 783 154 46 1025 779 4

Sumber : SNVT Perencanaan dan Pengawasan Teknis Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Barat

Gambar 5.5. Grafik LHR Ruas Jalan Lubuk Begalung – Indarung tahun 2007 s/d 2011

ARNIS / 101135002 V-5


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 

Sumber. Doc. Lapangan

Gambar 5.6. Kemacetan dan Beberapa Jenis Kendaraan yang


Melewati Ruas Jalan Lubuk Begalung - Indarung

Tingginya volume lalu lintas yang melewati ruas jalan Lubuk Begalung –
Indarung berpengaruh terhadap pengguna jalan itu sendiri, dengan timbulnya
kemacetan lalu-lintas terutama pada jam-jam sibuk pagi dan sore hari sebagai
akibat dari ketidak seimbangan antara jumlah kendaraan yang ada dengan
ketersediaan prasarana jalan seperti yang terlihat pada Gambar 5.6.

Dari data lalu-lintas yang didapatkan, menunjukkan bahwa komposisi


kendaraan juga didominasi oleh kendaraan berat. Pengaruh dari berbagai jenis
kendaraan terhadap struktur perkerasan lentur lebih ditentukan oleh beban sumbu
kendaraan, lama pembebanan (statis atau dinamis), dan repetisi beban yang harus
dipikul oleh struktur perkerasan. Kendaraan berat dan yang sedang berhenti akan
lebih merusak struktur perkerasan dibandingkan dengan kendaraan yang ringan
dan sedang berjalan. Besarnya pengaruh beban sumbu terhadap kerusakan
perkerasan dinyatakan dengan Faktor Ekivalen (FE). Besarnya variasi beban
sumbu kendaraan ditunjukkan dalam Tabel 5.2.

ARNIS / 101135002 V-6


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
Tabel 5.2. Variasi Beban Sumbu Kendaraan yang Lewat Ruas Jalan Lubuk
  Begalung - Indarung

  Berat Total Konfigurasi


No. Jenis Kendaraan Beban Sumbu ( ton )
Maks. (ton) Sumbu

 
1. Sedan, jeep, station wagon ( Gol 2 ) 2 1.1
50%
S S
50%
1,000 1,000

2. Angkutan penumpang sedang ( Gol 3 ) 2 1.1 1,000 1,000


  50%
S S
50%

3. Pick up, micro truk dan mobil hantaran ( Gol 4 ) 5 1.1 S S 2,500 2,500
  50% 50%

4. Bus kecil ( Gol 5A ) 5 1.1 S S


2,500 2,500
50% 50%

  5. Bus besar ( Gol 5B ) 9 1.2 3,060 5,940


S D
34% 66%

6. Truk ringan 2 sumbu ( Gol 6A )


  8,3 1.2 2,822 5,478
34% 66%

7. Truk sedang 2 sumbu ( Gol 6B ) 18,2 1.2 6,188 12,012


  34% 66%

8. Truk 3 sumbu ( Gol 7A ) 25 1.22 S D D 6,250 9,375 9,375


25% 37,5% 37,5%
 
9. Truk trailer ( Gol 7B ) 42 1.2 +2.2 D D
7,560 11,760 11,340 11,340
18% 28% 27% 27%

10. Semitrailer ( Gol 7C ) 31,4 1.2 +2.2 D D 5,652 8,792 8,478 8,478
18% 28% 27% 27%

Sumber : Silvia Sukirman 2010

5.2. PERANCANGAN PERKERASAN KAKU DENGAN METODA


Pd.T-14-2003
5.2.1. Perencanaan Tebal Pelat
5.2.1.1. Data parameter perencanaan sebagai berikut :

1. Status/ fungsi jalan = Jalan Nasional/ Arteri Primer


2. CBR tanah dasar = 6,5 %
3. Kuat tarik lentur (fcf) = 4,0 MPa (fcf = 40 kg/cm2)
4. Bahan pondasi bawah = stabilisasi
5. Mutu baja tulangan = BBDT → BJTU 37 (fy = 2400 kg/cm2)
6. Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi (μ) = 1
7. Bahu jalan = pakai beton
8. Ruji (dowel) = ya
9. Data LHR jalan Lubuk Begalung - Indarung (Tabel 5.3)

ARNIS / 101135002 V-7


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
Tabel 5.3. Data LHR Ruas Jalan Lubuk Begalung – Indarung (KM. PDG.
  6+000 – KM. PDG. 11+250)

 
LHR TAHUN 2013 LHR TAHUN 2033
LHR TAHUN 2011
JENIS
  KENDARAAN (Awal Operasional) (Akhir Operasional)
( kend/hari ) ( kend/hari ) ( kend/hari )
  MC Gol. 1 11871 11871 13088 13088 34725 34725
Gol. 2 4633 5108 13554
 
LV Gol. 3 1546 6963 1704 7676 4522 20367
  Gol. 4 783 864 2291
Gol. 5a 154 170 451
  Gol. 5b 46 51 134
Gol. 6b 1025 1130 2998
  HV 2008 2214 5875
Gol. 7a 779 859 2279

  Gol. 7b 4 5 12
Gol. 7c 0 0 0

Sumber : Olahan data

10. Pertumbuhan lalu-lintas = 5 % pertahun


11. Umur rencana = 20 tahun
12. Awal perasional jalan = tahun 2013
Direncanakan perkerasan kaku untuk 2 lajur 1 arah dengan
perkerasan beton bersambung dengan tulangan (BBDT)

5.2.1.2. Langkah-langkah perhitungan tebal pelat


1. Analisis lalu lintas
Jumlah sumbu kendaraan berdasarkan jenis dan bebeannya
ditampilkan dalam tabel 5.4 berikut.

ARNIS / 101135002 V-8


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
Tabel 5.4. Perhitungan jumlah sumbu berdasarkan jenis dan bebannya
 
Konfigurasi Beban Sumbu Jumlah Jml. Jml STRT STRG STdRG
  Jenis Kendaraan (ton) Kend. Sumbu Sumbu
RD RB RGD RGB (bh) Per (bh) BS JS BS JS BS JS
kend.
  1 2 3 4 5 (3x4) 6 7 8 9 10 11
Bus kecil (gol. 5a) 2,50 2,50 - - 170 2 340 2,5 170 2,5 170 - -
 
Bus besar (gol. 5b) 3,06 5,94 51 2 102 3,1 51 5,9 51 - -
Truk 2 sumbu (gol. 6b) 6,19 12,01 - - 1130 2 2260 6,2 1130 12,0 1130 - -
  Truk 3 sumbu (gol. 7a) 6,25 18,75 - - 859 2 1718 6,3 859 - - 18,8 859
Truck gandeng (gol. 7b) 7,56 11,76 22,7 5 3 15 7,6 5 11,8 5 22,7 5
  Jumlah 2215 4435 2215 1356 864
Keterangan :
  RD = roda depan BS = beban sumbu STRT = sumbu tunggal roda tunggal
RB = roda belakang JS = jumlah sumbu STRG = sumbu tunggal toda ganda
RGD = roda gandeng depan STdRG = sumbu tandem roda ganda
  RGB = roda gandeng belakang
Sumber : Olahan data
 

Faktor pertumbuhan lalu lintas (R) dihitung dengan rumus :


𝑈𝑅
1+𝑖 −1
𝑅=
𝑖
1 + 0,05 20 − 1
𝑅=
0,05
R = 33,07
Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana 20
tahun adalah :
JSKN = 365 x JSKNH x R
= 365 x 4435 x 33,07
= 5,35 x 107
JSKN rencana = C x JSKN C = 0,7 (tabel 3.2)
= 0,7 x 5,35 x 107
= 3,75 x 107

2. Perhitungan repetisi sumbu yang terjadi


Repetisi beban sumbu dengan mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya kelebihan beban (overload) pada ruas jalan yang ditinjau.
Kelebihan beban diperkirakan sebesar 10% dari beban rencana,
berdasarkan tabel 2.8, Faktor Kelebihan Beban (FKB) untuk jalan arteri
adalah 1,1.

ARNIS / 101135002 V-9


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
Analisa asumsi perhitungan kelebihan beban pada ruas jalan
 
Lubuk Begalung – Indarung terlihat pada tabel 5.5 berikut
 

  Tabel 5.5. Analisa kelebihan beban ruas jalan Lubuk Begalung-Indarung

BEBAN OVERLOAD 10%


  BEBAN AWAL
[(B.Sumbu + (B.sumbu x 0,1)]
 
JENIS BEBAN BEBAN
RENC. KET.
  SUMBU BEBAN BEBAN RENC.
SUMBU PER SUMBU PER
  RODA RODA
Ton kN ( kN ) Ton kN ( kN )
 
(1) (1) (2) (3) (4) (5) (6) = (5)/2 (7)
  6,3 63 31 6,88 68,8 34,38
6,2 62 31 6,81 68,1 34,03
STRT 7,6 76 38 8,32 83,2 41,58
3,1 31 15 3,37 33,7 16,83
2,5 25 13 2,75 27,5 13,75
12,0 120 30,03 13,21 132,1 33,03
11,8 118 29 12,94 129,4 32,34
STRG
5,9 59 15 6,53 65,3 16,34
2,5 25 6,25 2,75 27,5 6,88
22,7 227 28,35 24,95 249,5 31,19
STdRG
18,8 188 23,4375 20,63 206,3 25,78
Sumber : Olahan data

Jumlah sumbu untuk tiap jenis sumbu adalah dengan menjumlah


sumbu pada satu jenis sumbu, seperti dicontohkan untuk jenis sumbu
STRT yaitu :
Jumlah sumbu STRT1 = 1718 buah
Jumlah sumbu STRT2 = 2260 buah
Jumlah sumbu STRT3 = 15 buah
Jumlah sumbu STRT4 = 102 buah
Jumlah sumbu STRT5 = 340 buah
Jumlah = 4435 buah

Dengan cara yang sama, didapat jumlah sumbu untuk tiap jenis
sumbu yaitu :
STRT = 4435 buah

ARNIS / 101135002 V-10


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
STRG = 2717 buah
 
STdRG = 1733 buah
  Jumlah = 8885 buah
 

  Proporsi sumbu dihitung dengan membagi jumlah sumbu satu


jenis kendaraan dalam satu jenis sumbu dengan jumlah sumbu dalam satu
 
sumbu, dengan contoh pada sumbu STRT yaitu :
  1718
STRT1 = 4435 = 0,387
  2260
STRT2 = 4435 = 0,510
 
15
STRT3 = 4435 = 0,003
 
102
STRT4 = 4435 = 0,023
340
STRT5 = 4435 = 0,077

Proporsi sumbu dihitung dengan membagi jumlah sumbu pada


satu jenis sumbu dengan jumlah total sumbu, yaitu :
4435
Proporsi sumbu STRT = 8885 = 0,50
2717
Proporsi sumbu STRG = 8885 = 0,31
1733
Proporsi sumbu STdRG = 8885 = 0,20

Repetisi yang terjadi dengan rumus = proporsi beban dikali


proporsi sumbu dikali lalu lintas rencana. Hasil repetisi sumbu yang
terjadi seperti pada tabel 5.6 berikut.

ARNIS / 101135002 V-11


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
Tabel 5.6. Repetisi sumbu yang terjadi
 

Sumber : Olahan data

3. Menentukan CBR tanah dasar efektif


Setelah didapat repetisi beban sumbu yang terjadi, kemudian
dicari nilai CBR tanah dasar efektif dengan menggunakan Gambar 5.7.
Nilai CBR tanah dasar untuk ruas jalan Lubuk Begalung – Indarung
diambil nilai CBR segmen terkecil yaitu 6,5 % berdasarkan data yang
ada.

46

6,5

Sumber : Pd.T-14-2003
Gambar 5.7. Grafik Penentuan CBR Tanah Dasar Efektif

ARNIS / 101135002 V-12


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
Dari Gambar 5.7 diatas, didapat nilai CBR tanah dasar efektif
 
adalah sebesar 46 %.
  Penentuan tebal dengan menghitung tegangan ekivalen dan faktor
  erosi dengan menggunakan tabel 5.7 berikut.

