Anda di halaman 1dari 12

1

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Kehadiran Islam secara lebih nyata di Indonesia terjadi pada sekitar abad ke-12 M, meskipun

mungkin Islam telah diperkenalkan ke Nusantara (Indonesia) sejak abad pertama Hijriyah yaitu abad

ke-7 M. Para sejarawan barat memegang teori bahwa pembawa Islam pertama di Nusantara adalah

para pedagang Muslim, yang menyebarkan Islam sembari melakukan perdagangan. 1 Elaborasi lebih

lanjut dari teori ini adalah bahwa para pedagang Muslim tersebut melakukan perkawinan dengan

wanita setempat. Dengan pembentukan keluarga Muslim inilah komunitas-komunitas Muslim

tercipta. Selanjutnya dikatakan sebagian pedagang Muslim ini melakukan perkawinan dengan

keluarga bangsawan lokal sehingga memungkinkan mereka atau keturunannya pada akhirnya

mencapat kekuasaan politik yang dapat digunakan untuk penyebaran Islam di Indonesia tepatnya

dalam masyarakat Jawa.2

Kebudayaan Jawa atau kejawen diterjemahkan sebagai kejawaan atau Jawanisme. Akhiran

“isme” ini menyiratkan pengertian bahwa kejawen adalah suatu ajaran dan praktek. Sebagai falsafah

hidup, kejawen cukup luas cakupannya, termasuk di dalamnya teologi, kosmologi, mitologi,

metafisika, dan antropologi. Semua segi ini membentuk satu pandangan hidup orang Jawa yang,

sebagai sebuah sistem pemikiran tentang hubungan sosial, meresap ke dalam etika dan akal sehat

yang mengatur hidup orang Jawa. Jawanisme ini bukanlah sebuah agama meskipun pengertian

kejawen ini bisa menghasilkan praktek-praktek ‘keagamaan’ tertentu. 3

1
Sumanto Al Qurtuby, Arus Cina-Islam-Jawa (Yogyakarta: Inspeal, 2003), 105-107.
2
Qurtuby, Arus Cina-Islam-Jawa, 108.
3
Niels Mulder, Agama, Hidup Sehari-hari dan Perubahan Budaya: Jawa, Muangthai, dan Filipina (Jakarta:
Gramedia, 1999), 46-47.
2

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tulisan ini merumuskan masalah sebagai berikut:

 Perbedaan konsep agama Islam dan kebudayaan Jawa

 Bagaimana implikasi masuknya agama Islam terhadap kebudayaan Jawa

 Proses terjadinya integrasi antara agama Islam dan kebudayaan Jawa

3. Metode Penelitian

Riset literatur

4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

 Menjelaskan bagaimana agama Islam dapat masuk ke lingkungan masyarakat Indonesia

khususnya dalam kalangan orang Jawa

 Meneliti bagaimana agama Islam dapat berintegrasi dengan kebudayaan Jawa dalam beberapa

aspek kesamaan tertentu

 Melihat adanya dampak dan pengaruh kebudayaan Jawa terhadap implikasi agama Islam

Kajian Teori

1. Agama Islam

Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata ‘a’ berarti tidak dan ‘gama’ berarti

kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan menjadi sesuatu yang tidak kacau. 4 Jadi fungsi agama dalam

pengertian ini memelihara integritas dari seorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan

Tuhan, sesame manusia dan alam sekitarnya tidak kacau. Ketidakkacauan itu disebabkan oleh

penerapan peraturan agama tentang moralitas nilai-nilai kehidupan yang perlu dipegang, dimaknai,

dan diberlakukan.

