Anda di halaman 1dari 9

VSMS, GCS

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

(disusun untuk memenuhi Tugas Individu Keperawatan Anak)

Mata kuliah Keperawatan Anak

Dosen Mata Ajar:

Ns Ricca Olivia N, S Kep

Disusun Oleh :

Novelia Rahmawati (11191068)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PERTAMEDIKA

JAKARTA SELATAN

2021
Kematangan sosial merupakan suatu evolusi perkembangan perilaku, dimana
nantinya seorang anak dapat mengekspresikan pengalamannya secara utuh dan dia belajar
secara bertahap untuk meningkatkan kemampuannya untuk mandiri, bekerja sama dengan
orang lain dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Suatu skala pengukuran yang baik
untuk kematangan sosial adalah skala maturitas sosial dari Vineland (Vineland Social
Maturity Scale). Pada tes ini diperlukan jawaban/informasi yang dapat dipercaya dari orang
tua anak, mengenai perkembangan anaknya mulai dari tahun-tahun pertam sampai pada saat
tes dilakukan.

A. Pengukuran Vineland
Tes VSMS yaitu dengan meneliti dengan menjelaskan arti atau makna dari
bagian yang sekecil-kecilnya. Pencatatan harus menggunakan pertimbangan sendiri
seperti pada variasi atau pengganti keadaan atau perilaku yang menyenangkan atau
memuaskan kebutuhan atau keperluan utama dari tiap-tiap bagian termasuk
pertimbangan keperdlian subyek harus dicatat atau direkap secara singkat
(Doll,2013).
Selanjutnya Doll (2013: 10-13) menyatakan bahwa penelitian yang actual
adalah sebagai berikut :
1. Nilai (+)
Jika kelihatan jelas inti butir tersebut terpenuhi dan merupakan
kebiasaan yang dilakukan tanpa paksaan atau secara intensif, atau tidak
hanya terjadi pada keadaan kasus aja. Uraian diatas disimpulkan bahwa
subjek mendapatkan nilai +1 (satu) tiap nomor bila subjek mampu
melakukan kebiasaan atau menyelesaikan masalah secara memuaskan.
2. Nilai setengah (1/2)
Diberikan bagi butir-butir pemeriksaan yang transisional atau yang
kadang-kadang dilakukan tetapi tidak selalu berhasil. Perfomans
semacam ini harus bukan dilakukan sepintas. Skor ini dihitung setengah
kredit. Skor ini dapat menunjukkan adanya :
a) Perasaan malu, tidak peduli, tidak adanya imbalan,
ketergantungan, tidak adanya perjuangan menuntut hak.
b) Isolasi, tidak adanya kesenangan, atau adanya dominasi
orang tua.
c) Adanya bahaya dalam lingkungan yang khusus dan lain-lain.

Dari uraian di atas disimpulan bahwa subjek mendapat nilai


setengah bila dalam mengerjakan atau menyelesaikan masalah
tersebut masih ada ketidakmandirian, ketidaknyaman, kehilangn
percaya diri, yang sebenarnya subjek mampu mengerjakan.
3. Nilai Negatif (-)
Diberikan bagi butir yang belum berhasil dilakukan sama sekali,
jarang, dan di bawah tekanan ekstrim yang tidak biasa, dilaksanakan
subyek secara keseluruhan. Pencatat harus menunjukkan adanya dua
skor minus beruntutan untuk aspek tertentu yang dihentikan
pemeriksaannya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa subjek
mendapat nilai negatif (-1) bila subjek tidak dapat melakukan atau
mengerjakan masalah paling sedikit dua kali berturut-turut.

B. Aspek-aspek Pengukuran Vineland Social Maturity Scale


Ada beberapa aspek yang berperan terhadap kesiapan seorang anak
berkebutuhan khusus dalam memasuki bangku sekolah seperti yang dikemukakan
oleh Doll (2013) yaitu kematangan sosial mencakup beberapa aspek :
1. Self-help general (SHG): eating and dressing oneself.
(Mampu menolong dirinya sendiri: makan dan berpakaian sendiri).
2. Self-help eating (SHE): the child can feed himself.
(Mampu makan sendiri).
3. Self-held dressing (SHD): the child can dress himself.
(Mampu berpakaian sendiri).
4. Self-direction (SD): the child can spend money and assume
responsibilities.