 
Tabel 5.7. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk perkerasan dengan bahu beton
  CBR Eff Faktor Erosi
Tebal Tegangan Setara
Tanah
Slab Tanpa Ruji Dengan Ruji / Beton Bertulang
Dasar
  (mm)
(%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG

 
210 5 0,85 1,38 1,20 0,93 1,96 2,56 2,70 2,75 1,74 2,34 2,48 2,57
210 10 0,82 1,30 1,11 0,87 1,94 2,54 2,65 2,67 1,72 2,32 2,42 2,49
210 15 0,80 1,27 1,08 0,84 1,93 2,53 2,62 2,64 1,71 2,31 2,39 2,45
 
210 20 0,80 1,24 1,05 0,83 1,92 2,52 2,60 2,62 1,70 2,30 2,37 2,43
210 25 0,79 1,22 1,03 0,81 1,91 2,51 2,58 2,60 1,69 2,29 2,35 2,40
  210 35 0,77 1,17 0,98 0,78 1,90 2,49 2,54 2,56 1,67 2,28 2,31 2,34
210 50 0,76 1,13 0,94 0,76 1,88 2,48 2,51 2,51 1,65 2,26 2,27 2,29
210 75 0,75 1,07 0,90 0,74 1,86 2,47 2,45 2,46 1,64 2,24 2,22 2,22

220 5 0,79 1,30 1,13 0,87 1,91 2,51 2,67 2,72 1,68 2,29 2,44 2,54
220 10 0,77 1,22 1,05 0,81 1,89 2,49 2,61 2,64 1,66 2,27 2,38 2,46
220 15 0,76 1,19 1,02 0,79 1,88 2,48 2,58 2,61 1,66 2,26 2,35 2,42
220 20 0,75 1,17 0,99 0,78 1,87 2,47 2,56 2,58 1,65 2,25 2,33 2,39
220 25 0,74 1,15 0,97 0,76 1,86 2,46 2,54 2,56 1,64 2,24 2,31 2,37
220 35 0,72 1,11 0,92 0,73 1,85 2,45 2,50 2,52 1,62 2,22 2,27 2,32
220 50 0,71 1,06 0,88 0,71 1,83 2,43 2,47 2,48 1,60 2,20 2,23 2,26
220 75 0,70 1,01 0,85 0,69 1,81 2,41 2,41 2,41 1,58 2,18 2,18 2,19

230 5 0,74 1,22 1,08 0,82 1,86 2,46 2,63 2,69 1,63 2,23 2,40 2,50
230 10 0,72 1,15 1,00 0,77 1,84 2,44 2,57 2,61 1,61 2,21 2,34 2,42
230 15 0,71 1,12 0,97 0,75 1,83 2,43 2,54 2,58 1,60 2,21 2,31 2,39
230 20 0,70 1,10 0,94 0,74 1,82 2,42 2,52 2,55 1,59 2,20 2,29 2,36
230 25 0,69 1,08 0,92 0,72 1,81 2,41 2,50 2,53 1,58 2,19 2,27 2,34
230 35 0,68 1,04 0,87 0,69 1,80 2,40 2,46 2,48 1,56 2,17 2,23 2,28
230 50 0,67 1,00 0,83 0,67 1,78 2,38 2,43 2,44 1,54 2,15 2,19 2,22
230 75 0,66 1,96 0,80 0,65 1,76 2,36 2,37 2,37 1,53 2,13 2,12 2,16

STRT : Sumbu Tunggal Roda Tunggal STRG : Sumbu Tunggal Roda Ganda
STdRG : Sumbu Tandem Roda Ganda STrRG : Sumbu Tridem Roda Ganda

Sumber : Pd.T-14-2003

4. Asumsi 1 (tebal pelat 21 cm)


a. Menentukan Tegangan Ekivalen ( TE ) dan Faktor Erosi (FE)
Nilai Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi dengan nilai CBR
efektif = 46% dicari dengan cara interpolasi.

Contoh interpolasi untuk mencari nilai Tegangan Ekivalen


dengan CBR 35%, STRT = 0,77 ; CBR 50%, STRT = 0,76, didapat
CBR 46% sebagai berikut :

ARNIS / 101135002 V-13


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
46 − 35
  𝑇𝐸𝑆𝑇𝑅𝑇 = 0,76 − 0,77 + 0,77
50 − 35
  = 0,76
Hasil perhitungan selanjutnya dilanjutkan dengan cara
 
tabulasi dengan hasil perhitungan pada Tabel 5.8 berikut.
 
Tabel 5.8. Hasil interpolasi Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi
untuk perkerasan dengan bahu beton tebal pelat 21 cm
 
CBREfektif Tegangan setara Faktor Erosi
  (%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG

  35 0,77 1,17 0,98 0,78 1,67 2,28 2,31 2,34


46 0,76 1,14 0,95 0,77 1,66 2,27 2,28 2,30
  50 0,76 1,13 0,94 0,76 1,65 2,26 2,27 2,29
Sumber : Olahan data
 

b. Menentukan Faktor Rasio Tegangan (FRT)


Faktor Rasio Tegangan (FRT) dicari dengan membagi
Tegangan Ekivalen (TE) oleh Kuat Tarik Lentur ((fcf).
0,50
𝑓𝑐𝑓 = 3,13. 𝐾 𝑓𝑐 ′
0,50
𝑓𝑐𝑓 = 3,13 𝑥 0,75 350
𝑓𝑐𝑓 = 43,92 kg/cm2 = 4,39 MPa

Faktor Rasio Tegangan (FRT) untuk berbagai jenis sumbu


kendaraan adalah sebagai berikut :
𝑇𝐸 0,76
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑅𝑇 = = = 0,17
𝑓𝑐𝑓 4,39

𝑇𝐸 1,14
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑅𝐺 = = = 0,26
𝑓𝑐𝑓 4,39

𝑇𝐸 0,95
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑑𝑅𝐺 = = = 0,22
𝑓𝑐𝑓 4,39

𝑇𝐸 0,77
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑟𝑅𝐺 = = = 0,17
𝑓𝑐𝑓 4,39

ARNIS / 101135002 V-14


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
c. Menentukan jumlah repetisi ijin fatik dan repetisi ijin erosi
 

 
0,26
 

 
33,03
 

Sumber : Pd T-14-2003
Gambar 5.8. Grafik Repetisi Ijin Fatik untuk tebal pelat 21 cm

Dari gambar 5.8 diatas, diperoleh repetisi ijin fatik yang


terjadi untuk semua jenis kendaraan adalah tidak terhingga.

Repetisi beban ijin berdasarkan faktor erosi diperlihatkan


pada Gambar 5.9 berikut.

ARNIS / 101135002 V-15


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 

  12 x 106
11 x 106
8 x 106
 

 
2,27
 

 
33,03
32,34
  31,19

Sumber : Pd T-14-2003
Gambar 5.9. Grafik Analisis erosi dan jumlah repetisi beban berdasarkan
faktor erosi, dengan bahu beton untuk tebal pelat 21 cm

Dari gambar 5.9 diatas, diperoleh repetisi ijin erosi yang


terjadi untuk semua jenis kendaraan adalah :
- STRG1 = 8 x 106
- STRG2 = 11 x 106
- STdRG = 12 x 106

ARNIS / 101135002 V-16


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
Tabel 5.9. Analisa Fatik dan Erosi untuk tebal pelat 21 cm
 
Beban Beban Repetisi yang Analisa Fatik Analisa Erosi
terjadi Faktor tegangan Repetisi Ijin Repetisi Ijin
  Jenis Sumbu Sumbu Rencana per Persen Rusak Persen
dan erosi
ton (kN) roda (kN) (ESA) (ESA) (%) (ESA) Rusak (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(4)x100/(6) (8) (9)=[(4)/(8)]x100
  6,88 34,38 7,24 x 106 TE = 0,76 TT 0 TT 0
6,81 34,03 9,53 x 106 FRT = 0,17 TT 0 TT 0
 
STRT 8,32 41,58 0,06 x 106 FE = 1,66 TT 0 TT 0
3,37 16,83 0,43 x 106 TT 0 TT 0

  2,75 13,75 1,43 x 106 TT 0 TT 0


13,21 33,03 9,53 x 106 TE = 1,14 TT 0 8 x 106 119,13
12,94 32,34 0,06 x 106 FRT = 0,26 TT 0 11 x 106 0,58
  STRG
6,53 16,34 0,43 x 106 FE = 2,27 TT 0 TT 0
2,75 6,88 1,43 x 106 TT 0 TT 0
  24,9 31,19 0,06 x 106 TE = 0,95 TT 0 12 x 106 0,53
STdRG 20,6 25,78 7,24 x 106 FRT = 0,22 TT 0 TT 0
FE = 2,28 TT 0 TT 0
  TOTAL 0,00 < 100% 120,23 < 100%
Sumber : Olahan data
 
Keterangan :
TE = Tegangan Ekivalen;
FRT = Faktor Rasio Tegangan;
FE = Faktor Erosi;
TT = Tidak Terbatas

Dari tabel 5.9 diatas dapat dilihat bahwa porsentase rusak


fatik (lelah) dan rusak ijin erosi telah lebih kecil (mendekati) 100%,,
namun repetisi ijin erosi telah melebihi 100%, sehingga tebal pelat
21 cm tidak bisa diambil.

5. Asumsi 2 (tebal pelat 22 cm)


a. Menentukan Tegangan Ekivalen ( TE ) dan Faktor Erosi (FE)
Nilai Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi dengan nilai CBR
efektif = 46% dicari dengan cara interpolasi.
Contoh interpolasi untuk mencari nilai Tegangan Ekivalen
dengan CBR 35%, STRT = 0,72 ; CBR 50%, STRT = 0,71, didapat
CBR 46% sebagai berikut :
46 − 35
𝑇𝐸𝑆𝑇𝑅𝑇 = 0,71 − 0,72 + 0,72
50 − 35
= 0,71

ARNIS / 101135002 V-17


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
Hasil perhitungan selanjutnya dilanjutkan dengan cara
 
tabulasi dengan hasil perhitungan pada Tabel 5.10 berikut.
 

  Tabel 5.10. Hasil interpolasi Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk
perkerasan dengan bahu beton tebal pelat 22 cm
  CBREfektif Tegangan setara Faktor Erosi
(%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG
 
35 0,72 1,11 0,92 0,73 1,62 2,22 2,27 2,32
  46 0,71 1,07 0,89 0,72 1,61 2,21 2,24 2,28
50 0,71 1,06 0,88 0,71 1,60 2,20 2,23 2,26
 
Sumber : Olahan data

 
b. Menentukan Faktor Rasio Tegangan (FRT)
 
Faktor Rasio Tegangan (FRT) dicari dengan membagi
Tegangan Ekivalen (TE) oleh Kuat Tarik Lentur ((fcf).
0,50
𝑓𝑐𝑓 = 3,13. 𝐾 𝑓𝑐 ′
0,50
𝑓𝑐𝑓 = 3,13 𝑥 0,75 350
𝑓𝑐𝑓 = 43,92 kg/cm2 = 4,39 MPa
Nilai FRT untuk berbagai jenis sumbu kendaraan adalah
sebagai berikut :
𝑇𝐸 0,71
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑅𝑇 = = = 0,16
𝑓𝑐𝑓 4,39

𝑇𝐸 1,07
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑅𝐺 = = = 0,24
𝑓𝑐𝑓 4,39

𝑇𝐸 0,89
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑑𝑅𝐺 = = = 0,20
𝑓𝑐𝑓 4,39

𝑇𝐸 0,72
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑟𝑅𝐺 = = = 0,16
𝑓𝑐𝑓 4,39

ARNIS / 101135002 V-18


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
c. Menentukan jumlah repetisi ijin fatik dan repetisi ijin erosi
 

  0,24

 
33,03
 

Sumber : Pd T-14-2003
Gambar 5.10. Grafik Repetisi Ijin Fatik untuk tebal pelat 22 cm

Dari gambar 5.10 diatas, diperoleh repetisi ijin fatik yang


terjadi untuk semua jenis kendaraan adalah tidak terhingga.