Islam adalah agama yang didasarkan bukan pada kepribadian yang mendirikan, melainkan

Allah sendiri dengan Nabi Muhammad yang adalah perantara. 5 Dalam studi Islam, yakni pengkajian

4
Kamus Besar Bahasa Indonesia
5
Bambang Ruseno Utomo, Sebuah Pendahuluan Mengenal Islam (Malang: Bale Wiyata, 1989), 24-25.
3

tentang ilmu-ilmu ke-Islam-an adalah pengkajian tidak hanya kepada aspek-aspeknya yang normatif

dan dogmatif, tetapi juga pengkajian yang menyangkut aspek sosiologis. 6 Agama Islam dilihat dari

struktur sosialnya bahwa perbuatan seseorang akan mempunyai arti bagi dirinya sendiri dan sekaligus

juga menopang tegaknya suatu kelompok.7

2. Kebudayaan Jawa

Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil kerja manusia dalam

rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. 8 Kebudayaan Jawa atau

Jawanisme mempunyai sistem pemikiran yang lengkap pada dirinya, yang berisikan kosmologi,

mitologi, seperangkat konsepsi yang pada hakikatnya bersifat mistik, dan sebagainya yang

menimbulkan antropologi Jawa tersendiri, yaitu suatu sistem gagasan mengenai sifat dasar manusia

dan masyarakat, yang pada gilirannya menerangkan etika, tradisi dan gaya Jawa. Singkatnya,

Jawanisme memberikan suatu alam pemikiran secara umum sebagai suatu badan pengetahuan yang

menyeluruh, yang dipergunakan untuk menafsirkan kehidupan sebagaimana adanya dan sebagaimana

rupanya.9

3. Teori Struktural Fungsional

Teori struktural fungsional membahas perilaku manusia dalam konteks organisasi

(masyarakat) dan bagaimana perilaku tersebut berada dalam (dapat mempertahankan) kondisi

keseimbangan dalam organisasi atau masyarakat. Pendekatan ini adalah bahwa setiap struktural sosial,

atau setidaknya yang diprioritaskan, menyumbangkan terhadap suatu integrasi dan adaptasi sistem

yang berlaku. Eksistensi atau kelangsungan struktur atau pola yang telah ada dijelaskan melalui

konsekuensi-konsekuensi atau efek-efek yang keduanya diduga perlu dan bermanfaat terhadap

permasalahan masyarakat.10

Masyarakat sebagai sistem sosial paling tidak harus memiliki empat fungsi imperatif yang

sekaligus merupakan karakteristik suatu sistem. Keempatnya berhubungan dengan sistem tindakan.

6
Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989), 5.
7
Utomo, Sebuah Pendahuluan Mengenal Islam, 13.
8
Kamus Besar Bahasa Indonesia
9
Niels Mulder, Pribadi dan Masyarakat di Jawa (Jakarta: Sinar Harapan, 1996), 16.
10
Sindung Haryanto, Spektrum Teori Sosial: Dari Klasik Hingga Postmodern (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),
20.
4

Keempat sistem ini dikenal dengan sebutan ‘AGIL’ yang merupakan kepanjangan dari fungsi ‘A’

(Adaptation); ‘G’ (Goal attainment = pencapaian tujuan); ‘I’ (Integration); dan ‘L’ (Latent pattern

maintenance = sistem fidusier). Fungsi adaptasi merupakan sistem untuk mempertahankan sumber-

sumber penting dalam sistem dalam menghadapi tuntutan dari luar. Fungsi pencapaian tujuan

merupakan fungsi ketika sistem memprioritaskan tujuan dan memobilisasi sumber daya untuk

mencapai tujuan. Fungsi integrasi merupakan proses-proses yang terjadi di internal sistem yang

mengoordinasi hubungan antar berbagai subsistem (unit-unit sistem). Sementara fungsi pemeliharaan

pola merupakan proses ketika sistem memelihara motivasi dan kesepakatan sosial dengan

menggunakan tensi dari dalam (kontrol sosial).11

Pembahasan

Perkembangan agama Islam di lingkungan masyarakat Jawa tidak dapat dipisahkan dari

pengaruh kebudayaan Jawa yang ada di dalam kehidupan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan

perpaduan antara kedua kebudayaan Jawa dan agama Islam yang sampai saat ini masih mampu eksis

dan membentuk suatu kekuatan yang sangat besar dan kuat. Banyak orang berpendapat bahwa ajaran

agama Islam dan nilai-nilai dalam kebudayaan Jawa mempunyai kesamaan dalam penyampaiannya,

ajaran Jawa yang selalu mengedepankan toleransi antar masyarakat juga sejalan dengan ajaran agama

