Anda di halaman 1dari 42

Disusun Oleh :

1. AUFA ULIN NUHA 02111840000007

Asisten Pembimbing :
Fahri Humaidi
NRP. 02111740000063
ABSTRAK
Suatu alat atau mesin dibuat dengan adanya prinsip atau dasar secara analitis
dari ilmu pengetahuan. Akan tetapi, kenyataannya tidak ada mesin atau alat yang
memiliki efisiensi seratus persen seperti halnya prinsip dasar analitisnya.
Contohnya mesin-mesin fluida yang dapat digunakan untuk memindahkan fluida
dari tempat rendah ke tempat yang lebih tinggi dan sebaliknya. Pemecahan masalah
lebih banyak dilakukan dengan mengaitkan antara metode analitis dan eksperimen
yang diperlukan. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan mengaplikasikan ilmu
pengetahuan dengan membuat comparative flow measurement aparatus. Hal ini
bertujuan agar mahasiswa dapat mengoperasikan, mengukur, dan menghitung
comparative flow measurement aparatus dengan terampil dan dapat lebih
memahami teori mekanika fluida terhadap kondisi aktual.
Untuk mengetahui besar Head Loss yang terjadi pada aliran fluida pada pipa,
dilakukan sebuah praktikum dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama,
pompa dinyalakan dan diatur tekanannya sesuai dengan prosedur, serta kalibrasi
skala pengukur yang akan digunakan, Lalu, dengan nilai debit yang bervariasi, bisa
dilihat besar nilai Static Head yang muncul dari sistem pipa yang terdiri dari
Venturimeter, Sudden Enlargement, Sudden Contraction, Elbow, Orificemeter, dan
Rotameter.
Dari praktikum didapatkan kesimpulan yaitu urutan koefisien losses dari
terbesar sampai terkecil yaitu elbow 90°, sudden contraction, dan yang terkecil
adalah sudden enlargement. Selain itu juga didapatkan kesimpulan berupa semakin
besar laju aliran pada flowmeter maka koefisien discharge semakin kecil yang
berarti flowrate teoritiknya semakin meningkat dan orificemeter kebalikannya.

Kata kunci : Coefficient of discharge, Fitting, Headloss


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam masa ini kemajuan dalam bidang teknologi dan dunia industri
yang berkembang pesat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
yang juga semakin berkembang. Suatu alat atau mesin dibuat dengan adanya
prinsip atau dasar secara analitis dari ilmu pengetahuan. Akan tetapi,
kenyataannya tidak ada mesin atau alat yang memiliki efisiensi serratus persen
seperti halnya prinsip dasar analitisnya.
Sebagai contohnya yaitu mesin-mesin fluida yang dapat digunakan untuk
memindahkan fluida dari tempat rendah ke tempat yang lebih tinggi dan
sebaliknya. Pemecahan masalah lebih banyak dilakukan dengan mengaitkan
antara metode analitis dan eksperimen yang diperlukan. Oleh karena itu,
diperlukan keterampilan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dengan membuat
comparative flow measurement apparatus. Hal ini bertujuan agar mahasiswa
dapat mengoperasikan, mengukur, dan menghitung comparative flow
measurement apparatus dengan terampil dan dapat lebih memahami teori
mekanika fluida terhadap kondisi yang sebenarnya.
Hasil yang didapatkan dari percobaan comparative flow measurement
apparatus dapat diaplikasikan pada segala jenis sistem perpipaan baik untuk
industri, petroleum, perpipaan gas bumi, maupun distribusi gas untuk
keperluan umum. Prinsip dari comparative flow measurement apparatus ini
sangat penting dalam dunia industri khususnya perpipaan. Untuk itu kami
melakukan praktikum Comparative Flow Measurement Apparatus ini untuk
mengetahui bagaimana prinsip dari praktikum tersebut sehingga dapat
menghindari kerugian dalam bidang industri dan lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang digunakan dalam praktikum comparative
ini adalah :
1. Bagaimana terjadinya head loss dan losses coefficient aliran yang melalui
suatu fitting perpipaan?
2. Bagaimana terjadinya debit teoritis dan koefisien discharge aliran melalui
flowmeter pada sistem perpipaan dan hubungannya terhadap perubahan
laju aliran?
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum comparative ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengamati head loss dan losses coefficient aliran yang melalui
suatu fitting perpipaan.
2. Untuk mengamati debit teoritis dan koefisien discharge aliran melalui
flowmeter pada sistem perpipaan dengan hubungannya terhadap
perubahan laju aliran.
1.4 Batasan Praktikum
Adapun batasan dari praktikum comparative ini terdiri dari beberapa hal,
yaitu :
1. Steady Flow
Aliran dimana properties fluida di satu titik tidak bergantung terhadap
waktu.
2. Incompressible Flow
Aliran dimana terjadi perubahan variai densitas kurang dari 5% dan mach
number kurang dari 0,3 sehingga diabaikan.
3. Fully Developed Flow
Aliran yang sudah berkembang peuh sehingga profil kecepatan aliran tidak
dipengaruhi oleh gaya gesek.
4. No Fouling Factor
Pipa dianggap bebas dari kotoran yang mengganggu streamline aliran.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Penurunan Rumus Bernoulli dengan Headloss


-=0(1) =0(1) =0(1) =0(2)

Q + Ẇshaft + Ẇshear + Ẇother = ∫ ⃑ . dA
eρd∀ + ∫cs (e − pv)ρV ⃑ ..…. (2.1)
∂t cv
V2
Dimana : e = u + + gz
2

Dengan asumsi :
1. Ẇshaft , Ẇshear , Ẇother = 0
2. Steady flow
3. Incompressible flow
4. Energi dalam fluida dan tekanan uniform pada section 1 dan 2
Maka persamaan menjadi :
p V ⃑⃑⃑⃑⃑2 ⃑⃑⃑⃑⃑2
Q̇ = ∫CS (u + ρ + 2 + gz) ρV ⃑ + ∫ (u + p + V + gz) ρV
⃑ . dA ⃑ . dA
⃑ ...... (2.2)
1 CS2 ρ 2

p V ⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑2 ⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑2
Q̇ = − ∫A (u1 + ρ1 + 21 + gz1 ) ρV ⃑ + ∫ (u2 + p2 + V2 + gz2 ) ρV
⃑ . dA ⃑ . dA

1 A ρ 2 2

…………………………………………………………………………… (2.3)
Dari persamaan kontinuitas :
= 0 (2)

̅. dA
0 = ∂t ∫CV ρd∀ + ∫CS ρV ̅ ……………………………………………... (2.4)

̅. dA
0 = ∫CS ρV ̅ + ∫ ρV̅. dA
̅ …………………………………………... (2.5)
1 CS 2

̅. dA
0 = − ∫A ρV ̅ + ∫ ρV
̅. dA
̅ ………………………………………….. (2.6)
1 A 2

̅. dA
Dimana : ∫A ρV ̅ = IρVA I = ṁ

Maka : 0 = −ρ1 V1 A1 + ρ2 V2 A2
0 = −ṁ1 + ṁ2 atau ṁ1 = ṁ2 = ṁ
Maka persamaan menjadi :
P V ̅̅̅̅
2
Q̇ = −ṁ ( u1 + ρ1 + gz1 ) + ∫A1 2 ρV ̅ + ṁ (u2 + P2 + gz2 ) +
̅dA
1 ρ 2

