5.1.1. Kondisi Tata Guna Lahan
Kondisi lahan yang ada pada sekitar lokasi ruas jalan Lubuk Begalung -
Indarung
sangat beragam, yang terdiri dari kawasan industri, kawasan perumahan,
kawasan pasar, kawasan persawahan. Ruas jalan ini merupakan jalur lintas tengah
pulau Sumatera dan sebagai jalur penghubung dari pabrik Semen Padang menuju
pelabuhan Teluk Bayur. Kondisi jalan yang ditinjau adalah termasuk dataran
dengan kemiringan 0,00% – 4,00%. Kondisi tata guna lahan kota Padang dapat
dilihat pada gambar. 5.1.
Lokasi
Lokasi
Sumber: SNVT Perencanaan dan Pengawasan Teknis Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Barat
5.1.4.
Lalu Lintas
Ruas Jalan Lubuk Begalung – Indarung merupakan salah satu ruas jalan
utama yang menghubungkan antar Lintas Sumatera, akses dari luar kota Padang
menuju pusat kota Padang dan jalur ekspedisi dari pabrik Semen Padang menuju
ke Pelabuhan Teluk Bayur, sehingga jenis kendaraan yang lewat di ruas jalan
tersebut bervariasi, dengan frekuensi lalu lintas yang tinggi.
Untuk mengetahui volume lalu lintas harian rata – rata, idealnya dilakukan
survei lalu lintas selama beberapa tahun untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat, dengan membagikan jumlah kendaraan dalam setahun dengan jumlah hari
dalam setahun. Data LHR yang didapat adalah data LHR pada jam sibuk puncak
yang dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 5 s/d 7 September 2011 dalam
satuan kendaraan perjam. Untuk mendapatkan data LHR dalam satuan kendaraan
perhari, maka data kendaraan yang dalam satuan kendaraan perjam dibagi dengan
konfersi faktor k, dimana nilai faktor k ini diambil berdasarkan tabel 2.5. Untuk
ruas jalan Lubuk Begalung-Indarung ini diambil faktor k 8% karena jumlah
penduduk kota Padang lebih dari 1 (satu) juta penduduk dengan kelas jalan arteri.
Hasil perhitungan LHR tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.
Grafik LHR ruas jalan Lubuk Begalung – Indarung dari tahun 2007 s/d
2011 dapat dilihat sebagai mana yang terlihat Gambar 5.5.
12000
Arus Lalu Lintas (kend/hr)
10000
8000
6000
4000
2000
0
Gol. Gol. Gol. Gol. Gol. Gol. Gol. Gol. Gol.
1 2 3 4 5a 5b 6b 7a 7b
Tahun 2007 11100 3604 1838 905 163 24 966 569 5
Tahun 2008 11544 3748 1911 941 170 25 1005 592 5
Tahun 2009 10789 3178 1590 696 155 24 1139 754 5
Tahun 2010 11005 3114 1559 682 140 20 1191 815 6
Tahun 2011 11871 4633 1546 783 154 46 1025 779 4
Sumber : SNVT Perencanaan dan Pengawasan Teknis Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Barat
Gambar 5.5. Grafik LHR Ruas Jalan Lubuk Begalung – Indarung tahun 2007 s/d 2011
Tingginya volume lalu lintas yang melewati ruas jalan Lubuk Begalung –
Indarung berpengaruh terhadap pengguna jalan itu sendiri, dengan timbulnya
kemacetan lalu-lintas terutama pada jam-jam sibuk pagi dan sore hari sebagai
akibat dari ketidak seimbangan antara jumlah kendaraan yang ada dengan
ketersediaan prasarana jalan seperti yang terlihat pada Gambar 5.6.