Repetisi beban ijin berdasarkan faktor erosi diperlihatkan


pada Gambar 5.11 berikut.

ARNIS / 101135002 V-19


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
50 x 106
  50 x 106 35 x 106

 
2,21
2,24
 

 
33,03
32,34
  31,19

Sumber : Pd T-14-2003
Gambar 5.11. Grafik Analisis erosi dan jumlah repetisi beban berdasarkan
faktor erosi, dengan bahu beton untuk tebal pelat 22 cm

Dari gambar 5.9 diatas, diperoleh repetisi ijin erosi yang


terjadi untuk semua jenis kendaraan adalah :
- STRG1 = 35 x 106
- STRG2 = 50 x 106
- STdRG = 50 x 106

ARNIS / 101135002 V-20


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
Tabel 5.11. Analisa Fatik dan Erosi untuk tebal pelat 22 cm
 
Beban Beban Repetisi yang Analisa Fatik Analisa Erosi
  terjadi Faktor tegangan Repetisi Ijin
Jenis Sumbu Sumbu Rencana per Persen Rusak Repetisi Ijin Persen Rusak
dan erosi
(ton) roda (kN) (ESA) (ESA) (%) (ESA) (%)
  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(4)x100/(6) (8) (9)=[(4)/(8)]x100
6
6,88 34,38 7,24 x 10 TE = 0,71 TT 0 TT 0
  6,81 34,03 9,53 x 106 FRT = 0,16 TT 0 TT 0
STRT 8,32 41,58 0,06 x 106 FE = 1,61 TT 0 TT 0
  3,37 16,83 0,43 x 106 TT 0 TT 0
2,75 13,75 1,43 x 106 TT 0 TT 0
  13,21 33,03 9,53 x 106 TE = 1,07 100 x 106 9,53 35 x 106 27,23
12,94 32,34 0,06 x 106 FRT = 0,24 TT 0 50 x 106 0,13
STRG
  6,53 16,34 0,43 x 106 FE = 2,21 TT 0 TT 0
2,75 6,88 1,43 x 106 TT 0 TT 0
  24,9 31,19 0,06 x 106 TE = 0,89 TT 0 50 x 106 0,13
STdRG 20,6 25,78 7,24 x 106 FRT = 0,20 TT 0 TT 0
FE = 2,24 TT 0 TT 0
 
TOTAL 9,53 < 100% 27,48 < 100%

Sumber : Olahan data

Keterangan :
TE = Tegangan Ekivalen;
FRT = Faktor Rasio Tegangan;
FE = Faktor Erosi;
TT = Tidak Terbatas

Dari tabel 5.11 diatas dapat dilihat bahwa porsentase rusak


fatik (lelah) dan rusak ijin erosi telah lebih kecil (mendekati) 100%
(27,48%), maka tebal pelat 22 cm dapat diambil.

6. Asumsi 3 (tebal pelat 23 cm)


a. Menentukan Tegangan Ekivalen ( TE ) dan Faktor Erosi (FE)
Nilai Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi dengan nilai CBR
efektif = 46% dicari dengan cara interpolasi.
Contoh interpolasi untuk mencari nilai Tegangan Ekivalen
dengan
0,23
CBR 35%, STRT = 0,68 ; CBR 50%, STRT = 0,67, didapat
CBR 46% sebagai berikut :
46 − 35
𝑇𝐸𝑆𝑇𝑅𝑇 = 0,67 − 0,68 + 0,68
50 − 35
33 kN
= 0,67

ARNIS / 101135002 V-21


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
Hasil perhitungan selanjutnya dilanjutkan dengan cara
 
tabulasi dengan hasil perhitungan pada Tabel 5.12 berikut.
 

  Tabel 5.12. Hasil interpolasi Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk
perkerasan dengan bahu beton tebal pelat 23 cm
  CBREfektif Tegangan setara Faktor Erosi
(%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG
 
35 0,68 1,04 0,87 0,69 1,56 2,17 2,23 2,28
  46 0,67 1,01 0,84 0,68 1,55 2,16 2,20 2,24
50 0,67 1,00 0,83 0,67 1,54 2,15 2,19 2,22
 
Sumber : Olahan data

 
b. Menentukan Faktor Rasio Tegangan (FRT)
 
Faktor Rasio Tegangan (FRT) dicari dengan membagi
Tegangan Ekivalen (TE) oleh Kuat Tarik Lentur ((fcf).
0,50
𝑓𝑐𝑓 = 3,13. 𝐾 𝑓𝑐 ′
0,50
𝑓𝑐𝑓 = 3,13 𝑥 0,75 350
𝑓𝑐𝑓 = 43,92 kg/cm2 = 4,39 MPa
Nilai FRT untuk berbagai jenis sumbu kendaraan adalah
sebagai berikut :
𝑇𝐸 0,67
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑅𝑇 = = = 0,15
𝑓𝑐𝑓 4,39

𝑇𝐸 1,01
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑅𝐺 = = = 0,23
𝑓𝑐𝑓 4,39

𝑇𝐸 0,84
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑑𝑅𝐺 = = = 0,19
𝑓𝑐𝑓 4,39

𝑇𝐸 0,68
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑟𝑅𝐺 = = = 0,15
𝑓𝑐𝑓 4,39

ARNIS / 101135002 V-22


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
c. Menentukan jumlah repetisi ijin fatik dan repetisi ijin erosi
 

  0,23

 
33,03
 

Sumber : Pd T-14-2003
Gambar 5.12. Grafik Repetisi Ijin Fatik untuk tebal pelat 23 cm

Dari gambar 5.12 diatas, diperoleh repetisi ijin fatik yang


terjadi untuk semua jenis kendaraan adalah tidak terhingga.

Repetisi beban ijin berdasarkan faktor erosi diperlihatkan


pada Gambar 5.13 berikut.

ARNIS / 101135002 V-23


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 

 
2,16

 
33,03
32,34
  31,19

Sumber : Pd T-14-2003
Gambar 5.13. Grafik Analisis erosi dan jumlah repetisi beban berdasarkan
faktor erosi, dengan bahu beton untuk tebal pelat 23 cm

Dari gambar 5.11 diatas, diperoleh repetisi ijin erosi yang


terjadi untuk semua jenis kendaraan adalah :
- STRG1 = Tidak terhingga
- STRG2 = Tidak terhingga
- STdRG = Tidak terhingga

ARNIS / 101135002 V-24


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
Tabel 5.13. Analisa Fatik dan Erosi untuk tebal pelat 23 cm
 
Beban Beban Repetisi yang Analisa Fatik Analisa Erosi
terjadi Faktor tegangan Repetisi Ijin Repetisi Ijin Persen Rusak
  Jenis Sumbu Sumbu Rencana per
dan erosi
Persen Rusak
ton (kN) roda (kN) (ESA) (ESA) (%) (ESA) (%)

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(4)x100/(6) (8) (9)=[(4)/(8)]x100


6
6,88 34,38 7,24 x 10 TE = 0,67 TT 0 TT 0

  6,81 34,03 9,53 x 106 FRT = 0,15 TT 0 TT 0


STRT 8,32 41,58 0,06 x 106 FE = 1,55 TT 0 TT 0
3,37 16,83 0,43 x 106 TT 0 TT 0
  2,75 13,75 1,43 x 106 TT 0 TT 0
13,21 33,03 9,53 x 106 TE = 1,01 TT 0 TT 0,00
  12,94 32,34 0,06 x 106 FRT = 0,23 TT 0 TT 0,00
STRG
6,53 16,34 0,43 x 106 FE = 2,16 TT 0 TT 0
  2,75 6,88 1,43 x 106 TT 0 TT 0
24,9 31,19 0,06 x 106 TE = 0,84 TT 0 TT 0,00
 
STdRG 20,6 25,78 7,24 x 106 FRT = 0,19 TT 0 TT 0
FE = 2,20 TT 0 TT 0
TOTAL 0,00 < 100% 0,00 < 100%
 
Sumber : Olahan data

Keterangan :
TE = Tegangan Ekivalen;
FRT = Faktor Rasio Tegangan;
FE = Faktor Erosi;
TT = Tidak Terbatas

Dari tabel 5.13 diatas dapat dilihat bahwa porsentase rusak


fatik (lelah) dan rusak ijin erosi lebih kecil dari 0% (tidak terhingga),
sehingga tebal pelat 23 cm dapat diambil untuk menghindari
pemborosan dalam perencanaan.

Dari ketiga perhitungan tebal pelat diatas, maka tebal pelat yang
diambil adalah 22 cm.

5.2.2. Perhitungan Tulangan


1. Data perencanaan
 Tebal pelat = 22 cm
 Lebar Pelat = 5m
 Panjang pelat = 5m
 Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi (μ) = 1

ARNIS / 101135002 V-25


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
 Mutu baja = BJ 37 (fy = 240 MPa)
 
 Berat isi beton = 2400 kg/m3
 
 Gravitasi = 9,81 m/dt2
  2. Perhitungan tulangan memanjang
  𝜇. 𝐿. 𝑀. 𝑔. 𝑕
𝐴𝑠 =
2. 𝑓𝑠
 
1 𝑥 5 𝑥 2400 𝑥 9,81 𝑥 0,22
  𝐴𝑠 = = 89,93 𝑚𝑚2 /𝑚′
2 𝑥 (0,6 𝑥 240)
 
As min = 0,1% x 220 x 1000 = 220 mm2/m’
 

  3. Perhitungan tulangan melintang


𝜇. 𝐿. 𝑀. 𝑔. 𝑕
𝐴𝑠 =
2. 𝑓𝑠

1 𝑥 5 𝑥 2400 𝑥 9,81 𝑥 0,22


𝐴𝑠 = = 89,93 𝑚𝑚2 /𝑚′
2 𝑥(0,6 𝑥 240)

As min = 0,1% x 220 x 1000 = 220 mm2/m’

Dengan menggunakan tabel 3.8, dipakai tulangan berbentuk


bujur sangkar diameter 8 mm dengan jarak tulangan melintang dan
tulangan memanjang 200 mm dengan luas penampang tulangan
251mm2/m (As = 251 mm2/m > As min = 220 mm2/m).

5.2.3. Perencanaan Sambungan.


5.2.3.1. Dimensi Sambungan.
1. Dowel ( Ruji ).
Kedalaman sambungan lebih kurang seperempat dari tebal pelat,
dengan jarak sambungan susut melintang 10 m (untuk perkerasan beton
bersambung dengan tulangan). Menurut Tabel 3.5 yang bersumber dari
Pd.T-14-2003, ukuran dan jarak batang Dowel yang disarankan dengan
ketebalan plat 220 mm adalah sebagai berikut :
a. Diameter ruji = 33 mm
b. Panjang ruji = 450 mm

ARNIS / 101135002 V-26


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
c. Jarak antar ruji = 300 mm
 

  : Hasil olahan data


Sumber
Gambar 5.14. Sambungan Susut Melintang dengan dowel
 

2. Batang pengikat ( Tie bar ).


Dengan ketebalan pelat 220 mm, jarak dari tepi ke sambungan
pelat (lebar pelat) = 5,00 m, dengan diameter batang pengikat yang
dipilih adalah 16 mm dan jarak antar batang pengikat yang digunakan
adalah 75 cm, maka dapat dihitung panjang batang pengikat yang
dibutuhkan adalah :
l = (38,3 x ɸ ) + 75
= (38,3 x 16mm) + 75
= 687,8 mm ≈ 700 mm = 70 cm

Sumber : Hasil olahan data


Gambar 5.15. Sambungan memanjang dengan tie bars

ARNIS / 101135002 V-27


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 

  : Hasil olahan data


Sumber
Gambar 5.16. Potongan melintang ruas jalan Lubuk Begalung - Indarung
 

 
5.3. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE JALAN BERDASARKAN
 
Pd.T-02-2006-B
 
Dalam perancangan drainase samping jalan untuk daerah perkotaan dengan
  daerah tangkapan hujan adalah badan jalan + bahu dan pemukiman yang
kemudian masuk ke drainase jalan dan kemudian dialirkan ke sungai terdekat atau
sungai yang melintang badan jalan. Dalam perhitungan ini diambil pada
permukaan perkerasan, bahu dan samping jalan (pemukiman) yang diambil sekitar
± 10 m, dari tepi drainase seperti yang terlihat pada Gambar 5.17 berikut.