̅̅̅̅
V2
∫A2 ̅ dA
ρV ̅ …………………………………………………………….... (2.7)
2

Dari konsep energi kinetik koefisien : α


V2 V2 2
Diketahui : ∫A ̅dA
ρV ̅ = α∫ ̅ = ṁα V
̅dA
ρV
2 A 2 2

Untuk laju perpindahan panas :


∂Q dm ∂Q dm dQ
Q̇ = dt dm = dm dt = ṁ dm ………………………………………...…… (2.8)

Maka persamaan menjadi :


P ̅̅̅̅
V21 P ̅̅̅̅
V21 ∂Q
ṁ { ρ1 + α1 + gz1 } = ṁ { ρ1 + α1 + gz1 } + ṁ {u1 − u2 − dm} ……. (2.9)
2 2

Atau :
P ̅̅̅̅
V21 P ̅̅̅̅
V21 ∂Q
{ ρ1 + α1 + gz1 } = { ρ1 + α1 + gz1 } + {u1 − u2 − dm} ………...… (2.10)
2 2

Dimana :
{(u1 − u2 )} : perubahan energi dalam akibat gesekan, dengan
satuan kJ/kg
∂Q
{− } : perpindahan panas per satuan massa, dengan satuan
dm

kJ/kg
∂Q
{(u1 − u2 − )} : losses energy dari section 1-2, dengan satuan kJ/kg
dm

Maka persamaan energi dari section 1-2 adalah sebagai berikut :


P ̅̅̅̅
V21 P ̅̅̅̅
V22
{ ρ1 + α1 + gz1 } = { ρ2 + α2 + gz2 } + Σ hl1−2 , dengan satuan kJ/kg.
2 2

Atau
P ̅̅̅̅
V2 P ̅̅̅̅
V2
{ γ1 + α1 2g1 + z1 } = { γ2 + α2 2g2 + z2 } + Σ hL1−2 , dengan satuan meter.

Gambar 2.1 Venturimeter


Dimana : ∆h : perbedaan head static
h1 : head static di section 1
h2 : head static di section 2
p
dengan : h = ρ + z , dengan satuan meter.

Pada praktikum ini menggunakan manometer air, maka satuan head static yang
terukur adalah milimeter kolom air.
2.2 Jenis-Jenis Headloss
Headloss adalah kerugian energi pada suatu sistem aliran akibat dari
gesekan ataupun faktor-faktor seperti adanya sudut belokan, sambungan,
ataupun katup. Berikut adalah macam-macam dari headloss :
a. Major Headloss
Major Headloss adalah rugi energi atau penurunan tekanan yang
terjadi pada sepanjang pipa. Kerugian ini dapat terjadi karena energi
mekanik akibat gesekan yang diubah menjadi energi panas. Pada Analisa
headloss aliran laminar, dapat dilihat dan diselesaikan secara analitis
karena bentuk aliran yang teratur, namun hal ini sulit dilakukan bila aliran
tersebut turbulen. Pada aliran turbulen, gerakan aliran yang acak akan
mempersulit dalam membuat persamaan yang pasti, sehingga dilakukan
pendekatan dengan fungsi dari penurunan tekanan (∆P), diameter pipa (D),
panjang pipa (L), kekasaran (e), kecepatan rata-rata fluida (V), massa jenis
fluida (𝜌), dan viskositas fluida (µ).
Untuk dapat menghitung Major Headloss, perlu diketahui lebih jelas
awal jenis aliran fluida yang mengalir. Jenis aliran tersebut dapat diketahui
melalui Reynold number sebagai berikut :
ρxVxD
Re = …………………………………………………….… (2.11)
μ

Keterangan :
V = kecepatan fluida (m/s)
𝜌 = massa jenis fluida (kg/m3)
D = diameter pipa (m)
µ = viskositas fluida (kg/m.s) atau (N.s/m2)
Jika : Re < 2300 maka aliran termasuk aliran laminar
2300 < Re < 4000 maka aliran termasuk aliran transisi
Re > 4000 maka aliran termasuk aliran turbulen
Kecepatan fluida (V) pada Reynold number dapat diketahui dengan rumus:
m = ρ x V x A ……………………………………………..………. (2.12)
Keterangan :
m = laju aliran massa fluida (kg/s)
𝜌 = massa jenis fluida (kg/m3)
V = kecepatan fluida (m/s)
A = luas penampang (m2)
Sedangkan untuk Major Headloss dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut :
𝑓𝑉 2 𝐿
ℎ𝑓 = …………………………………………………………. (2.13)
2𝑔 𝐷

Keterangan : hf = Major Headloss (Pa)


f = koefisien gesekan (dapat diketahui melalui diagram
Moody)
V = kecepatan aliran dalam pipa (m/s)
L = panjang pipa (m)
D = diameter dalam pipa (m)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
untuk menghitung koefisien gesek (f) pada aliran laminar yaitu dengan :
64
𝑓 = 𝑅𝑒 …………………………………………………………...… (2.14)

Dan untuk menghitung koefisien gesek (f) pada aliran turbulen yaitu
dengan:
1 6,9 𝜀 ⁄𝑑 1,11
≈ −1,8 log [𝑅𝑒 + ( 3,7 ) ] ……………………………….... (2.15)
𝑓 1⁄2 𝑑

b. Minor Headloss
Minor Headloss adalah kerugian energi akibat perubahan
penampang pipa, entrance, dan fitting. Minor Headloss terjadi pada
sambungan, katup, daerah dengan perbedaan luasan, atau perbedaan sudut.
Minor Headloss merupakan headloss lokal sehingga tidak terjadi
sepanjang pipa. Pada aliran yang melewati daerah dengan perubahan
luasan akan terbentuk daerah vena contracta. Vena contracta adalah
pengecilan diameter aliran sehingga menyebabkan penurunan tekanan
namun kenaikan kecepatan.

Gambar 2.2 Vena Contracta


Untuk menghitung head loss minor, yaitu menggunakan rumus :
𝑉2
ℎ = 𝐾 ∙ 2𝑔 ………………………………………………………….. (2.16)

Keterangan : h = Minor Headloss (Pa)


K = koefisien resistansi valve / fitting berdasarkan bentuk
dan ukuran
V = kecepatan aliran dalam pipa (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Dimana K nilainya bergantung pada jenis bahan yang digunakan dalam
sistem perpipaan.

Gambar 2.3 K untuk Entrance and Exit


2.3 Flowmeter
Flowmeter adalah alat untuk mengukur jumlah atau laju aliran dari suatu
fluida yang mengalir dalam pipa atau sambungan terbuka. Alat ini terdiri dari
primary device, yang disebut sebagai alat utama dan secondary device (alat
bantu sekunder). Flowmeter umumnya terdiri dari dua bagian, yaitu alat utama
dan alat bantu sekunder. Alat utama menghasilkan suatu sinyal yang merespons
terhadap aliran karena laju aliran tersebut telah terganggu. Alat utamanya
merupakan sebuah orifice yang mengganggu laju aliran, yaitu menyebabkan
terjadinya penurunan tekanan. Alat bantu sekunder menerima sinyal dari alat
utama lalu menampilkan, merekam, dan atau mentransmisikannya sebagai
hasil pengukuran dari laju aliran. Jenis-jenis flowmeter antara lain adalah:
a. Venturimeter
Alat ini dapat dipakai untuk mengukur laju aliran fluida, misalnya
menghitung laju aliran air atau minyak yang mengalir melalui pipa.
Venturimeter digunakan sebagai pengukur volume fluida misalkan minyak
yang mengalir tiap detik. Venturimeter adalah sebuah alat yang bernama
pipa venturi. Pipa venturi merupakan sebuah pipa yang memiliki
penampang bagian tengahnya lebih sempit dan diletakkan mendatar
dengan dilengkapi dengan pipa pengendali untuk mengetahui permukaan
air yang ada sehingga besarnya tekanan dapat diperhitungkan. Dalam pipa
venturi ini luas penampang pipa bagian tepi memiliki penampang yang
lebih luas daripada bagian tengahnya atau diameter pipa bagian tepi lebih
besar daripada bagian tengahnya. Zat cair dialirkan melalui pipa yang
penampangnya lebih besar lalu akan mengalir melalui pipa yang memiliki
penampang yang lebih sempit, dengan demikian maka akan terjadi
perubahan kecepatan.

