Anda di halaman 1dari 25

A.

    Pengertian Eklamsia

Beberapa pengertian eklampsi adalah:

a)      Istilah eklampsi berasal dari bahas yunani berarti halilintar, karena

seolah–olah gejala eklampsi timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului

oleh tanda–tanda lain. Eklampsi umumnya timbul pada pada wanita

hamil atau dalam nifas dengan tanda–tanda pre-eklampsi, timbul

serangan kejang yang diikuti oleh komA.

b)     Eklampsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam

persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau

koma, kejang timbul bukan akibat kelainan neurologic (PBPOGI,

1991).

c)      Eklampsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam masa

persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau

demam (dr. Handaya, dkk).

B.     Epidimiologi

Frekuensi eklampsi bervariasi. Frekuensi rendah pada umumnya

merupakan petunjuk tentangadanya pengawasan antenatal yang baik dan


penanganan preeklampsi yang sempurna. Di negara yang sedang

berkembang, frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3 -0,7%.

Sedangkan di negara maju angka nya lebih kecil, yaitu 0,05–0,1%.

C.    Tanda-tanda dan gejala

Pada umumnya kejang di dahului oleh makin memburuknya

preeklampsi dan terjadinya gejala–gejala nyeri kepala di daerah

frontal, gangguan penglihatan, mual yang hebat, nyeri di epigastrium

dan hiper-refleksi. Bila keadaan ini tidak segera diobati akan timbul

kejang. Terutama pada persalinan, bahaya ini besar. Konvulsi

eklampsi dibagi dalam 4 tingkat

a)      Tingkat Awal (Aura) .

Keadaaan ini berlangsung kira–kira 30 detik, mata penderita terbuka

tanpa melihat, kelopak mata bergetar. Demikian pula tangannya dan

kepala berputar ke kiriataukekanan.

b)     Tingkat kejang tonik.

Berlangsung 15-30 detik atau kurang dari 30 detik, dalam tingkat ini

semua otot menjadi kaku, wajahnya keliatan kaku ( distorsi ), bola

mata menonjol, tangan menggenggam, kaki membengkok ke dalam,

pernapasan berhenti,muka menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.


c)      Tingkat Kejang Klonik.

Berlangsung antara 1-2 menit, semua otot berkontraksi dan berulang-

ulang dalam tempo yang cepat, terbukanya rahang secara tiba-tiba dan

tertutup kembali dengan kuat disertai pula dengan terbuka dan

tertutupnya kelopak mata. Kemudian disusul dengan kontraksi

intermitten pada otot-oto muka dan otot seluruh tubuh. Begitu kuat

kontraksi otot-otot tubuh ini, sehingga seringkali penderita terlempar

dari tempat tidur. Seringpula lidah tergigit, dan mulut keluar liur yang

berbusa kadan disertai bercak-bercak darah, wajah tampak

membengkak karena kongesti dan sianosis, pada konjungtiva mata

dijumpai bintik-bintik pendarahan, klien menjadi tidak sadar

d)     Tingkat Koma.

Lama kesadaran tidak selalu sama, secar perlahan-lahan pendrita

mulai sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu

timbul serangan baru dan berulang sehingga ia tetap dalam koma.

Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu

meningkat sampai 40 derajat celcius, mungkin karena gangguan

serebral. Penderita mengalami inkontinensia disertai dengan oliguria

atauanuria dan kadang-kadang terjadi aspirasi bahkan muntah.


Penderita yang sadar kembali dari koma, umumnya mengalami

disorientasi dan sedikit gelisah.

D.    Komplikasi

a.      Solusio plasenta.

b.      Hipofibrinogenia.

c.      Hemolisis

d.     Perdarahan otak.

e.      Kelainan mata, kehilangan penglihatan untuk sementara yang

berlangsung sampai 1 minggu, perdarahan kadang-kadang terjadi

pada retina. Hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apofleksia

serebri.

f.       Edema paru.

g.      Nekrosis hati.

h.      Sindroma help.

i.        Kelainan ginjal.

j.        Komplikasi lain (lidah tergigit, trama dan fraktur karena jtuh dan

DIC).

k.      Prematuritas, dismaturitas dan IUFD.