Sumber : Olahan data


Gambar 5.17. Potongan Melintang Jalan

5.3.1. Kondisi Eksisting Permukaan Jalan


1. Eksisting Jalan
l1 = Perkerasan Jalan (beton) = 8,00 m (dari center line)
l2 = Bahu Jalan (beton) = 2,00 m
l3 = Luar Jalan = 10 m
Untuk bahu jalan (l2) adalah bahu yang diperkeras dgn beton dan luar
jalan (l3) diambil daerah perkotaan.

ARNIS / 101135002 V-28


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
2. Koefisien C
 
- Beton : C1 = 0,80 (Tabel 3.24)
  - Bahu Jalan : C2 = 0,80 (Tabel 3.24)
 - Luar Jalan : C3 = 0.80 (Tabel 3.24)

 
5.3.2. Analisa Data Curah Hujan
 
Perhitungan debid banjir dengan menggunakan Metoda Gumbel. Data
 
curah hujan harian maksimum tahunan diambil dari pos Ladang Padi Kecamatan
  Kilangan, Kota Padang (000.56’.55’’ LS / 1000.31’.08’’ BT), dengan data
Lubuk
pada  tabel 5.14 berikut :
Tabel 5.14. Curah hujan tahunan pada Stasiun Ladang Padi
 

Sumber : Dinas PSDA Provinsi Sumatera Barat

Curah hujan rata-rata dihitung dengan persamaan 3.15 berikut :


𝑥𝑖
𝑥= 𝑛
782,73
= = 78,27
10
Nilai simpangan baku dihitung dengan persamaan 3.16 sebagai berikut :

  xi  x 
2

Sx 
n 1

1.809,582
𝑆𝑥 = = 14,180
10 − 1

ARNIS / 101135002 V-29


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
5.3.3. Menghitung luasan daerah pengairan
 
Dalam perhitungan ini luas daerah pengairan diambil pada terase jalan
  yang paling panjang elevasinya antara elavasi awal dan elevasi tertinggi (lihat
lampiran
  pada profil memanjang) yaitu pada KM. PDG. 10+413,30 – KM.PDG.
11+838,80
  sepanjang 1.425,50 m. Pengambilan luas daerah pengairan ini berguna
untuk mendapatkan nilai maksimum yang mewakili darainase samping jalan
 
seluruhnya. Jadi didapat luas pengairan sebagai berikut.
 
- Aspal (A1) : 8,00 x 1.425,50 m = 11.404,00 m2
  - Bahu Jalan (A2) : 2,00 x 1.425,50 m = 2.851,00 m2

  - Samping Jalan (A3) : 10,00 x 1.425,50 m = 14.255,00 m2


Luas total = 28.510,00 m2
 
= 0,0285 Km2
- Fk untuk daerah perkotaan = 2,00

- Koefisien pengaliran rata – rata:


C 1 x A 1 + C 2 x A 2 + C 3 x A 3 x fk
C = A1+ A2 + A3
0,80 x 11.404 + 0,80 x 2.851 + (0,80 x 14.255 x 2,00)
C = 11.404+2.851+14.255

= 1,200 menit
5.3.4. Waktu konsentrasi (Tc)
l1 = 8,00 m ; i1 = 2,0% = 0,020 ; nd1 = 0,013
l2 = 2,00 m ; i2 = 2,5% = 0,025 ; nd2 = 0,200
l3 = 10,00 m ; i3 = 2,0% = 0,025 ; nd1 = 0,200
L = 6302,40 – 6000,00 = 302,40 m
V = 1,50 m/detik (tabel 3.11)

2 n d 0,167
t1 = x 3,28 x Lt x )
3 √i s

2 0,013 0,167
t1 jalan = (3 x 3,28 x 8,00 x )
√0,02

= 1,083 menit
2 0,013 0,167
t1 bahu = (3 x 3,28 x 2,00 x )
√0,02

= 0,859 menit

ARNIS / 101135002 V-30


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
2 0,200 0,167
t1 perumahan =(3 x 3,28 x 10 x )
  √0,025

= 1,741 menit
 
t1 dari badan jalan = 1,083 + 0,859 = 1,941 menit
 
t1 dari perumahan = 1,741 menit
  maka ;
  diambil t1 = 1,941 menit

 
L
t2 = 60 x V
 
1.425,50
= = 15,84 menit
  60 𝑥 1,50

sehingga :
 
Tc = t1 + t2
= 1,941 + 15,84 = 17,78 menit

Dengan menggunakan grafik kurva basis, dihitung Intensitas curah hujan


(I) maksimum yaitu :
19 0

18 0

17300

16 0
152 15 0
In ten sitas hu jan ( m m / jam )

14 0

13 0

12 0

11 0

10 0

90

80

70

60

50

40

30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 10 0 11 0 12 0 13 0 14 0 15 0 16 0 17 0 18 0 19 0 20 0 21 0 22 0 23 0 24 0
17,78
w aktu konsentrasi ( m enit )

Sumber : Badan Standarisasi Nasional, SNI 03-3424-1994


Gambar 5.18. Kurva Basis
Maka intensitas curah hujan (I) maksimum berdasarkan Gambar 5.18
diatas adalah 152 mm/jam.

ARNIS / 101135002 V-31


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
5.3.5. Menghitung Debid Pengaliran Rencana (Qr)
  𝐶𝑥𝐼𝑥𝐴
Qr = 3,6
 
atau
 
Qr = 0,278 x C x I x A
  = 0,278 x 1,20 x 152 x 0,0285 = 1,446 m3/detik
 
5.3.6. Penentuan dimensi saluran samping
 
Saluran samping direncanakan berbentuk segi empat dari pasangan batu
 
kali dengan penyelesaian, kondisi baik.
   V = 1,50 m/detik (kecepatan saluran yang diijinkan untuk pasangan
  dari batu kali atau beton (Tabel 3.11)
 Angka kekasaran Manning (n) = 0,020
 Kemiringan saluran yang diijinkan sampai dengan 7,5% (Tabel 3.12)
elev .1 − elev .2
 is = x 100
L
103,221−131,402
 = x 100 = 1,98 % (disesuaikan dengan kemiringan
1.425,50

memanjang jalan)

5.3.7. Perhitungan debid saluran (Qs)


1 1/2
Qs = F x V → V = n x R2/3 x is

F =bxh → F > 0,50 m2


Maka :
2
1 𝑏𝑥𝑕 3 1
Qs = 𝑛 𝑥 𝑏 𝑥 𝑕 𝑥 𝑖 2
𝑏+2𝑕

Asumsi :
b = 0,90 m ; h = 0,60 m → F = 0,56 m2 > 0,50 m2→ OK
2
1 0,90 𝑥 0,60 3 1
Qs = 0,020 𝑥 0,90 𝑥 0,60 𝑥 0,0198 2
0,90+(2 𝑥 0,60)

Qs = 1,54 m3/detik > Qr = 1,45 m3/detik → OK

ARNIS / 101135002 V-32


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
5.3.8. Tinggi jagaan (W)
 
W = √0,5h = √0.5x0,60 = 0,58 m ≈ 0,60 m
 

 
5.3.9. Penampang Hasil Perhitungan
 
w = 0,60 m
 

  h = 0,60 m

 
b = 0,90 m
 

Sumber : Olahan data


Gambar 5.19. Dimensi drainase samping jalan

5.4. PERENCANAAN METODA PELAKSANAAN PERKERASAN


KAKU DENGAN METODA Pd.T-05-2004-B
5.4.1. Penyiapan tanah dasar dan lapis pondasi
Penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyiapan tanah
dasar dan atau lapis pondasi, seperti pembersihan, pengupasan, pembongkaran,
penggalian dan penimbunan, atau pelaksanaan lapis pondasi dengan atau tanpa
bahan pengikat, dapat dilihat dalam peraturan pelaksanaan pembangunan jalan
sesuai dengan spesifikasi yang berlaku (SNI 03-2853-1992).
Sebelum penghamparan lapis pondasi atau beton semen, kemiringan tanah
dasar harus dibentuk sesuai dengan kemiringan pada potongan melintang yang

ARNIS / 101135002 V-33


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
ditentukan pada gambar rencana, dengan toleransi tinggi permukaan maksimum 2
 
cm. Penyimpangan kerataan permukaan tidak boleh lebih besar 1 cm bila diukur
  dengan mistar pengukur (straight edge) sepanjang 3 m.
  Permukaan tanah dasar agar dijaga tetap rata dan padat sampai pondasi
atau  beton semen dihamparkan. Alat-alat berat tidak boleh dioperasikan di lajur
permukaan yang sudah selesai dilaksanakan.
 
Ketentuan pelaksanaan umum yang berlaku untuk tanah dasar berlaku pula
 
untuk lapis pondasi. Toleransi ketinggian permukaan lapis pondasi maksimum
adalah
  1,5 cm dan perbedaan penyimpangan kerataan permukaan harus lebih kecil
1 cm
  bila diukur dengan mistar pengukur sepanjang 3 m.

 
5.4.2. Penyiapan pembetonan
Dalam penghamparan perkerasan beton semen ini dengan menggunakan
Metode Acuan tetap (Fixed Form Paving Method).
Pada penghamparan metode acuan tetap, pengecoran, pemadatan dan
penyelesaian akhir beton, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya yang berkaitan,
dilaksanakan di antara acuan.
1. Bahan dan ukuran
Acuan yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban
peralatan pelaksanaan. Acuan harus tidak melendut lebih besar dari 6 mm
bila diuji sebagai balok biasa dengan bentang 3,00 m dan beban yang
sama dengan berat mesin penghampar atau peralatan pelaksanaan lainnya
yang akan bergerak di atasnya.
Tebal baja yang digunakan adalah antara 6 mm dan 8 mm. Bila
acuan harus mendukung alat penghampar beton yang berat, ketebalannya
tidak boleh kurang dari 8 mm. Dianjurkan agar acuan mempunyai tinggi
yang sama dengan tebal rencana pelat beton semen, dan lebar dasar
acuan sama dengan 0,75 kali tebal pelat beton tapi tidak kurang dari 20
cm.
Acuan harus diperkuat sedemikian rupa sehingga setelah
terpasang cukup kokoh, tidak melentur atau turun akibat tumbukan dan
getaran alat penghampar dan alat pemadat. Lebar flens penguat yang

ARNIS / 101135002 V-34


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
dipasang pada dasar acuan harus menonjol keluar dari acuan tidak kurang
 
dari 2/3 tinggi acuan.
  Dalam pemeriksaan kelurusan dan kerataan acuan, variasi
  kerataan bidang atas acuan tidak boleh lebih dari 3 mm untuk setiap 3,00

  m panjang dan kerataan bidang dalam acuan tidak boleh lebih dari 6 mm
untuk setiap 3,00 m panjang. Ujung-ujung acuan yang berdampingan
 
harus mempunyai sistem pengunci untuk menyambung dan mengikat erat
 
acuan-acuan tersebut.
  Rongga udara di bawah acuan harus diupayakan sekecil mungkin

  sehingga air semen tidak keluar. Pada lengkungan dengan jari-jari 30,00
m atau kurang, dianjurkan untuk menggunakan acuan yang dapat
 
dibengkokkan (flexible form) atau acuan melengkung.

