ABSTRAK
Upaya melakukan gugatan guna membatalkan Hak Desain Industri dari pihak yang
memiliki kepentingan masih kerap kali terjadi yang disebabkan adanya dugaan unsur
“itikad tidak baik” oleh pihak pemohon pendaftaran Desain Industri, sehingga tidak
jarang berujung kepada pembatalan Hak Desain Industri dikarenakan tidak memenuhi
ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
(“UU Desain Industri”). Substansi penelitian ini guna memperoleh pengetahuan terkait
implementasi pembatalan Hak Desain Industri berdasarkan gugatan terkait adanya unsur
itikad tidak baik berdasarkan ketentuan pada UU Desain Industri. Metode penelitian
pada penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian yuridis normatif dengan jenis
penulisan deskriptif analisis. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwasanya terkait
ketentuan Pasal 38 UU Desain Industri, upaya untuk membatalkan Hak Desain Industri
berdasarkan gugatan bisa dilakukan bagi pihak yang memiliki kepentingan yang merasa
hak eksklusifnya dilanggar oleh pihak lain dengan mengacu kepada alasan-alasan yang
diamanatkan pada ketentuan Pasal 2 UU Desain Industri. Adanya unsur kesengajaan
dari pihak pemohon pendaftar Desain Industri yang mendaftarkan Desain Industrinya
dan Desain Industri sebagaimana didaftarkan tersebut sudah lebih dulu muncul di
masyarakat dan telah menjadi milik umum, dapat diduga desain industri itu tidak dapat
memenuhi unsur “kebaruan” dan unsur kesengajaan tersebut tergolong kepada unsur
“itikad tidak baik”.
Kata Kunci: hak desain industri, gugatan, itikad tidak baik.
ABSTRACT
The lawsuits for cancellation of Industrial Design Rights by interested parties still often
involve those suspected of representing "bad faith" by the applicant for registration of
Industrial Designs, so often will end up in the result of the cancellation of Industrial
Design Rights following the provisions of Law Number 31 of 2000 regarding Industrial
Design. The purpose of this research to study the implementation of the cancellation of
Industrial Design Rights based on lawsuits related to the absence of bad faith based on
the provisions in Law Number 31 of 2000 regarding Industrial Design. The research
method used in this study uses normative juridical research with descriptive analysis
research type. The results of the research can be concluded based on the provisions of
Article 38 of Law Number 31 the Year 2000 regarding Industrial Design, the
cancellation attempt to the Right of Industrial Design based on a lawsuit can be carried
out by interested parties who feels that they exclusive rights have been violated by
another party by referring to the reasons stated in the provisions of Article 2 of Law
Number 31 of 2000 regarding Industrial Design. The intentional existence from the
applicant of Industrial Design who registered his Industrial Design whereas the
requested Industrial Design is already on the market or has become public property
should be suspected if the Industrial Design referred to are no longer included in the
95
PENERAPAN PEMBATALAN HAK DESAIN INDUSTRI BERDASARKAN GUGATAN
TERKAIT ADANYA UNSUR ITIKAD TIDAK BAIK
96
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 1, 2020, 95-108
perdagangan tidak hanya secara nasional dilindunginya hak desain industri adalah
namun juga secara internasional, dan oleh 10 tahun sejak tanggal permohonan.9
karenanya diperlukan suasana nan Ketika periode dilindunginya hak desain
kondusif sehingga mampu mendukung industri selesai, maka desain industri
kreasi serta inovasi masyarakat luas pada terkait otomatis dimiliki oleh masyarakat
ruang lingkup Desain Industri yang atau public domain, di mana orang atau
merupakan sub-sistem Hak Kekayaan pihak lain bisa dengan tanpa syarat
Intelektual.5 mempergunakan desain industri yang
dimaksud telah menjadi “public domain”
Pengertian Desain Industri sendiri
tanpa harus memperoleh persetujuan oleh
diatur di dalam ketentuan Pasal 1 angka 1
pihak manapun namun tidak boleh
UU Desain Industri yakni:
dimiliki dengan cara mendaftarkan Desain
“Desain Industri adalah suatu kreasi Industri tersebut.
