Relasi Iman Dan Perbuatan
Relasi Iman Dan Perbuatan
A. Pendahuluan
Penulis Kitab Yakobus dipercaya adalah seorang yang bernama Yakobus, saudara dari
Yesus Kristus yang disebutkan sebanyak dua kali dalam Injil (Mat. 13:55, Mrk. 6:3).1 Kitab
Yakobus menjadi istimewa dikarenakan disebut sebagai kitab nasehat yang berisikan 60 kalimat
imperatif hanya dalam 108 ayat. 2 Yakobus yang adalah seorang rasul dari Yerusalem menulis
kitab ini dengan nasehat-nasehat yang bersifat pastoral dengan penjelasan yang sederhana yang
menjadikan relevan pada zaman gereja mula-mula.
Tidak heran bahwa Kitab Yakobus bahkan tidak berusaha untuk menguraikan doktrin
penting dari Iman Kristen. Tugas Yakobus disini sama seperti Paulus dalam tulisannya, yang
terutama adalah kehidupan praktikal, untuk menolong yang tulus untuk menghidupi iman
mereka, dan seringnya adalah untuk mengkoreksi kesalahan, kesalahpahaman, dan kemunduran
yang mengakibatkan ketidak layakan Iman Kristen.3
Dalam pasal 2:14-16 mungkin adalah bagian dalam Alkitab yang paling banyak
diperdebatkan dan kontroversial, bahkan banyak para teolog Kristen membuat doktrin yang
salah tentang bagian ini.4 Dalam konteks besarnya, Yakobus mengubah bahasan dari masalah
menghormati orang-orang menjadi relasi antara perbuatan dan iman (ay. 14-17). Orang-orang
Kristen cenderung mengarah kepada satu ekstrim atau yang lainnya mengenai iman dan
perbuatan yang tampaknya menekankan pada iman saja atau perbuatan saja. Masih banyak
yang gagal untuk melihat relasi antara iman dan perbuatan.
B. Pembahasan
Tendency to Extremes
Kecenderungan kita untuk mengarah ke salah satu ekstrim khususnya dapat dilihat
mengenai pribadi dan pekerjaan Roh Kudus. Epp menulis dalam bukunya,
On one hand are those who emphasize proper doctrine to the extent that they almost negate the
sensitive, guiding hand of the Holy Spirit in one’s life. On the other hand are those who go
almost entirely by experience—as long as they have had a certain experience they seem
unconcerned about proper doctrine.5
1
G W. Bromiley, The International Standard Bible Encyclopedia, fully rev. ed. (Grand Rapids, Mich.: W.B.
Eerdmans, 1979-1988), 958-59.
2
Earl F. Palmer, The Book That James Wrote (Grand Rapids, Mich.: W.B. Eerdmans, 1997), 1.
3
James B. Adamson, The Epistle of James, The New International Commentary On the New Testament (Grand
Rapids, Mich.: William B. Eerdmans Publishing, 1976), 20.
4
Theodore H. Epp, James, the Epistle of Applied Christiantity (Lincon, Nebraska: Back to the Bible, 1980), 131.
5
Epp, James, 132.
Selain itu, kecenderungan lainnya juga adalah tentang keselamatan. Beberapa
menekankan kepada karakter yang baik dan mengakumulasikan semua hal baik yang sudah
dilakukan untuk keluarga, sesama, dan teman, mereka tidak melihat akan kebutuhan untuk
menjadi benar terhadap Allah. Di sisi lain, beberapa hanya mengandalkan iman yang berdasar
hanya pada sejarah. Iman yang mereka ekspresikan di masa lalu kelihatannya tidak
menghasilkan pada bagaimana mereka hidup di masa sekarang. Mereka hidup sama seperti
mereka yang sebelumnya—tidak ada perubahan yang signifikansi dalam hidup mereka.6
Justify. Yakobus mengatakan menjadi dibenarkan seperti sesuatu yang mana mengikuti
suatu hubungan yang dibangun dengan Allah. Perbuatan membuktikan bahwa karya
keselamatan benar-benar terjadi. Ia juga menekankan bahwa yang melihat kita sebagai orang
yang mengakui Yesus Kristus sebagai Juruslamat untuk melihat apakah iman kita nyata atau
tidak (ay. 22,24).
C. Kesimpulan
Pengertian Iman yang luas menurut Alkitab dipersempit dan dipusatkan oleh Yakobus
dalam tulisannya pada perbuatan-perbuatan baik, dimana definisi iman menurutnya tidak cukup
hanya percaya saja. Setiap orang percaya harus memiliki iman yang hidup dan menyelamatkan
yaitu iman yang benar kepada Yesus Kristus dan menghasilkan perbuatan-perbuatan baik
sebagai manifestasi iman yang benar dan menyelamatkan. Bukan berarti kita diselamatkan oleh
karena perbuatan baik kita, melainkan karena kita diselamatkan maka kita melakukan pekerjaan
baik sebagai respon atas keselamatan yang kita dapatkan dengan Yesus sebagai pusat dari apa
yang kita lakukan dalam hidup kita.
11
Barker and Kohlenberger, The Expositor's Bible Commentary, 1016.
12
Epp, James, 136.