Islam tentang kehidupan bermasyarakat.12

Kebudayaan Jawa yang berkembang sejak zaman dahulu merupakan suatu akulturasi antara

kebudayaan masyarakat tradisional dan juga agama yang masuk ke tanah Jawa, dimulai dari ajaran

agama Hindu yang berasal dari tanah India yang kemudian menyebar dan mengisi kehidupan

masyarakat tradisional Jawa, pada saat itu masyarakat Jawa tidak serta merta mengikuti semua ajaran

yang ada dalam agama Hindu, masyarakat Jawa yang masih tradisional pada masa itu hanya

11
Haryanto, Spektrum Teori Sosial, 20.
12
Suwardi Endraswara, Falsafah Hidup Jawa: Menggali Mutiara Kebijakan dari Intisari Filsafat Kejawen
(Yogyakarta: Cakrawala, 2010), 80-82.
5

mengambil beberapa hal yang cocok dengan kehidupan mereka sedangkan yang tidak cocok dengan

kebudayaan pada masa itu ditinggalkan.13

Bukti tentang masyarakat yang selalu melihat sisi baik dan buruk dari budaya Hindu yang

datang ini tercermin dari tidak berjalannya sistem kasta seperti yang ada di India, masyarakat Jawa

yang memang tidak suka membedakan golongan-golongan manusia sejalan dengan ajaran agama

Islam. Dalam agama Islam perbedaan derajat manusia hanya dapat ditentukan oleh kekuatan imannya,

sedangkan dalam ajaran kebudayaan Jawa derajat manusia dinilai dari sebagaimana dia berbuat,

bertingkah laku serta bermasyarakat, apabila dalam kegiatan bermasyarakat baik dan tidak membeda-

bedakan, maka penilaian baik pun akan diberikan oleh orang lain. 14

Kehidupan masyarakat Jawa tidak lepas dari adanya aturan serta larangan, seperti yang ada

didalam ajaran agama Islam, aturan serta larangan yang merupakan kontrol masyarakat ini sejalan

dengan ajaran yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad SAW. Pandangan masyarakat Jawa tentang

kepercayaan dan agama bila kita maknai dengan baik, maka kita akan mengerti hakekat dari adanya

nilai-nilai, norma dan diciptakannya agama,menurut masyarakat jawa yang masih sederhana agama,

hukum dan larangan-larangan diciptakan karena adanya sifat manusia yang tercela, ingin menang

sendiri dan mempunyai hawa nafsu berbuat buruk, mereka menganggap bahwa intisari semua ajaran

itu sama dan selalu mengajarkan cinta kasih antar umatnya, sehingga manusia tidak perlu berebut

ingin menjadi yang paling benar, karena sifat egois golongan tersebut membuat manusia menjadi lupa

akan tugasnya sebagai manusia yang seharusnya menjaga kehidupan yang ada di dunia. 15

Keunikan dari ajaran Jawa yang berpadu dengan agama Islam adalah penggunaan tembang

atau kidung dalam penyampaian nasehat dan petuah, tembang-tembang yang diciptakan oleh

Walisongo merupakan alat yang sangat cocok digunakan dalam pengajaran agama Islam, karena pada

masa itu masyarakat Jawa sangat suka dengan kesenian. Cara seperti ini sampai sekarangpun masih

digunakan banyak kiai maupun ustad dalam menyampaikan ajaran agama Islam,dan hasilnya dapat

dilihat dengan semakin banyaknya masyarakat yang masuk kedalam ajaran agama Islam yang damai