Gambar 2.4 Venturimeter


b. Orificemeter
Orificemeter merupakan alat yang digunakan untuk praktikum yang
berguna untuk memanipulasi tekanan dengan cara menyempitkan luasan
aliran dengan tiba-tiba. Yang menimbulkan adanya vortex sebelum dan
sesudah lokasi orificemeter dipasang.

Gambar 2.5 Orificemeter


2.4 Coefficient of Losses dan Discharge of Coefficent
2.4.1 Coefficient of Losses
Koefisien losses merupakan koefisien kerugian yang disebabkan
oleh penyempitan pipa yang mendadak dan berbagai fitting lainnya.
Berikut jenis-jenis kontraksi :
1. Koefisien losses sudden contraction
V25 −V26
hlc = (h5 − h6 ) + ( ) ………………………………… (2.17)
2g

KLc dapat ditentukan dengan persamaan :


hlc
K lc = ………………………………………...… (2.18)
Vdownstream 2g

Keterangan:
HLc = rugi gesekan (ft-lbf/lb atau N-m/gr)
KLc = faktor kesebandingan atau koefisien rugi kontraksi
(contraction-loss coefficient)
2. Koefisien losses sudden enlargement
V23 −V24
hls = (h3 − h4 ) + ( ) ………………………………… (2.19)
2g

KLs dapat ditentukan dengan persamaan :


hlc
K ls = …………………………………………...… (2.20)
Vupstream 2g

3. Koefisien losses aliran melalui elbow


hle = (h9 − h10 ) …………………………………………..… (2.21)
KLe dapat ditentukan dengan persamaan :
hle
K le = …………………………………………… (2.22)
Vupstream 2g

2.4.2 Discharge of Coefficient


Discharge of Coefficient atau yang disingkat Cd adalah suatu
perbandingan antara true flow dengan theoretical flow, dan ini
diaplikasikan pada persamaan theoretical flow untuk mendapatkan nilai
aktual atau true flow. Discharge of Coefficient adalah suatu fungsi
daripada Reynolds number dimana Reynolds number adalah fungsi laju
aliran (flow rate) yang dihitung menggunakan nilai Cd ini. Untuk
compressible fluids, suatu expansion factor empiris diaplikasikan pada
persamaan Cd untuk mengatur variasi fluid density yang disebabkan oleh
perubahan pressure upstream dan downstream.
a. Coefficient of discharge aliran melalui venturimeter
Qact Qact √1−β4
Cdv = Q = ……………………………. (2.23)
theoritical A1 √2g(h1 −h2 )

b. Coefficient of discharge aliran melalui orifice


Qact Qact √1−β4
Cdo = Q = ……………………………… (2.24)
theoritical A1 √2g(h7 −h8 )

d 0.016
Dengan, β = d t = 0.026 = 0.615
o

Dimana :
√1 − 𝛽 4 = velocity of approach factor
dt = Diameter throat flowmeter (m)
do = Diameter inlet flowmeter (m)
2.5 Jenis-Jenis Fitting Perpipaan
Pada Minor Headloss terdapat beberapa hal yang mempengaruhi,
diantaranya adanya fitting yang berbeda pada sistem perpipaan. Fitting tersebut
diantaranya sudden enlargement, sudden contraction, dan elbow 900. Berikut
penjelasannya :
a. Sudden Enlargement
Sudden enlargement merupakan salah satu sambungan pipa yang
menyebabkan perbedaan luasan dari luasan yang kecil ke luasan yang
lebih besar. Dari perbedaan penampang itu menimbulkan perbedaan
tekanan, yang semula tekanan itu kecil menjadi lebih besar. Karena
tekanan selanjutnya lebih besar menyebabkan tekanan pada titik tertentu
berbalik arah, atau disebut dengan tekanan sekunder. Dimana tekanan ini
menyebabkan adanya vortex pada ujung-ujung pipa sambungan.

Gambar 2.6 Fitting Sudden Enlargement


b. Sudden Contraction
Sudden contraction merupakan sambungan pipa yang menyebabkan
pengecilan penampang. Dari pengecilan penampang tersebut membuat
aliran mengalami perubahan property tepatnya perubahan tekanan. Dari
perbedaan tekanan ini mempermudah aliran tersebut keluar karena fluida
mampu bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.

Gambar 2.7 Fitting Sudden Contraction


c. Elbow 900
Elbow merupakan sambungan pipa yang menimbulkan perbedaan
sudut, baik sudut dalah arah horizontal maupun sudut dalam arah vertical.
Perbedaan sudut ini menyebabkan kehilangan energi. Kehilangan energi
yang terjadi pada elbow ini berbanding lurus dengan besar sudutnya. Jadi
semakin besar sudutnya maka semakin tinggi nilai kerugian energinya.
Gambar 2.8 Fitting Elbow 900
2.6 Aplikasi
Salah satu aplikasi dari Comparative Flow Measurement Apparatus
adalah desain dalam instalasi perpipaan air di dalam rumah. Dalam pemilihan
pompa yang sesuai untuk desain air perlu diperhitungkan head total pompa.
Untuk itu kita perlu tahu head tekanan yang dibutuhkan pompa, head statis
pompa, head kecepatan aliran, panjang pipa, dan belokan pipa.
Maka dapat dilakukan perhitungan dengan persamaan sebagai berikut:
p V2 2 p V1 2
(ρg2 + α + z2 ) − (ρg1 + α + z1 ) = h losses − h total ….… (2.25)
2 2

Dengan persamaan di atas dapat diketahui head total dengan diketahui


ketinggian head statis, head kecepatan aliran, head tekanan, dan head losses.
Dengan demikian dapat diketahui kebutuhan debit air pompa, daya pompa, dan
head pompa.

Gambar 2.9 Aplikasi pada Comparative Flow Measurement Apparatus


2.7 Perhitungan
A. Laju Aliran Aktual, Qact (m3/s)
1
Qact = Qrotameter x 3600 x 1000
Dimana : Qrotameter ditunjukkan pada rotameter dalam liter/jam.
B. Kecepatan Aliran pada Sistem Perpipaan, V (m/s)
a) Kecepatan aliran pada pipa dengan diameter d1
Qact
V1 = π
2
4 d1
b) Kecepatan aliran pada pipa dengan diameter d4
Qact
V4 = π
2
4 d4
Dimana : d1, d4, dalam meter.
C. Bilangan Reynolds Aliran melalui Sistem Perpipaan, Re
a) Bilangan Reynolds aliran berdasarkan V1
V1 d1
Red1 =
υ
b) Bilangan Reynolds aliran berdasarkan V4
V4 d4
Red4 =
υ
Dimana v adalah viskositas kinematik air pada temperatur T0C, satuan
m2/s.
D. Head Kecepatan (Velocity Head), hv (meter)
a) Head kecepatan berdasarkan V1
V12
hv1 =
2g
b) Head kecepatan berdasarkan V4
V42
hv4 =
2g
Dimana g adalah percepatan gravitasi = 9,81 m/s2.
E. Kerugian Head (Headloss) Aliran melalui Fitting Perpipaan, hLminor
(meter)
a) Headloss aliran melalui sudden enlargement
V32 − V42
hLS = (h3 − h4 ) + ( )
2g
b) Headloss aliran melalui sudden contraction
V52 − V62
hLC = (h5 − h6 ) + ( )
2g
c) Headloss aliran melalui elbow 900
hLE = (h9 − h10 )
F. Coefficient of Losses Aliran melalui Fitting Perpipaan yang Dihubungkan
dengan Kerugian Head Aliran, kL (ξ)
a) Coefficient of losses aliran melalui sudden enlargement
hLS
k LS = 2
Vupstream
( 2g )

b) Coefficient of losses aliran melalui sudden contraction


hLC
k LC = 2
Vdownstream
( )
2g

c) Coefficient of losses aliran melalui elbow 900


hLE
k LE = 2
Vupstream
( 2g )