2. Pemasangan acuan
Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan
alinyemen dan ketinggian jalan yang direncanakan, sehingga pada waktu
dipasang acuan dapat disangga secara seragam pada seluruh panjangnya
dan terletak pada elevasi yang benar. Alinyemen dan elevasi acuan harus
diperiksa dan bila perlu diperbaiki menjelang penghamparan beton
semen. Bila terdapat acuan yang rusak atau pondasi yang tidak stabil,
pondasi harus diperbaiki terlebih dahulu dan acuan harus distel kembali.
Acuan harus dipasang cukup jauh di depan tempat penghamparan
beton semen sehingga memungkinkan pemeriksaan dan perbaikan acuan
tanpa mengganggu kelancaran penghamparan. Setelah acuan dipasang
pada posisi yang benar, tanah dasar atau lapis pondasi bawah pada kedua
sisi luar dan dalam dasar acuan harus dipadatkan dengan baik
menggunakan alat pemadat mesin atau manual.
Acuan harus diikat pada tempatnya, paling sedikit dengan tiga
pasak pada setiap 3 m panjang. Setiap acuan harus benar-benar terikat
kuat sehingga tidak dapat bergerak. Pada setiap titik acuan tidak boleh
menyimpang lebih dari 6 mm dari garisnya. Tidak diijinkan adanya
penurunan atau pelenturan acuan yang berlebihan akibat peralatan

ARNIS / 101135002 V-35


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
pelaksanaan. Sebelum penghamparan dilakukan, sisi bagian dalam acuan
 
harus dibersihkan dan diolesi dengan bahan anti lengket.
 

  3. Pembongkaran acuan

  Acuan agar dipertahankan tetap pada tempatnya sekurang-


kurangnya selama 8 jam setelah pengecoran beton semen. Apabila
 
temperatur udara turun dibawah 10° C pada kurun waktu 8 jam sejak
 
pengecoran beton, acuan agar dipasang lebih lama guna menjamin bahwa
  ujung perkerasan beton semen tidak rusak. Perawatan terhadap tepi

  perkerasan beton harus dilaksanakan sesegera mungkin setelah acuan


dibongkar.
 

5.4.3. Pemasangan ruji, batang pengikat dan tulangan pelat


5.4.3.1. Ruji (Dowel)
Ruji harus terbuat dari batang baja polos dan memenuhi spesifikasi untuk
batang polos AASHTO M 31-81, AASHTO M 42-81 atau AASHTO M 31-81.
Ruji harus polos, tidak kasar atau tidak memiliki tonjolan sehingga tidak
mengurangi kebebasan pergerakan ruji dalam beton.
Apabila digunakan topi pelindung muai yang terbuat dari logam (metal
expansion cap) pelindung tersebut harus menutupi bagian ujung ruji dengan jarak
5 cm - 7 cm. Pelindung harus memberikan ruang pemuaian yang cukup, dan harus
cukup kaku sehingga pada waktu pelaksanaan tidak rusak.
Batang ruji harus ditempatkan di tengah ketebalan pelat. Kepadatan beton
di sekeliling ruji harus baik agar ruji bisa berfungsi secara sempurna. Bagian
batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan pencegah karat.
Sesudah bahan pencegah karat kering, maka bagian ini harus dilapisi dengan
dengan cat atau diolesi dengan bahan anti lengket sebelum ruji dipasang
pelindung muai. Ujung batang ruji yang dapat bergerak bebas harus dilengkapi
dengan tupi/penutup topi pelindung muai. Pelapis ruji dari jenis plastik atau jenis
lain dapat digunakan sebagai pengganti bahan anti lengket. Ruji atau batang
pengikat dan komponen perlengkapan ruji seperti dudukan untuk penyangga

ARNIS / 101135002 V-36


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
tulangan, yang diletakkan pada pondasi bawah harus cukup kuat untuk menahan
 
pergeseran atau deformasi sebelum dan selama pelaksanaan.
 
5.4.3.2.
  Pemasangan dudukan ruji
Dudukan ruji harus ditempatkan pada lapis pondasi bawah atau tanah
 
dasar yang sudah dipersiapkan. Perlengkapan ruji harus ditempatkan tegak lurus
 
sumbu jalan, kecuali ditentukan lain pada Gambar Rencana. Ruji harus
  ditempatkan dengan kuat pada posisi yang telah ditetapkan sehingga tekanan
beton
  tidak akan mengganggu kedudukannya. Pada tikungan yang diperlebar,
sambungan memanjang pada sumbu jalan harus diatur sedemikian rupa sehingga
 
mempunyai jarak sama dari tepi-tepi pelat.
 
Susunan batang ruji dan dudukannya harus dipasang pada garis dan elevasi
yang diperlukan dan harus dipegang kuat pada posisinya dengan menggunakan
patok-patok. Apabila susunan batang ruji dan dudukannya dibuat secara bagian
demi bagian maka susunan tersebut harus merupakan satu kesatuan.

5.4.3.3. Batang pengikat (Tie Bars)


Batang pengikat harus terbuat dari batang baja ulir yang memenuhi
spesifikasi untuk batang tulangan, mutu minimum BJTU-24 dan berdiameter
minimum 16 mm. Apabila digunakan batang pengikat dari jenis baja lain, maka
baja tersebut harus dapat dibengkokkan dan diluruskan kembali tanpa mengalami
kerusakan.

5.4.4. Tulangan
Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak atau bahan-bahan
organik lainnya yang bisa mengurangi lekatan dengan beton atau yang dapat
menimbulkan kerugian lainnya. Pengaruh karat, kerak, atau gabungan dari
keduanya terhadap ukuran, berat minimum, serta sifat-sifat fisik yang dihasilkan
melalui pengujian benda uji dengan sikat kawat, tidak memberikan nilai yang
lebih kecil dari yang disyaratkan.

ARNIS / 101135002 V-37


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
5.4.4.1. Persyaratan bahan
 
Jenis baja tulangan dan perlengkapannya harus sesuai dengan spesifikasi
  sebagai berikut :
  1. Baja tulangan berbentuk anyaman dari kawat yang memenuhi

  persyaratan AASHTO M 35-81, atau AASHTO M 221-81 untuk


tulangan dari kawat baja berulir;
 
2. Anyaman batang baja yang memenuhi AASHTO M 54-81;
 
3. Batang tulangan harus memenuhi persyaratan AASHTO M 42-81 dan
  AASHTO M 53-81.

 
5.4.4.2. Pemasangan tulangan
 
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemasangan tulangan adalah
sebagai berikut :
1. Tulangan harus terdiri atas anyaman kawat di las atau anyaman batang
baja.
2. Lebar dan panjang anyaman kawat atau anyaman batang baja harus
diatur sedemikian rupa, sehingga pada waktu anyaman tersebut
dipasang, kawat/batang baja yang paling luar terletak 7,5 cm dari
tepi/sambungan pelat.
3. Batang-batang baja pada setiap persilangan harus diikat kuat. Batang-
batang baja yang disambung, bagian ujung-ujungnya harus berimpit
dengan panjang tidak kurang dari 30 kali diameternya.
4. Anyaman batang baja dibuat di pabrik dengan cara mengelas pada tiap
persilangan batang-batang tersebut, bagian ujung-ujung batang
memanjang harus berimpit dengan panjang minimal 30 kali
diameternya. Pola anyaman dibuat sedemikian rupa dengan tulangan
diameter 8 mm jarak 200 mm.
5. Ujung lembar anyaman kawat baja harus ditumpang tindihkan
sebagaimana yang tercantum pada Gambar Rencana. Lembar anyaman
harus diikat kuat untuk mencegah pergeseran;
6. Apabila pelat (slab) dibuat dengan dua kali mengecor, maka permukaan
lapis pertama harus rata dan terletak pada kedalaman tidak kurang dari

ARNIS / 101135002 V-38


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
5 cm di bawah permukaan akhir pelat. Tulangan ditempatkan di atas
 
lapis pertama pengecoran;
  7. Penghamparan lapisan pertama harus mencakup seluruh lebar
  pengecoran dengan panjang yang cukup untuk memungkinkan agar

  anyaman dapat digelar pada posisi akhir tanpa terjadi kelebihan


penulangan yang terlalu jauh. Untuk mencegah pergeseran, anyaman
 
tulangan yang berdampingan harus diikat;
 
8. Dalam pengecoran lapisan berikutnya, adukan dituangkan di atas
  tulangan. Untuk jangka waktu tertentu permukaan beton lapis pertama

  tidak boleh dibiarkan terbuka lebih dari 30 menit, terutama pada


keadaan cuaca panas atau berangin. Selama penghamparan pemasangan
 
tulangan harus selalu diperiksa dan apabila dipandang perlu harus
dilakukan perbaikan.
9. Bahaya kerusakan sambungan tulangan pada umur muda dapat
dikurangi dengan cara mengatur pola sambungan secara miring atau
bertangga dari satu tepi perkerasan ketepi.
10. Batang baja yang disambung, bagian ujungnya harus berimpit satu sama
lainnya dengan panjang minimum 30 kali diameternya, tetapi tidak
boleh kurang dari 40 cm.

5.4.5. Pembetonan
Beton yang dihasilkan harus memenuhi kekuatan sesuai dengan yang
ditentukan dalam perencanaan. Kandungan udara harus masih dalam batas yang
dianjurkan sesuai dengan ukuran agregat dan daerah di mana beton akan
digunakan. Beton harus mempunyai factor air semen yang tidak lebih besar dari
yang dianjurkan untuk mengatasi kondisi lingkungan yang mungkin terjadi.

5.4.5.1. Sifat-sifat beton semen


Campuran beton yang dibuat untuk perkerasan beton semen harus
memiliki kelecakan yang baik agar memberikan kemudahan dalam pengerjaaan
tanpa terjadi segregasi atau bliding dan setelah beton mengeras memenuhi kriteria
kekuatan, keawetan, kedap air dan keselamatan berkendaraan sebagai berikut :

ARNIS / 101135002 V-39


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
1. Kadar air harus dijaga serendah mungkin (dalam batas kemudahan kerja)
 
untuk mendapatkan beton yang padat dan awet dengan kandungan udara
  yang sesuai dengan persyaratan.
  2. Mutu agregat harus tetap dijaga untuk mendapatkan kualitas beton yang

  diinginkan.
3. Bahan tambah (Admixtures) baru boleh digunakan hanya apabila sudah
 
dilakukan penilaian dan pengujian lapangan yang teliti.
 
4. Faktor air semen yang rendah sangat membantu dalam mempertahankan
  kekesatan permukaan perkerasan beton.
5.4.5.2.
  Bahan beton semen
Bahan yang digunakan harus berasal dari sumber yang telah diketahui dan
 
dibuktikan telah memenuhi persyaratan dan ketentuan dalam pedoman ini, baik
mutu maupun jumlahnya. Bila kondisi setempat tidak memungkinkan, maka dapat
dilakukan perubahan/penyesuaian terhadap persyaratan tersebut tanpa mengurangi
mutu hasil pekerjaan.
1. Agregat
Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Mutu agregat sesuai SK SNI S-04-1989-F;
b. Ukuran maksimum agregat harus ≤ 1/3 tebal pelat atau ≤ ¾ jarak
bersih minimum antar tulangan.

Cara pengelolaan agregat adalah sebagai berikut :


a. Agregat harus dikelola untuk mencegah pemisahan butir, penurunan
mutu, pengotoran atau pencampuran antar fraksi dari jenis yang
berbeda. Bila bahan mengalami pemisahan butir, penurunan mutu
atau pengotoran, maka sebelum digunakan harus
b. Diperbaiki dengan cara pencampuran dan penyaringan ulang,
pencucian atau cara-cara lainnya
c. Agregat harus dibentuk lapis demi lapis dengan ketebalan
maksimum 1,0 m. Masing-masing lapis agar ditumpuk dan dibentuk
sedemikian rupa dan penumpukan lapisan berikutnya dilakukan

ARNIS / 101135002 V-40


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
setelah lapisan sebelumnya selesai dan dijaga agar tidak membentuk
 
kerucut
  d. Agregat yang berbeda sumber dan ukuran serta gradasinya tidak
  boleh di satukan

  e. Semua agregat yang dicuci harus didiamkan terlebih dahulu


minimum 12 jam sebelum digunakan
 
f. Waktu penumpukan lebih dari 12 jam harus dilakukan untuk agregat
 
yang berkadar air tinggi atau kadar air yang tidak seragam
  g. Pada waktu agregat dimasukkan ke dalam mesin pengaduk, agregat

  tersebut harus mempunyai kadar air yang seragam


h. Agregat halus/pasir harus diperiksa kadar airnya. Volume agregat
 
yang mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 5%, harus dikoreksi.
Pada penakaran dengan berat, banyaknya agregat setiap fraksi harus
ditimbang terpisah. Agregat harus diperiksa kadar airnya, berat
agregat yang mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 3% harus
dikoreksi.