13
Qurtuby, Arus Cina-Islam-Jawa, 107-109.
14
Qurtuby, Arus Cina-Islam-Jawa, 208-10..
15
Abdullah dan Karim, Metodologi Penelitian Agama, 41-43.
6

dan toleran yang selaras dengan kebudayaan Jawa.Ajaran yang mempengaruhi Islam di tanah Jawa

adalah kepercayaan masyarakat Jawa dalam tiga tentang pedoman kehidupan didunia dan diakhirat,

yang pertama adalah mengkaji tentang ayat suci maksud dari hal ini adalah manusia yang hidup pasti

mempunyai kepercayaan tentang kekuatan alam dan kekuatan Tuhan, hukum sebab akibat ini

semuanya tertuang dalam kitab pedoman masyarakat Jawa, baik yang berasal dari kitab Weda Injil

maupun Kitab Suci Al Quran.16 Menurut pandangan para pemuka adat Jawa pada hakekatnya

mengkaji kitab suci merupakan salah satu pedoman yang sangat baik untuk kehidupan bermasyarakat,

karena didalam kitab suci semua permasalah hidup di dunia dan akhirat mendapat pencerahan

langsung dari pembawanya, sehingga manusia dapat secara tegas dalam menentukan jalan menuju

kedamaian di dunia dan akhirat bila mampu mengamalkannya. 17

Kemudian masyarakat Jawa mengenal istilah mengkaji keadaan, tidak seperti mengkaji kitab

suci yang sama dalam setiap situasi, mengkaji keadaan cenderung bersifat lokal dan hanya dalam

lingkup yang sangat sempit, mengkaji keadaan ini mempunyai maksud agar manusia senantiasa

beradaptasi kepada lingkungan yang ada disekitarnya, karena dengan mengerti dengan keadaan yang

ada disekitarnya manusia dapat mengerti permasalahan pada lingkungan tersebut. 18 Proses

menyelesaikan permasalahan pada setiap lingkungan berbeda-beda, maka dari itu masyarakat Jawa

selalu berpedoman pada ajaran sederhana yang telah dijaga oleh para leluhur dimasa lalu, dalam

ajaran Islam pun kemudian mulai menggunakan pandangan-pandangan ini sebagai bahan

pertimbangan dalam upaya mengembangkan ajaran agama Islam. Pengkajian yang dilakukan

masyarakat Jawa yang selanjutnya adalah mengkaji rasa, dalam mengkaji rasa ini lingkupnya sangat

terbatas pada setiap individu yang hidup, hal ini dikarenakan setiap individu yang hidup di dunia ini

mempunyai perbedaan pemikiran, pengendalian diri yang berbeda, serta pandangan hidup yang

berbeda pula. Manusia diciptakan mempunyai perasaan dan akal. Inilah yang menyebabkan manusia

menjadi makhluk yang sempurna dan mampu mengendalikan perasaanya dalam bermasyarakat, dalam

melihat hal -hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, ajaran inipun bila diselarakan pada ajaran

agama Islam akan menjadikan persatuan Islam semakin kuat, dan tidak merasa bahwa suatu golongan
16
Utomo, Sebuah Pendahuluan Mengenal Islam, 67.
17
Endraswara, Falsafah Hidup Jawa, 81-83.
18
Haryanto, Spektrum Teori Sosial, 21.
7

adalah golongan terbaik dan tidak merasa dirinya yang paling hebat, karena dengan mengerti bahwa

hakekat manusia sebagai makhluk yang tidak sempurna dan sebagai tempatnya salah mengkaji rasa

nampaknya adalah suatu yang perlu direnungkan dengan baik. 19

Kepercayaan Masyarakat jawa tentang wayang sebagai perlambang kehidupan membuat

mereka menggunakan Pendawa sebagai filosofi dalam menerima agama Islam, Pendawa digunakan

karena merupakan tokoh pilihan dalam perbuatan kebaikan, mereka menggunakan filosofi tokoh

wayang Yudistira sebagai pertimbangannya, dalam pewayangan diterangkan bahwa sosok Yudistira

merupakan tokoh yang mempunyai kebijaksanaan, tidak suka memaksa, mengalah, serta bersih dari

noda. Maksud dari filosofi ini bahwa ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW

adalah agama langit yang tidak mempunyai noda, mampu menjawab pertentangan zaman, selalu

menciptakan kedamaian, tidak memaksakan kehendak dan bijaksana dalam menyelesaikan urusan

didunia dan akhirat. Selain itu juga digunakan filosofi seorang Bima yang merupakan tokoh yang

tegas, Jujur dan adil. Agama Islam juga merupakan agama yang menjunjung tinggi keadilan antar

umat beragam, dalam kitab suci Al Quran disebutkan bahwa semua manusia mempunyai kesamaan

dalam hukum Allah SWT, jadi penyejajaran antara ajaran agama Islam dan kebudayaan Jawa sangat

mungkin untuk dikembangkan bila dilihat dari segi pandangan dalam mengatasi kehidupan sehari