1. Sedan, jeep, station wagon ( Gol 2 ) 2 1.1
50%
S S
50%
1,000 1,000
3. Pick up, micro truk dan mobil hantaran ( Gol 4 ) 5 1.1 S S 2,500 2,500
50% 50%
10. Semitrailer ( Gol 7C ) 31,4 1.2 +2.2 D D 5,652 8,792 8,478 8,478
18% 28% 27% 27%
LHR TAHUN 2013 LHR TAHUN 2033
LHR TAHUN 2011
JENIS
KENDARAAN (Awal Operasional) (Akhir Operasional)
( kend/hari ) ( kend/hari ) ( kend/hari )
MC Gol. 1 11871 11871 13088 13088 34725 34725
Gol. 2 4633 5108 13554
LV Gol. 3 1546 6963 1704 7676 4522 20367
Gol. 4 783 864 2291
Gol. 5a 154 170 451
Gol. 5b 46 51 134
Gol. 6b 1025 1130 2998
HV 2008 2214 5875
Gol. 7a 779 859 2279
Gol. 7b 4 5 12
Gol. 7c 0 0 0
Dengan cara yang sama, didapat jumlah sumbu untuk tiap jenis
sumbu yaitu :
STRT = 4435 buah
46
6,5
Sumber : Pd.T-14-2003
Gambar 5.7. Grafik Penentuan CBR Tanah Dasar Efektif
Tabel 5.7. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk perkerasan dengan bahu beton
CBR Eff Faktor Erosi
Tebal Tegangan Setara
Tanah
Slab Tanpa Ruji Dengan Ruji / Beton Bertulang
Dasar
(mm)
(%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG
210 5 0,85 1,38 1,20 0,93 1,96 2,56 2,70 2,75 1,74 2,34 2,48 2,57
210 10 0,82 1,30 1,11 0,87 1,94 2,54 2,65 2,67 1,72 2,32 2,42 2,49
210 15 0,80 1,27 1,08 0,84 1,93 2,53 2,62 2,64 1,71 2,31 2,39 2,45
210 20 0,80 1,24 1,05 0,83 1,92 2,52 2,60 2,62 1,70 2,30 2,37 2,43
210 25 0,79 1,22 1,03 0,81 1,91 2,51 2,58 2,60 1,69 2,29 2,35 2,40
210 35 0,77 1,17 0,98 0,78 1,90 2,49 2,54 2,56 1,67 2,28 2,31 2,34
210 50 0,76 1,13 0,94 0,76 1,88 2,48 2,51 2,51 1,65 2,26 2,27 2,29
210 75 0,75 1,07 0,90 0,74 1,86 2,47 2,45 2,46 1,64 2,24 2,22 2,22
220 5 0,79 1,30 1,13 0,87 1,91 2,51 2,67 2,72 1,68 2,29 2,44 2,54
220 10 0,77 1,22 1,05 0,81 1,89 2,49 2,61 2,64 1,66 2,27 2,38 2,46
220 15 0,76 1,19 1,02 0,79 1,88 2,48 2,58 2,61 1,66 2,26 2,35 2,42
220 20 0,75 1,17 0,99 0,78 1,87 2,47 2,56 2,58 1,65 2,25 2,33 2,39
220 25 0,74 1,15 0,97 0,76 1,86 2,46 2,54 2,56 1,64 2,24 2,31 2,37
220 35 0,72 1,11 0,92 0,73 1,85 2,45 2,50 2,52 1,62 2,22 2,27 2,32
220 50 0,71 1,06 0,88 0,71 1,83 2,43 2,47 2,48 1,60 2,20 2,23 2,26
220 75 0,70 1,01 0,85 0,69 1,81 2,41 2,41 2,41 1,58 2,18 2,18 2,19
230 5 0,74 1,22 1,08 0,82 1,86 2,46 2,63 2,69 1,63 2,23 2,40 2,50
230 10 0,72 1,15 1,00 0,77 1,84 2,44 2,57 2,61 1,61 2,21 2,34 2,42
230 15 0,71 1,12 0,97 0,75 1,83 2,43 2,54 2,58 1,60 2,21 2,31 2,39
230 20 0,70 1,10 0,94 0,74 1,82 2,42 2,52 2,55 1,59 2,20 2,29 2,36
230 25 0,69 1,08 0,92 0,72 1,81 2,41 2,50 2,53 1,58 2,19 2,27 2,34
230 35 0,68 1,04 0,87 0,69 1,80 2,40 2,46 2,48 1,56 2,17 2,23 2,28
230 50 0,67 1,00 0,83 0,67 1,78 2,38 2,43 2,44 1,54 2,15 2,19 2,22
230 75 0,66 1,96 0,80 0,65 1,76 2,36 2,37 2,37 1,53 2,13 2,12 2,16