tentang bentuk, konfigurasi, atau
Selanjutnya, pentingnya sistem
komposisi garis atau warna, atau garis
kekayaan intelektual sendiri jika dilihat
dan warna, atau gabungan
dari perspektif ilmu hukum didasari oleh
daripadanya yang berbentuk tiga
beberapa teori, salah satunya adalah
dimensi atau dua dimensi yang
“Natural Right Theory” yakni pencipta
memberikan kesan estetis dan dapat
memiliki hak guna mengawasi
diwujudkan dalam pola tiga dimensi
digunakannya ide termasuk dalam bentuk
atau dua dimensi serta dapat dipakai
keuntungan yang dihasilkan atas gagasan
untuk menghasilkan suatu produk,
yang dimaksud, dan juga setelah gagasan
barang, komoditas industri, atau
tersebut diberitahukan kepada
kerajinan tangan.”6 10
masyarakat. Pengontrolan penggunaan
Perlindungan hukum atas hak desain dan keuntungan dari ide si pencipta ini
industri sendiri diberikan atas dasar perlu didasarkan kepada aturan-aturan
permohonan sebagaimana diatur di dalam hukum yang berlaku sehingga dalam
ketentuan Pasal 10 UU Desain Industri.7 pelaksanaannya unsur perlindungan
Sementara itu menurut ketentuan Pasal 1 hukum si pencipta dapat terwujud.
angka 5 UU Desain Industri dijelaskan Munculnya usaha-usaha perlindungan
bahwa terhadap hak milik intelektual sama
“Hak Desain Industri adalah hak tuanya dengan bentuk ciptaan dari
eksklusif yang diberikan oleh negara manusia, hal ini disebabkan melindungi
Republik Indonesia kepada Pendesain secara hukum kepada hak milik intelektual
atas hasil kreasinya untuk selama secara substansi merupakan perlindungan
waktu tertentu melaksanakan sendiri, bagi pencipta.11
atau memberikan persetujuannya Penerapan pembatalan hak desain
kepada pihak lain untuk industri berdasarkan gugatan terkait
8
melaksanakan hak tersebut.” adanya unsur itikad tidak baik ini terjadi
Untuk frasa “waktu tertentu” sendiri pada kasus antara Soefianto Leonard dan
di atur di dalam ketentuan Pasal 5 UU Bhawna Gidwani yang diawali oleh
Desain Industri bahwa jangka waktu
9 Ibid., Pasal 5.
5 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang 10 Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual
Desain Industri, (LN No. 243 Tahun 2000, TLN (HKI) di Era Global, Cetakan ke-1, (Yogyakarta:
No. 4045) bagian Menimbang poin a. Garaha Alumni, 2010), hlm. 10.
6 Ibid., Pasal 1 angka 1. 11 Taryana Soenandar, Perlindungan HAKI (Hak
7 “Hak Desain Industri diberikan atas dasar Milik Intelektual) di Negara-Negara Asean,
Permohonan.” Ibid., Pasal 10. Cetakan ke-2, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm.
8 Ibid., Pasal 1 angka 5. 7.
97
PENERAPAN PEMBATALAN HAK DESAIN INDUSTRI BERDASARKAN GUGATAN
TERKAIT ADANYA UNSUR ITIKAD TIDAK BAIK
98
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 1, 2020, 95-108
Tidak Baik dalam Putusan Nomor 10 berpikir dengan prosedur nalar yang
PK/Pdt.Sus-HKI/2017? digunakan secara deduktif.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Analisa Yuridis PEMBAHASAN
Penerapan Pembatalan Hak Desain Analisa Yuridis Implementasi Untuk
Industri Berdasarkan Gugatan Membatalkan Hak Desain Industri
Menurut Undang-Undang Nomor 31 Didasarkan Gugatan Menurut UU
Tahun 2000 tentang Desain Industri. Desain Industri
2. Untuk mengetahui Penerapan Frasa “hak desain industri”, jika
Pembatalan Hak Desain Industri dilihat menurut terminologinya, yakni
Berdasarkan Gugatan Terkait Adanya “hak”, “desain” serta “industri”. Menurut
Unsur Itikad Tidak Baik dalam bahasa Inggris hak adalah right, desain
Putusan Nomor 10 PK/Pdt.Sus- adalah design, serta industri adalah
HKI/2017. industry/industrial atau secara lengkap
Metode Penelitian dalam bahasa Inggris disebut dengan
“industrial design right”. Dalam kamus
Penelitian ini menggunakan metode
hukum “hak adalah suatu kebebasan untuk
yuridis normatif. Yakni berupa penelitian
berbuat sesuatu menurut undang-undang”.
