Anda di halaman 1dari 39

Disusun Oleh :

1. Francis Alexander 02111840000116

Asisten Pembimbing :
Bacharuddin Yusuf Wahyudi
NRP. 0211170000066
ABSTRAK

Comparative Flow Measurement Apparatus adalah sebuah percobaan


laboratorium mekanika fluida yang digunakan untuk mengukur debit Coefficient
discharge (Cd) dan Head loss pada berbagai assesoris. Peralatan ini dapat
digunakan untuk V-notch Weir dengan variasi sudut dan diameter pipa yang
berbeda-beda. Setiap aliran fluida akan mengalami beberpa kerugian energy
(Headloss) seperti gesekan disepanjang pipa disebut Headloss major dan elbow,
dan penurunan tekanan yang diakibatkan oleh adanya sambungan, katup, daerah
dengan perbedaan luasan atau perbedaan sudut disebut Headloss minor.

Pada percobaan ini kita akan mengukur headloss dengan pengaturan laju
aliran pada sistem perpipaan, membuang udara di dalam manometer dan sistem
perpipaan, dan supply tekanan pneumatik. Langkah kedua adalah pengukuran head
statik yang ditunjukkan pada manometer (h1-h12) dengan laju aliran yang
ditunjukkan pada rotameter (Q) dengan variasi dari 200-1600 liter/jam.

Dari percobaan ini antara dapat diketahuinya beberapa parameter antara


lain, laju aliran yang ditunjukkan pada rotameter (Q) pada 200-1600 liter/jam, head
statik yang ditunjukkan pada manometer (h1-h12), kerugian energi (headloss) aliran
pada fitting pipa (jenis fitting pipa : sudden enlargement, sudden contraction dan
elbow 90), kecepatan aliran pada sistem perpipaan, bilangan reynolds, coefficient
of losses melalui fitting perpipaan, laju aliran aktual (Qact), coefficient of discharge
aliran melalui flowmeter (flowmeter jenis venturi dan orrificemeter), head dinamik
(velocity head) aliran pada sistem perpipaan.

Kata kunci : headloss, fitting, coefficient of disscharge


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem perpipaan erat kaitaannya dengan dunia industri. Sehingga
pengetahuan tentang sistem perpipaan saat ini sangat dibutuhkan. Sebelum pada
prinsip disebutkan bahwa sebuah aliran fluida dalam pipa tergantung pada tekanan,
kecepatan, dan perbedaan elevasi. Dalam prinsip ini juga terdapat asumsi bahwa
aliran dianggap frictionless, namun pada kenyataan asumsi ini tidak mungkin terjadi
karena frictionless hanya untuk kondisi ideal. Karena bukan frictionless maka fluida
yang mengalir dalam pipa akan mengalami gaya gesek terhadap pipa.
Head loss merupakan kerugian tekanan yang terjadi pada aliran internal.
Head loss terbagi karena berbagai hal seperti gesekan fluida dengan dinding pipa
dan adanya hambatan pada pipa seperti belokan, percabangan, katup, dan lain
sebagainya. Head loss akibat gesekan fluida terhadap dinding pipa disebut head loss
major dan head loss akibat hambatan pada sistem perpipaan disebut head loss minor.
Pada praktikum kali ini akan fokus pada head loss akibat hambatan pipa ( head loss
minor) terhadap fluida akibat fitting perpipaan. Fitting perpipaan yang digunakan
pada percobaan kali ini adalah sudden enlargement, sudden contraction, dan elbow
90o.
Aplikasi dari comparative flow ini banyak digunakan dalam instalasi
perpipaan pabrik, misalnya pipa pembangkit listrik tenaga uap, pembangkit listrik
tenaga gas, saluran pipa PDAM dan lainnya. Oleh sebab itu pemahaman mengenai
kerugian energi atau head loss diperlukan untuk menciptakan sistem perpipaan
yang lebih efisien. Untuk itu, perlu diadakan suatu percobaan yaitu Comparative
Flow Measurement Apparatus yang diharapkan mampu memberikan pemahaman
secara mendalam tentang head loss.

1.2 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah:
1. Untuk mengamati head loss dan losses coefficient aliran yang melalui
suatu fitting perpipaan
2. Untuk mengamati debit teoritis dan koefisien discharge aliran melalui
flowmeter pada sistem peripaan dengan hubungannya terhadap perubahan
laju aliran

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari praktikum ini adalah:
1. Bagaimana mengamati head loss dan losses coefficient aliran yang melalui
suatu fitting perpipaan?
2. Bagaimana mengamati debit teoritis dan koefisien discharge aliran melalui
flowmeter pada system peripaan dengan hubungannya terhadap perubahan
laju aliran?

