Sosiologi Agama
Sosiologi Agama
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kehadiran Islam secara lebih nyata di Indonesia terjadi pada sekitar abad ke-12 M, meskipun
mungkin Islam telah diperkenalkan ke Nusantara (Indonesia) sejak abad pertama Hijriyah yaitu abad
ke-7 M. Para sejarawan barat memegang teori bahwa pembawa Islam pertama di Nusantara adalah
para pedagang Muslim, yang menyebarkan Islam sembari melakukan perdagangan. 1 Elaborasi lebih
lanjut dari teori ini adalah bahwa para pedagang Muslim tersebut melakukan perkawinan dengan
tercipta. Selanjutnya dikatakan sebagian pedagang Muslim ini melakukan perkawinan dengan
keluarga bangsawan lokal sehingga memungkinkan mereka atau keturunannya pada akhirnya
mencapat kekuasaan politik yang dapat digunakan untuk penyebaran Islam di Indonesia tepatnya
Kebudayaan Jawa atau kejawen diterjemahkan sebagai kejawaan atau Jawanisme. Akhiran
“isme” ini menyiratkan pengertian bahwa kejawen adalah suatu ajaran dan praktek. Sebagai falsafah
hidup, kejawen cukup luas cakupannya, termasuk di dalamnya teologi, kosmologi, mitologi,
metafisika, dan antropologi. Semua segi ini membentuk satu pandangan hidup orang Jawa yang,
sebagai sebuah sistem pemikiran tentang hubungan sosial, meresap ke dalam etika dan akal sehat
yang mengatur hidup orang Jawa. Jawanisme ini bukanlah sebuah agama meskipun pengertian
1
Sumanto Al Qurtuby, Arus Cina-Islam-Jawa (Yogyakarta: Inspeal, 2003), 105-107.
2
Qurtuby, Arus Cina-Islam-Jawa, 108.
3
Niels Mulder, Agama, Hidup Sehari-hari dan Perubahan Budaya: Jawa, Muangthai, dan Filipina (Jakarta:
Gramedia, 1999), 46-47.
2
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tulisan ini merumuskan masalah sebagai berikut:
3. Metode Penelitian
Riset literatur
4. Tujuan Penelitian
Meneliti bagaimana agama Islam dapat berintegrasi dengan kebudayaan Jawa dalam beberapa
Melihat adanya dampak dan pengaruh kebudayaan Jawa terhadap implikasi agama Islam
Kajian Teori
1. Agama Islam
Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata ‘a’ berarti tidak dan ‘gama’ berarti
kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan menjadi sesuatu yang tidak kacau. 4 Jadi fungsi agama dalam
pengertian ini memelihara integritas dari seorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan
Tuhan, sesame manusia dan alam sekitarnya tidak kacau. Ketidakkacauan itu disebabkan oleh
penerapan peraturan agama tentang moralitas nilai-nilai kehidupan yang perlu dipegang, dimaknai,
dan diberlakukan.
Islam adalah agama yang didasarkan bukan pada kepribadian yang mendirikan, melainkan
Allah sendiri dengan Nabi Muhammad yang adalah perantara. 5 Dalam studi Islam, yakni pengkajian
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia
5
Bambang Ruseno Utomo, Sebuah Pendahuluan Mengenal Islam (Malang: Bale Wiyata, 1989), 24-25.
3
tentang ilmu-ilmu ke-Islam-an adalah pengkajian tidak hanya kepada aspek-aspeknya yang normatif
dan dogmatif, tetapi juga pengkajian yang menyangkut aspek sosiologis. 6 Agama Islam dilihat dari
struktur sosialnya bahwa perbuatan seseorang akan mempunyai arti bagi dirinya sendiri dan sekaligus
2. Kebudayaan Jawa
Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil kerja manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. 8 Kebudayaan Jawa atau
Jawanisme mempunyai sistem pemikiran yang lengkap pada dirinya, yang berisikan kosmologi,
mitologi, seperangkat konsepsi yang pada hakikatnya bersifat mistik, dan sebagainya yang
menimbulkan antropologi Jawa tersendiri, yaitu suatu sistem gagasan mengenai sifat dasar manusia
dan masyarakat, yang pada gilirannya menerangkan etika, tradisi dan gaya Jawa. Singkatnya,
Jawanisme memberikan suatu alam pemikiran secara umum sebagai suatu badan pengetahuan yang
menyeluruh, yang dipergunakan untuk menafsirkan kehidupan sebagaimana adanya dan sebagaimana
rupanya.9
(masyarakat) dan bagaimana perilaku tersebut berada dalam (dapat mempertahankan) kondisi
keseimbangan dalam organisasi atau masyarakat. Pendekatan ini adalah bahwa setiap struktural sosial,
atau setidaknya yang diprioritaskan, menyumbangkan terhadap suatu integrasi dan adaptasi sistem
yang berlaku. Eksistensi atau kelangsungan struktur atau pola yang telah ada dijelaskan melalui
konsekuensi-konsekuensi atau efek-efek yang keduanya diduga perlu dan bermanfaat terhadap
permasalahan masyarakat.10
Masyarakat sebagai sistem sosial paling tidak harus memiliki empat fungsi imperatif yang
sekaligus merupakan karakteristik suatu sistem. Keempatnya berhubungan dengan sistem tindakan.
