DisusunOleh :
Nama : Lia Khairizziah
NIM : 37202000008
B. Klasifikasi
1. Jenis Mobilitas
a. Mobilitas penuh.
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari- hari.
Mobilitas penuh ini merupakan saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilitas sebagian.
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan
tidak mampu bergerak secara bebas karena di pengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan saraf sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada
kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi
dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilngan
kontrol mekanik dan sensorik.
Mobilitas sebagian di bagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat
disebabakan oleh trauma reversibel padasistem muskuloskeletal,
contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
2) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang refersibel. Contohnya
terjadinya hemiplegi karena stroke, paraplegi karena cedera tulang
belakang,poliomelitiskarenaterganggunyasistemsarafmotorikdan
sensoris.
2. Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
C. Etiologi
1. Penyebab
Penyebab utama immobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan, dan masalah psiokologis.
Penyebabsecaraumum:
a. Kelainanpostur
b. Gangguan perkembangan otot
c. Kerusakan system sarafpusat
d. Trauma langsung pada system musculoskeletal danneuromuscular
e. Kekakuan otot
Mobilisasi
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
b. CT scan (Computed Tomography)
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasive,
yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk
memperlihatkan abnormalitas.
d. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan SGOT
↑ pada kerusakan otot
H. Penatalaksanaan
1. Membantu pasien duduk di tempattidur
Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas
pasien. Tujuan :
a. Mempertahankankenyamanan
b. Mempertahankan toleransi terhadapaktifitas
c. Mempertahankankenyamanan
2. Mengatur posisi pasien di tempattidur
2) Memberikankenyamanan
3) Melakukanhuknah
b. Mempertahankan kenyamananpasien
c. Mempertahankan kontrol diripasien
a. Toleransiaktifitas
II. ProsesKeperawatan
A. Pengkajian
1. PemeriksaanFisik
a. Mengkaji skelettubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat
tumor tulang.Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak
dalam kesejajaran anatomis.Angulasi abnormal pada tulang panjang atau
gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patahtulang.
b. Mengkaji tulangbelakang
1) Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulangbelakang)
2) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagiandada)
3) Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagianpinggangberlebihan)
c. Mengkaji systempersendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan
adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
d. Mengkaji systemotot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan
ukuranmasing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema
atau atropfi, nyeri otot.
e. Mengkaji caraberjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebihpendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist
yangberhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara
berjalanspastichemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah –
penyakit lowermotor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasiperifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin
dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi denganmengkaji
denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
g. Mengkaji fungsionalklien
Kategori tingkat kemampuanaktivitas
Rentang gerak (range ofmotion-ROM)
Bahu
Lengan bawa
Pergelangan tangan
Jari-jari tangan
Ibu jari
Pinggul
Lutut
Mata kaki
1 : Pasien mampuberdiri
5 (75%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat dan
melawan tekanan secarastimulan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
tampak baru terpasangnya alat CDR di leher bagian kanan, klien tampak
meringis kesakitan, skala nyeri 4 (D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan klien
tampak lemah, gerakan klien tampak terbatas (D.0054)
C. Intervensi
Hari/Tgl/ DIAGNOSA
NO Jam TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Selasa Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238) Manajemen nyeri
1 7/06/21 dengan agen pencedera keperawatan selama 3x24 jam, (I.08238)
11.00 fisiologis dibuktikan maka tingkat nyeri menurun
dengan tampak baru dengan kriteria hasil: a. Observasi
a. Observasi 1. Mengetahui
terpasangnya alat CDR di
leher bagian kanan, klien Tingkat nyeri (L.08066) 1. Identifikasi lokasi, lokasi,
tampak meringis kesakitan, karakteristik, durasi, karakteristik,
skala nyeri 4 (D.0077) 1. Keluhan nyeri cukup frekuensi, kualitas, durasi, frekuensi,
menurun (4) intensitas nyeri. kualitas,
2. Meringis cukup menurun (4) intensitas nyeri.
3. Gelisah cukup menurun (4) 2. Mengetahui skala
4. Kesulitan tidur cukup 2. Identifikasi skala nyeri. nyeri.
menurun (4) 3. Mengetahui
3. Identifikasi respons nyeri respons nyeri non
non verbal. verbal.
b. Terapeutik b. Terapeutik
1. Berikan teknik Agar klien dapat
nonfarmakologis untuk mandiri dalam
mengurangi rasa nyeri mengontrol nyeri.
(terapi music). c. Edukasi
c. Edukasi 1. Agar klien
1. Jelaskan penyebab, mengetahui
periode dan pemicu nyeri penyebab,
periode dan
pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi 2. Agar klien
meredakan nyeri
mandiri dalam
mengontrol
d. Kolaborasi nyeri.