G. Coefficient of Discharge Aliran melalui Venturimeter dan Orificemeter


a) Coefficent of discharge aliran melalui venturimeter
Qact Qact √1 − β4
Cdv = =
Qtheoritical
A1 √2g(h1 − h2 )
b) Coefficient of discharge aliran melalui orifice
Qact Qact √1 − β4
Cdo = =
Qtheoritical A1 √2g(h7 − h8 )
dt 0.016
Dengan, β = d = 0.026 = 0.615
o
Dimana :
√1 − 𝛽 4 = velocity of approach factor
dt = diameter throat flowmeter (m)
do = diameter inlet flowmeter (m)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut :
1. Pompa
2. Manometer skala 0
3. Peralatan pada pipa yang diukur :
✓ Sudden enlargement pipe
✓ Sudden contraction pipe
✓ 900 elbow pipe
✓ Rotameter
4. Flowmeter
✓ Venturi
✓ Orifice
3.2 Skema Peralatan
Adapun skema peralatan dari praktikum comparative ini adalah sebagai
berikut :

Gambar 3.1 Skema Alat


Keterangan :
1. Centrifugal Pump
2. Flowrate Valve
3. Venturi
4. Sudden Enlargement
5. Sudden Contraction
6. Orifice
7. Elbow 900
8. Compressor Unit
9. Rotameter
10. Manometer U for Venturi
11. Manometer U for Sudden Enlargement
12. Manometer U for Sudden Contraction
13. Manometer U for Orifice
14. Manometer U for Elbow 900
15. Manometer U for Rotameter
3.3 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur dalam melakukan praktikum comparative ini adalah
sebagai berikut :
1. Pipa supply disambung dan sistem perpipaan dibuang. Lalu semua katup
vent udara (13A-15A), katup manometer (1M-12M), dan saluran buang
(1D-9D) dipastikan telah tertutup. Pipa air supply dihubungkan dengan
masukan aliran air (W-1) dan pipa buang dihubungkan dengan keluaran
air (W-2).
2. Laju aliran pada sistem perpipaan diatur. Laju aliran melalui katup by pass
discharge, pompa sirkulasi dan katup outlet aliran.
3. Udara di dalam manometer dan sistem perpipaan dibuang. Katup vent
udara (13A-15A), katup manometer(1M-12M), dan katup stop (5V-2V)
digunakan untuk membuang udara di dalam manometer dan sistem
perpipaan.
4. Supply tekanan pneumatic diatur. Tekanan udara pada pipa manifold atas
dikontrol dengan pneumatic regulator.
5. Laju aliran actual yang ditunjukkan pada rotameter (Q) diukur dengan
dibaca besarnya sesuai dengan besar debit yang akan diatur.
6. Debit diatur dari debit 200 liter/jam sampai dengan 1600 liter/jam dengan
cara membuka/menutup katup pada pompa dengan setiap pengukuran
ditambah 100 liter/jam sebanyak 15 kali.
7. Air yang ditunjukkan pada manometer dibaca dengan menunggu air
tersebut sampai keadaan stabil.
8. Nilai yang ditunjukkan pada manometer dicatat pada lembar data
percobaan.
3.4 Flowchart Percobaan
Adapun flowchart pada percobaan comparative ini adalah sebagai
berikut :

Start

Persiapan percobaan :

1. Penyambungan pipa supply dan pembuangan


pada sistem perpipaan.

2. Pengaturan laju aliran.

3. Membuang udara pada manometer.

4. Supply tekanan pneumatic.

Mengukur head statik (h1 sampai h12) yang berhubungan dengan headloss
untuk variasi laju aliran pada manometer.

A
A

Mengambil jumlah perubahan laju aliran


menggunakan perbedaan debit.

Mengukur laju aliran pada rotameter yang sudah


dikalibrasi.

Mencatat tekanan di dalam pipa manifold atas yang


menunjukkan tekanan gage.

Mengukur temperatur air

Mengukur variabel dalam praktikum pada alat :

1. Laju aliran aktual pada rotameter (Q)

2. Tekanan udara regulator (Pr)

3. Head static manometer (h1 sampai h12)

B
B

Menghitung variabel-variabel yang dibutuhkan :

1. Headloss (hLs, hLc, hLe)

2. Kecepatan aliran (V1, V2, V4, V0)

3. Bilangan Reynold (Red1, Red2, Red4, Red0)

4. Coefficient of Losses (KLs, KLc, KLb)

5. Coefficient of Discharge melalui flowmeter (Cdv, Cd0)

6. Laju aliran aktual

7. Head dynamic (Hv1, Hv2, Hv4)

Grafik KLc vs Red1, grafik KLs vs Red, grafik KLE vs Red1,


grafik KL vs Red1, grafik CdV vs Red2, grafik Cd0 vs Red0,
dan grafik Cd vs Re

END
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan


(Terlampir)
4.2 Flowchart Perhitungan
Adapun flowchart perhitungan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :

START

Q=200 liter/jam,
h1,h2,h3,h4,h5,h6,h7,h8,h9,h10,h11,h12, d1, d2, d3, d0,
z1, z2, z3, z4, z5, z6, z7, z8, z9, z10, z11, z12, L1, L2,
L3, L4, L5, L6, L7, L8

Menghitung Qact (m3/s)


Q=Q+100 liter 1
Qact=Qrotameter x 3600 𝑥 100

Menghitung V1 (m/s) Menghitung V2 (m/s)


𝑄𝑎𝑐𝑡 𝑄𝑎𝑐𝑡
V1 = 𝜋 V2 = 𝜋
𝑑1 2 𝑑 2
4 4 2

Menghitung V4 (m/s) Menghitung V0 (m/s)


𝑄𝑎𝑐𝑡 𝑄𝑎𝑐𝑡
V4 = 𝜋 V0 = 𝜋 2
2 𝑑
𝑑 4 0
4 4

Menghitung Red1
𝑉1 𝑑1
Menghitung Red2
Red1 = 𝑉2 𝑑2
𝑣 Red2 = 𝑣

B
A C
B A C

Menghitung Red4 Menghitung Red0


𝑉4 𝑑4 𝑉0 𝑑0
Red4 = Red0 =
𝑣 𝑣

Menghitung hv1 Menghitung hv2


𝑉1 2 𝑉2 2
hv1 = hv2 =
2𝑔 2𝑔
g=9,81 m/s2

Menghitung hv4 Menghitung β


𝑉4 2 d
hv4 = β= 𝑑 t
2𝑔 0

Menghitung Cdv
Qact √1−β4
Menghitung hLS Cdv =
𝐴1 √2𝑔(ℎ1 −ℎ2
𝑉3 2 −𝑉4 2
hLS = (h3-h4)+( )
2𝑔