E.     Prognosis

Kematian ibu berkisar antara 9,8%-25%, sedangkan kematian bayi

pemberian pengobatan , maka gejala perbaikan akan tampak jelas stelah

kehamilannya diakhiri. Segera setelah persalinan berakhhir perubahan

patofisiologik akan segera pula mengalami perbaikan. Diuresis terjadi 12

jam kemudian setelah persalinan. Keadaan ini merupakan tanda

prognosis yang baik, karena hal ini merupakan gejala pertama

penyembuhan. Tekanan darah kembali normal dalam beberapa jam

kemudian.

Eklampsi tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin

dari ibu yang sudah mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada

penderita eklampsi juga tergolong buruk. Seringkali janin mati

intrauterin atau mati pada fase neonatal karena memang kondisi bayi

sudah sangat inferior.

F.     Faktor Predisposisi.

v Primigravida

v Kehamilan ganda

v Diabetes melitus

v Hipertensi essensial kronik


v Molahida tidosa

v Hidrops fetalis

v Bayi besar, obesitas

v riwayat pernah menderita preeklampsia atau eklamsia

v riwayat keluarga pernah menderita preeklampsia atau eklamsia

v  Lebih sering dijumpai pada penderita preeklampsia dan eklampsia.

G.    Penatalaksanaan

Tujuan:

v  Menghentikan atau mencegah kejang.

v  Mempertahankan fungsi organ vital

v  Koreksi hipoksia atau asidosis

v  Mengendalikan tekanan darah dalam batas aman Pengakhiran

v  Kehamikan mencegah atau mengatasi penyulit, khususnya krisis

hipertensi, untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin

Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu eklampsi:

v  Sikap dasar

Semua kehamilan dengan eklampsi harus diakhiri tanpa memandang

umur kehamilan dan keadaan janin. Pertimbangannya adalah

keselamatan ibu. Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi


hemodinamika dan metabolisme ibu, cara terminasi dengan prinsip

trauma ibu seminimal mungkin (dr. Handaya, dkk).

v  Pengobatan medikamentosa

Ø  Obat anti kejang:

yang menjadi pilihan pertama ialahmangnesium sulfat.bila denga

jenis obat ini kejang masih sukar di atasi,dapat dipakai jenis obat lain

misalnya tiopental.diazepam dapat dipakai sebagai altenatif pilihan,

namun mengingat dosis yang diperlukan sangat tinggi,pemberian

diazepam hanya dilakukan oleh mereka yang telah berpengalaman.

Ø  Magnesium sulfat (MgSO4)

Pemberian mangnesium sulfat ada dasar nya sama seperti pemberian

mangnesium sulfat pada pre eklampsi berat.pengobatan suportif

terutama ditujukan untuk gangguan fungsi organ – organ

penting,misalnya tindakan tindakan untuk memperbaiki

asidosis,mempertahankan pentilasi paru paru,mengatur tekanan darah,

mencegah dekompensasi kordis.

Ø  Perawatan pada waktu kejang


Pada penderita yang mengalami kejang tujuan pertama pertolongan

ialah mencegah penderita mengalami penderita akibat kejang –kejang

tersebut.dirawat dikamar isolasi cukup terang agar bila terjadi sinosis

segera dapat diatasi segera dapat diketahui.

Hendaknya dijaga agar kepala dan ekstermitas penderita yang kejang

tidak terlalu kuat menghentak hentak benda kuat disekitarnya

selanjutnya masukkan sudap lidah kedalam mulut si penderita dan

jangan mencoba melepas sudap lidah yang sedang tergigit karena

dapat mematah kan gigi.