6
Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989), 5.
7
Utomo, Sebuah Pendahuluan Mengenal Islam, 13.
8
Kamus Besar Bahasa Indonesia
9
Niels Mulder, Pribadi dan Masyarakat di Jawa (Jakarta: Sinar Harapan, 1996), 16.
10
Sindung Haryanto, Spektrum Teori Sosial: Dari Klasik Hingga Postmodern (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),
20.
4
Keempat sistem ini dikenal dengan sebutan ‘AGIL’ yang merupakan kepanjangan dari fungsi ‘A’
(Adaptation); ‘G’ (Goal attainment = pencapaian tujuan); ‘I’ (Integration); dan ‘L’ (Latent pattern
maintenance = sistem fidusier). Fungsi adaptasi merupakan sistem untuk mempertahankan sumber-
sumber penting dalam sistem dalam menghadapi tuntutan dari luar. Fungsi pencapaian tujuan
merupakan fungsi ketika sistem memprioritaskan tujuan dan memobilisasi sumber daya untuk
mencapai tujuan. Fungsi integrasi merupakan proses-proses yang terjadi di internal sistem yang
mengoordinasi hubungan antar berbagai subsistem (unit-unit sistem). Sementara fungsi pemeliharaan
pola merupakan proses ketika sistem memelihara motivasi dan kesepakatan sosial dengan
Pembahasan
Perkembangan agama Islam di lingkungan masyarakat Jawa tidak dapat dipisahkan dari
pengaruh kebudayaan Jawa yang ada di dalam kehidupan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan
perpaduan antara kedua kebudayaan Jawa dan agama Islam yang sampai saat ini masih mampu eksis
dan membentuk suatu kekuatan yang sangat besar dan kuat. Banyak orang berpendapat bahwa ajaran
agama Islam dan nilai-nilai dalam kebudayaan Jawa mempunyai kesamaan dalam penyampaiannya,
ajaran Jawa yang selalu mengedepankan toleransi antar masyarakat juga sejalan dengan ajaran agama
Kebudayaan Jawa yang berkembang sejak zaman dahulu merupakan suatu akulturasi antara
kebudayaan masyarakat tradisional dan juga agama yang masuk ke tanah Jawa, dimulai dari ajaran
agama Hindu yang berasal dari tanah India yang kemudian menyebar dan mengisi kehidupan
masyarakat tradisional Jawa, pada saat itu masyarakat Jawa tidak serta merta mengikuti semua ajaran
yang ada dalam agama Hindu, masyarakat Jawa yang masih tradisional pada masa itu hanya
11
Haryanto, Spektrum Teori Sosial, 20.
12
Suwardi Endraswara, Falsafah Hidup Jawa: Menggali Mutiara Kebijakan dari Intisari Filsafat Kejawen
(Yogyakarta: Cakrawala, 2010), 80-82.