STRT : Sumbu Tunggal Roda Tunggal STRG : Sumbu Tunggal Roda Ganda
STdRG : Sumbu Tandem Roda Ganda STrRG : Sumbu Tridem Roda Ganda
Sumber : Pd.T-14-2003
𝑇𝐸 1,14
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑅𝐺 = = = 0,26
𝑓𝑐𝑓 4,39
𝑇𝐸 0,95
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑑𝑅𝐺 = = = 0,22
𝑓𝑐𝑓 4,39
𝑇𝐸 0,77
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑟𝑅𝐺 = = = 0,17
𝑓𝑐𝑓 4,39
0,26
33,03
Sumber : Pd T-14-2003
Gambar 5.8. Grafik Repetisi Ijin Fatik untuk tebal pelat 21 cm
12 x 106
11 x 106
8 x 106
2,27
33,03
32,34
31,19
Sumber : Pd T-14-2003
Gambar 5.9. Grafik Analisis erosi dan jumlah repetisi beban berdasarkan
faktor erosi, dengan bahu beton untuk tebal pelat 21 cm
Tabel 5.10. Hasil interpolasi Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk
perkerasan dengan bahu beton tebal pelat 22 cm
CBREfektif Tegangan setara Faktor Erosi
(%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG
35 0,72 1,11 0,92 0,73 1,62 2,22 2,27 2,32
46 0,71 1,07 0,89 0,72 1,61 2,21 2,24 2,28
50 0,71 1,06 0,88 0,71 1,60 2,20 2,23 2,26
Sumber : Olahan data
b. Menentukan Faktor Rasio Tegangan (FRT)
Faktor Rasio Tegangan (FRT) dicari dengan membagi
Tegangan Ekivalen (TE) oleh Kuat Tarik Lentur ((fcf).
0,50
𝑓𝑐𝑓 = 3,13. 𝐾 𝑓𝑐 ′
0,50
𝑓𝑐𝑓 = 3,13 𝑥 0,75 350
𝑓𝑐𝑓 = 43,92 kg/cm2 = 4,39 MPa
Nilai FRT untuk berbagai jenis sumbu kendaraan adalah
sebagai berikut :
𝑇𝐸 0,71
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑅𝑇 = = = 0,16
𝑓𝑐𝑓 4,39
𝑇𝐸 1,07
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑅𝐺 = = = 0,24
𝑓𝑐𝑓 4,39
𝑇𝐸 0,89
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑑𝑅𝐺 = = = 0,20
𝑓𝑐𝑓 4,39
𝑇𝐸 0,72
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑟𝑅𝐺 = = = 0,16
𝑓𝑐𝑓 4,39
0,24
33,03
Sumber : Pd T-14-2003
Gambar 5.10. Grafik Repetisi Ijin Fatik untuk tebal pelat 22 cm
2,21
2,24
33,03
32,34
31,19
Sumber : Pd T-14-2003
Gambar 5.11. Grafik Analisis erosi dan jumlah repetisi beban berdasarkan
faktor erosi, dengan bahu beton untuk tebal pelat 22 cm
Keterangan :
TE = Tegangan Ekivalen;
FRT = Faktor Rasio Tegangan;
FE = Faktor Erosi;
TT = Tidak Terbatas
Tabel 5.12. Hasil interpolasi Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk
perkerasan dengan bahu beton tebal pelat 23 cm
CBREfektif Tegangan setara Faktor Erosi
(%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG
35 0,68 1,04 0,87 0,69 1,56 2,17 2,23 2,28
46 0,67 1,01 0,84 0,68 1,55 2,16 2,20 2,24
50 0,67 1,00 0,83 0,67 1,54 2,15 2,19 2,22
Sumber : Olahan data
b. Menentukan Faktor Rasio Tegangan (FRT)
Faktor Rasio Tegangan (FRT) dicari dengan membagi
Tegangan Ekivalen (TE) oleh Kuat Tarik Lentur ((fcf).