-hari, selanjutnya filosofi yang digunakan adalah filosofi Arjuna, sosok Arjuna yang punya wajah

rupawan dan dicintai oleh isteri-isterinya dimaknai bagai ajaran Islam yang selalu menjadikan

manusia sebagai pribadi yang tampan akhlaknya dan selalu dicintai oleh masyarakat yang ada

disekitarnya, hal ini dikarenakan ajaran agama Islam mengajarkan tentang cinta kasih kepada seluruh

makhluk hidup yang ada didunia. Dalam kitab suci Alquran dijelaskan bahwa manusia mempunyai

tujuan untuk menjadi pemimpin dan pengelola dunia dan isinya. Filosofi berikutnya adalah

menggunakan tokoh Nakula yang mempunyai sifat taat serta tahu balas budi, ajaran ini sejalan dengan

kehidupan masyarakat Islam yang selalu taat pada ketentuan yang telah dibuat oleh Allah SWT,

manusia Islam selalu menjalankan ibadahnya dengan baik yang merupakan wujud dari rasa syukur

terhadap kenikmatan yang telah dilimpahkan oleh Tuhannya, selanjutnya yang terakhir adalah filosofi

Sadewa yang merupakan sosok yang pandai dan bijaksana dalam menghadapi kehidupan sosial yang
19
Mulder, Agama, Hidup Sehari-hari dan Perubahan Budaya, 51-53.
8

ada dijagat pewayangan, hal ini sejalan dengan penyebar agama Islam yang ada di Jawa yang

merupakan kaum terpelajar dan bijaksana yang menjadi panutan dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat.20

Faktor yang membuat agama Islam dan budaya tradisional Jawa dapat berpadu dan berkembang

disajikan dengan beberapa poin sebagai berikut.

1. Kesamaan antara spiritual agama Islam dan kebudayaan Jawa

Kesamaan pandangan spiritual antara ajaran agama Islam dan kebudayaan Jawa nampaknya

menjadi sesuatu yang sangat penting pada penyebaran agama Islam di Jawa, masyarakat Jawa

tradisional yang hidup pada masa lalu telah mempunyai pemikiran tentang adanya energi yang besar

yang terdapat pada alama semesta, sehingga pada kehidupan zaman dahulu dikenal dengan Animisme

dan Dinamisme.

Animisme merupakan suatu kepercayaan masyarakat yang berhubungan dengan roh atau

makhluk halus yang hidup berdampingan dengan manusia masyarakat Jawa pada masa lalu

mempercayai bahwa dalam menjalani kehidupan didunia ini. manusia tidak berjalan sendirian, namun

manusia juga berdampingan dengan makhluk halus atau roh, kepercayaan masyarakat Jawa saat itu

adalah mempercayai adanya roh nenek moyang atau leluhur yang terus mengawasi mereka dan

menjaga mereka dari bahaya yang ada di alam semesta. Masyarakat saat itu juga mempercayai bahwa

roh yang hidup berdampingan dengan mereka mempunyai kekuatan yang bisa dimanfaatkan dalam

menyelesaikan permasalahan hidup, kepercayaan ini terus berkembang dalam khasanah kehidupan

masyarakat Jawa tradisional, mereka menganggap bila roh nenek moyang sudah menyukai

masyarakat, maka roh tersebut akan membantu dalam banyak bidang kehidupan, begitu pula

sebaliknya bila roh yang hidup berdampingan dengan masyarakat murka maka hal buruk akan terjadi

pada segala aspek kehidupan masyarakat.21 Hal ini masih terlihat dalam berbagai aspek kehidupan,

kepercayaan tentang roh ini bila dimaknai dengan kearifan pemikiran kita dapat dilihat bahwa