Ø  Perawatan koma

Tindakan pertama pada penderita koma adalah menjaga dan

mengusaha kan agar jalan nafas atas tetap terbuka.cara yang

sederhana dan cukup efektif dalam menjaga terbukanya jalan nafas

atas adalah dengan manuver tik –neck lift,yaitu kepala direndahkan

dan leher dalam posisi ekstensi kebelakang atau head tilt –chain lift

dengan kepala direndahkan dan dagu ditarik ke atas,atau jau-

thrsut,yaitu mandibula kiri kanan diekstensikan keatas sambil

mengangkat kepala kebelakang.kemudian dapat dilanjutkan dengan

pemasangan oropharyngeal airway


v  Perawatan edema paru

Sebaiknya penderita dirawat di ICU karna membutuhkan perawatan

animasi dengan respirator

Ø  Pengobatan obstetrik

Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia

harus diakhiri,tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan

janin.persalinan diakhiri bila sudah mencapai stabilitas

(pemulihan)hemodinamika dan metabolism ibu. Pada perawatan

pasca persalinan, bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring

tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.

H.    Asuhan Ibu Dengan Eklampsi

Penatalaksanaan asuhan pada ibu dengan eklampsi adalah:

v  Segera istirahat baring selama ½-1 jam.

Nilai kembali tekanan darah, nadi, pernafasan, reflek patella, bunyi

jantung bayi, dan dieresis

v  Berikan infus terapi anti kejang ( misalnya MgSO4 ) dengan catatan

reflek patella harus (+), pernafasan lebih dari 16 kali per menit serta

diuresis baik (harus sesuai instruksi dokter)


v  Ambil contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium, seperti : Hb, Ht,

leukosit, LED, ureum, kreatinin, gula darah, elektolit dan urin

lengkap.

v  Bila dalam 2 jam setelah pemberian obat anti kejang (MgSO4),

tekanan darah tidak turun biasanyadiberikan antihipertensi parenteral

atau oral sesuai instruksi dokter.

v  Bila pasien sudah tenang, bisa dinilai keadaan kehamilan pasien dan

monitor DJJ.

v  Siapkan alat-alat pertolongan persalinan

v  Postpartum boleh diberikan uterotonika dan perinfus.


I.      Sistem Rujukan

§  Batasan

Suatu sistem pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan

tanggung jawab timbale balik atas kasus atau masalah kesehatan yang

timbul secara horizontal maupun vertical baik untuk kegiatan

pengiriman penderita,pendidikan,maupun penelitian.

§  Pengertian Operasional

Sistem rujukan paripurna terpadu merupakan suatu

tatanan,dimana berbagai kompenen dalam jaringan pelayanan

kebidanan dapat berinteraksi dua arah timbal balik. Antara bidan

didesa,bidan,dokter puskesmas di pelayanan kesehatan dasar,dengan

para dokter spesialis di RS kabupaten untuk mencapai rasionalisasi

penggunaan sumber daya kesehatan dalam penyelamatan ibu dan bayi

baru lahir, yaitu penanganan ibu beresiko tinggi dengan gawat-

opsetrik atau gawat-darurat-opsetrik secara efisien, efektif,

professional, nasional, relevan dalam rujukan perencana.


§  Rujukan Terencana

Menyiapakan dan merencanakan rujukan ke rumah sakit jauh-jauh

hari bagi ibu resiko tinggi atau risti. Sejak awal kehamilan di beri

KIE. Ada dua macam rujukan terencana yaitu:

a)      Rujukan dini terencana (RDB), untuk ibu dengan APGO dan

AGO-Ibu risti masih sehat belum inpartu, belum ada komplikasi

persalinan,. Ibu berjalan sendiri dengan suami, ke RS naik kendaraan

umum dengan tenang, santai, mudah, murah, dan tidak membutuhkan

alat ataupun obat.

b)      Rujukan dalam rahim (RDR), dalam RDB terdapat pengertian

RDR atau rujukan uteri bagi janin ada masalah, janin beresiko tinggi

masih sehat, misalnya kehamilan dengan riwayat opsetrik jelek pada

ibu diabetes mellitus, partusprematurus iminens. Bagi janin, selama

pengiriman rahim ibu merupakan alat transportasi dan incubator alami

yang aman, nyaman, hangat, steril, murah, mudah, member nutrisi

dan O2, tetap ada hubungan fisik dan psikis dalam lindungan ibunya.