2. Semen
Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton semen harus
sesuai dengan SNI 15- 2049-1994. Semen harus dipilih dan diperhatikaan
sesuai lingkungan dimana perkerasan digunakan serta kekuatan awalnya
harus cukup untuk pemotongan sambungan dan ketahanan abrasi permukaan.
Cara penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan sebagai
berikut:
a. Semen disimpan di ruangan yang kering dan tertutup rapat
b. Semen ditumpuk dengan jarak setinggi minimum 0,30 meter dari
lantai ruangan, tidak menempel /melekat pada dinding ruangan dan
maksimum setinggi 10 zak semen
c. Tumpukan zak semen disusun sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi perputaran udara di antaranya dan mudah untuk diperiksa
d. Semen dari berbagai jenis/merk harus disimpan secara terpisah
sehingga tidak mungkin tertukar dengan jenis/merek yang lain

ARNIS / 101135002 V-41


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
e. Semen yang baru datang tidak boleh ditimbun di atas timbunan
 
semen yang sudah ada dan penggunaannya harus dilakukan menurut
  urutan pengiriman
  f. Apabila mutu semen diragukan atau telah disimpan lebih dari 2

  bulan maka sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu


bahwa semen tersebut memenuhi syarat
 
g. Pada penggunaan semen curah, suhu semen harus kurang dari 700C
 
b. Semen produksi pabrik dalam kantong yang telah diketahui beratnya
  tidak perlu ditimbang ulang. Semua semen curah harus diukur dalam

  berat.

 
3. Air
Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan
bebas dari minyak, garam, asam, bahan nabati, lanau, lumpur atau bahan-
bahan lain yang dalam jumlah tertentu dapat membahayakan. Air harus
berasal dari sumber yang telah terbukti baik dan memenuhi persyaratan sesuai
SK SNI S-04-1989-F.
Air harus diukur dalam volume atau berat dengan alat ukur yang
mempunyai akurasi 2%. Akurasi alat ukur harus diperiksa setiap hari.

4. Bahan tambah (Admixtures)


Penggunaan bahan tambah dapat dilakukan untuk maksud :
a. kemudahan pekerjaan (workability) yang lebih tinggi, atau
b. pengikatan beton yang lebih cepat, agar penyelesaian akhir
(finishing), pembukaan acuan dan pembukaan jalur lalu-lintas dapat
dipercepat, atau
c. pengikatan yang lebih lambat, misalnya pada pembetonan yang lebih
jauh
Proporsi bahan tambah dalam campuran harus didasarkan atas hasil
percobaan. Setiap bahan tambah yang digunakan harus memenuhi spesifikasi
sebagai berikut :
a. SNI 03-2495 –1991 Bahan tambah untuk beton;

ARNIS / 101135002 V-42


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
b. SNI 03-2496-1991 Spesifikasi bahan tambah pembentukan
 
gelembung udara;
  c. ASTM C-618 Spesifikasi untuk Fly Ash atau Calcined Natural
  Pozzolan yang digunakan dalam Beton Semen Portland;

  d. AASHTO M 144-78 Spesifikasi untuk Calcium Chloride.

 
5.4.5.3. Penentuan proporsi campuran beton semen
 
Penentuan proporsi campuran awal diperoleh berdasarkan perhitungan
rancangan
  dan percobaan campuran di laboratorium. Proporsi rencana campuran
akhir
  harus didasarkan pada percobaan penakaran skala penuh pada awal
pekerjaan.
 
Apabila ketentuan kadar semen minimum diterapkan, maka disarankan
untuk menggunakan semen minimum 335 kg/cm3, kecuali bila pengalaman
setempat menunjukkan bahwa nilai tersebut dapat diturunkan.
Kuat tarik lentur beton yang ditentukan dalam perencanaan pada umur 28
adalah 4 MPa (40 kg/cm2). Dalam hal apapun kadar semen tidak boleh lebih kecil
dari 280 kg/m3.

5.4.6. Pengadukan beton semen


5.4.6.1. Unit penakaran (Batching Plant)
Unit penakaran terdiri atas bak-bak atau ruangan-ruangan terpisah untuk
setiap fraksi agregat dan semen curah. Alat ini harus dilengkapi dengan bak
penimbang (weighting hoppers), timbangan (scales) dan pengontrol takaran
(batching controls). Semen curah harus ditimbang pada bak penimbang yang
terpisah, dan tidak boleh ditimbang kumulatif dengan agregat. Timbangan harus
cukup mampu untuk menimbang bahan satu adukan dengan sekali menimbang.
Alat penimbang harus dapat menimbang semua bahan secara teliti.
Ketelitian timbangan harus diperiksa sebelum digunakan dan secara berkala
selama pelaksanaan.

ARNIS / 101135002 V-43


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
5.4.6.2. Pengukuran dan penanganan bahan
 
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
  1. Semen curah maupun semen kemasan dapat digunakan, asalkan
  menggunakan cara penakaran yang sama. Semen yang berbeda merek

  tidak boleh digunakan pada pencampuran yang bersamaan. Semen harus


ditimbang dengan penyimpangan maksimum 1%. Apabila digunakan
 
semen kemasan, maka jumlah semen dalam satu adukan beton harus
 
merupakan bilangan bulat dalam zak;
  2. Agregat ditimbang dengan penyimpangan maksimum 2 %;

  3. Air pencampur dapat ditakar berdasarkan volume atau berat. Toleransi


penakaran maksimum 1%;
 
4. Bahan tambah yang digunakan harus dicampur ke dalam air sebelum
dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Bahan tambah dapat ditakar dalam
berat atau volume, dengan toleransi penakaran maksimum 3%. Bila
digunakan bahan tambah pembentuk udara (air entraining admixture)
bersamaan dengan bahan kimia, maka masing-masing bahan tambah
harus ditakar dan ditambahkan kedalam adukan secara terpisah;
5. Abu terbang (fly ash) atau pozolan lainnya harus ditakar dalam berat
dengan batas ketelitian 3 %.

5.4.6.3. Cara pengadukan beton semen


Pengadukan beton semen merupakan bagian paling penting dari tahapan-
tahapan, harus menghasilkan beton semen yang homogen, seragam dan ekonomis.
Untuk memperoleh hasil yang seperti itu, pemilihan tipe alat dan
pengoperasiannya harus dilakukan secara tepat, demikian juga penempatan alat
pengaduk dan material bahan campuran beton.
Bahan tambah yang berupa cairan harus dicampur ke dalam air sebelum
dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Seluruh air campuran harus sudah
dimasukkan ke dalam mesin pengaduk sebelum seperempat masa pengadukan
selesai.

ARNIS / 101135002 V-44


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
Lama waktu pencampuran (mixing time) yang diperlukan ditetapkan dari
 
hasil percobaan campuran. Waktu pencampuran tidak boleh kurang dari 75 detik,
  kecuali ada data untuk mencampur minimum 60 detik.
  Beton yang digunakan adalah beton siap campur (Ready-mixed Concrete),
pelaksanaan
  pencampuran beton harus sesuai dengan persyaratan Pd. S-02-1996-
03.
 
Pengadukan beton dilakukan dengan cara masinal dimana mengerjakan
 
pengadukan beton menggunakan peralatan yang telah memenuhi semua
persyaratan
  yang bisa dikendalikan secara otomatis, baik dalam hal penimbangan
atau  penakaran material maupun pengadukannya. Mesin pengaduk harus
dilengkapi dengan petunjuk dari pabrik yang menyatakan kapasitas dan jumlah
 
putaran per menit yang dianjurkan.

5.4.7. Pengangkutan adukan beton


Pengangkutan adukan beton ke lokasi pengecoran dapat menggunakan
tipping trucks, truck mixers atau agitators, sesuai dengan pertimbangan ekonomis
dan jumlah beton yang diangkut. Pengangkutan harus dapat menjaga campuran
beton tetap homogen, tidak segregasi, dan tidak menyebabkan perubahan
konsistensi beton.
Rentang waktu pengangkutan dapat diijinkan hingga 60 menit untuk beton
normal tetapi harus lebih pendek lagi jika untuk beton yang mengeras lebih cepat
atau temperatur beton ≥ 30° C.
5.4.8. Pengecoran, penghamparan, dan pemadatan
5.4.8.1. Pengecoran
Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi
segregasi. Tinggi jatuh adukan beton antara 0,90 m – 1,50 m tergantung dari
konsistensi adukan. Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di
tempat, penuangan adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket)
dan talang. Harus diusahakan agar penumpahan adukan beton dari satu adukan ke
adukan berikutnya berlangsung secara berkesinambungan sebelum terjadi
pengikatan akhir (final setting).

ARNIS / 101135002 V-45


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
Bila pelaksanaan perkerasan dilakukan pada cuaca panas dan bila
 
temperatur beton basah (fresh concrete) di atas 240 C, pencegahan penguapan
  harus dilakukan. Air harus dilindungi dari panas sinar matahari, dengan cara
melakukan
  pengecatan tanki air dengan warna putih dan mengubur pipa
penyaluran
  atau dengan cara lain yang sesuai. Temperatur agregat kasar
diturunkan dengan menyemprotkan air. Pengecoran beton harus dihentikan bila
 
temperatur beton pada saat dituangkan lebih dari 320 C.
 
Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan
menghasilkan
  kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu yang tersedia
untuk
  menyelesaikan pekerjaan akhir. Dalam keadaan seperti ini tidak
diperbolehkan menambahkan air ke permukaan pelat. Pada kondisi yang sangat
 
terpaksa berkurangnya kadar air bisa diimbangi dengan melakukan pengkabutan.

5.4.8.2. Penghamparan
Ada dua metoda penghamparan beton semen.
1. Metoda menerus;
Pada metoda ini beton dicor secara menerus. Sambungan-sambungan
melintang dapat dibuat ketika beton masih basah atau dengan cara
digergaji sebelum retak susut terjadi.
2. Metoda panel-berselang.
Pada metoda ini beton dicor dengan sistem panel-panel berselang. Panel-
panel yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor, pengecorannya
dikerjakan setelah 4 – 7 hari berikutnya.

Penghampar yang digunakan adalah jenis dayung (paddle) atau ulir


(auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir, kecuali apabila
digunakan penghampar acuan gelincir. Semua peralatan harus dioperasikan secara
seksama.
Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan
kapasitas alat pemadat. Perkerasan beton menggunakan tulangan, pemasangan
tulangan harus diperkuat oleh dudukan kemudian beton dicor dan dipadatkan dari
atas.

ARNIS / 101135002 V-46


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 

 
5.4.8.3. Pemadatan
  Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya. Metoda
pemadatan
  dengan pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan
(Hand-operated
  vibrating beam). Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas
acuan-acuan samping. Kepadatan beton dicapai dengan menggetarkan satu unit
 
balok penggetar yang dioperasikan secara.
 
Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut, dapat
digunakan
  alat pemadat yang dibenamkan ke dalam beton (immersion vibrator).
Pemadatan
  beton harus dihentikan sebelum terjadi bliding (bleeding) pada
permukaan beton, dan harus sudah selesai sebelum pengikatan awal terjadi.
 
Untuk daerah di sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut
sekitar fasilitas drainase, dan pada pelat-pelat tidak beraturan, pada jalan masuk
dan persimpangan, diperlukan penanganan khusus untuk mencapai kepadatan
yang baik.