hukum di mana dilakukan melalui
Sementara itu mengutip dari Badan
penelitian bahan pustaka atau data
Pembinaan Hukum Nasional Kementerian
sekunder belaka.13 Penulis menggunakan
Hukum Dan Hak Asasi Manusia
deskriptif analisis, suatu metode untuk
pengertian desain adalah sebagai berikut:
pemaparan fakta dengan cara yang
sistematis dengan melakukan penelitian “Desain adalah bentuk tiga dimensi
menggunakan sumber hukum normatif atau pola dua dimensi yang
atau studi dokumen atau library research diterapkan pada barang (article) yang
di mana bersumber pada kepustakaan direproduksi secara industri dan
seperti halnya peraturan perundang- dipasarkan secara komersil, di mana
undangan, buku, internet, dan lain-lain, bentuk atau pola tersebut ditujukan
serta melakukan tinjauan terhadap norma untuk memberikan kontribusi yang
hukum tertulis yang mencakup beberapa signifikan terhadap keberhasilan
asas hukum. Mengutip dari Satjipto komersial dari barang. Namun
Rahardjo “Asas hukum bukan peraturan demikian ada pengecualian yang tidak
hukum, namun tidak ada hukum yang bisa termasuk objek desain industri, yakni
dipahami tanpa mengetahui asas-asas barang yang didesain dengan ciri
hukum yang ada di dalamnya.”14 Data merupakan artistik murni, seperti
yang diperoleh dalam bentuk data patung atau lukisan, dan desain yang
sekunder yang berfungsi guna sebagai merupakan invensi, karena
bahan hukum. Bahan hukum tersier merupakan murni objek undang-
berupa hasil mendeskripsikan, undang hak cipta dan paten.”15
mensistematisasi, menganalisis, termasuk Sedangkan hak desain industri adalah
menilai hukum positif, serta proses
“Hak yang diberikan kepada orang
atau badan hukum atas karya
rancangan atau desain yang dapat
13 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 13 dan 14. 15 Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian
14 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Hukum Dan Hak Asasi Manusia Tahun 2015,
Aditya Bakti, 2014), hlm. 47. Op.cit., hlm. 32.
99
PENERAPAN PEMBATALAN HAK DESAIN INDUSTRI BERDASARKAN GUGATAN
TERKAIT ADANYA UNSUR ITIKAD TIDAK BAIK
100
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 1, 2020, 95-108
101
PENERAPAN PEMBATALAN HAK DESAIN INDUSTRI BERDASARKAN GUGATAN
TERKAIT ADANYA UNSUR ITIKAD TIDAK BAIK
27 30
Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Ibid., Pasal 2.
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Tahun 2015, 31 Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian
Op.cit., hlm. 27-28. Hukum Dan Hak Asasi Manusia Tahun 2015,
28 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Op.cit., hlm. 94.
Desain Industri, (LN No. 243 Tahun 2000, TLN 32 Andrieansjah Soeparman, Hak Desain Industri