0,50
𝑓𝑐𝑓 = 3,13. 𝐾 𝑓𝑐 ′
0,50
𝑓𝑐𝑓 = 3,13 𝑥 0,75 350
𝑓𝑐𝑓 = 43,92 kg/cm2 = 4,39 MPa
Nilai FRT untuk berbagai jenis sumbu kendaraan adalah
sebagai berikut :
𝑇𝐸 0,67
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑅𝑇 = = = 0,15
𝑓𝑐𝑓 4,39
𝑇𝐸 1,01
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑅𝐺 = = = 0,23
𝑓𝑐𝑓 4,39
𝑇𝐸 0,84
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑑𝑅𝐺 = = = 0,19
𝑓𝑐𝑓 4,39
𝑇𝐸 0,68
𝐹𝑅𝑇𝑆𝑇𝑟𝑅𝐺 = = = 0,15
𝑓𝑐𝑓 4,39
0,23
33,03
Sumber : Pd T-14-2003
Gambar 5.12. Grafik Repetisi Ijin Fatik untuk tebal pelat 23 cm
2,16
33,03
32,34
31,19
Sumber : Pd T-14-2003
Gambar 5.13. Grafik Analisis erosi dan jumlah repetisi beban berdasarkan
faktor erosi, dengan bahu beton untuk tebal pelat 23 cm
Keterangan :
TE = Tegangan Ekivalen;
FRT = Faktor Rasio Tegangan;
FE = Faktor Erosi;
TT = Tidak Terbatas
Dari ketiga perhitungan tebal pelat diatas, maka tebal pelat yang
diambil adalah 22 cm.
5.3. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE JALAN BERDASARKAN
Pd.T-02-2006-B
Dalam perancangan drainase samping jalan untuk daerah perkotaan dengan
daerah tangkapan hujan adalah badan jalan + bahu dan pemukiman yang
kemudian masuk ke drainase jalan dan kemudian dialirkan ke sungai terdekat atau
sungai yang melintang badan jalan. Dalam perhitungan ini diambil pada
permukaan perkerasan, bahu dan samping jalan (pemukiman) yang diambil sekitar
± 10 m, dari tepi drainase seperti yang terlihat pada Gambar 5.17 berikut.
5.3.2. Analisa Data Curah Hujan
Perhitungan debid banjir dengan menggunakan Metoda Gumbel. Data
curah hujan harian maksimum tahunan diambil dari pos Ladang Padi Kecamatan
Kilangan, Kota Padang (000.56’.55’’ LS / 1000.31’.08’’ BT), dengan data
Lubuk
pada tabel 5.14 berikut :
Tabel 5.14. Curah hujan tahunan pada Stasiun Ladang Padi
xi x
2
Sx
n 1
1.809,582
𝑆𝑥 = = 14,180
10 − 1
= 1,200 menit
5.3.4. Waktu konsentrasi (Tc)
l1 = 8,00 m ; i1 = 2,0% = 0,020 ; nd1 = 0,013
l2 = 2,00 m ; i2 = 2,5% = 0,025 ; nd2 = 0,200
l3 = 10,00 m ; i3 = 2,0% = 0,025 ; nd1 = 0,200
L = 6302,40 – 6000,00 = 302,40 m
V = 1,50 m/detik (tabel 3.11)
2 n d 0,167
t1 = x 3,28 x Lt x )
3 √i s
2 0,013 0,167
t1 jalan = (3 x 3,28 x 8,00 x )
√0,02
= 1,083 menit
2 0,013 0,167
t1 bahu = (3 x 3,28 x 2,00 x )
√0,02
= 0,859 menit
= 1,741 menit
t1 dari badan jalan = 1,083 + 0,859 = 1,941 menit
t1 dari perumahan = 1,741 menit
maka ;
diambil t1 = 1,941 menit
L
t2 = 60 x V
1.425,50
= = 15,84 menit
60 𝑥 1,50
sehingga :
Tc = t1 + t2
= 1,941 + 15,84 = 17,78 menit
18 0
17300
16 0
152 15 0
In ten sitas hu jan ( m m / jam )
14 0
13 0
12 0
11 0
10 0
90
80
70
60
50
40
30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 10 0 11 0 12 0 13 0 14 0 15 0 16 0 17 0 18 0 19 0 20 0 21 0 22 0 23 0 24 0
17,78
w aktu konsentrasi ( m enit )
memanjang jalan)
Asumsi :
b = 0,90 m ; h = 0,60 m → F = 0,56 m2 > 0,50 m2→ OK
2
1 0,90 𝑥 0,60 3 1
Qs = 0,020 𝑥 0,90 𝑥 0,60 𝑥 0,0198 2
0,90+(2 𝑥 0,60)
5.3.9. Penampang Hasil Perhitungan
w = 0,60 m
h = 0,60 m
b = 0,90 m
5.4.2. Penyiapan pembetonan
Dalam penghamparan perkerasan beton semen ini dengan menggunakan
Metode Acuan tetap (Fixed Form Paving Method).