1. Kolaborasi pemberian d. Kolaborasi
analgetik jika perlu 1. Obat nyeri dapat
meredakan nyeri
Hari/Tgl/ DIAGNOSA
NO Jam TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Senin Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi Dukungan
2 07/06/21 berhubungan dengan nyeri keperawatan selama 3x24 jam, (I.05173) Mobilisasi (I.05173)
11.30 dibuktikan dengan klien maka tingkat nyeri menurun
tampak lemah, gerakan a. Observasi (tindakan) a. Observasi
dengan kriteria hasil:
klie1 tampak terbatas 1. Identifikasi adanya 1. Untuk
(D.0054) Tingkat nyeri (L.08066)
nyeri atau keluhan mengetahui
5. Keluhan nyeri cukup fisik lainnya adanya nyeri
menurun (4)
atau keluhan
6. Meringis cukup menurun (4)
fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi 2. Tekanan darah
fisik melakukan tinggi atau
pergerakan rendah dapat
menghambat
melakukan
latihan gerak
b. Teraupetik b. Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas 1. Mendukung
mobilisasi dengan klien untuk
alat bantu (mis. bergerak
Pagar tempat tidur) 2. Agar keluarga
2. Libatkan keluarga dapat melatih
untuk membantu klien berjalan
pasien dalam di rumah
meningkatkan
pergerakan
c. Edukasi c. Edukasi
1. Ajarkan mobilisasi 1. Melatih klien
sederhana yang harus agar dapat
dilakukan ( mis. Duduk melakukan
ditempat tidur, duduk di mobilisasi
sisi tempat tidur) sederhana
Hari/Tgl/ DIAGNOSA
NO Jam TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Senin Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Pencegahan jatuh (I.14540) Pencegahan jatuh
2 07/06/21 berhubungan dengan nyeri keperawatan selama 3x24 jam, (I.14540)
11.30 dibuktikan dengan klien maka tingkat nyeri menurun
tampak lemah, gerakan a. Observasi a. Observasi
dengan kriteria hasil:
klie1 tampak terbatas 1. Identifikasi factor risiko 1. Agar perawat
(D.0054) Tingkat nyeri (L.08066)
jatuh mengetahui
7. Keluhan nyeri cukup factor risiko
menurun (4)
jatuh klien
8. Meringis cukup menurun (4)
2. Identifikasi risiko jatuh 2. Memastikan
setidaknya sekali setiap klien aman
shift
3. Identifikasi factor 3. Menjauhi factor
lingkungan yang risiko jatuh
meningkatkan resiko
jatuh
4. Hitung risiko jatuh
4. Agar perawat
dengan menggunakan
mengetahui
skala
berapa tingkat
kategori klien
dalam skala
5. Monitor kemampuan 5. Observasi
berpindah dari tempat tingkat toleransi
tidur ke kursi roda gerak klien
b. Terapeutik b. Terapeutik
1. Orientasi ruangan pada 1. Agar pasien dan
pasien dan keluarga keluarga tau
lokasi ruangan
sekaligus untuk
latihan gerak
klien
2. Pastikan roda tempat 2. Mencegah
tidur dan kursi roda terjadinya pasien
selalu dalam kondisi jatuh
terkunci
3. Pasang handtrail tempat 3. Mencegah
tidur pasien jatuh dari
tempat tidur
4. Gunakan alat bantu 4. Agar klien
berjalan dapat
bermobilisasi
c. Edukasi c. Edukasi
1. Anjurkan berkonsentrasi 1. Melatih klien
untuk menjaga agar dapat
keseimbangan tubuh menjaga
keseimbangan
2. Anjurkan melebarkan 2. Melebarkan
jarak kedua kaki untuk jarak dapat
meningkatkan meningkatkan
keseimbangan saat keseimbangan
berdiri
3. Ajarkan cara 3. Agar jika klien
menggunakan bel ingin atau butuh
pemanggil untuk bantuan
memanggil perawat berpindah
perawat bias
segera
membantu
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H., A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia-Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.
Alimul Aziz, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia, Jilid 2. Jakarta : Salemba Medika.
Bulechec M.Gloria, Butcher K. Howard, Dochterman Joanne McCloskey. 2004. Nursing
Interventions Classification (NIC). Edisi 5. Amerika: Mosby
Joanne&Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Fourth Edition, USA : Mosby
Elsevier
Moorhead, Sue. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. USA:Mosby
Elseviyer.
Mubarak, Wahit & Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta : EGC.
Persatuan Perawat Indonesia.2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Cetakan II,
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Persatuan Perawat Indonesia.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Cetakan II,
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Persatuan Perawat Indonesia.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Cetakan II, Jakarta
Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik,Ed.4.
Vol.2. Jakarta : EGC.
Depi Noprita.2016. Efektivitas Bladder Training Terhadap Peningkatan Fungsi Berkemih Pada
Pasien Imobilisasi Yang Terpasang Kateter Di Ruang Rawat Rsupn Dr.
Ciptomangunkusumo Jakarta Tahun 2018. Diakses Dari : Https://Pdfcoffee.Com/Bab-Ii-
Depi-Nopritapdf-Pdf-Free.Html