20
Mulder, Pribadi dan Masyarakat di Jawa, 25-27.
21
A.G. Honig Jr., Ilmu Agama, cet. ke-14 (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 53-59.
9

masyarakat Jawa sejak dahulu memang menghormati seluruh kehidupan yang ada di dunia ini, baik

kehidupan yang bersifat nyata maupun yang bersifat gaib. Penghormatan akan kehidupan lain yang

ada di dunia membuat manusia Jawa menjadi salah satu masyarakat yang bijaksana dan selalu

menghormati kebudayaan lain yang datang dan berkembang di tanah Jawa.

Dinamisme, merupakan salah satu kepercayaan tradisional masyarakat Jawa yang

mempercayai bahwa setiap benda yang ada di dunia ini mempunyai energi gaib dan kekuatan yang

tidak dapat dijelaskan dengan pemikiran manusia, energi yang terdapat dalam benda-benda tersebut

dipercaya membawa berkah maupun musibah untuk siapa saja yang ada disekitarnya. 22 Dalam

kehidupan masyarakat Jawa tradisional dikenal sebuah senjata yang bernama Keris, dalam banyak hal

Keris ini selalu dikaitkan dengan hal-hal yang gaib, masyarakat Jawa percaya bahwa pada Keris

tertentu mempunyai kekuatan metafisis yang dapat mempengaruhi pemikiran dan gaya hidup

manusia, selain Keris masyarakat Jawa juga percaya bahwa batu batu tertentu mempunyai kekuatan

magis dan dapat digunakan untuk membantu kehidupan masyarakat. 23 Bila kita bandingkan dengan

kepercayaan Agama Islam kita hanya akan memiliki sedikit perbedaan dalam perbandingan kedua

kebudayaan ini, dalam agama Islam terdapat keprcayaan mengenai hal-hal yang bersifat gaib, karena

percaya pada hal gaib merupakan kewajiban dari masyarakat yang beragama Islam.

Gaib yang selanjutnya yang wajib dipercaya oleh masyarakat Islam adalah hari kiamat,

menurut kepercayaan Islam hari kiamat merupakan suatu akhir dari seluruh kehidupan didunia ini,

pada saat itu gunung, lautan, serta seluruh isi dunia akan bergejolak dan situasi itu tidak akan dapat

dikendalikan oleh manusia, pada saat itu semua manusia akan mati, hal gaib yang selanjutnya adalah

Qadha dan Qodar, Qadha yang mempunyai arti ketentuan atau peristiwa yang akan terjadi di dunia ini

yang telah diciptakan oleh Allah SWT yang mempunyai sifat mutlak dan tidak dapat berubah,

sedangkan Qadar atau Takdir merupakan sesuatu jalan yang dapat diusahakan oleh manusia. 24

2. Kebudayaan Jawa dan Islam mempunyai kesamaan pandangan hidup tentang persatuan masyarakat

22
Honig Jr., Ilmu Agama, 33-36.
23
Endraswara, Falsafah Hidup Jawa, 250-253.
24
Maulana Muhammad Ali, Islamologi: Dinul Islam, (Jakarta: Darul Kutubil, 1993), 261-63.
10

Persatuan nasional merupakan suatu yang sangat diimpikan seluruh elemen masyarakat yang

ada di Indonesia, karena dengan persatuan ini negara yang kita cintai ini dapat menjadi lebih baik,

maju dan mampu bersaing dengan negara lain, sejak dahulu masyarakat Jawa yang masih tradisional

mempunyai pemikiran-pemikiran yang sangat bijaksana tentang pentingnya persatuan dan kesatuan

bermasyarakat, antara kebudayaan Jawa dan Agama Islam telah mengatur kehidupan bermasyarakat

yang telah di mengerti serta dipahami oleh semua orang yang mempercayai ajaran Islam. Tradisi

Islam dan Kebudayaan Jawa yang berpadu ini berkembang dengan sangat baik dan beiringan sesuai

dengan tujuan awal yang telah direncanakan, sehingga tujuan untuk mempersatukan masyarakat dapat

berjalan dengan baik.