Pada penghamparan metode acuan tetap, pengecoran, pemadatan dan
penyelesaian akhir beton, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya yang berkaitan,
dilaksanakan di antara acuan.
1. Bahan dan ukuran
Acuan yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban
peralatan pelaksanaan. Acuan harus tidak melendut lebih besar dari 6 mm
bila diuji sebagai balok biasa dengan bentang 3,00 m dan beban yang
sama dengan berat mesin penghampar atau peralatan pelaksanaan lainnya
yang akan bergerak di atasnya.
Tebal baja yang digunakan adalah antara 6 mm dan 8 mm. Bila
acuan harus mendukung alat penghampar beton yang berat, ketebalannya
tidak boleh kurang dari 8 mm. Dianjurkan agar acuan mempunyai tinggi
yang sama dengan tebal rencana pelat beton semen, dan lebar dasar
acuan sama dengan 0,75 kali tebal pelat beton tapi tidak kurang dari 20
cm.
Acuan harus diperkuat sedemikian rupa sehingga setelah
terpasang cukup kokoh, tidak melentur atau turun akibat tumbukan dan
getaran alat penghampar dan alat pemadat. Lebar flens penguat yang
m panjang dan kerataan bidang dalam acuan tidak boleh lebih dari 6 mm
untuk setiap 3,00 m panjang. Ujung-ujung acuan yang berdampingan
harus mempunyai sistem pengunci untuk menyambung dan mengikat erat
acuan-acuan tersebut.
Rongga udara di bawah acuan harus diupayakan sekecil mungkin
sehingga air semen tidak keluar. Pada lengkungan dengan jari-jari 30,00
m atau kurang, dianjurkan untuk menggunakan acuan yang dapat
dibengkokkan (flexible form) atau acuan melengkung.
2. Pemasangan acuan
Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan
alinyemen dan ketinggian jalan yang direncanakan, sehingga pada waktu
dipasang acuan dapat disangga secara seragam pada seluruh panjangnya
dan terletak pada elevasi yang benar. Alinyemen dan elevasi acuan harus
diperiksa dan bila perlu diperbaiki menjelang penghamparan beton
semen. Bila terdapat acuan yang rusak atau pondasi yang tidak stabil,
pondasi harus diperbaiki terlebih dahulu dan acuan harus distel kembali.
Acuan harus dipasang cukup jauh di depan tempat penghamparan
beton semen sehingga memungkinkan pemeriksaan dan perbaikan acuan
tanpa mengganggu kelancaran penghamparan. Setelah acuan dipasang
pada posisi yang benar, tanah dasar atau lapis pondasi bawah pada kedua
sisi luar dan dalam dasar acuan harus dipadatkan dengan baik
menggunakan alat pemadat mesin atau manual.
Acuan harus diikat pada tempatnya, paling sedikit dengan tiga
pasak pada setiap 3 m panjang. Setiap acuan harus benar-benar terikat
kuat sehingga tidak dapat bergerak. Pada setiap titik acuan tidak boleh
menyimpang lebih dari 6 mm dari garisnya. Tidak diijinkan adanya
penurunan atau pelenturan acuan yang berlebihan akibat peralatan
3. Pembongkaran acuan
5.4.4. Tulangan
Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak atau bahan-bahan
organik lainnya yang bisa mengurangi lekatan dengan beton atau yang dapat
menimbulkan kerugian lainnya. Pengaruh karat, kerak, atau gabungan dari
keduanya terhadap ukuran, berat minimum, serta sifat-sifat fisik yang dihasilkan
melalui pengujian benda uji dengan sikat kawat, tidak memberikan nilai yang
lebih kecil dari yang disyaratkan.
5.4.4.2. Pemasangan tulangan
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemasangan tulangan adalah
sebagai berikut :
1. Tulangan harus terdiri atas anyaman kawat di las atau anyaman batang
baja.