5
mengambil beberapa hal yang cocok dengan kehidupan mereka sedangkan yang tidak cocok dengan
Bukti tentang masyarakat yang selalu melihat sisi baik dan buruk dari budaya Hindu yang
datang ini tercermin dari tidak berjalannya sistem kasta seperti yang ada di India, masyarakat Jawa
yang memang tidak suka membedakan golongan-golongan manusia sejalan dengan ajaran agama
Islam. Dalam agama Islam perbedaan derajat manusia hanya dapat ditentukan oleh kekuatan imannya,
sedangkan dalam ajaran kebudayaan Jawa derajat manusia dinilai dari sebagaimana dia berbuat,
bertingkah laku serta bermasyarakat, apabila dalam kegiatan bermasyarakat baik dan tidak membeda-
bedakan, maka penilaian baik pun akan diberikan oleh orang lain. 14
Kehidupan masyarakat Jawa tidak lepas dari adanya aturan serta larangan, seperti yang ada
didalam ajaran agama Islam, aturan serta larangan yang merupakan kontrol masyarakat ini sejalan
dengan ajaran yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad SAW. Pandangan masyarakat Jawa tentang
kepercayaan dan agama bila kita maknai dengan baik, maka kita akan mengerti hakekat dari adanya
nilai-nilai, norma dan diciptakannya agama,menurut masyarakat jawa yang masih sederhana agama,
hukum dan larangan-larangan diciptakan karena adanya sifat manusia yang tercela, ingin menang
sendiri dan mempunyai hawa nafsu berbuat buruk, mereka menganggap bahwa intisari semua ajaran
itu sama dan selalu mengajarkan cinta kasih antar umatnya, sehingga manusia tidak perlu berebut
ingin menjadi yang paling benar, karena sifat egois golongan tersebut membuat manusia menjadi lupa
akan tugasnya sebagai manusia yang seharusnya menjaga kehidupan yang ada di dunia. 15
Keunikan dari ajaran Jawa yang berpadu dengan agama Islam adalah penggunaan tembang
atau kidung dalam penyampaian nasehat dan petuah, tembang-tembang yang diciptakan oleh
Walisongo merupakan alat yang sangat cocok digunakan dalam pengajaran agama Islam, karena pada
masa itu masyarakat Jawa sangat suka dengan kesenian. Cara seperti ini sampai sekarangpun masih
digunakan banyak kiai maupun ustad dalam menyampaikan ajaran agama Islam,dan hasilnya dapat
dilihat dengan semakin banyaknya masyarakat yang masuk kedalam ajaran agama Islam yang damai
13
Qurtuby, Arus Cina-Islam-Jawa, 107-109.
14
Qurtuby, Arus Cina-Islam-Jawa, 208-10..
15
Abdullah dan Karim, Metodologi Penelitian Agama, 41-43.
6
dan toleran yang selaras dengan kebudayaan Jawa.Ajaran yang mempengaruhi Islam di tanah Jawa
adalah kepercayaan masyarakat Jawa dalam tiga tentang pedoman kehidupan didunia dan diakhirat,
yang pertama adalah mengkaji tentang ayat suci maksud dari hal ini adalah manusia yang hidup pasti
mempunyai kepercayaan tentang kekuatan alam dan kekuatan Tuhan, hukum sebab akibat ini
semuanya tertuang dalam kitab pedoman masyarakat Jawa, baik yang berasal dari kitab Weda Injil
maupun Kitab Suci Al Quran.16 Menurut pandangan para pemuka adat Jawa pada hakekatnya
mengkaji kitab suci merupakan salah satu pedoman yang sangat baik untuk kehidupan bermasyarakat,
karena didalam kitab suci semua permasalah hidup di dunia dan akhirat mendapat pencerahan
langsung dari pembawanya, sehingga manusia dapat secara tegas dalam menentukan jalan menuju
Kemudian masyarakat Jawa mengenal istilah mengkaji keadaan, tidak seperti mengkaji kitab
suci yang sama dalam setiap situasi, mengkaji keadaan cenderung bersifat lokal dan hanya dalam
lingkup yang sangat sempit, mengkaji keadaan ini mempunyai maksud agar manusia senantiasa
beradaptasi kepada lingkungan yang ada disekitarnya, karena dengan mengerti dengan keadaan yang
ada disekitarnya manusia dapat mengerti permasalahan pada lingkungan tersebut. 18 Proses
menyelesaikan permasalahan pada setiap lingkungan berbeda-beda, maka dari itu masyarakat Jawa
selalu berpedoman pada ajaran sederhana yang telah dijaga oleh para leluhur dimasa lalu, dalam
ajaran Islam pun kemudian mulai menggunakan pandangan-pandangan ini sebagai bahan
pertimbangan dalam upaya mengembangkan ajaran agama Islam. Pengkajian yang dilakukan
masyarakat Jawa yang selanjutnya adalah mengkaji rasa, dalam mengkaji rasa ini lingkupnya sangat
terbatas pada setiap individu yang hidup, hal ini dikarenakan setiap individu yang hidup di dunia ini
mempunyai perbedaan pemikiran, pengendalian diri yang berbeda, serta pandangan hidup yang
berbeda pula. Manusia diciptakan mempunyai perasaan dan akal. Inilah yang menyebabkan manusia
menjadi makhluk yang sempurna dan mampu mengendalikan perasaanya dalam bermasyarakat, dalam
melihat hal -hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, ajaran inipun bila diselarakan pada ajaran
agama Islam akan menjadikan persatuan Islam semakin kuat, dan tidak merasa bahwa suatu golongan
16
Utomo, Sebuah Pendahuluan Mengenal Islam, 67.