§  Rujukan Tepat Waktu/RTW

Untuk ibu dengan gawat darurat opsetrik, pada kelompok FR III

AGDO pendarahan antepartum dan preeklamsia berat/eklapsia dan


ibu dengan komplikasi persalinan dini yang dapat terjadi pada semua

ibu hamil dengan atau tanpa FR.

Ibu GDO (emergency obstetric) membutuhkan RTW dalam

penyelamatan ibu atau bayi yang baru lahir.

Rujukan terencana berhasil menyelamatkan ibu dan bayi baru

lahir,pratindakan tidak membutuhkan stabilisasi, penanganan dengan

prosedur standar,alat ,obat generic dengan biaya murah terkendali.

Rujukan terlambat membutuhkan stabilisasi,alat,obat dengan biaya

mahal,denagn hasil ibu dengan bayi tidak bisa diselamatkan.

Paket”kehamilan dan persalinan aman dengan 6 komponen

utama,yaitu:

§  Deteksi dini masalah

§  Prediksi kemungkinan komplikasi persalinan

§  KIE kepada ibu hamil,suami,dan keluarga, pelan-pelan menjadi tahu-

peduli-sepakat-gerak( TaPeSeGar),berkembang perilaku kebutuhan

persiapan dan perencanaan persalinan aman/rujukan terencana. Dekat

persalinan belum inpartu,ibu dapat berjalan sendiri dengan naik

kendaraan umum berangkat ke RS.

§  Prevensi proaktif komplikasi persalinan


§  Antisipasi-38 minggu melakukan persiapan/perencanaan persalinan

aman

§  Intervensi, penanganan adekuat dipusat rujukan.


A.     Pengertian
Distosia bahu didefinisikan sebagai impaksi (hambatan)
lahirnya bahu bayi setelah lahirnya kepala dan berkaitan dengan
peningkatan insidensi morbiditas dan mortalitas bayi akibat cedera
pleksus brachialis dan asfiksia. Diagnosis ini harus dipikirkan ketika
dengan traksi kebawah yang memadai tidak dapat melahirkan bahu.
Tanda distosia bahu lainnya adalah jika setelah kepala melalui serviks
kemudian tampak kepala kembali tertarik balik ke dalam (turtle sign)
Distosia bahu biasanya terdapat kasus makrosomia. Resiko nya
meningkat 11 kali lipat bayi dengan BB 4000 g dan 22 kali lipat pada
bayi 4500 g. sekitar 50 % kasus terjadi pada bayi dengan BB kurang
dari 4000 g. bayi posterm dan makrosomia beresiko mengvalami
distosia bahu karena pertumbuhan trunkal dan bahu tidak sesuai
dengan pertumbuhan kepala pada masa akhir kehamilan. Faktor
resiko lainnya adalah obesitas maternal, riwayat melahirkan bayi
besar, diabetes mellitus, dan diabetes gestational. Distosia bahu harus
dicurigai pada pemanjangan kala II atau pemanjangan fase deselerasi
pada kala I.
  Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu
anterior macet diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat
masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat
promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang
ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana
tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala
janin dilahirkan.
Salah satu kriteria diagnosis distosia bahu adalah bila dalam
persalinan pervagina untuk melahirkan bahu harus dilakukan
maneuver khusus. Spong dkk (1995) menggunakan sebuah kriteria
objektif untuk menentukan adanya distosia bahu yaitu interval
waktu antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal
interval waktu antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh
tubuh adalah 24 detik , pada distosia bahu 79 detik. Mereka
mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila interval waktu tersebut
> 60 detik.
 American College of Obstetrician and Gynecologist (2002)
menyatakan bahwa angka kejadian distosia bahu bervariasi antara 0.6
– 1.4% dari persalinan normal.
Distosia ialah kesulitan dalam jalannya persalinan atau dapat
didefenisikan Distosia ialah persalinan atau abnormal yang timbul
akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor
persalinan, yaitu :
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang efektif atau
akibat upaya mengedan ibu (kekuatan power).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir / passage)
3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan
posisi, bayi besar dan jumlah bayi (penumpang/passenger).
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
5. Respons psikologi ibu terhadap persalinan yang berhubungan
dengan pengalaman, budaya dan warisannya sistem pendukung.
B.     Etiologi
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, yaitu
kegagalan bahu untuk “melipat” ke dalam panggul (misal : pada
makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang
pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat
menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau
kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami
pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam
panggul.
Faktor-faktor penyebab dari Distosia bahu bermacam-macam antara
lain : kehamilan postern, paritas wanita hamil dengan diabetes melitus
dan hubungan antara ibu hamil yang makannya banyak bertambah
besarnya janin masih diragukan.
C.     Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang
menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang
belakang bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring
(oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran
akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila
bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu
miring dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang
besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga
bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
D.     Tanda – tanda dan Gejala
1. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan
ekstensi. Pada distosia bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak
dapat mengalami putar paksi luar yang normal.
2. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk
dan besar. Begitu pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya
juga obese.
3. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi
tidak berhasil melahirkan bahu.