2. Lebar dan panjang anyaman kawat atau anyaman batang baja harus
diatur sedemikian rupa, sehingga pada waktu anyaman tersebut
dipasang, kawat/batang baja yang paling luar terletak 7,5 cm dari
tepi/sambungan pelat.
3. Batang-batang baja pada setiap persilangan harus diikat kuat. Batang-
batang baja yang disambung, bagian ujung-ujungnya harus berimpit
dengan panjang tidak kurang dari 30 kali diameternya.
4. Anyaman batang baja dibuat di pabrik dengan cara mengelas pada tiap
persilangan batang-batang tersebut, bagian ujung-ujung batang
memanjang harus berimpit dengan panjang minimal 30 kali
diameternya. Pola anyaman dibuat sedemikian rupa dengan tulangan
diameter 8 mm jarak 200 mm.
5. Ujung lembar anyaman kawat baja harus ditumpang tindihkan
sebagaimana yang tercantum pada Gambar Rencana. Lembar anyaman
harus diikat kuat untuk mencegah pergeseran;
6. Apabila pelat (slab) dibuat dengan dua kali mengecor, maka permukaan
lapis pertama harus rata dan terletak pada kedalaman tidak kurang dari
5.4.5. Pembetonan
Beton yang dihasilkan harus memenuhi kekuatan sesuai dengan yang
ditentukan dalam perencanaan. Kandungan udara harus masih dalam batas yang
dianjurkan sesuai dengan ukuran agregat dan daerah di mana beton akan
digunakan. Beton harus mempunyai factor air semen yang tidak lebih besar dari
yang dianjurkan untuk mengatasi kondisi lingkungan yang mungkin terjadi.
diinginkan.
3. Bahan tambah (Admixtures) baru boleh digunakan hanya apabila sudah
dilakukan penilaian dan pengujian lapangan yang teliti.
4. Faktor air semen yang rendah sangat membantu dalam mempertahankan
kekesatan permukaan perkerasan beton.
5.4.5.2.
Bahan beton semen
Bahan yang digunakan harus berasal dari sumber yang telah diketahui dan
dibuktikan telah memenuhi persyaratan dan ketentuan dalam pedoman ini, baik
mutu maupun jumlahnya. Bila kondisi setempat tidak memungkinkan, maka dapat
dilakukan perubahan/penyesuaian terhadap persyaratan tersebut tanpa mengurangi
mutu hasil pekerjaan.
1. Agregat
Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Mutu agregat sesuai SK SNI S-04-1989-F;
b. Ukuran maksimum agregat harus ≤ 1/3 tebal pelat atau ≤ ¾ jarak
bersih minimum antar tulangan.
2. Semen
Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton semen harus
sesuai dengan SNI 15- 2049-1994. Semen harus dipilih dan diperhatikaan
sesuai lingkungan dimana perkerasan digunakan serta kekuatan awalnya
harus cukup untuk pemotongan sambungan dan ketahanan abrasi permukaan.
Cara penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan sebagai
berikut:
a. Semen disimpan di ruangan yang kering dan tertutup rapat
b. Semen ditumpuk dengan jarak setinggi minimum 0,30 meter dari
lantai ruangan, tidak menempel /melekat pada dinding ruangan dan
maksimum setinggi 10 zak semen
c. Tumpukan zak semen disusun sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi perputaran udara di antaranya dan mudah untuk diperiksa
d. Semen dari berbagai jenis/merk harus disimpan secara terpisah
sehingga tidak mungkin tertukar dengan jenis/merek yang lain
berat.
3. Air
Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan
bebas dari minyak, garam, asam, bahan nabati, lanau, lumpur atau bahan-
bahan lain yang dalam jumlah tertentu dapat membahayakan. Air harus
berasal dari sumber yang telah terbukti baik dan memenuhi persyaratan sesuai
SK SNI S-04-1989-F.
Air harus diukur dalam volume atau berat dengan alat ukur yang
mempunyai akurasi 2%. Akurasi alat ukur harus diperiksa setiap hari.
5.4.5.3. Penentuan proporsi campuran beton semen
Penentuan proporsi campuran awal diperoleh berdasarkan perhitungan
rancangan
dan percobaan campuran di laboratorium. Proporsi rencana campuran
akhir
harus didasarkan pada percobaan penakaran skala penuh pada awal
pekerjaan.