17
Endraswara, Falsafah Hidup Jawa, 81-83.
18
Haryanto, Spektrum Teori Sosial, 21.
7
adalah golongan terbaik dan tidak merasa dirinya yang paling hebat, karena dengan mengerti bahwa
hakekat manusia sebagai makhluk yang tidak sempurna dan sebagai tempatnya salah mengkaji rasa
mereka menggunakan Pendawa sebagai filosofi dalam menerima agama Islam, Pendawa digunakan
karena merupakan tokoh pilihan dalam perbuatan kebaikan, mereka menggunakan filosofi tokoh
wayang Yudistira sebagai pertimbangannya, dalam pewayangan diterangkan bahwa sosok Yudistira
merupakan tokoh yang mempunyai kebijaksanaan, tidak suka memaksa, mengalah, serta bersih dari
noda. Maksud dari filosofi ini bahwa ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
adalah agama langit yang tidak mempunyai noda, mampu menjawab pertentangan zaman, selalu
menciptakan kedamaian, tidak memaksakan kehendak dan bijaksana dalam menyelesaikan urusan
didunia dan akhirat. Selain itu juga digunakan filosofi seorang Bima yang merupakan tokoh yang
tegas, Jujur dan adil. Agama Islam juga merupakan agama yang menjunjung tinggi keadilan antar
umat beragam, dalam kitab suci Al Quran disebutkan bahwa semua manusia mempunyai kesamaan
dalam hukum Allah SWT, jadi penyejajaran antara ajaran agama Islam dan kebudayaan Jawa sangat
mungkin untuk dikembangkan bila dilihat dari segi pandangan dalam mengatasi kehidupan sehari
-hari, selanjutnya filosofi yang digunakan adalah filosofi Arjuna, sosok Arjuna yang punya wajah
rupawan dan dicintai oleh isteri-isterinya dimaknai bagai ajaran Islam yang selalu menjadikan
manusia sebagai pribadi yang tampan akhlaknya dan selalu dicintai oleh masyarakat yang ada
disekitarnya, hal ini dikarenakan ajaran agama Islam mengajarkan tentang cinta kasih kepada seluruh
makhluk hidup yang ada didunia. Dalam kitab suci Alquran dijelaskan bahwa manusia mempunyai
tujuan untuk menjadi pemimpin dan pengelola dunia dan isinya. Filosofi berikutnya adalah
menggunakan tokoh Nakula yang mempunyai sifat taat serta tahu balas budi, ajaran ini sejalan dengan
kehidupan masyarakat Islam yang selalu taat pada ketentuan yang telah dibuat oleh Allah SWT,
manusia Islam selalu menjalankan ibadahnya dengan baik yang merupakan wujud dari rasa syukur
terhadap kenikmatan yang telah dilimpahkan oleh Tuhannya, selanjutnya yang terakhir adalah filosofi
Sadewa yang merupakan sosok yang pandai dan bijaksana dalam menghadapi kehidupan sosial yang
19
Mulder, Agama, Hidup Sehari-hari dan Perubahan Budaya, 51-53.
8
ada dijagat pewayangan, hal ini sejalan dengan penyebar agama Islam yang ada di Jawa yang
merupakan kaum terpelajar dan bijaksana yang menjadi panutan dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat.20
Faktor yang membuat agama Islam dan budaya tradisional Jawa dapat berpadu dan berkembang
Kesamaan pandangan spiritual antara ajaran agama Islam dan kebudayaan Jawa nampaknya
menjadi sesuatu yang sangat penting pada penyebaran agama Islam di Jawa, masyarakat Jawa
tradisional yang hidup pada masa lalu telah mempunyai pemikiran tentang adanya energi yang besar
yang terdapat pada alama semesta, sehingga pada kehidupan zaman dahulu dikenal dengan Animisme
dan Dinamisme.