Menghitung Cdo
Qact √1−β4
Cdo =
Menghitung hLC 𝐴1 √2𝑔(ℎ7 −ℎ8
𝑉5 2 −𝑉6 2
hLC = (h5-h6)+( )
2𝑔

C
Menghitung hLE
B
hLE = (h9-h10)

Menghitung KLS
hLS
KLS = 𝑉2
𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔

A
A C
B

Menghitung KLC
hLC
KLC = 𝑉2
( 𝑑𝑜𝑤𝑛𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 )
2𝑔

Menghitung KLE
hLE
KLE = 𝑉2
𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔

Tidak <1600
Ya

Qact, V1, V4, V2, V0, Red1, Red4, Red2,


Red0, hv1, hv4, hv2, hLS, hLC, hLE, kLS,
kLC, kLE, Cdv, Cdo

END

4.3 Contoh Perhitungan


Contoh perhitungan untuk mengukur headloss dan losses koefisien
aliran yang melintasi sistem perpipaan. Contoh diambil dari data ke-7 dengan
Qrotameter = 800 liter/hour.
A. Laju Aliran Aktual (Qact, m3/s)
1
Qact = Qrotameter x 3600 x 1000
1
Qact = 800 x 3600 x 1000

Qact = 2,22 x 104 m3 ⁄s


B. Kecepatan Aliran pada Pipa dengan Diameter d1
Qact
V1 = π
2
4 xd1
2,22 x 10−4
V1 = π
2
4 x(0,026)
V1 = 0,419 m/s
C. Kecepatan Aliran pada Pipa dengan Diameter d2
Qact
V2 = π
2
4 xd2
2,22 x 10−4
V2 = π
2
4 x(0,016)
V2 = 1,10580 m/s
D. Kecepatan Aliran pada Pipa dengan Diameter d4
Qact
V4 = π
2
4 xd4
2,22 x 10−4
V4 = π
2
4 x(0,016)
V4 = 0,113 m/s
E. Kecepatan Aliran pada Pipa dengan Diameter d0
Qact
V0 = π
2
4 xd0
2,22 x 10−4
V0 = π
2
4 x(0,016)
V0 = 1,10580 m/s
F. Head Kecepatan Berdasarkan V1
V1 2
hv1 =
2g

(0,419)2
hv1 = 2 x 9,81
hv1 = 8,9 x 10−3 m
G. Head Kecepatan Berdasarkan V2
V2 2
hv2 = 2g

(1,10580)2
hv2 = 2 x 9,81

hv2 = 6,232 x 10−2 m


H. Head Kecepatan Berdasarkan V4
V4 2
hv4 = 2g

(0,113)2
hv4 = 2 x 9,81

hv2 = 6,54 x 10−4 m


I. Bilangan Reynold Aliran Berdasarkan V1
V1 d1
Red1 = v
0,419 x 0,026
Red1 = 8,96 x 10−7

Red1 = 12151,684
J. Bilangan Reynold Aliran Berdasarkan V2
V2 d2
Red2 = v
1,10580 x 0,016
Red2 = 1,545 x 10−5

Red2 = 1145,1684
K. Bilangan Reynold Aliran Berdasarkan V4
V4 d4
Red4 = v
0,113 x 0,05
Red4 = 8,96 x 10−7

Red4 = 6318,876
L. Head Loss Aliran melalui Sudden Enlargement
V3 2 −V4 2
hLS = (h3 − h4 ) + ( )
2g

565−566 (0,419)2 −(0,113)2


hLS = ( )+( )
1000 2 x 9,81

hLS = 7,28 x 10−3 m


M. Head Loss Aliran melalui Sudden Contraction
V5 2 −V6 2
hLC = (h5 − h6 ) + ( )
2g

563−550 (0,113)2 −(0,419)2


hLC = ( )+( )
1000 2 x 9,81

hLC = 4,72 x 10−3 m


N. Head Loss Aliran melalui Elbow 900
hLE = (h9 − h10 )
475−465
hLE = ( )
1000

hLE = 0,01 m
O. Coefficient of Losses Aliran melalui Sudden Enlargement
hLS
K LS = Vupstream 2
( )
2g

0,00728
K LS = 0,4192
( )
2 x 9,81

K LS = 0,815
P. Coefficient of Losses Aliran melalui Sudden Contraction
hLC
K LC = V 2
( downstream )
2g

0,00472
K LC = 0,4192
( )
2 x 9,81

K LC = 0,52757
Q. Coefficient of Losses Aliran melalui Elbow 900
hLE
K LE = Vupstream 2
( )
2g

0,01
K LC = 0,4192
( )
2 x 9,81

K LC = 1,11881
R. Perbandingan Diameter
d
β = d2
1

0,016
β = 0,026

β = 0,615
S. Velocity of Approach Factor

√1 − β4 = √1 − 0,06154

√1 − β4 = 0,926
T. Coefficient of Discharge Aliran melalui Venturimeter
Qact √1 − β4
Cdv =
A1 √2g(h1 − h2 )
0,016 4
2,22 x 10−4 √1−( )
0,026
Cdv =
5,309 x 10−4 √2 (9,81)(580−512)

Cdv = 0,01061
U. Coefficient of Discharge Aliran melalui Orificemeter
Qact √1 − β4
Cd0 =
A1 √2g(h7 − h8 )
0,016 4
2,22 x 10−4 √1−( )
0,026
Cdv =
5,309 x 10−4 √2 (9,81)(548−431)

Cdv = 0,00809
4.4 Pembahasan
4.4.1 Analisa Grafik KLc vs Red1

Grafik kLC vs Red1


3
2,5
2
kLc

1,5
1
0,5
0
0,000 5000,000 10000,000 15000,000 20000,000 25000,000 30000,000
Re d1

Series1 Poly. (Series1)

Gambar 4.1 Grafik kLC vs Red1


Pada gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa hubungan antar nilai
kLC dan Red1 mengalami penurunan dari data ke-1 hingga data ke-2.
Kemudian trendline grafik naik dari data ke-2 menuju ke data ke-3.
Secara keseluruhan trendline logarithmic grafik berbentuk parabola ke
bawah. Dari grafik terlihat penyimpangan nilai terbesar terdapat pada
nilai Re 3037,921 dengan nilai kLC 2,65331 dan nilai penyimpangan
terkecil dari garis trendline adalah pada Re 15189,60 dengan nilai kLC
0,29038.
Berdasarkan teori, diketahui bahwa nilai koefisien losses pada
aliran melalui sudden contraction Reynolds adalah fungsi diameter,
viskositas kinematik (dua hal ini bernilai konstan pada percobaan ini).
Sedangkan kecepatan (merupakan elemen dependent dari debit {Q},
variabel yang diubah-ubah dalam percobaan), maka nilai KLc sangat
dipengaruhi debit aliran. Dimana dengan meningkatnya debit aliran,
maka koefisien losses akan menurun hingga titik tertentu, lalu akan
naik. Hubungan antara headloss dengan 𝑅𝑒, Secara teori yang berlaku
yaitu semakin besar debit aliran maka kecepatan alirannya juga semakin
besar (pada luas area konstan). Maka dari itu jika kecepatan aliran
semakin naik, maka nilai Re juga akan ikut naik. Hal tersebut dapat
dilihat dari rumusan berikut:
hLC
K LC = V²downstream
( )
2g