5.4.9. Pembentukan Tekstur Permukaan


Setelah beton dipadatkan, permukaan beton harus diratakan dan dirapihkan
dengan alat perata. Beton yang masih dalam keadaan plastis diberi tekstur untuk
memberikan kekesatan permukaan. Permukaan yang kasar bisa dicapai dengan
penyikatan dengan kawat atau paku dan pembuatan alur. Penyikat bisa dikerjakan
dengan cara manual atau mekanis yang akan menghasilkan tekstur permukaan
yang seragam sampai kedalamam 1,5 mm.
Penyikatan dilakukan dalam arah melintang. Sikat harus terbuat dari kawat
kaku dan lebar sikat tidak boleh kurang dari 45 cm. Sikat harus terdiri dari dua
baris dengan jarak 2 cm dari sumbu ke sumbu, masing-masing baris terdiri dari
beberapa ikatan kawat dengan jarak antar ikatan 1 cm, yang setiap ikatan terdiri
dari 14 kawat. Letak ikatan kawat harus dipasang secara zigzag. Panjang kawat 10
cm dan harus diganti apabila panjangnya menjadi 9 cm.

ARNIS / 101135002 V-47


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
5.4.10. Perlindungan dan Perawatan
 
5.4.10.1. Perlindungan
  Setelah beton dicor dan dipadatkan, hingga berumur beberapa hari, beton
harus
  dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan.
Perlindungan
  yang dilakukan adalah :
1. Pencegahan retak susut plastis;
 
Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan angin yang kencang
 
akan mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih cepat dibandingkan
  dengan pengisian kembali rongga oleh proses aliran air. Pengeringan yang

  cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur beton pada saat
pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur udara.
 
Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m2 per jam, pencegahan harus
dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis. Besarnya laju
penguapan dapat diestimasi dengan menggunakan nomogram seperti
diperlihatkan pada Gambar 5.20.
Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis :
a. Buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau
sinar matahari terhadap permukaan beton semen
b. Kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan
udara baik cuaca panas maupun dingin
c. Hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran beton
d. Rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan
dengan memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi
keterlambatan, lindungi beton dengan penutup sementara
e. Lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran dan
pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan

ARNIS / 101135002 V-48


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 

Sumber : Pd.T-05-2004-B
Gambar 5.20. Nomogram penentuan besar lajur penguapan

2. Perlindungan terhadap hujan;


Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam, harus ditutup dengan
bahan seperti plastik, terpal atau bahan lain yang sesuai.
3. Perlindungan terhadap kerusakan permukaan.
Perkerasan harus dilindungi terhadap lalu-lintas umum dan proyek, dengan
pemasangan rambu lalu-lintas, penerangan lampu, penghalang, dan lain
sebagainya.

ARNIS / 101135002 V-49


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
5.4.10.2. Perawatan
 
Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan
  mutu akhir beton. Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh
permukaan
  beton harus dirawat. Salah satu perawatan yang baik adalah dengan
cara  penyemprotan bahan larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white-
pigmented), bahan dasar resin (resin-based) atau bahan dasar karet klorinat
 
(chlorinated-rubber-base), selaput kompon yang sesuai dengan ASTM C309.
 
Kompon harus disemprotkan dengan jumlah 0,3 ltr/m2 (3,75 m2/ltr) untuk tebal
pelat
  ≥ 12,5 cm dan 0,2 ltr/m2 (2,5 m2/ltr) untuk tebal pelat < 12,5 cm.

  Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi paling lambat 60


menit setelah acuan dibongkar. Apabila pada masa perawatan terjadi kerusakan
 
lapisan perawatan, maka lapisan perawatan tersebut harus segera diperbaiki.
Metoda perawatan yang lain seperti dengan lembaran plastik putih dapat
dilakukan bilamana perawatan dengan selaput kompon tidak memungkinkan.
Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat permukaan beton
masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum beton mengeras, harus
dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum lembaran plastik tersebut dipasang.
Sambungan lembaran penutup harus dipasang tumpang tindih selebar 50 cm dan
harus dibebani sedemikian rupa sehingga tetap lekat dengan permukaan
perkerasan beton.
Lembaran penutup harus dilebihkan pada tepi perkerasan beton dengan
lebar yang cukup sehingga dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat
beton setelah acuan samping dibuka. Lembaran tersebut hendaknya masih berada
pada tempatnya selama waktu perawatan.
Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup permukaan beton
dapat dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
menempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan sebelum beton
cukup mengeras guna mencegah pelekatan. Penutup harus dipertahankan dalam
keadaan basah dan pada tempatnya selama minimal 7 hari.

ARNIS / 101135002 V-50


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
5.4.11. Pembuatan sambungan
 
Pembuatan sambungan bisa dilaksanakan pada saat beton masih plastis
  atau dengan melakukan penggergajian untuk pengendalian retak. Dalam hal ini
dianjurkan
  menggunakan teknik penggergajian untuk mendapatkan hasil terbaik,
dan  harus dipertimbangkan untuk ruas-ruas jalan utama
Penggergajian sambungan susut melintang dan memanjang harus dimulai
 
secepat mungkin setelah beton mengeras dan dijamin tidak terjadi pelepasan butir,
 
umumnya 4 jam – 8 jam, tergantung dari hasil uji coba lapangan.
  Semua sambungan susut harus digergaji sebelum retak-retak yang tidak
dikehendaki
  terjadi, jika diperlukan pelaksanaan penggergajian, harus dilakukan
terus menerus siang malam tanpa memperhatikan cuaca. Penggergajian dapat
 
dilakukan lebih awal guna menghindari retak acak.
Penggergajian pada sambungan susut melintang harus dihentikan bilamana
retak sudah terjadi dekat dengan lokasi sambungan. Umumnya penggergajian
sambungan susut harus berurutan pada lajur-lajur yang berurutan.
Lebar dari penggergajian awal untuk sambungan susut melintang dan
memanjang tidak lebih dari 3 mm. Bilamana sambungan akan diberi lapis
penutup, bagian atas celah dilebarkan dan dilaksanakan secepat-cepatnya tujuh
hari setelah penggergajian awal.
Pelebaran sambungan pelaksanaan memanjang harus dilakukan secepat-
cepatnya tujuh hari setelah penghamparan. Sesegera mungkin setelah
penggergajian, celah-celah dari sambungan harus dibersihkan dengan
menyemprotkan air bersih dan segera ditutup sementara dengan bahan yang telah
direncanakan.

5.4.12. Penutup sambungan


Penutup sambungan yang digunakan adalah penutup sambungan siap pakai
dimana penutup sambungan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan lain yang
akan melemahkan ikatan dengan bahan penutup. Kerusakan pada permukan
sambungan seperti lepasnya agregat , masuknya material luar yang akan
menghalangi pergerakan bebas ketika penutup sambungan ditekan perlu

ARNIS / 101135002 V-51


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
diperbaiki. Lalu-lintas tidak diperbolehkan lewat pada lajur perkerasan sebelum
 
sambungan diberi bahan penutup permanen atau sementara.
  Celah sampai kedalaman dimana penutup sambungan akan dipasang harus
dibersihkan.
  Celah harus dikeringkan dan dibersihkan dengan menggunakan
kompresor.
  Sebelum pemasangan lapis penutup, jika ada kerusakan harus
diperbaiki terlebih dahulu.
 
Sisi-sisi bahan penutup harus diberi lapis pelumas rekat dengan bahan
 
yang sesuai pada ASTM D-2835 dan dimasukkan ke dalam sambungan dengan
cara  ditekan menggunakan roler yang tidak akan merusak bahan sambungan pada
saat  pemasangan. Bahan sambungan harus rata, agar tepat masuk ke dalam celah.
Pemuluran maksimum bahan penutup setelah pemasangan adalah 10%.
 
Permukaan bahan penutup harus berada 5 mm - 7 mm di bawah permukaan
perkerasan.

5.4.13. Sambungan peralihan antara perkerasan beraspal dan perkerasan


beton semen
Guna menghindari penurunan pada bagian perkerasan beraspal, perlu
dibuat lapisan transisi pada sambungan peralihan antara perkerasan beraspal dan
perkerasan beton semen. Tipikal bentuk sambungan dapat dilihat pada Gambar
5.21.

Lebar slab transisi :


− 2,0 m untuk sambungan melintang
− 0,6 untuk sambungan memanjang
Sumber : Pd.T-05-2004-B
Gambar 5.21. Sambungan peralihan antara perkerasan beraspal dan
perkerasan beton semen.

ARNIS / 101135002 V-52


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
5.4.14. Pembukaan untuk lalu-lintas
 
Perkerasan harus dilindungi dari kerusakan yang diakibatkan oleh lalu-
  lintas proyek dengan hanya mengijinkan lalu-lintas tersebut lewat pada perkerasan
sampai
  beton mencapai kekuatan seperti yang tercantum pada Tabel 5.15.
Lalu-lintas
  umum tidak diperbolehkan melewati perkerasan sampai kekuatan
beton mencapai kekuatan yang memadai seperti pada Tabel 5.16.
 
Di daerah yang sangat banyak gangguan atau bilamana diperlukan
 
pembukaan lalu-lintas lebih awal, pertimbangan harus ditujukan pada sistim
pelaksanaan
  yang lebih cepat.

 
Tabel 5.15 Kuat tekan minimum untuk pembukaan lalu lintas proyek
 
Tebal pelat Kuat tekan minimum yang diijinkan (fc')
( cm ) Mpa ( kg/cm2 )
12,5 27,6 (276)
> 12,5 17,9 (179)
Sumber : Pd.T-05-2004-B

Tabel 5.16. Kuat tekan minimum untuk pembukaan lalu-lintas umum

Kuat tekan untuk pembukaan lalu lintas umum (fc')


Tebal pelat Mpa ( kg/cm2 )
( cm )
Hanya kendaraan penumpang Lalu lintas campuran*

12,5 17,9 (179) 27,6 (276)


> 12,5 17,9 (179)
Sumber : Pd.T-05-2004-B

Catatan:
* Menganggap ada 500 lintasan beban sumbu ekivalen (ESAL) dalam satu
arah antara waktu pembukaan dan waktu beton mencapai kuat tekan
rencana (kuat tekan pada 28 hari).