E.       Komplikasi
1. Komplikasi Maternal
• Perdarahan pasca persalinan
• Fistula Rectovaginal
• Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa “transient femoral
neuropathy”
• Robekan perineum derajat III atau IV
• Rupture Uteri

2. Komplikasi Fetal
• Brachial plexus palsy
• Fraktura Clavicle
• Kematian janin
• Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
• Fraktura humerus

F.     Faktor Resiko Terjadinya Distosia Bahu


 Kelainan bentuk panggul, diabetes gestasional, kehamilan
postmature, riwayat persalinan dengan distosia bahu dan ibu yang
pendek.
1. Maternal
• Kelainan anatomi panggul
• Diabetes Gestational
• Kehamilan postmatur
• Riwayat distosia bahu
• Tubuh ibu pendek 
2. Fetal
• Dugaan macrosomia 

3. Masalah persalinan
• Penggunaan alat bantu (forceps atau vacum)
• “Protracted active phase” pada kala I persalinan
• “Protracted” pada kala II persalinan

Distosia bahu sering terjadi pada persalinan dengan tindakan cunam


tengah atau pada gangguan persalinan kala I dan atau kala II yang
memanjang.

G.     Predisposisi distosia bahu


a)    Ibu mengalami diabetes mellitus.
b)    Multipara.
c)    Riwayat penyakit keturunan: diabetes mellitus
d)    Ibu mengalami obesitas.
f)    Bayi besar.
g)    Adanya kesulitan pada riwayat persalinan yang terdahulu
h)    Terjadi Cephalo Pelvic Dispropotion (CPD) yaitu ketidaksesuaian
antara kepala dan panggul yang diakibatkan karena :
·         Diameter anteroposterior panggul dibawah ukuran normal
·         Abnormalitas panggul sebagai akibat dari infeksi tulang panggul
(rakhitis) dan kecelakaan.
i)     Fase aktif yang lebih panjang dari keadaan normal. Fase aktif yang
memanjang menandakan adanya CPD.
j)     Penurunan kepala sangat lambat atau sama sekali tidak terjadi
penurunan kepala.
k)    Mekanisme persalinan tidak terjadi rotasi dalam (putar paksi dalam)
sehingga memerlukan tindakan forcep atau vakum. Hal ini
menunjukkan adanya CPD dan mengindikasikan pertimbangan
dilaksanakan seksiosesarea.
H.       Pemeriksaan Penunjang
1.   Palpasi dan Balotemen: Leopold I : teraba kepala (balotemen) di
fundus uteri
2.   Vaginal Toucher : teraba bokong yang lunak dan iregular
3.   X-ray : Dapat membedakan dengan presentasi kepala dan
pemeriksaan ini penting untuk menentukan jenis presentasi sungsang
dan jumlah kehamilan serta adanya kelainan kongenital lain
4.   Ultrasonografi: Pemeriksaan USG yang dilakukan oleh
operatorberpengalaman dapat menentukan :
1. Presentasi janin
2. Ukuran
3. Jumlah kehamilan
4. Lokasi plasenta
5. Jumlah cairan amnion
6. Malformasi jaringan lunak atau tulang janin