VD
Re = υ

Dari perumusan diatas dapat dilihat bahwa, jika kecepatan downstream


naik maka nilai dari 𝐾𝐿𝐶 akan mengalami penurunan, hal ini terjadi
karena nilai dari head dinamiknya lebih besar dari pada nilai dari
headlossnya. Pada sudden contraction, debit aliran yang rendah akan
menghasilkan kecepatan yang rendah pula maka pola aliran yang terjadi
adalah laminar sehingga headloss yang terjadi kecil. Sedangkan pada
debit aliran yang tinggi akan menghasilkan kecepatan yang tinggi pula.
Karena kecepatannya tinggi maka nilai reynoldnya pun tinggi sehingga
pola aliran yang terjadi adalah turbulen. Pada pola aliran turbulen
headloss pun tinggi karena nilai reynold yang tinggi dan terdapat vortex
yang besar.
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan terhadap grafik,
maka data yang didapat pada praktikum bisa dikatakan tidak sesuai
dengan teori. Hal ini dikarenakan grafik KLC dengan Red1 praktikan
mengalami trendline yang fluktuatuif. Ketidaksesuaian hasil dengan
teori ini diakibatkan karena berbagai macam faktor. Salah satunya yaitu
kemungkinan ada kesalahan dalam pengambilan data. Sedangkan untuk
bentuk dari grafik yang fluktuatif disebabkan oleh kesalahan atau
kurang presisinya dalam pembacaan nilai h pada manometer. Dimana h
dibaca dalam kondisi yang belum stabil. Sehingga data hasil
pengukuran berubah-ubah dan menyebabkan selisih h yang terukur
tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Selain itu bisa terjadi
karena kesalahan dalam sudut pembacaan skala sehingga pada beberapa
data selisih h menjadi tidak terbaca dan lebih kecil atau lebih besar dari
yang seharusnya. Selain itu kemungkinan kesalahan bisa terjadi karena
alat percobaan yang kurang stabil.
4.4.2 Analisa Grafik KLs vs Red1

Grafik kLs vs Red1


3
2,5
2
kLs

1,5
1
0,5
0
0,000 5000,000 10000,000 15000,000 20000,000 25000,000 30000,000
Red1

kLS Poly. (kLS)

Gambar 4.2 Grafik kLS dan Red1


Pada gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa hubungan antara
nilai kLS dan Red1 mengalami penurunan dari data ke-1 hingga data ke-
2. Kemudian trendline grafik naik dari data ke-2 menuju data ke-3.
Trendline grafik Kembali turun dari data ke-3 hingga data ke-4, lalu
mengalami fluktuasi dari data ke-5 hingga data terakhir. Secara
keseluruhan trendline logarithmic grafik berbentuk parabola ke bawah.
Dari grafik terlihat penyimpangan nilai terbesar terdapat pada nilai Re
3037,921 dengan nilai kLS 2,71698 dan nilai penyimpangan terkecil dari
garis trendline adalah pada Re 7594,803 dengan nilai kLS 0,64047.
Hubungan antara headloss dengan 𝑅𝑒, Secara teori yang berlaku
yaitu semakin besar debit aliran maka kecepatan alirannya juga semakin
besar (pada luas area konstan). Maka dari itu jika kecepatan aliran
semakin naik maka nilai Re juga akan ikut naik. Hal tersebut dapat
dilihat dari rumusan berikut,
hLS
K LS = V²upstream
( )
2g

VD
Re =
υ
Dari perumusan diatas dapat dilihat bahwa, jika kecepatan
upstream naik maka nilai dari 𝐾𝐿𝑆 akan mengalami penurunan hal ini
terjadi karena nilai dari head dinamiknya lebih besar dari pada nilai dari
headloss nya. Pada sudden enlargement, debit aliran yang rendah akan
menghasilkan kecepatan yang rendah pula maka pola aliran yang terjadi
adalah laminar sehingga headloss yang terjadi kecil. Sedangkan pada
debit aliran yang tinggi akan menghasilkan kecepatan yang tinggi pula.
Karena kecepatannya tinggi maka nilai reynoldnya pun tinggi sehingga
pola aliran yang terjadi adalah turbulen. Pada pola aliran turbulen
headloss pun tinggi karena nilai reynold yang tinggi. Berdasarkan teori,
diketahui bahwa nilai koefisien losses aliran melalui sudden
enlargement. Reynolds adalah fungsi diameter, viskositas kinematik
(dua hal ini bernilai konstan pada percobaan ini). Sedangkan kecepatan
(merupakan elemen dependent dari debit {Q}, variabel yang diubah-
ubah dalam percobaan), maka nilai kLs sangat dipengaruhi debit aliran.
Dimana dengan meningkatnya debit aliran, maka koefisien losses akan
menurun hingga titik tertentu.
Berdasarkan hasil percobaan yang didapat serta berdasarkan hasil
pengamatan terhadap grafik, maka data yang didapat pada praktikum
ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Karena dari trendline grafik
cenderung naik turun. Hal ini terjadi diakibatkan oleh berbagai macam
faktor. Salah satunya yaitu kesalahan dalam penulisan data. Sdeangkan
untuk bentuk dari grafik yang fluktuatif disebabkan oleh kesalahan
pembacaan h pada manometer. Dimana h dibaca dalam kondisi yang
belum stabil. Sehingga data hasil pengukuran berubah-ubah dan
menyebabkan selisih h yang terukur tidak sesuai dengan aslinya. Selain
itu bisa terjadi karena sudut pembacaan skala yang salah sehingga
beberapa data selisih h menjadi tidak terbaca, dan lebih kecil atau lebih
besar dari seharusnya. Selain itu kesalahan juga dapat diakibatkan
karena alat percobaan yang kurang stabil saat pengambilan data.
4.4.3 Analisa Grafik Data KLE terhadap Red1

Grafik kLE vs Re d1
2

1,5
k LE

0,5

0
0,000 5000,000 10000,000 15000,000 20000,000 25000,000 30000,000
Re d1

Series1 Linear (Series1)

Gambar 4.3 Grafik kLE vs Red1


Pada gambar 4.3 di atas menunjukkan bahwa hubungan antara
nilai kLE dan Red1 mengalami penurunan nilai dari data ke-1 hingga data
ke-3. Kemudian trendline grafik naik dari data ke-3 hingga data ke-4.
Trendline grafik kembali turun dari data ke-4 hingga data ke-5, lalu
mengalami fluktuasi dari data ke-6 hingga data terakhir. Secara
keseluruhan trendline logarithmic grafik berbentuk linear menurun.
Dari grafik terlihat penyimpangan nilai terbesar terdapat pada nilai Re
3037,921 dengan nilai kLE 1,7901 dan nilai penyimpangan terkecil dari
garis trendline adalah pada Re 18227,526 dengan nilai kLE 0,89505.
Berdasarkan teori semakin besar debit aliran maka akan
menghasilkan kecepatan aliran yang semakin besar pada penampang
yang konstan. Hal ini dihubungkan dengan penurunan rumus reynold
number menunjukkan besar kecepatan pada penampang elbow. Dengan
ditambahnya aliran debit yang masuk maka semakin besar pula nilai Re
dimana nilai kLE berbanding terbalik dengan Re sehingga aliran tersebut
semakin turbulen. Pada pengambilan data pertama nilai headloss tinggi
dibandingkan dengan laju aliran (V) yang mendekati laminar sehingga
nilai dari kLE tinggi. Ketika kecepatan aliran fluida (V) semakin tinggi
nilai kLE semakin mengecil kemudian konstan dibandingkan nilai Re
yang semakin membesar. Hal ini dapat dibuktikan dengan persamaan
hLE
K LE = 2
Vupstream
2g
V. D
Re =
v
Pada Elbow kecepatan yang digunakan ialah kecepatan yang
tertinggi pada daerah Upstream (daerah aliran yang masuk). Sehingga
p V2
pada persamaan + + gz = konstan parameter yang sangat
ρ 2