No. 4045), Pasal 9 ayat (1). Berdasarkan Penilaian Kebaruan Desain Industri,
29 Ibid., Bagian Penjelasan. (Bandung: Alumni, 2013), hlm. 94.
102
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 1, 2020, 95-108
didaftarkan oleh pihak lain pada Dirjen Penerapan Pembatalan Hak Desain
KI. Selanjutnya di dalam pasal tersebut Industri Terkait Unsur Itikad Tidak
juga dapat diartikan bahwa penelaahan Baik pada Putusan Nomor 10
atas desain industri sebagaimana sudah PK/Pdt.Sus-HKI/2017
ada sebelum tanggal diterimanya Putusan penolakan permohonan
permohonan sebagai tahap pertama terkait peninjauan kembali Bhawna Gidwani oleh
verifikasi “kebaruan” sebuah desain mahkamah agung melalui pengadilan
industri. tingkat peninjauan kembali dalam Putusan
Menurut ketentuan di dalam Pasal 4 perkara nomor 10 PK/Pdt.Sus-HKI/2017
UU Desain Industri disebutkan bahwa yang diputus pada tanggal 29 Maret 2017
ini berarti menguatkan putusan tingkat
“Hak Desain Industri tidak dapat
pengadilan sebelumnya, yakni putusan
diberikan apabila Desain Industri
nomor 554 K/Pdt.Sus-HKI/2015 yang
tersebut bertentangan dengan
diputus pada tanggal 23 Oktober 2015
peraturan perundang-undangan yang
pada pengadilan tingkat kasasi di
berlaku, ketertiban umum, agama,
Mahkamah Agung yang salah satu amar
atau kesusilaan.”
putusannya adalah:
Sementara itu, menurut sifatnya
“…Menyatakan kedua pendaftaran
bahwa Desain Industri adalah termasuk ke
desain industri atas nama Tergugat
dalam “first to file system”33, di mana hal
yang diajukan pada tanggal 26
ini juga didasarkan kepada ketentuan
Agustus 2013 dengan judul: -
pendaftaran yang diatur di dalam Pasal 12
KEMASAN, Daftar Nomor IDD
UU Desain Industri yang menyebutkan
0000037751; dan KEMASAN, Daftar
bahwa “Pihak yang untuk pertama kali
Nomor IDD 0000037752; bukan
mengajukan Permohonan dianggap
merupakan desain industri yang baru,
sebagai pemegang Hak Desain Industri,
karena telah menjadi milik
kecuali jika terbukti sebaliknya.”34 35
umum…”
Sehingga dengan demikian dapat
Menurut Penulis bahwa frasa “Bukan
disimpulkan bahwasanya hak desain
merupakan desain industri yang baru,
industri diberikan bagi pihak di mana
karena telah menjadi milik umum”, dan
sudah melakukan pendaftaran desain
berdasarkan atas pertimbangan mahkamah
industrinya dan dilakukan penetapan
agung yakni:
melalui suatu pendaftaran ketika pertama
kali dilakukan pengajuan serta ketika 1. Bahwa Bhawna Gidwani telah
melakukan pendaftaran, tiada pihak lain mendaftarkan 2 (dua) Desain Industri
yang mampu melakukan pembuktian tersebut 13 tahun atau setidak-
bahwasanya pendaftaran yang dimaksud tidaknya 8 tahun setelah Desain
tidak baru atau sudah ada pengungkapan Industri tersebut digunakan atau
sebelumnya, dan desain industri yang beredar di pasaran;
dimaksud tidaklah bertentangan terhadap 2. Bahwa Penggugat (Soefianto
peraturan perundang-undangan yang Leonard) juga sudah mempergunakan
berlaku, ketertiban umum, agama, ataupun 2 (dua) Desain Industri tersebut
kesusilaan. dengan kemasan “Multi Color
Bunga” dan kemasan “Kuning Hijau”
33 “First to file system adalah sebuah sistem
103
PENERAPAN PEMBATALAN HAK DESAIN INDUSTRI BERDASARKAN GUGATAN
TERKAIT ADANYA UNSUR ITIKAD TIDAK BAIK
104
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 1, 2020, 95-108
105
PENERAPAN PEMBATALAN HAK DESAIN INDUSTRI BERDASARKAN GUGATAN
TERKAIT ADANYA UNSUR ITIKAD TIDAK BAIK
106
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 1, 2020, 95-108
107
PENERAPAN PEMBATALAN HAK DESAIN INDUSTRI BERDASARKAN GUGATAN
TERKAIT ADANYA UNSUR ITIKAD TIDAK BAIK
108