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah pada praktikum kali ini yaitu:
1. Steady flow, yaitu properties di setiap titik pada medan aliran tidak berubah
terhadap fungsi waktu
2. Incompressible flow, densitasnya diamsusikan tidak berubah, karena kurang
dari 5% dan mach number kurang dari 0.3
3. Fully developed flow, yaitu profil kecepatan aliran suatu fluida telah
berkembang penuh dan konstan sepanjang L.
4. Fouling factor diabaikan, factor pengganggu yang menyebabkan kerugian
yang dialami tiap aliran sehingga menyebabkan pengecilan diameter.
5. Percobaan dilakukan pada suhu ruangan, agar properties fluida tidak berubah
akibat perbedaan temperature
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Basic Energy Equation

= 0(1) = 0(1) = 0(1) = 0(2)



Q̇ - Ẇ shaft + Ẇ shear + Ẇ other = ∫ eρd∀ + ∫CV(e ̅ ................ (2.1)
̅ dA
+ pv) ρV
∂t CV

V2
di mana e = u + + gz
2

dengan asumsi :
1. 𝑊̇𝑠ℎ𝑎𝑓𝑡 , 𝑊̇𝑠ℎ𝑒𝑎𝑟 , 𝑊̇𝑜𝑡ℎ𝑒𝑟 = 0
2. Steady flow
3. Incompressible flow
4. Internal energi dan tekanan uniform pada section 1 dan 2 (uniform internal
energy and pressure at each section)
Maka persamaan menjadi:
𝑝 𝑉 ⃗2 ⃗2
⃗ . 𝑑𝐴 + ∫ (𝑢 + 𝑝 + 𝑉 + 𝑔𝑧) 𝜌𝑉
𝑄̇ = ∫𝐶𝑆 (𝑢 + + + 𝑔𝑧) 𝜌𝑉 ⃗ . 𝑑𝐴 . (2.2)
𝜌
1 2 𝐶𝑆 𝜌 2 2

𝑝 𝑉 ⃗2 ⃗2
⃗ . 𝑑𝐴 + ∫ (𝑢2 + 𝑝2 + 𝑉2 +
𝑄̇ = − ∫𝐴 (𝑢1 + 𝜌1 + 21 + 𝑔𝑧1 ) 𝜌𝑉
1 𝐴 𝜌 2 2

⃗ . 𝑑𝐴 ............................................................................................... (2.3)
𝑔𝑧2 ) 𝜌𝑉

Dari persamaan kontinuitas :


= 0 (2)
𝜕
̅ 𝑑𝐴̅ ...................... (2.4)
0 = 𝜕𝑡 ∫𝐶𝑉 𝜌𝑑∀ + ∫𝐶𝑆 𝜌𝑉.

0 = ∫𝐶𝑆 𝜌𝑉̅ 𝑑𝐴̅ + ∫𝐶𝑆 𝜌𝑉̅ 𝑑𝐴̅ .................... (2.5)


1 2

0 = − ∫𝐴 𝜌𝑉̅ 𝑑𝐴̅ + ∫𝐴 𝜌𝑉̅ 𝑑𝐴̅ ................... (2.6)


1 2

dimana : ∫𝐴 𝜌 𝑉̅ 𝑑𝐴̅ = I𝜌𝑉𝐴I = 𝑚̇


maka : 0 = − 𝜌1 𝑉1 𝐴1 + 𝜌2 𝑉2 𝐴2
0 = −𝑚̇ 1 + 𝑚̇ 2 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑚̇ 1 = 𝑚̇ 2 = 𝑚̇
Maka persamaan menjadi:
𝑃 𝑉 𝑃 ̅̅̅̅
2
𝑄̇ = −𝑚̇ ( 𝑢1 + 𝜌1 + 𝑔𝑧1 ) + ∫𝐴1 2 𝜌𝑉̅ 𝑑𝐴̅ + 𝑚̇ (𝑢2 + 𝜌2 + 𝑔𝑧2 ) +
1 2

̅̅̅̅
𝑉2
∫𝐴2 𝜌𝑉̅ 𝑑𝐴̅ ................................................................................................ (2.7)
2

Dari konsep energi kinetik fluks koefisien : α


𝑉2 𝑉2 𝑉 2
Diketahui : ∫𝐴 𝜌𝑉̅ 𝑑𝐴̅ = 𝛼 ∫𝐴 𝜌𝑉̅ 𝑑𝐴̅ = 𝑚̇𝛼 2
2 2

Untuk laju perpindahan panas :


𝜕𝑄 𝑑𝑚 𝜕𝑄 𝑑𝑚 𝑑𝑄
𝑄̇ = 𝑑𝑡 𝑑𝑚 = 𝑑𝑚 𝑑𝑡 = 𝑚̇ 𝑑𝑚 ........................ (2.8)