C. Sistem Penilaian

Untuk menentukan sistem penilaian VSMS digunakan sistem penilaian


seperti kaidah di bawah ini:
a. Bila testee dapat dan sering melakukan seperti yang tertulis dalam form VSMS
maka mendapatkan nilai + (plus) = 1
b. Bila testee dapat dan jarang melakukan apa yang seperti tertulis dalam form
VSMS maka diberikan nilai +/- (plus minus) = ½
c. Bila testee tidak dapat dan atau belum dapat melakukan seperti yang tertulis
dalam form VSMS, maka mendapat nilai – (minus)/ 0
d. Pelaksanaan penilaian dilakukan terus-menerus dari periode awal penilaian
sampai dengan satu periode yang hasil penilaiannya menunjukkan nilai -
(negatif) / 0, secara keseluruhan
e. Tes diberhentikan ketika mendapat celling, nilai minus (-) 5 kali berturut- turut
f. Skor dasar (Basal): nilai plus (+) yang terakhir diatas nilai minus (-) yang
pertama, bukan didasarkan atas patokan umur
g. Skor tambahan (Additional Score) : jumlah nilai plus (+) yang terdapat/
tercecer dibawah basal
h. Skor total (total score) = skor dasar (Basal) + skor tambahan (Additional Score
i. Social Age (SA) lihat tabel (jumlah skor total)

j. Social Quotient (SQ)

x 100%

SQ : Social Quation (nilai kematangan sosial)

SA : Social Age (nilai kematangan sosial/ keterampilan hidup yang


dimiliki anak ketika tes)
CA : Cronological Age (usia kronologis adalah usia sesungguhnya saat
dilakukan tes)

2. Langkah-langkah tes VSMS

Pada tes ini akan diperoleh nilai kamatangan sosial dengan langkah-
langkah berikut:
a. Tes ini sifatnya secara individual dengan waktu tes yang tidak terbatas
maka dari awal penelitian, peneliti secara aktif berusaha memperoleh
keterangan dan data tentang siswa yang dijadikan objek penelitian.
Kemudian dari informasi yang diperoleh ditentukan hal-hal khusus dari
form butir-butir VSMS yaitu perolehan data tentang kematangan sosial
subjek
b. Menentukan responden yang akan diberikan tes VSMS dengan kriteria
anak tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita usia 12-13 tahun di SDLB
Negeri Sengon
c. Tes ini tidak semua poin dilakukan langsung kepada responden akan
tetapi melalui media orang tua, guru atau tester sendiri yang melakukan
pengisian form VSMS, selain itu pada poin yang bisa dilaksanakan testee
pada saat itu maka dilakukan testee
d. Bila responden telah ditentukan, dan ada yang mengisi dari form VSMS
maka langkah-langkah yang dilakukan selanjutnya
e. Tentukan usia testee dengan cara mengurangkan tanggal, bulan, tahun tes
dengan tanggal, bulan, dan tahun lahir testee, misalnya:

1) Tgl tes 5 Febuari 2013, tgl lahir 25 Agustus 2000, ditulis:


Tes : 25-02-2013
Lahir : 25-08-2000 -

: 0-06-12
= Usia 12 tahun, 6 bulan, 0 hari

2) Tgl tes 25 Februari 2013, tgl lahir 17 Desember 2000


Tes : 25-02-2013
Lahir : 17-12-2000 -

: 8-02-12

= Usia 12 tahun, 02 bulan, 8 hari

3) Tgl tes 25 Februari 2013, tgl lahir 10 Mei 1999


Tes : 25-02-2013
Lahir : 10-05-1999 -

: 15-09-13

= Usia 13 tahun, 09 bulan, 15 hari

f. Tes dimulai pada hari periode umur yang sesuai dengan usia testee
dikurangi satu periode ke atas, misalnya:
1) Usia 12 tahun, 06 bulan, 0 hari

Periode XII pada tes dimulai periode XI

2) Usia 12 tahun, 02 bulan, 8 hari

Periode XII pada tes dimulai periode X

3) Usia 13 tahun, 06 bulan, 25 hari

Usia lebih dari 6 bulan maka dibulatkan menjadi 14 tahun. Periode XIV
pada tes dimulai periode XII

g. Dari hasil pengamatan langsung dan informasi sesuai butir VSMS dari
subjek ataupun informasi orang yang dekat dengan subjek kemudian
diperoleh data disesuaikan dengan butir-butir pada tes VSMS dan dari
informasi tersebut dilakukan skoring pada tes.
GCS (Glasgow Coma Scale)

1. Definisi

GCS adalah suatu skala neurologik yang dipakai untuk menilai secara obyektif derajat
kesadaran seseorang. GCS pertama kali diperkenalkan pada tahun 1974 oleh Graham
Teasdale dan Bryan J. Jennett, professor bedah saraf pada Institute of Neurological Sciences,
Universitas Glasgow. GCS kini sangat luas digunakan oleh dokter umum maupun para medis
karena patokan / kriteria yang lebih jelas dan sistematis.

GCS terdiri dari 3 pemeriksaan, yaitu penilaian: respons membuka mata (eye
opening), respons motorik terbaik (best motor response), dan respons verbal terbaik (best
verbal response).

