Kritik Ruu Pesantren
Kritik Ruu Pesantren
Rancangan Undang-Undang Pesantren dan Pendidikan Keagamaan yang diajukan DPR pada 13
September 2018 ini akhirnya disetujui dan disahkan pada Rapat Paripurna Masa Persidangan 1 Tahun
Sidang 2018-2019 di Jakarta pada hari Selasa, 16 September 2018. Ketua Fraksi PPP DPR RI yaitu Reni
Marlinawati mengatakan RUU Pesantren perlu segera disahkan menjadi undang-undang demi
memperkokoh nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bernegara, terutama pada sila pertama yakni
Ketuhanan Yang Maha Esa.1 RUU Pesantren ini tidak hanya mengatur kelompok/golongan/agama
tertentu seperti Islam saja, tetapi juga agama-agama lain yang diakui Indonesia antara lain Kristen,
Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Maka dari itu Wakil Sekretaris Jenderal DPP PPP Abdullah
Mansyur mengatakan RUU Pesantren dan Pendidikan Keagamaan bukan hanya untuk kepentingan umat
Islam, walaupun data statistik penganut agama Islam adalah mayoritas, tetapi juga berlaku universal.2
RUU ini juga mempunyai tujuan yang sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 pasal (3), yaitu untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Walaupun begitu, usulan dari fraksi PPP sejak tahun 2013 ini menuai banyak polemik. Pasalnya,
sejumlah pasal dalam RUU itu dinilai sejumlah kalangan aktivis dan tokoh lintas agama diangap masih
belum mengakomodasi kepentingan semua agama yang diakui salah satunya yaitu PGI. Sebagaimana
pada bagian ketiga yang mengatur tentang Pendidikan Keagamaan Kristen, terdapat pasal-pasal yang
kurang cocok atau bahkan tidak sesuai dengan kondisi atau fakta yang terjadi di lapangan khususnya
dalam lingkup Pendidikan Keagamaan Kristen. Maka dari itu perlu dikritisi beberapa pasal yang dirasa
perlu diperbaiki supaya ketika RUU ini disahkan menjadi UU, tidak merugikan ataupun berlaku tidak adil
1
https://www.idntimes.com/news/indonesia/victor-raditia-1/ruu-pesantren-disetujui-dpr-apa-sih-tujuannya/full
2
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/30/19242691/politisi-ppp-ruu-pesantren-dan-pendidikan-keagamaan-
berlaku-universal
antar satu agama dengan agama yang lain. Berikut adalah bahasan mengenai pasal-pasal yang dirasa perlu
untuk diperbaiki.
1. Pasal 56 ayat (2) tertulis bahwa Pendidikan Keagamaan Kristen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diselenggarakan dalam bentuk Sekolah Tinggi Agama Kristen dan Sekolah Tinggi Teologi
atau bentuk lain yang sejenis. Disarankan dalam ayat ini ditambahkan beberapa institusi Kristen
lainnya seperti Universitas Agama Kristen dan Institut Agama Kristen supaya lebih spesifik dan
detail. Karena jika melihat pada pasal-pasal sebelum khususnya yang membahas Pendidikan Islam
(Pesantren), tertulis lebih detail beberapa institusi yang masuk dalam kriteria Pendidikan
Keagamaan Islam.
2. Pasal 56 ayat (3) juga perlu ditambahkan utuk Universitas Agama Kristen dan Institut Agama
Kristen. Selain itu juga tidak hanya yang berijazah pendidikan Sekolah Menengah Teologi Kristen
atau Sekolah Menengah Agama Kristen saja yang bisa melanjutkan pendidikan mereka, tetapi
juga yang berijazah pendidikan Sekolah Menengah Umum maupun Sekolah Menengah Kejuruan.
3. Pasal 65 poin (e) juga perlu diperbaiki dengan mengganti kegiatan satuan Pendidikan Diniyah
Perlu untuk diperhatikan dalam segi kerincian ini dengan memperhatikan hal-hal kecil mengenai
Pendidikan Keagamaan Kristen. Akan tetapi secara garis besar hal RUU ini tidak merugikan atau
mendiskriminasikan agama tertentu. Alih-alih merugikan, keberadaan RUU ini malah memberikan
fasilitas dan kesempatan bagi setiap pendidikan keagamaan di Indonesia untuk berkembang dan
bertumbuh sesuai dengan prinsip agama masing-masing dengan adanya bantuan dari pemerintah melalui
RUU ini yaitu dana. Anggaran untuk pesantren dan lembaga pendidikan agama lainnya memang sudah
dimasukkan dalam anggaran pendidikan sebesar 20% dari total APBN sebagaimana diatur dalam UUD
1945. Kemudian melalui alokasi anggaran lain yang disalurkan melalui pemerintah daerah. Mengingat,
keberadaan pesantren dan lembaga pendidikan agama berada dalam kewenangan Kementrian Agama.