3. Kesamaan tentang tujuan hidup

Tujuan agama Islam diciptakan oleh Allah SWT adalah sebagai pengontrol kehidupan

manusia yang sudah sangat menyimpang dari kodrat yang telah ditentukan oleh sang Pencipta, agama

Islam yang diturunkan membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat didunia baik bagi

pemeluknya ataupun bukan pemeluknya. Agama Islam sendiri mempunyai tujuan yang sangat mulia

yaitu menyelamatkan manusia dari kehancuran didunia maupun di akhirat, dalam menyelamatkan

manusia dari kehancuran tersebut, maka Allah SWT menerapkan hukum-hukum yang ditulis didalam

kitab suci Alquran yang wajib diikuti oleh semua manusia, Islam sebagai ajaran penyempurna

mempunyai banyak kesamaan tujuan dengan kebudayaan Jawa, kesamaan itu terlihat dalam nilai-nilai

yang berkembang dalam kebudayaan Jawa selalu memberikan pencerahan tentang hukum sebab

akibat yang dapat terjadi di masyarakat.25

Masyarakat Jawa selalu memberikan nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup

bermasyarakat. Masyarakat jawa selalu memandang bahwa kehidupan didunia ini pasti akan berakhir,

namun sebelum mereka mengakhiri kehidupan mereka didunia ini mereka perlu membakhtikan

kehidupan mereka untuk alam, masyarakat dan kehidupan sekitar mereka, hal ini yang membuat

mereka selalu berusahauntuk memperbaiki nilai-nilai yang terkandung didalam ajarannya agar selalu

dapat di padukan dengan perkembangan zaman.26


25
Utomo, Sebuah Pendahuluan Mengenal Islam, 26-29.
26
Mulder, Pribadi dan Masyarakat di Jaw, 32-33.
11

Analisis dan Kesimpulan

Melihat kesamaan dari kedua pihak yang ada kita dapat menyimpulkan bahwa dalam ajaran

Agama Islam dan Kebudayaan Jawa selalu menekankan pada usaha memperbaiki diri dalam rangka

mempersiapkan diri menyongsong kehidupan masyarakat yang lebih baik dan dalam rangka

mempersiapkan diri menuju kematian. Menurut teori struktural fungsional pengaruh yang diberikan

oleh Agama Islam yang mempengaruhi kebudayaan Jawa, dengan pandangan-pandangan yang ada

dalam ajaran Islam yang kemudian beradaptasi dengan budaya Jawa, serta memiliki kesamaan tujuan

dari masing-masing pihak, yang kemudian berintegrasi membuat masyarakat dapat menjalankan pola

ajaran yang sejalan dan konsep pemikiran yang sama antara agama Islam dengan budaya Jawa.

Daftar Pustaka

Abdullah, Taufik dan M. Rusli Karim. Metodologi Penelitian Agama. Yogyakarta: Tiara Wacana,

1989.

Ali, Maulana Muhammad. Islamologi: Dinul Islam. Jakarta: Darul Kutubil, 1993.

Endraswara, Suwardi. Falsafah Hidup Jawa: Menggali Mutiara Kebijakan dari Intisari Filsafat

Kejawen. Yogyakarta: Cakrawala, 2010.

Haryanto, Sindung. Spektrum Teori Sosial: Dari Klasik Hingga Postmodern. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2012.
12

Honig Jr., A.G. Ilmu Agama. Cet. ke-14. Jakarta: Gunung Mulia, 2012.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Mulder, Niels. Agama, Hidup Sehari-hari dan Perubahan Budaya: Jawa, Muangthai, dan Filipina.

Jakarta: Gramedia, 1999.

———. Pribadi dan Masyarakat di Jawa. Jakarta: Sinar Harapan, 1996.

Qurtuby, Sumanto Al. Arus Cina-Islam-Jawa. Yogyakarta: Inspeal, 2003.

Utomo, Bambang Ruseno. Sebuah Pendahuluan Mengenal Islam. Malang: Bale Wiyata, 1989.

Anda mungkin juga menyukai