mempengaruhi laju aliran ialah perbedaan ketinggian tersebut. Serta


laju aliran tersebut dipengaruhi oleh gravitasi sehingga mengakibatkan
dampak yang signifikan terhadap kerugian energi pada laju aliran
tersebut. Dikarenakan aliaran yang paling luar memiliki kecepatan yang
lebih tinggi di bandingkan aliran bagian di dalam sehingga aliran lebih
luar mengalami fenomena vortex.
Berdasarkan hasil percobaan yang didapat serta berdasarkan hasil
pengamatan terhadap grafik, maka data yang didapat pada praktikum
ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Karena dari trendline grafik
menunjukkan penurunan dan kemudian mengalami fluktuatif. Hal ini
terjadi karena diakibatkan oleh berbagai macam faktor. Salah satunya
yaitu kesalahan dalam pengambilan data. Sedangkan untuk bentuk
grafik yang fluktuatif disebabkan oleh kesalahan pembacaan h pada
manometer. Dimana h dibaca dalam kondisi yang belum stabil.
Sehingga data hasil pengukuran berubah-ubah dan menyebabkan
selisih h yang terukur tidak sesuai dengan aslinya. Selain itu karena
kesalahan dalam sudut pembacaan skala sehingga pada beberapa data
selisih h menjadi tidak terbaca, dan lebih kecil atau lebih besar dari
seharusnya. Selain itu kesalahan juga dapat diakibatkan karena alat
percobaan yang kurang stabil saat pengambilan data.
4.4.4 Analisa Grafik Data KL terhadap Red1

Grafik kL vs Re d1
3
2,5
2
kL

1,5
1
0,5
0
0,000 5000,000 10000,000 15000,000 20000,000 25000,000 30000,000
Re d1

kLS kLC kLE

Gambar 4.4 Grafik kL vs Red1


Gambar 4.4 merupakan grafik perbandingan dari besar coefficient
of losses aliran melalui sudden contraction, coefficient of losses aliran
melalui sudden enlargement, dan coefficient of losses aliran melalui
elbow 900 dengan fungsi Red1. Harga koefisien kLC terbesar yaitu
2,65331 dengan Re sebesar 3037,921 dan harga terendahnya 0,29038
dengan Re sebesar 15189,605. Harga koefisien kLS terbesar yaitu
2,7168 dengan Re sebesar 3037,921 dan harga terendahnya 0,62853
dengan Re sebesar 18227,526. Harga koefisien kLE terbesar yaitu
1,7901 dengan Re 3037,921 dan harga terendahnya 0,89505 dengan Re
18227,526.
Berdasarkan teori, urutan besar coefficient of losses dari yang
terbesar adalah KLE, KLS hingga KLC. Coefficient of losses aliran melalui
elbow 90o memiliki nilai yang paling besar dikarenakan aliran yang
mengalir mengalami perubahan arah aliran dari vertikal menuju
horizontal, dan juga aliran harus melawan gaya gravitasi yang
menyebabkan headloss yang dihasilkan sangat besar. Coefficient of
losses aliran melalui sudden enlargement memiliki nilai terbesar kedua,
hal ini dikarenakan aliran akan melawan adverse pressure gradient
(APG) akibat perubahan luasan penampang yang semakin besar.
Coefficient of losses aliran melalui sudden contraction memiliki nilai
headloss yang terendah, hal ini dikarenakan aliran hanya akan melawan
perubahan luas penampang dari besar ke kecil sehingga headloss yang
dihasikan lebih kecil.
Pada gambar 4.4 grafik menunjukkan bahwa pada elbow 90°
memiliki losses paling besar, kemudian sudden enlargement dan
sudden contraction mengalami losses paling kecil. Hasil tersebut sudah
sesuai dengan teori, namun terjadi banyak fluktuasi pada data. Hal
tersebut dikarenakan kurangnya ketelitian praktikan, dimana saat
diukur debit dan skala manometer tidak stabil(naik-turun secara
signifikan).
4.4.5 Analisa Grafik Data Cdv vs Red2
Pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa hubungan antara nilai Cdv
dan Red2 cenderung konstan dari data ke-1 hingga data ke-11.
Kemudian trendline grafik mengalami kenaikan dari data ke-11 hingga
data ke-12 kemudian mengalami penurunan dari data ke-12 hingga data
ke-13. Selanjutnya grafik cenderung konstan kembali dari data ke-13
hingga data terakhir. Nilai Cdv terbesar yaitu 0,02032 dengan Re
1860,8987 dan nilai Cdv terkecil yaitu 0,01031 dengan Re 572,5842.

Grafik Cdv vs Red2


0,02500

0,02000

0,01500
Cdv

0,01000

0,00500

0,00000
0,0000 500,0000 1000,0000 1500,0000 2000,0000 2500,0000
Red

Cdv Poly. (Cdv)

Gambar 4.5 Grafik Cdv vs Red2


Berdasarkan teori, nilai Cdv pada percobaan ini dapat dirumuskan
sebagai :
𝑄𝑎𝑐𝑡√1−𝛽4
𝐶𝑑𝑣 =
𝐴1 √2𝑔(ℎ1 − ℎ2 )

Nilai Cdv berbanding lurus dengan nilai Q aktual, sehingga


semakin besar nilai Q aktual, semakin besar pula nilai Cdv. Ketika debit
aliran rendah, vortex yang timbul kecil sehingga headloss yang
dihasilkan sedikit. Semakin besar debit aliran, maka vortex yang
dihasilkan juga semakin besar dan headlossnya juga akan semakin
besar. Oleh sebab itu, secara teori, kurva yang terbentuk seharusnya
memiliki trendline yang menurun.
Berdasarkan hasil percobaan dan hasil perhitungan, didapatkan
bahwa data yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang ada. Menurut
teori, grafik yang terbentuk memiliki trendline turun. Sedangkan pada
grafik hasil perhitungan, trendline yang terbentuk cenderung naik.
Kesalahan data ini dapat disebabkan oleh kesalahan dalam pengambilan
data. Ketika melakukan pengambilan data, tidak semua pembacaan h
dilakukan secara bersamaan. Selain itu, pengambilan data dilakukan
ketika fluida pada manometer masih bergerak naik dan turun.
4.4.6 Analisa Grafik Data Cd0 vs Red0

Grafik Cd0 vs Red0


0,00900
0,00880
0,00860
0,00840
Cd 0

0,00820
0,00800
0,00780
0,00760
0,0000 500,0000 1000,0000 1500,0000 2000,0000 2500,0000
Re d0

Cd0 Poly. (Cd0)