Apabila ketentuan kadar semen minimum diterapkan, maka disarankan
untuk menggunakan semen minimum 335 kg/cm3, kecuali bila pengalaman
setempat menunjukkan bahwa nilai tersebut dapat diturunkan.
Kuat tarik lentur beton yang ditentukan dalam perencanaan pada umur 28
adalah 4 MPa (40 kg/cm2). Dalam hal apapun kadar semen tidak boleh lebih kecil
dari 280 kg/m3.
5.4.8.2. Penghamparan
Ada dua metoda penghamparan beton semen.
1. Metoda menerus;
Pada metoda ini beton dicor secara menerus. Sambungan-sambungan
melintang dapat dibuat ketika beton masih basah atau dengan cara
digergaji sebelum retak susut terjadi.
2. Metoda panel-berselang.
Pada metoda ini beton dicor dengan sistem panel-panel berselang. Panel-
panel yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor, pengecorannya
dikerjakan setelah 4 – 7 hari berikutnya.
5.4.8.3. Pemadatan
Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya. Metoda
pemadatan
dengan pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan
(Hand-operated
vibrating beam). Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas
acuan-acuan samping. Kepadatan beton dicapai dengan menggetarkan satu unit
balok penggetar yang dioperasikan secara.
Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut, dapat
digunakan
alat pemadat yang dibenamkan ke dalam beton (immersion vibrator).
Pemadatan
beton harus dihentikan sebelum terjadi bliding (bleeding) pada
permukaan beton, dan harus sudah selesai sebelum pengikatan awal terjadi.
Untuk daerah di sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut
sekitar fasilitas drainase, dan pada pelat-pelat tidak beraturan, pada jalan masuk
dan persimpangan, diperlukan penanganan khusus untuk mencapai kepadatan
yang baik.
cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur beton pada saat
pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur udara.
Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m2 per jam, pencegahan harus
dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis. Besarnya laju
penguapan dapat diestimasi dengan menggunakan nomogram seperti
diperlihatkan pada Gambar 5.20.
Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis :
a. Buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau
sinar matahari terhadap permukaan beton semen
b. Kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan
udara baik cuaca panas maupun dingin
c. Hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran beton
d. Rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan
dengan memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi
keterlambatan, lindungi beton dengan penutup sementara
e. Lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran dan
pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan
Sumber : Pd.T-05-2004-B
Gambar 5.20. Nomogram penentuan besar lajur penguapan
Tabel 5.15 Kuat tekan minimum untuk pembukaan lalu lintas proyek
Tebal pelat Kuat tekan minimum yang diijinkan (fc')
( cm ) Mpa ( kg/cm2 )
12,5 27,6 (276)
> 12,5 17,9 (179)
Sumber : Pd.T-05-2004-B
Catatan:
* Menganggap ada 500 lintasan beban sumbu ekivalen (ESAL) dalam satu
arah antara waktu pembukaan dan waktu beton mencapai kuat tekan
rencana (kuat tekan pada 28 hari).
− semen
− agregat
− air
− bahan tambah
− tulangan, ruji, dan bahan pengikat
− material perawatan beton
− bahan sambungan
3. Perbandingan campuran;
− pengujian agregat meliputi : gradasi, berat jenis, penyerapan, kadar
lempung
− data perencanaan campuran meliputi : kadar semen, proporsi agregat,
air, rongga udara, kelecakan dan kekuatan
− volume takaran meliputi : ukuran takaran, berat material dalam
takaran dan koreksi kadar air agregat
4. Unit penakar / penimbang meliputi;
− pemeriksaan peralatan untuk menimbang dan mengukur : semen,
agregat, air dan bahan tambah
− pemeriksaan peralatan untuk penanganan material, pengangkutan dan
skala timbangan
5. Unit pencampur ;
Pemeriksaan peralatan pencampur, lama waktu pencampuran, alat
pengatur waktu dan penghitungan jumlah takaran sebelum pengecoran
beton semen ;
6. Pembetonan ;
− persiapan : bahan, perlengkapan peralatan, tenaga kerja dan bahan
pelindung cuaca
− pencampuran : jenis peralatan, konsistensi, kadar udara, pemisahan
butir (segregasi) dan keterlambatan
5.4.15.2.
Toleransi penyimpangan
1. Landasan dari adukan semen paling sedikit setebal 3 cm harus dipasang
pada formasi yang telah disiapkan. Landasan adukan ini harus dikerjakan
sedikit demi sedkit sedemikian rupa sehingga permukaan batu akan
tertanam pada adukan sebelum mengeras.
2. Batu harus ditanam dengan kuat di atas landasan adukan semen
pasir. Pembuatan adukan mortar K-50 ini menggunakan alat semi manual
(concrete mixer)
5. Pemecahan batu kali untuk mendapatkan batu kali sesuai dengan ukuran
yang dibutuhkan.
6.
Pemasangan batu kali pada saluran drainase yang telah dimarking dengan
5.6. RENCANA ANGGARAN BIAYA
5.6.1. Perhitungan Kuantitas Pekerjaan
Perhitungan kuantitas pekerjaan dipakai sebagai dasar untuk menentukan
besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan sebuah produk.
Kuantitas pekerjaan yang dihitung adalah :
1. Divisi 1. Umum
a. Mobilisasi dan demobilisasi
b. Manajemen mutu
2. Divisi 2. Drainase
a. Galian untuk selokan dan saluran air
b. Pasangan batu dengan mortar
c. Pelat penutup saluran
3. Divisi 4. Pelebaran perkerasan dan bahu jalan
a. Lapis pondasi agregat kelas B
4. Divisi 7. Struktur
a. Beton mutu sedang dengan fc’=30 MPa (K-350)
b. Beton mutu rendah dengan fc’= 10 MPa (K-125)
c. Baja Tulangan BJ 32 Polos
d. Baja Tulangan BJ 32 Ulir
e. Anyaman Kawat Yang Dilas
Hasil perhitungan kuantitas pekerjaan terlampir.
DIVISI 1. UMUM
1.2 Mobilisasi LS 1,00 387.350.000,00 387.350.000,00
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 1 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 387.350.000,00
DIVISI 2. DRAINASE
2.1 Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air M3 38.567,25 31.786,87 1.225.932.162,01
2.2 Pasangan Batu dengan Mortar M3 17.895,20 511.535,20 9.154.026.758,66
2.2.1 Pelat Penutup Saluran
2.2.1(1) Beton K-175 M3 1.793,25 903.437,81 1.620.089.846,42
2.2.1(2) Tulangan M2 68.492,40 12.553,75 859.836.527,90
2.2.1(3) Cetakan Kg 4.542,90 88.495,00 402.023.935,50
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 2 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 13.261.909.230,49
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 4 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 984.259.298,64
DIVISI 7. STRUKTUR
7.1 (5) Beton mutu sedang dengan fc’=30 MPa (K-350) M3 22.626,12 1.418.907,16 32.104.363.668,20
7.1 (10) Beton mutu rendah dengan fc’= 10 MPa (K-125) M
3
10.284,60 774.330,85 7.963.683.071,53
7.3 (2) Baja Tulangan BJ 32 Polos Kg 213.369,97 12.842,50 2.740.203.880,35
7.3 (3) Baja Tulangan BJ 32 Ulir Kg 15.755,47 12.842,50 202.339.585,34
7.3 (6) Anyaman Kawat Yang Dilas Kg 424.676,13 14.157,00 6.012.139.958,50
Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 7 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) 49.022.730.163,92
Tabel 5.18. Rekapitulasi RAB Biaya Ruas Jalan Lubuk Begalung – Indarung
(KM.PDG. 6+000 – KM.PDG. 11+250)
JUMLAH HARGA
NO. DIVISI URAIAN PEKERJAAN
(Rupiah)
1 UMUM 387.350.000,00
2 DRAINASE 13.261.909.230,49
3 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN 984.259.298,64
4 STRUKTUR 49.022.730.163,92
(A) Jumlah Harga Pekerjaan ( termasuk Biaya Umum dan Keuntungan ) 63.656.248.693,06
(B) Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) = 10% x (A) 6.365.624.869,31
(C) JUMLAH TOTAL HARGA PEKERJAAN = (A) + (B) 70.021.873.562,36
(D) DIBULATKAN 70.021.800.000,00
Terbilang : TUJUH PULUH MILYAR DUA PULUH SATU JUTA DELAPAN RATUS RIBU RUPIAH