5.4.15. Pengendalian mutu


5.4.15.1. Kegiatan pengontrolan yang harus dilakukan selama pelaksanaan
Hal-hal utama yang harus dilakukan dalam pengawasan selama
pelaksanaan perkerasan beton semen sebagai berikut :
1. Pekerjaan awal;
− mempelajari gambar rencana dan spesifikasi

ARNIS / 101135002 V-53


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
− pemahaman lebih dalam terhadap lokasi proyek, lajur dan kemiringan
 
− peralatan dan Organisasi Kontraktor
  − penentuan tugas dan tanggung jawab
  − menentukan pengujian, pencacatan dan laporan yang diperlukan

  − peralatan dan fasilitas untuk pemeriksaan, pengujian dan pengendalian


2. Bahan;
 
Semua bahan harus diidentifikasi mengenai sumber, jumlah dan
 
kesesuaian dengan persyaratan, penanganan, penimbangan dan
  pembuangan bahan yang ditolak. Bahan tersebut meliputi :

  − semen
− agregat
 
− air
− bahan tambah
− tulangan, ruji, dan bahan pengikat
− material perawatan beton
− bahan sambungan
3. Perbandingan campuran;
− pengujian agregat meliputi : gradasi, berat jenis, penyerapan, kadar
lempung
− data perencanaan campuran meliputi : kadar semen, proporsi agregat,
air, rongga udara, kelecakan dan kekuatan
− volume takaran meliputi : ukuran takaran, berat material dalam
takaran dan koreksi kadar air agregat
4. Unit penakar / penimbang meliputi;
− pemeriksaan peralatan untuk menimbang dan mengukur : semen,
agregat, air dan bahan tambah
− pemeriksaan peralatan untuk penanganan material, pengangkutan dan
skala timbangan
5. Unit pencampur ;
Pemeriksaan peralatan pencampur, lama waktu pencampuran, alat
pengatur waktu dan penghitungan jumlah takaran sebelum pengecoran
beton semen ;

ARNIS / 101135002 V-54


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
− acuan : kecocokan acuan, alinemen, kemiringan dan ruji
 
− tanah dasar : kerataan, pemeriksaan permukaan akhir dan kadar air
  − sambungan muai : bahan sambungan, lokasi, alinemen, dudukan dan
  ruji

 6. Pembetonan ;
− persiapan : bahan, perlengkapan peralatan, tenaga kerja dan bahan
 
pelindung cuaca
 
− pencampuran : jenis peralatan, konsistensi, kadar udara, pemisahan
  butir (segregasi) dan keterlambatan

  − pengangkutan : batas waktu, pengecekan pemisahan butir dan


perubahan konsistensi
 
− pengecoran : penempatan adukan, pemisahan butir, tinggi jatuh,
penyebaran, pemadatan, penggetaran, penempatan sambungan dan
pemeriksaan sambungan
− penyelesaian akhir : melintang dan memanjang, kelurusan dan
kerataan, lingkungan, pengteksturan dan perapihan tepi
− pembentukan sambungan susut : pembentukan sambungan, alinemen,
perapihan tepi dan pemeriksaan permukaan sambungan
7. Setelah pembetonan ;
− waktu pembongkaran acuan : kerusakan agar dihindari
− perawatan : metoda, peralatan dan bahan, keseragaman, waktu mulai
perawatan dan lama waktu perawatan
− perlindungan : beton basah, hujan, lalu-lintas, cuaca dingin, cuaca
panas dan pencatatan temperatur
− sambungan yang digergaji : peralatan, waktu penggergajian dan
pelebaran bagian atas pada sambungan
− penutup sambungan : peralatan, temperatur, bahan penutup,
pembersihan sambungan dan penutupan
− pemeriksaan permukaan : kelurusan dan kerataan, perbaikan atau
penggantian

ARNIS / 101135002 V-55


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
8. Pengujian beton semen.
 
− campuran beton basah : pengujian kelecakan (dengan slump) dan
  kadar udara.
  − pengujian kekuatan : pengambilan contoh, pembuatan benda uji,

  penyimpanan dan perawatan benda uji, pengujian kuat tekan,


pengujian kuat tarik lentur, pengambilan contoh inti dan
 
penggergajian perkerasan untuk pengujian kuat tarik lentur.
 

5.4.15.2.
  Toleransi penyimpangan

 1. Kerataan permukaan baik melintang atau memanjang;


Penyimpangan kerataan permukaan, dari garis lurus bisa ditentukan
 
dengan menggunakan mistar perata (straight edge) dengan panjang 3
meter.
Toleransi permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas ringan untuk
jalan perkotaan dengan kecepatan rendah yaitu 6 mm, sedangkan untuk
kecepatan tinggi 3 mm dengan menggunakan mistar perata 3 meter.
2. Ketebalan.
Perkerasan beton harus dilaksanakan sesuai tebal yang diinginkan. Jika
dipandang perlu untuk menentukan ketebalan perkerasan setelah
penghamparan, bisa dilakukan dengan mengukur contoh inti ( core drill)
dari perkerasan. Satu bor inti harus diambil dari setiap 140 m2 perkerasan
yang dihamparkan pada setiap lajur. Masing-masing hasil pengeboran
harus diukur sesuai dengan ASTM C 174. Penerimaan pekerjaan harus
didasarkan pada hasil pengujian contoh inti yang diambil dari pekerjaan
yang telah selesai.
Bilamana hasil pengukuran bor inti meragukan diperlukan dua contoh inti
tambahan yang diambil dengan jarak 10 meter (satu sebelumnya dan satu
lagi sesudahnya) dari lokasi pengambilan bor inti yang pertama, lubang
bekas pengeboran harus ditutup kembali dengan sempurna. Pertimbangan
yang diperlukan sebagai dasar penerimaan pekerjaan sehubungan dengan
toleransi tebal, sesuai dengan spesifikasi yang berlaku.

ARNIS / 101135002 V-56


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
5.5. PEKERJAAN DRAINASE JALAN
 
Metode pelaksanaan pekerjaan drainase pasangan batu dengan mortar
  mengacu pada spesifikasi teknis 2010 divisi 2 seksi 2.2. Pemasangan lapisan batu
terdiri
  dari:

 1. Landasan dari adukan semen paling sedikit setebal 3 cm harus dipasang
pada formasi yang telah disiapkan. Landasan adukan ini harus dikerjakan
 
sedikit demi sedkit sedemikian rupa sehingga permukaan batu akan
 
tertanam pada adukan sebelum mengeras.
 2. Batu harus ditanam dengan kuat di atas landasan adukan semen

  sedemikian rupa sehingga satu batu berdekatan dengan lainnya sampai


mendapatkan tebal pelapisan yang diperlukan dimana tebal ini akan diukur
 
tegak lurus terhadap lereng. Rongga yang terdapat diantara satu batu
dengan lainnya harus diisi adukan dan adukan ini harus dikerjakan sampai
hamper sama rata dengan permukaan lapisan tetapi tidak sampai menutupi
permukaan lapisan.
3. Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng menuju keatas, dan permukaan
harus segera diselesaikan setelah pengerasan awal dari adukan dengan cara
menyapunya dengan sapu yang kaku.
4. Permukaan yang telah selesai dikerjakan harus dirawat
5. Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan
dirapikan untuk memperoleh bidang antar muka yang rapat dan rata
dengan pasangan batu dengan mortar sehingga akan memberikan drainase
yang lancer dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan pasangan batu
dengan mortar dan tidak menimbulkan sedimentasi pada dasar saluran.

Adapun tahapan-tahapan pekerjaan drainase yang akan dilaksanakan pada


ruas jalan Lubuk Begalung - Indarung adalah sebagai berikut :
1. Membuat galian pada sisi bahu jalan sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan. Galian ini ada yang menggunakan eksavator, dapula yang
menggunakan galian manual.
2. Memasang bowplank pada galian drainase.

ARNIS / 101135002 V-57


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
3. Mobilisasi batu kali dan agregat halus (pasir) ke lokasi pekerjaan
 
dilakukan satu hari sebelum pekerjaan pemasangan batu kali dimulai.
  4. Pembuatan adukan mortar sebagai perekat antara pasangan batu kali.
  Mortar yang digunakan adalah mortar K-50 dengan komposisi 1 semen : 4

  pasir. Pembuatan adukan mortar K-50 ini menggunakan alat semi manual
(concrete mixer)
 
5. Pemecahan batu kali untuk mendapatkan batu kali sesuai dengan ukuran
 
yang dibutuhkan.
6.
  Pemasangan batu kali pada saluran drainase yang telah dimarking dengan

  benang, dan menyesuaikan dengan bowplank yang telah dipasang.

 
5.6. RENCANA ANGGARAN BIAYA
5.6.1. Perhitungan Kuantitas Pekerjaan
Perhitungan kuantitas pekerjaan dipakai sebagai dasar untuk menentukan
besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan sebuah produk.
Kuantitas pekerjaan yang dihitung adalah :
1. Divisi 1. Umum
a. Mobilisasi dan demobilisasi
b. Manajemen mutu
2. Divisi 2. Drainase
a. Galian untuk selokan dan saluran air
b. Pasangan batu dengan mortar
c. Pelat penutup saluran
3. Divisi 4. Pelebaran perkerasan dan bahu jalan
a. Lapis pondasi agregat kelas B
4. Divisi 7. Struktur
a. Beton mutu sedang dengan fc’=30 MPa (K-350)
b. Beton mutu rendah dengan fc’= 10 MPa (K-125)
c. Baja Tulangan BJ 32 Polos
d. Baja Tulangan BJ 32 Ulir
e. Anyaman Kawat Yang Dilas
Hasil perhitungan kuantitas pekerjaan terlampir.

ARNIS / 101135002 V-58


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 
5.6.2. Harga Satuan bahan dan Upah
 
Harga satuan upah dan bahan diambil dari harga bahan dan upah setempat
  yaitu harga pada Provinsi Sumatera Barat (data terlampir).
5.6.3.
  Analisa Satuan Pekerjaan

  Analisa satuan pekerjaan dengan menggunakan spesifikasi 2010 yang


dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga
 
(data terlampir).
 
5.6.4. Rencana Anggaran Biaya
  Rencana anggaran biaya yang dibutuhkan untuk ruas jalan Lubuk
Begalung
  – Indarung pada KM.PDG. 6+000 – KM.PDG. 11+250 seperti pada
tabel 5.17 dan rekapitulasi pada tabel 5.18.
 
Tabel 5.17. Rencana Anggaran Biaya Ruas Jalan Lubuk Begalung –
Indarung (KM.PDG. 6+000 – KM.PDG. 11+250)
HARGA
NO. PERKIRAAN JUMLAH HARGA
URAIAN SATUAN SATUAN
DIVISI KUANTITAS
(Rupiah) (Rupiah)
a b c d e f = (d x e)

DIVISI 1. UMUM
1.2 Mobilisasi LS 1,00 387.350.000,00 387.350.000,00

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 1 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 387.350.000,00

DIVISI 2. DRAINASE
2.1 Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air M3 38.567,25 31.786,87 1.225.932.162,01
2.2 Pasangan Batu dengan Mortar M3 17.895,20 511.535,20 9.154.026.758,66
2.2.1 Pelat Penutup Saluran
2.2.1(1) Beton K-175 M3 1.793,25 903.437,81 1.620.089.846,42
2.2.1(2) Tulangan M2 68.492,40 12.553,75 859.836.527,90
2.2.1(3) Cetakan Kg 4.542,90 88.495,00 402.023.935,50

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 2 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 13.261.909.230,49

DIVISI 4. PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN


3
4.2.2 Lapis Pondasi Agregat Kelas B M 4.113,84 239.255,61 984.259.298,64

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 4 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 984.259.298,64

DIVISI 7. STRUKTUR
7.1 (5) Beton mutu sedang dengan fc’=30 MPa (K-350) M3 22.626,12 1.418.907,16 32.104.363.668,20
7.1 (10) Beton mutu rendah dengan fc’= 10 MPa (K-125) M
3
10.284,60 774.330,85 7.963.683.071,53
7.3 (2) Baja Tulangan BJ 32 Polos Kg 213.369,97 12.842,50 2.740.203.880,35
7.3 (3) Baja Tulangan BJ 32 Ulir Kg 15.755,47 12.842,50 202.339.585,34
7.3 (6) Anyaman Kawat Yang Dilas Kg 424.676,13 14.157,00 6.012.139.958,50

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 7 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 49.022.730.163,92

Sumber : Hasil olahan data

ARNIS / 101135002 V-59


 
 
Tugas Akhir D4 TPJJ 2012
 

 
Tabel 5.18. Rekapitulasi RAB Biaya Ruas Jalan Lubuk Begalung – Indarung
  (KM.PDG. 6+000 – KM.PDG. 11+250)

  JUMLAH HARGA
NO. DIVISI URAIAN PEKERJAAN
  (Rupiah)

1 UMUM 387.350.000,00
 
2 DRAINASE 13.261.909.230,49
  3 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN 984.259.298,64

  4 STRUKTUR 49.022.730.163,92

(A)  Jumlah Harga Pekerjaan ( termasuk Biaya Umum dan Keuntungan ) 63.656.248.693,06
(B) Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) = 10% x (A) 6.365.624.869,31
 
(C) JUMLAH TOTAL HARGA PEKERJAAN = (A) + (B) 70.021.873.562,36
(D) DIBULATKAN 70.021.800.000,00
Terbilang : TUJUH PULUH MILYAR DUA PULUH SATU JUTA DELAPAN RATUS RIBU RUPIAH

Sumber : Hasil olahan data

ARNIS / 101135002 V-60


 

Anda mungkin juga menyukai