I.      Penatalaksanaan
Kesigapanpenolongpersalinandalammengatasidistosiabahusangatdipe
rlukan.
1.                  Pertama kali yang
harusdilakukanbilaterjadidistosiabahuadalahmelakukantraksicuramba
wahsambilmemintaibuuntukmeneran.
2.                  Lakukanepisiotomi.

Setelahmembersihkanmulutdanhidunganak,
lakukanusahauntukmembebaskanbahu anterior darisimfsis pubis
denganberbagaimaneuver :

1.      Tekananringanpadasuprapubic
Dilakukantekananringanpadadaerahsuprapubikdansecarabersamaandil
akukantraksicurambawahpadakepalajanin.

Tekananringandilakukanolehasistenpadadaerahsuprapubicsaattraksi
curambawahpadakepalajanin.

2. Maneuver Mc Robert
Tehnikiniditemukanpertama kali olehGonikdkktahun 1983
danselanjutnya William A Mc Robert mempopulerkannya di
University of Texas di Houston.Maneuver initerdiridarimelepaskan
kaki daripenyanggadanmelakukanfleksisehinggapahamenempelpada
abdomen ibuTindakaninidapatmenyebabkan sacrum mendatar,
rotasisimfisis pubis kearahkepala maternal
danmengurangisudutinklinasi. Meskipunukuranpanggultakberubah,
rotasicephaladpanggulcenderunguntukmembebaskanbahudepan yang
terhimpit.

Maneuver Mc Robert
Fleksisendilututdanpahasertamendekatkanpahaibupada abdomen
sebaaimanaterlihatpada
(panahhorisontal).Asistenmelakukantekanansuprapubicsecarabersam
aan (panahvertikal)

Analisatindakan Maneuver Mc Robert denganmenggunakan x-ray


Ukuranpanggultakberubah, namunterjadirotasicephalad pelvic
sehinggabahu anterior terbebasdarisimfisis pubis

3. Maneuver Woods ( “Wood crock screw maneuver” )


Denganmelakukanrotasibahu posterior 1800 secara “crock
screw”makabahu anterior yang terjepitpadasimfisis pubis
akanterbebas.
 
Maneuver Wood. Tangankananpenolongdibelakangbahu posterior
janin.Bahukemudiandiputar 180 derajatsehinggabahu anterior
terbebasdaritepibawahsimfisis pubis
4. Melahirkanbahubelakang 

 
A. Operator memasukkantangankedalam vagina menyusurihumerus
posterior janindankemudianmelakukanfleksilengan posterior
atasdidepan dada denganmempertahankanposisifleksisiku
B. Tanganjanindicekapdanlengandiluruskanmelaluiwajahjanin
C. Lengan posterior dilahirkan

5. Maneuver Rubin
Terdiridari2 langkah :
(1). Mengguncangbahuanakdarisatusisikesisi lain
denganmelakukantekananpada abdomen ibu,
bilatidakberhasilmakadilakukanlangkahberikutnyayaitu :
(2). Tanganmencaribahuanak yang paling
mudahuntukdijangkaudankemudianditekankedepankearah dada anak.
Tindakaniniuntukmelakukanabduksikeduabahuanaksehingga diameter
bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis
Maneuver Rubin II

A. Diameter bahuterlihatantarakeduatandapanah
B. Bahuanak yang paling mudahdijangkaudidorongkearah dada
anaksehingga diameter bahumengecildanmembebaskanbahu anterior
yang terjepit

6. Pematahanklavikula dilakukandenganmenekanklavikula anterior
kearah SP.

7. Maneuver Zavanelli :
·         Mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan
melalui SC. 
·         Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior
sesuai dengan PPL yang sudah terjadi.
·         Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan
mendorong kepala kedalam vagina.

8. Kleidotomi :dilakukanpadajaninmatiyaitudengancaramenggunting
klavikula.
9. Simfisiotomi. 
Hernandez dan Wendell (1990)
menyarankanuntukmelakukanserangkaiantindakanemergensiberikutin
ipadakasusdistosiabahu

1.                  Mintabantuan – asisten ,ahlianaesthesidanahlianaesthesi.


2.                  Kosongkanvesicaurinariabilapenuh.
3.                  Lakukanepisiotomimediolateralluas.
4.                 
Lakukantekanansuprapubicbersamaandengantraksicurambawahuntuk
melahirkankepala.
5.                  LakukanmaneuverMc Robert denganbantuan 2 asisten.
Sebagianbesarkasusdistosiabahudapatdiatasidenganserangkaiantindak
andiatas.Bilatidak,
makarangkaiantindakanlanjutanberikutiniharusdikerjakan :

1.                  Wood corkscrew maneuver


2.                  Persalinanbahu posterior
3.                  Tehnik-tehniklain yang sudahdikemukakandiatas.
Takada maneuver terbaikdiantara maneuver-maneuver yang
sudahdisebutkandiatas, namuntindakandengan maneuver
McRobertsebagaipilihanutamaadalahsangatberalasan.

J.     Penanganan umum distosia bahu :


- Pada setiap persalinan, bersiaplah untukk menghadapi distosia bahu,
khususnya
pada persalinan dengan bayi besar.
- Siapkan beberapa orang untuk membantu.
“Distosia bahu tidak dapat diprediksi”
Diagnosis distosia bahu :
- Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tettap berada dekat vulva.
- Dagu tertarik dan menekan perineum.
- Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap di
belakang
simfisis pubis.
Penanganan distosia bahu :
1. Membuat episiotomi yang cukup luas untuk mengurangi obstruksi
jaringan lunak
dan memberi ruangan yang cukup untuk tindakan.
2. Meminta ibu untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan
lututnya
sejauh mungkin ke arah dadanya dalam posisi ibu berbaring
terlentang. Meminta
bantuan 2 asisten untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada.
3. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat
tinggi :
- Melakukan tarikan yang kuat dan terus-menerus ke arah bawah pada
kepala
janin untuk menggerakkan bahu depan dibawah simfisis pubis.
Catatan : hindari tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat
mengakibatkan trauma pada fleksus brakhialis.
- Meminta seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan
ke arah
bawah pada daerah suprapubis untuk membantu persalinan bahu.
Catatan : jangan menekan fundus karena dapat mempengaruhi bahu
lebih
lanjut dan dapat mengakibatkan ruptur uteri.
4. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan :
- Pakailah sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi,
masukkan tangan
ke dalam vagina.
- Lakukan penekanan pada bahu yang terletak di depan dengan arah
sternum
bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu.
- Jika diperlukan, lakukan penekanan pada bahu belakang sesuai
dengan arah
sternum.
5. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan :
- Masukkan tangan ke dalam vagina.
- Raih humerus dari lengan belakang dan dengan menjaga lengan
tetap fleksi
pada siku, gerakkan lengan ke arah dada. Ini akan memberikan
ruangan
untuk bahu depan agar dapat bergerak dibawah simfisis pubis.
6. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu,
pilihan lain :
- Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu
depan.
- Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan lengan
belakang.

Anda mungkin juga menyukai