Masing-masing komponen GCS serta penjumlahan skor GCS sangatlah penting, oleh
karena itu, skor GCS harus dituliskan dengan tepat, sebagai contoh: GCS 10, tidak
mempunyai makna apa-apa, sehingga harus dituliskan seperti: GCS 10 (E2M4V3). Skor
tertinggi menunjukkan pasien sadar (compos mentis), yakni GCS 15 (E4M6V5), dan skor
terendah menunjukkan koma (GCS 3 = E1M1V1)

2.Nilai Skala GCS (Glasgow Coma Scale)

Poin dialokasikan untuk respon dalam setiap komponen. Jumlah titik-titik ini
menunjukkan tingkat keparahan penurunan kesadaran. Rata GCS terendah adalah 3 dan skor
tertinggi adalah 15. Keparahan cedera otak dapat diklasifikasikan menurut skor GCS.
a. Cedera otak parah - skor 3-8
b. Cedera otak sedang - skor 9-12
c. Rata cedera otak ringan dari 13-15

3.Tingkat kesadaran

Tingkat kesadatan adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan
yang berasal dari lingkungan. Dengan demikian, kondisi tingkat kesadaran seseorang tidak
selalu berada dalam kondisi normal.
Pada keadaan tertentu, seperti keracunan, kekurangan oksigen baik karena berada di tempat
sempit, tertutup atau karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan adanya tekanan yang
berlebihan di dalam rongga tulang kepala dapat menyebabkan seseorang dapat mengalami
penurunan tingkat kesadaran.

Oleh karena itu maka tingkat kesadaran ini dibedakan menjadi beberapa tingkat yaitu :

1. Composmentis, yaitu kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya, baik terhadap


dirinya maupun terhadap lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan yang
ditanyakan pemeriksa dengan baik.
2. Apatis, yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
3. Delirium, yaitu kondisi seseorang yang mengalami kekacauan gerakan, siklus tidur
bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi serta meronta-
ronta.
4. Somnolen yaitu kondisi seseorang yang mengantuk namun masih dapat sadar bila
dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali.
5. Sopor, yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak
terbangun sempurna dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
6. Semi-coma yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap
pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali, respons terhadap rangsang nyeri
hanya sedikit, tetapi refleks kornea dan pupil masih baik.
7. Coma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, memberikan respons terhadap
pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.

Cara penilaian FOUR score dan GCS


FOUR score GCS
Respon mata Respon mata
4 = kelopak mata terbuka atau pernah terbuka 4 = terbuka spontan
dan mengikuti arah atau berkedip oleh 3 = mata terbuka terhadap rangsang verbal
perintah 2 = mata terbuka terhadap rangsang nyeri
3 = kelopak mata terbuka namun tidak 1 = mata tidak terbuka
mengikuti
arah
2 = kelopak mata tertutup namun terbuka jika
mendengar suara keras
1 = kelopak mata tertutup namun terbuka
oleh
rangsang nyeri
0 = jika kelopak tetap tertutup dengan
rangsang nyeri
Respon motorik Respon motorik
4 = ibu jari terangkat, atau mengepal, atau 6 = gerak spontan dan bertujuan
tanda 5 = melokalisasi rangsang nyeri
“damai” (peace sign) 4 = menghindari rangsang nyeri dengan cara
3 = melokalisasi nyeri fleksi
2 = memberi respon fleksi pada rangsang 3 = fleksi abnormal terhadap rangsang nyeri
nyeri (postur
1 = respon ekstensi dekortikasi)
0 = tidak ada respon terhadap nyeri atau 2 = ekstensi abnormal (postur deserebrasi)
status 1 = tidak ada respon motorik
mioklonus umum
Refleks batang otak. Respon verbal
4 = terdapat refleks pupil dan kornea 5 = sesuai usia, terorientasi, mengikuti
3 = salah satu pupil melebar terus menerus obyek,
2 = tidak ada refleks pupil atau kornea senyum sosial
1 = tidak ada refleks pupil dan kornea 4 = kata-kata tidak sesuai
0 = tidak ada refleks pupil, kornea, atau batuk 3 = menangis
2 = suara yang tidak dapat dimengerti,
mengorok
1 = tidak ada respon verbal
Respirasi
4 = pola nafas regular, tidak terintubasi
3 = pola cheyne-stokes, tidak terintubasi
2 = pola nafas iregular, tidak terintubasi
1 = nafas dengan kecepatan di atas ventilator,
diintubasi
0 = apnea atau pernafasan dengan kecepatan
ventilator.
DAFTAR PUSTAKA

Adeleye, Amos O. dkk, 2012, “Physicians’ knowledge of the Glasgow Coma Scale in a
Nigerian university hospital: is the simple GCS still too complex?”. Original Research
Article, Volume 3, Article 28,

Dewi, Rismala, dkk. 2011. “Perbandingan FOUR score dengan GCS dalam menentukan
prognosis”. Sari Pediatri, Volume 13, No. 3.

dr. Soetjiningsih,2013 DSAK. Buku Tumbuh Kembang Anak.Jakarta: Buku Kedokteran


EGC

Fishcer, Michael. 2010. “Inter-rater reliability of the Full Outline of UnResponsiveness


score and the Glasgow Coma Scale in critically ill patients: a prospective
observational study” Critical Care. Volume 14, No.2.

Practice, Nursing. 2014. “Forty years on: updating the Glasgow Coma Scale” Nursing
Times. Volume 110, No. 42.

Anda mungkin juga menyukai