Gambar 4.6 Grafik Data Cd0 vs Red0


Pada gambar 4.6 menunjukkan bahwa hubungan antara nilai Cd0
dan Red0 mengalami penurunan dari data ke-1 hingga data ke-3.
Kemudian trendline grafik naik dari data ke-3 menuju data ke-4.
Trendline grafik kembali turun dari data ke-4 hingga data ke-5
kemudian mengalami fluktuasi dari data ke-5 hingga data terakhir. Nilai
Cd0 tertinggi yaitu 0,00893 dengan nilai Re 286,2921 dan nilai Cd0
terendah yaitu 0,00774 dengan nilai Re 572,5842.
Berdasarkan teori, nilai Cdo pada percobaan ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Qact√1−β4
Cd0 =
A1 √2g(h7 − h8 )
Menurut rumus tersebut, semakin besar nilai bilangan reynold
makan kecepatan juga akan semakin besar. Ketika kecepatan semakin
besar, maka Q aktual juga akan semakin besar. Besarnya nilai Q dengan
Cdo berbanding lurus, sehingga semakin besar nilai Q semakin besar
pula nilai Cdo. Kenaikan nilai Q juga menyebabkan kenaikan nilai dari
headloss, namun pada percobaan ini kenaikan nilai Q lebih besar dari
kenaikan nilai headloss, sehingga trendline yang terbentuk seharusnya
adalah trendline naik.
Berdasarkan hasil percobaan dan hasil perhitungan, data yang
didapat tidak sesuai dengan teori. Menurut teori, grafik yang terbentuk
memiliki trendline naik, sedangkan grafik yang terbentuk pada
percobaan ini memiliki trendlline yang fluktuatif. Kesalahan data ini
dapat disebabkan oleh kesalahan praktikan dalam pengambilan data.
Saat percobaan dilakukan, pengambilan tiap data h tidak dilakukan
secara bersamaan. Hal ini dapat menyebabkan perubahan ketinggian
fluida pada manometer karena waktu yang terus berjalan. Selain itu,
pengambilan data dilakukan ketika fluida masih bergerak naik dan
turun. Hal ini menyebabkan nilai h yang sesungguhnya tidak dapat
dibaca karena pembacaan dilakukan dengan melakukan perkiraan dari
selisih kenaikan dan penurunan fluida pada manometer. Kesalahan
sudut penglihatan ketika pengambilan data juga dapat menjadi salah
satu faktor kesalahan praktikan. Kesalahan sudut penglihatan ketika
pengambilan data dapat menyebabkan data yang terbaca lebih besar
atau lebih kecil dari nilai yang seharusnya.
4.4.7 Analisa Grafik Data Cd terhadap Red

Grafik Cd vs Re d
0,02500
0,02000
0,01500
Cd

0,01000
0,00500
0,00000
0,0000 500,0000 1000,0000 1500,0000 2000,0000 2500,0000
Re d

Cdv Cd0 Cdv Cd0

Gambar 4.7 Grafik Data Cd terhadap Red


Gambar 4.7 menunjukkan perbandingan antara grafik Cdv
terhadap Re dengan Cd0 terhadap Re. Dari gambar tersebut dapat dilihat
bahwa grafik Cdv terhadap Re berada di atas grafik Cdo terhadap Re,
atau dapat dikatakan bahwa Cdv memiliki nilai yang lebih besar dari
Cdo, pada setiap satuan Re. Pada grafik Cdv, trendline grafik cenderung
naik, dengan fluktuasi pada satu titik yaitu saat Cdv bernilai 0,02032.
Nilai Cdv terbesar, yaitu 0,02032, terdapat saat nilai Reynolds Number
1860,8987 dan nilai Cdv terkecil, yaitu 0,01031, terdapat saat nilai
Reynolds Number 572,5842. Pada grafik Cd0 trendlinenya cenderung
konstan. Nilai Cd0 tertinggi, yaitu 0,00893, terdapat saat nilai Red0
286,2921 dan nilai Cd0 terendah, yaitu 0,00774, terdapat saat nilai Red0
572,5842. Berdasarkan teori, nilai Cd ditentukan berdasarkan
perbandingan antara Q aktual dengan Q teoritis. Q teoritis besarnya
dipengaruhi oleh perbedaan diamater dan perbedaan head pada masing-
masing penampang. Pada percobaan ini perbandingan penampang
adalah konstan, oleh sebab itu Q teoritis hanya dipengaruhi perbedaan
head. Nilai bilangan Reynold yang tinggi menyebabkan perbedaan
head yang tinggi. Pada venturimeter perubahaan penampang terjadi
secara perlahan dengan sudut yang ”halus”. Hal ini menyebabkan
vortex yang timbul tidak terlalu besar sehingga headloss yang timbul
tidak begitu besar. Sedangkan perubahan penampang pada orificemeter
terjadi secara tiba-tiba. Hal ini menyebabkan vortex yang timbul besar
sehingga headloss yang dihasilkan besar. Headloss yang dihasilkan
pada orificemeter lebih besar daripada headloss yang dihasilkan pada
venturimeter, sehingga, menurut teori, nilai Cdo lebih kecil dari Cdv.
Berdasarkan hasil percobaan dan hasil perhitungan, grafik yang
terbentuk sudah sesuai dengan teori. Teori menyatakan bahwa grafik
Cdv berada diatas grafik Cd0 karena headloss pada venturimeter lebih
kecil dari headloss pada orificemeter. Headloss pada venturimeter
memiliki nilai yang lebih kecil karena pada venturimeter perubahan
penampang terjadi secara perlahan dan dengan sudut perubahan
penampang yang ”halus”. Hal ini menyebabkan vortex yang dihasilkan
tidak begitu besar sehingga headloss yang dihasilkan juga tidak besar.
Sedangkan headloss pada orificemeter memiliki nilai yang lebih besar
karena pada orificemeter perubahaan penampang terjadi secara tiba-
tiba, sehingga vortex yang dihasilkan lebih besar dan headloss yang
dihasilkan pun juga lebih besar.
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari hasil praktikum Comparative Flow


Measurement Apparatus ini adalah sebagai berikut:
1. Grafik KL vs Red1 merupakan grafik perbandingan dari besar coefficient of
losses aliran melalui sudden contraction, sudden enlargement, dan elbow
90º dengan fungsi Red1. Coefficient of losses aliran melalui elbow 90º
memiliki nilai yang paling besar dikarenakan aliran yang mengalir
mengalami perubahan arah aliran dari horizontal menuju vertikal sehinga
harus melawan arah gaya gravitasi yang menyebabkan headloss yang
dihasilkan sangat besar. Coefficient of losses pada sudden enlargement
memiliki nilai terbesar kedua, hal ini dikarenakan aliran akan melawan
adverse pressure gradien (APG) akibat perubahan luasan penampang yang
semakin besar sehingga tekanan yang dihasilkan semakin besar. Sedangkan
fluida mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah.
Coefficient of losses pada sudden contraction memiliki nilai headloss yang
terendah, hal ini dikarenakan aliran hanya melawan perubahan luas
penampang dari luasan besar ke kecil. Selain itu hal ini juga disebabkan
vortex pada sudden contraction memiliki nilai yang lebih kecil dibanding
pada sudden enlargement. Grafik yang didapat dari data praktikum telah
sesuai dengan teori.
2. Nilai Cdv lebih tinggi dibanding nilai Cd0. Hal ini dikarenakan penghalang
penampang pada orifice bersifat lebih mendadak dan tidak landai layaknya
pada venturi. Sehingga vortex yang timbul pada orifice lebih banyak
dibanding vortex pada venturi. Semakin banyak vortex yang timbul maka
headloss yang dihasilkan akan semakin besar. Karema orifice memiliki
headloss yang lebih tinggi maka faktor pembagi dari headloss orriface akan
menyebabkan coefficient of discharge (Cd0) akan lebih kecil dibanding Cdv.
Ini juga menunjukkan ketelitian dari venturi lebih besar dibanding orifice.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai