Asisten Pembimbing :
Fahri Humaidi
NRP. 02111740000063
ABSTRAK
Suatu alat atau mesin dibuat dengan adanya prinsip atau dasar secara analitis
dari ilmu pengetahuan. Akan tetapi, kenyataannya tidak ada mesin atau alat yang
memiliki efisiensi seratus persen seperti halnya prinsip dasar analitisnya.
Contohnya mesin-mesin fluida yang dapat digunakan untuk memindahkan fluida
dari tempat rendah ke tempat yang lebih tinggi dan sebaliknya. Pemecahan masalah
lebih banyak dilakukan dengan mengaitkan antara metode analitis dan eksperimen
yang diperlukan. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan mengaplikasikan ilmu
pengetahuan dengan membuat comparative flow measurement aparatus. Hal ini
bertujuan agar mahasiswa dapat mengoperasikan, mengukur, dan menghitung
comparative flow measurement aparatus dengan terampil dan dapat lebih
memahami teori mekanika fluida terhadap kondisi aktual.
Untuk mengetahui besar Head Loss yang terjadi pada aliran fluida pada pipa,
dilakukan sebuah praktikum dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama,
pompa dinyalakan dan diatur tekanannya sesuai dengan prosedur, serta kalibrasi
skala pengukur yang akan digunakan, Lalu, dengan nilai debit yang bervariasi, bisa
dilihat besar nilai Static Head yang muncul dari sistem pipa yang terdiri dari
Venturimeter, Sudden Enlargement, Sudden Contraction, Elbow, Orificemeter, dan
Rotameter.
Dari praktikum didapatkan kesimpulan yaitu urutan koefisien losses dari
terbesar sampai terkecil yaitu elbow 90°, sudden contraction, dan yang terkecil
adalah sudden enlargement. Selain itu juga didapatkan kesimpulan berupa semakin
besar laju aliran pada flowmeter maka koefisien discharge semakin kecil yang
berarti flowrate teoritiknya semakin meningkat dan orificemeter kebalikannya.
Dengan asumsi :
1. Ẇshaft , Ẇshear , Ẇother = 0
2. Steady flow
3. Incompressible flow
4. Energi dalam fluida dan tekanan uniform pada section 1 dan 2
Maka persamaan menjadi :
p V ⃑⃑⃑⃑⃑2 ⃑⃑⃑⃑⃑2
Q̇ = ∫CS (u + ρ + 2 + gz) ρV ⃑ + ∫ (u + p + V + gz) ρV
⃑ . dA ⃑ . dA
⃑ ...... (2.2)
1 CS2 ρ 2
p V ⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑2 ⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑2
Q̇ = − ∫A (u1 + ρ1 + 21 + gz1 ) ρV ⃑ + ∫ (u2 + p2 + V2 + gz2 ) ρV
⃑ . dA ⃑ . dA
⃑
1 A ρ 2 2
…………………………………………………………………………… (2.3)
Dari persamaan kontinuitas :
= 0 (2)
∂
̅. dA
0 = ∂t ∫CV ρd∀ + ∫CS ρV ̅ ……………………………………………... (2.4)
̅. dA
0 = ∫CS ρV ̅ + ∫ ρV̅. dA
̅ …………………………………………... (2.5)
1 CS 2
̅. dA
0 = − ∫A ρV ̅ + ∫ ρV
̅. dA
̅ ………………………………………….. (2.6)
1 A 2
̅. dA
Dimana : ∫A ρV ̅ = IρVA I = ṁ
Maka : 0 = −ρ1 V1 A1 + ρ2 V2 A2
0 = −ṁ1 + ṁ2 atau ṁ1 = ṁ2 = ṁ
Maka persamaan menjadi :
P V ̅̅̅̅
2
Q̇ = −ṁ ( u1 + ρ1 + gz1 ) + ∫A1 2 ρV ̅ + ṁ (u2 + P2 + gz2 ) +
̅dA
1 ρ 2
̅̅̅̅
V2
∫A2 ̅ dA
ρV ̅ …………………………………………………………….... (2.7)
2
Atau :
P ̅̅̅̅
V21 P ̅̅̅̅
V21 ∂Q
{ ρ1 + α1 + gz1 } = { ρ1 + α1 + gz1 } + {u1 − u2 − dm} ………...… (2.10)
2 2
Dimana :
{(u1 − u2 )} : perubahan energi dalam akibat gesekan, dengan
satuan kJ/kg
∂Q
{− } : perpindahan panas per satuan massa, dengan satuan
dm
kJ/kg
∂Q
{(u1 − u2 − )} : losses energy dari section 1-2, dengan satuan kJ/kg
dm
Atau
P ̅̅̅̅
V2 P ̅̅̅̅
V2
{ γ1 + α1 2g1 + z1 } = { γ2 + α2 2g2 + z2 } + Σ hL1−2 , dengan satuan meter.
Pada praktikum ini menggunakan manometer air, maka satuan head static yang
terukur adalah milimeter kolom air.
2.2 Jenis-Jenis Headloss
Headloss adalah kerugian energi pada suatu sistem aliran akibat dari
gesekan ataupun faktor-faktor seperti adanya sudut belokan, sambungan,
ataupun katup. Berikut adalah macam-macam dari headloss :
a. Major Headloss
Major Headloss adalah rugi energi atau penurunan tekanan yang
terjadi pada sepanjang pipa. Kerugian ini dapat terjadi karena energi
mekanik akibat gesekan yang diubah menjadi energi panas. Pada Analisa
headloss aliran laminar, dapat dilihat dan diselesaikan secara analitis
karena bentuk aliran yang teratur, namun hal ini sulit dilakukan bila aliran
tersebut turbulen. Pada aliran turbulen, gerakan aliran yang acak akan
mempersulit dalam membuat persamaan yang pasti, sehingga dilakukan
pendekatan dengan fungsi dari penurunan tekanan (∆P), diameter pipa (D),
panjang pipa (L), kekasaran (e), kecepatan rata-rata fluida (V), massa jenis
fluida (𝜌), dan viskositas fluida (µ).
Untuk dapat menghitung Major Headloss, perlu diketahui lebih jelas
awal jenis aliran fluida yang mengalir. Jenis aliran tersebut dapat diketahui
melalui Reynold number sebagai berikut :
ρxVxD
Re = …………………………………………………….… (2.11)
μ
Keterangan :
V = kecepatan fluida (m/s)
𝜌 = massa jenis fluida (kg/m3)
D = diameter pipa (m)
µ = viskositas fluida (kg/m.s) atau (N.s/m2)
Jika : Re < 2300 maka aliran termasuk aliran laminar
2300 < Re < 4000 maka aliran termasuk aliran transisi
Re > 4000 maka aliran termasuk aliran turbulen
Kecepatan fluida (V) pada Reynold number dapat diketahui dengan rumus:
m = ρ x V x A ……………………………………………..………. (2.12)
Keterangan :
m = laju aliran massa fluida (kg/s)
𝜌 = massa jenis fluida (kg/m3)
V = kecepatan fluida (m/s)
A = luas penampang (m2)
Sedangkan untuk Major Headloss dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut :
𝑓𝑉 2 𝐿
ℎ𝑓 = …………………………………………………………. (2.13)
2𝑔 𝐷
Dan untuk menghitung koefisien gesek (f) pada aliran turbulen yaitu
dengan:
1 6,9 𝜀 ⁄𝑑 1,11
≈ −1,8 log [𝑅𝑒 + ( 3,7 ) ] ……………………………….... (2.15)
𝑓 1⁄2 𝑑
b. Minor Headloss
Minor Headloss adalah kerugian energi akibat perubahan
penampang pipa, entrance, dan fitting. Minor Headloss terjadi pada
sambungan, katup, daerah dengan perbedaan luasan, atau perbedaan sudut.
Minor Headloss merupakan headloss lokal sehingga tidak terjadi
sepanjang pipa. Pada aliran yang melewati daerah dengan perubahan
luasan akan terbentuk daerah vena contracta. Vena contracta adalah
pengecilan diameter aliran sehingga menyebabkan penurunan tekanan
namun kenaikan kecepatan.
Keterangan:
HLc = rugi gesekan (ft-lbf/lb atau N-m/gr)
KLc = faktor kesebandingan atau koefisien rugi kontraksi
(contraction-loss coefficient)
2. Koefisien losses sudden enlargement
V23 −V24
hls = (h3 − h4 ) + ( ) ………………………………… (2.19)
2g
d 0.016
Dengan, β = d t = 0.026 = 0.615
o
Dimana :
√1 − 𝛽 4 = velocity of approach factor
dt = Diameter throat flowmeter (m)
do = Diameter inlet flowmeter (m)
2.5 Jenis-Jenis Fitting Perpipaan
Pada Minor Headloss terdapat beberapa hal yang mempengaruhi,
diantaranya adanya fitting yang berbeda pada sistem perpipaan. Fitting tersebut
diantaranya sudden enlargement, sudden contraction, dan elbow 900. Berikut
penjelasannya :
a. Sudden Enlargement
Sudden enlargement merupakan salah satu sambungan pipa yang
menyebabkan perbedaan luasan dari luasan yang kecil ke luasan yang
lebih besar. Dari perbedaan penampang itu menimbulkan perbedaan
tekanan, yang semula tekanan itu kecil menjadi lebih besar. Karena
tekanan selanjutnya lebih besar menyebabkan tekanan pada titik tertentu
berbalik arah, atau disebut dengan tekanan sekunder. Dimana tekanan ini
menyebabkan adanya vortex pada ujung-ujung pipa sambungan.
Start
Persiapan percobaan :
Mengukur head statik (h1 sampai h12) yang berhubungan dengan headloss
untuk variasi laju aliran pada manometer.
A
A
B
B
END
BAB IV
PEMBAHASAN
START
Q=200 liter/jam,
h1,h2,h3,h4,h5,h6,h7,h8,h9,h10,h11,h12, d1, d2, d3, d0,
z1, z2, z3, z4, z5, z6, z7, z8, z9, z10, z11, z12, L1, L2,
L3, L4, L5, L6, L7, L8
Menghitung Red1
𝑉1 𝑑1
Menghitung Red2
Red1 = 𝑉2 𝑑2
𝑣 Red2 = 𝑣
B
A C
B A C
Menghitung Cdv
Qact √1−β4
Menghitung hLS Cdv =
𝐴1 √2𝑔(ℎ1 −ℎ2
𝑉3 2 −𝑉4 2
hLS = (h3-h4)+( )
2𝑔
Menghitung Cdo
Qact √1−β4
Cdo =
Menghitung hLC 𝐴1 √2𝑔(ℎ7 −ℎ8
𝑉5 2 −𝑉6 2
hLC = (h5-h6)+( )
2𝑔
C
Menghitung hLE
B
hLE = (h9-h10)
Menghitung KLS
hLS
KLS = 𝑉2
𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔
A
A C
B
Menghitung KLC
hLC
KLC = 𝑉2
( 𝑑𝑜𝑤𝑛𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 )
2𝑔
Menghitung KLE
hLE
KLE = 𝑉2
𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔
Tidak <1600
Ya
END
(0,419)2
hv1 = 2 x 9,81
hv1 = 8,9 x 10−3 m
G. Head Kecepatan Berdasarkan V2
V2 2
hv2 = 2g
(1,10580)2
hv2 = 2 x 9,81
(0,113)2
hv4 = 2 x 9,81
Red1 = 12151,684
J. Bilangan Reynold Aliran Berdasarkan V2
V2 d2
Red2 = v
1,10580 x 0,016
Red2 = 1,545 x 10−5
Red2 = 1145,1684
K. Bilangan Reynold Aliran Berdasarkan V4
V4 d4
Red4 = v
0,113 x 0,05
Red4 = 8,96 x 10−7
Red4 = 6318,876
L. Head Loss Aliran melalui Sudden Enlargement
V3 2 −V4 2
hLS = (h3 − h4 ) + ( )
2g
hLE = 0,01 m
O. Coefficient of Losses Aliran melalui Sudden Enlargement
hLS
K LS = Vupstream 2
( )
2g
0,00728
K LS = 0,4192
( )
2 x 9,81
K LS = 0,815
P. Coefficient of Losses Aliran melalui Sudden Contraction
hLC
K LC = V 2
( downstream )
2g
0,00472
K LC = 0,4192
( )
2 x 9,81
K LC = 0,52757
Q. Coefficient of Losses Aliran melalui Elbow 900
hLE
K LE = Vupstream 2
( )
2g
0,01
K LC = 0,4192
( )
2 x 9,81
K LC = 1,11881
R. Perbandingan Diameter
d
β = d2
1
0,016
β = 0,026
β = 0,615
S. Velocity of Approach Factor
√1 − β4 = √1 − 0,06154
√1 − β4 = 0,926
T. Coefficient of Discharge Aliran melalui Venturimeter
Qact √1 − β4
Cdv =
A1 √2g(h1 − h2 )
0,016 4
2,22 x 10−4 √1−( )
0,026
Cdv =
5,309 x 10−4 √2 (9,81)(580−512)
Cdv = 0,01061
U. Coefficient of Discharge Aliran melalui Orificemeter
Qact √1 − β4
Cd0 =
A1 √2g(h7 − h8 )
0,016 4
2,22 x 10−4 √1−( )
0,026
Cdv =
5,309 x 10−4 √2 (9,81)(548−431)
Cdv = 0,00809
4.4 Pembahasan
4.4.1 Analisa Grafik KLc vs Red1
1,5
1
0,5
0
0,000 5000,000 10000,000 15000,000 20000,000 25000,000 30000,000
Re d1
VD
Re = υ
1,5
1
0,5
0
0,000 5000,000 10000,000 15000,000 20000,000 25000,000 30000,000
Red1
VD
Re =
υ
Dari perumusan diatas dapat dilihat bahwa, jika kecepatan
upstream naik maka nilai dari 𝐾𝐿𝑆 akan mengalami penurunan hal ini
terjadi karena nilai dari head dinamiknya lebih besar dari pada nilai dari
headloss nya. Pada sudden enlargement, debit aliran yang rendah akan
menghasilkan kecepatan yang rendah pula maka pola aliran yang terjadi
adalah laminar sehingga headloss yang terjadi kecil. Sedangkan pada
debit aliran yang tinggi akan menghasilkan kecepatan yang tinggi pula.
Karena kecepatannya tinggi maka nilai reynoldnya pun tinggi sehingga
pola aliran yang terjadi adalah turbulen. Pada pola aliran turbulen
headloss pun tinggi karena nilai reynold yang tinggi. Berdasarkan teori,
diketahui bahwa nilai koefisien losses aliran melalui sudden
enlargement. Reynolds adalah fungsi diameter, viskositas kinematik
(dua hal ini bernilai konstan pada percobaan ini). Sedangkan kecepatan
(merupakan elemen dependent dari debit {Q}, variabel yang diubah-
ubah dalam percobaan), maka nilai kLs sangat dipengaruhi debit aliran.
Dimana dengan meningkatnya debit aliran, maka koefisien losses akan
menurun hingga titik tertentu.
Berdasarkan hasil percobaan yang didapat serta berdasarkan hasil
pengamatan terhadap grafik, maka data yang didapat pada praktikum
ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Karena dari trendline grafik
cenderung naik turun. Hal ini terjadi diakibatkan oleh berbagai macam
faktor. Salah satunya yaitu kesalahan dalam penulisan data. Sdeangkan
untuk bentuk dari grafik yang fluktuatif disebabkan oleh kesalahan
pembacaan h pada manometer. Dimana h dibaca dalam kondisi yang
belum stabil. Sehingga data hasil pengukuran berubah-ubah dan
menyebabkan selisih h yang terukur tidak sesuai dengan aslinya. Selain
itu bisa terjadi karena sudut pembacaan skala yang salah sehingga
beberapa data selisih h menjadi tidak terbaca, dan lebih kecil atau lebih
besar dari seharusnya. Selain itu kesalahan juga dapat diakibatkan
karena alat percobaan yang kurang stabil saat pengambilan data.
4.4.3 Analisa Grafik Data KLE terhadap Red1
Grafik kLE vs Re d1
2
1,5
k LE
0,5
0
0,000 5000,000 10000,000 15000,000 20000,000 25000,000 30000,000
Re d1
Grafik kL vs Re d1
3
2,5
2
kL
1,5
1
0,5
0
0,000 5000,000 10000,000 15000,000 20000,000 25000,000 30000,000
Re d1
0,02000
0,01500
Cdv
0,01000
0,00500
0,00000
0,0000 500,0000 1000,0000 1500,0000 2000,0000 2500,0000
Red
0,00820
0,00800
0,00780
0,00760
0,0000 500,0000 1000,0000 1500,0000 2000,0000 2500,0000
Re d0
Grafik Cd vs Re d
0,02500
0,02000
0,01500
Cd
0,01000
0,00500
0,00000
0,0000 500,0000 1000,0000 1500,0000 2000,0000 2500,0000
Re d