Animisme merupakan suatu kepercayaan masyarakat yang berhubungan dengan roh atau
makhluk halus yang hidup berdampingan dengan manusia masyarakat Jawa pada masa lalu
mempercayai bahwa dalam menjalani kehidupan didunia ini. manusia tidak berjalan sendirian, namun
manusia juga berdampingan dengan makhluk halus atau roh, kepercayaan masyarakat Jawa saat itu
adalah mempercayai adanya roh nenek moyang atau leluhur yang terus mengawasi mereka dan
menjaga mereka dari bahaya yang ada di alam semesta. Masyarakat saat itu juga mempercayai bahwa
roh yang hidup berdampingan dengan mereka mempunyai kekuatan yang bisa dimanfaatkan dalam
menyelesaikan permasalahan hidup, kepercayaan ini terus berkembang dalam khasanah kehidupan
masyarakat Jawa tradisional, mereka menganggap bila roh nenek moyang sudah menyukai
masyarakat, maka roh tersebut akan membantu dalam banyak bidang kehidupan, begitu pula
sebaliknya bila roh yang hidup berdampingan dengan masyarakat murka maka hal buruk akan terjadi
pada segala aspek kehidupan masyarakat.21 Hal ini masih terlihat dalam berbagai aspek kehidupan,
kepercayaan tentang roh ini bila dimaknai dengan kearifan pemikiran kita dapat dilihat bahwa
20
Mulder, Pribadi dan Masyarakat di Jawa, 25-27.
21
A.G. Honig Jr., Ilmu Agama, cet. ke-14 (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 53-59.
9
masyarakat Jawa sejak dahulu memang menghormati seluruh kehidupan yang ada di dunia ini, baik
kehidupan yang bersifat nyata maupun yang bersifat gaib. Penghormatan akan kehidupan lain yang
ada di dunia membuat manusia Jawa menjadi salah satu masyarakat yang bijaksana dan selalu
mempercayai bahwa setiap benda yang ada di dunia ini mempunyai energi gaib dan kekuatan yang
tidak dapat dijelaskan dengan pemikiran manusia, energi yang terdapat dalam benda-benda tersebut
dipercaya membawa berkah maupun musibah untuk siapa saja yang ada disekitarnya. 22 Dalam
kehidupan masyarakat Jawa tradisional dikenal sebuah senjata yang bernama Keris, dalam banyak hal
Keris ini selalu dikaitkan dengan hal-hal yang gaib, masyarakat Jawa percaya bahwa pada Keris
tertentu mempunyai kekuatan metafisis yang dapat mempengaruhi pemikiran dan gaya hidup
manusia, selain Keris masyarakat Jawa juga percaya bahwa batu batu tertentu mempunyai kekuatan
magis dan dapat digunakan untuk membantu kehidupan masyarakat. 23 Bila kita bandingkan dengan
kepercayaan Agama Islam kita hanya akan memiliki sedikit perbedaan dalam perbandingan kedua
kebudayaan ini, dalam agama Islam terdapat keprcayaan mengenai hal-hal yang bersifat gaib, karena
percaya pada hal gaib merupakan kewajiban dari masyarakat yang beragama Islam.
Gaib yang selanjutnya yang wajib dipercaya oleh masyarakat Islam adalah hari kiamat,
menurut kepercayaan Islam hari kiamat merupakan suatu akhir dari seluruh kehidupan didunia ini,
pada saat itu gunung, lautan, serta seluruh isi dunia akan bergejolak dan situasi itu tidak akan dapat
dikendalikan oleh manusia, pada saat itu semua manusia akan mati, hal gaib yang selanjutnya adalah
Qadha dan Qodar, Qadha yang mempunyai arti ketentuan atau peristiwa yang akan terjadi di dunia ini
yang telah diciptakan oleh Allah SWT yang mempunyai sifat mutlak dan tidak dapat berubah,
sedangkan Qadar atau Takdir merupakan sesuatu jalan yang dapat diusahakan oleh manusia. 24
2. Kebudayaan Jawa dan Islam mempunyai kesamaan pandangan hidup tentang persatuan masyarakat
22
Honig Jr., Ilmu Agama, 33-36.
23
Endraswara, Falsafah Hidup Jawa, 250-253.
24
Maulana Muhammad Ali, Islamologi: Dinul Islam, (Jakarta: Darul Kutubil, 1993), 261-63.
10
Persatuan nasional merupakan suatu yang sangat diimpikan seluruh elemen masyarakat yang
ada di Indonesia, karena dengan persatuan ini negara yang kita cintai ini dapat menjadi lebih baik,
maju dan mampu bersaing dengan negara lain, sejak dahulu masyarakat Jawa yang masih tradisional
mempunyai pemikiran-pemikiran yang sangat bijaksana tentang pentingnya persatuan dan kesatuan
bermasyarakat, antara kebudayaan Jawa dan Agama Islam telah mengatur kehidupan bermasyarakat
yang telah di mengerti serta dipahami oleh semua orang yang mempercayai ajaran Islam. Tradisi
Islam dan Kebudayaan Jawa yang berpadu ini berkembang dengan sangat baik dan beiringan sesuai
dengan tujuan awal yang telah direncanakan, sehingga tujuan untuk mempersatukan masyarakat dapat
Tujuan agama Islam diciptakan oleh Allah SWT adalah sebagai pengontrol kehidupan
manusia yang sudah sangat menyimpang dari kodrat yang telah ditentukan oleh sang Pencipta, agama
Islam yang diturunkan membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat didunia baik bagi
pemeluknya ataupun bukan pemeluknya. Agama Islam sendiri mempunyai tujuan yang sangat mulia
yaitu menyelamatkan manusia dari kehancuran didunia maupun di akhirat, dalam menyelamatkan
manusia dari kehancuran tersebut, maka Allah SWT menerapkan hukum-hukum yang ditulis didalam
kitab suci Alquran yang wajib diikuti oleh semua manusia, Islam sebagai ajaran penyempurna
mempunyai banyak kesamaan tujuan dengan kebudayaan Jawa, kesamaan itu terlihat dalam nilai-nilai
yang berkembang dalam kebudayaan Jawa selalu memberikan pencerahan tentang hukum sebab
Masyarakat Jawa selalu memberikan nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup
bermasyarakat. Masyarakat jawa selalu memandang bahwa kehidupan didunia ini pasti akan berakhir,
namun sebelum mereka mengakhiri kehidupan mereka didunia ini mereka perlu membakhtikan
kehidupan mereka untuk alam, masyarakat dan kehidupan sekitar mereka, hal ini yang membuat
mereka selalu berusahauntuk memperbaiki nilai-nilai yang terkandung didalam ajarannya agar selalu
Melihat kesamaan dari kedua pihak yang ada kita dapat menyimpulkan bahwa dalam ajaran
Agama Islam dan Kebudayaan Jawa selalu menekankan pada usaha memperbaiki diri dalam rangka
mempersiapkan diri menyongsong kehidupan masyarakat yang lebih baik dan dalam rangka
mempersiapkan diri menuju kematian. Menurut teori struktural fungsional pengaruh yang diberikan
oleh Agama Islam yang mempengaruhi kebudayaan Jawa, dengan pandangan-pandangan yang ada
dalam ajaran Islam yang kemudian beradaptasi dengan budaya Jawa, serta memiliki kesamaan tujuan
dari masing-masing pihak, yang kemudian berintegrasi membuat masyarakat dapat menjalankan pola
ajaran yang sejalan dan konsep pemikiran yang sama antara agama Islam dengan budaya Jawa.
Daftar Pustaka
Abdullah, Taufik dan M. Rusli Karim. Metodologi Penelitian Agama. Yogyakarta: Tiara Wacana,
1989.
Ali, Maulana Muhammad. Islamologi: Dinul Islam. Jakarta: Darul Kutubil, 1993.
Endraswara, Suwardi. Falsafah Hidup Jawa: Menggali Mutiara Kebijakan dari Intisari Filsafat
Haryanto, Sindung. Spektrum Teori Sosial: Dari Klasik Hingga Postmodern. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012.
12
Honig Jr., A.G. Ilmu Agama. Cet. ke-14. Jakarta: Gunung Mulia, 2012.
Mulder, Niels. Agama, Hidup Sehari-hari dan Perubahan Budaya: Jawa, Muangthai, dan Filipina.
Utomo, Bambang Ruseno. Sebuah Pendahuluan Mengenal Islam. Malang: Bale Wiyata, 1989.