Maka persamaam menjadi:


𝑃 ̅̅̅̅
𝑉12 𝑃 ̅̅̅̅
𝑉12 𝜕𝑄
𝑚̇ { 𝜌1 + 𝛼1 + 𝑔𝑧1 } = 𝑚̇ { 𝜌1 + 𝛼1 + 𝑔𝑧1 } + 𝑚̇ {𝑢1 − 𝑢2 − 𝑑𝑚}
2 2

.......................................................................................................... (2.9)
Atau :
𝑃 ̅̅̅̅
𝑉12 𝑃 ̅̅̅̅
𝑉12 𝜕𝑄
{ 𝜌1 + 𝛼1 + 𝑔𝑧1 } = { 𝜌1 + 𝛼1 + 𝑔𝑧1 } + {𝑢1 − 𝑢2 − 𝑑𝑚} .. (2.10)
2 2

Dimana :
{(𝑢1 − 𝑢2 )} : perubahan energi dalam akibat gesekan, dengan
satuan kJ/kg
𝜕𝑄
{− } : perpindahan panas persatuan massa, dengan satuan
𝑑𝑚

kJ/kg
𝜕𝑄
{(𝑢1 − 𝑢2 − )} : losses energi dari section 1-2, dengan satuan kJ/kg
𝑑𝑚

Maka persamaaan energi dari section 1-2 adalah sebagai berikut :


𝑃 ̅̅̅̅
𝑉12 𝑃 ̅̅̅̅
𝑉12
{ 𝜌1 + 𝛼1 + 𝑔𝑧1 } = { 𝜌1 + 𝛼1 + 𝑔𝑧1 } + Σ ℎ𝑙1−2 , dengan satuan kJ/kg
2 2

atau
𝑃 ̅̅̅̅
𝑉2 𝑃 ̅̅̅̅
𝑉2
{ 𝛾1 + 𝛼1 2𝑔
1
+ 𝑧1 } = { 𝛾1 + 𝛼1 2𝑔
1
+ 𝑧1 } + Σ ℎ𝐿1−2 , dengan satuan meter.
Gambar 2.1 Venturimeter

Dimana: ∆h = perbedaan head statik


h1 = head statik di section 1
h2 = head statik di section 2
𝑝
dengan: ℎ = 𝜌 + 𝑧, dengan satuan meter.

Pada praktikum ini menggunakan manometer air, maka satuan head statik yang
terukur adalah milimeter kolom air.

2.2 Jenis-jenis Headloss


Headloss adalah kerugian energy pada suatu sistem aliran akibat dari
gesekan ataupun faktor-faktor seperti adanya sudut belokan, sambungan,
ataupun katup. Berikut adalah macam-macam dari headloss:
a. Major Headloss
Major Headloss adalah rugi energi atau penurunan tekanan yang terjadi
pada sepanjang pipa. Kerugian ini dapat terjadi karena energi mekanik akibat
gesekan yang diubah menjadi energi panas. Pada analisa headloss aliran
laminar, dapat dilihat dan diselesaikan secara analitis karena bentuk aliran
yang teratur, namun hal ini sulit dilakukan bila aliran tersebut turbulen. Pada
aliran turbulen, gerakan aliran yang acak akan mempersulit dalam membuat
persamaan yang pasti, sehingga dilakukan pendekatan dengan fungsi dari
penurunan tekanan (∆P), diameter pipa (D), panjang pipa (L), kekasaran (e),
kecepatan rat-rat fluida (V), massa jenis fluida (𝜌), dan viskositas fluida (μ).
Untuk dapat menghitung Major Headloss, perlu diketahui lebih jelas awal
jenis aliran fluida yang mengalir. Jenis aliran tersebut dapat diketahui melalui
Reynold number sebagai berikut :
𝜌x𝑉x𝐷
Re = ............................... (2.11)
𝜇

Keterangan :
V = kecepatan fluida (m/s).
𝜌 = massa jenis fluida (kg/m3).
D = diameter pipa (m).
𝜇 = viskositas fluida (kg/m.s) atau (N.s/𝑚2 )
Jika: Re < 2300 maka aliran termasuk aliran Laminar
Re = 2300 maka aliran termasuk aliran Transisi
Re > 2300 maka aliran termasuk aliran Turbulen

Kecepatan fluida (V) pada Reynold number dapat diketahui dengan rumus :
m = 𝜌 x V x A ............................ (2.12)
Keterangan :
m = laju aliran massa fluida (kg/s).
𝜌 = massa jenis fluida (kg/m3)
𝑉 = kecepatan fluida (m/s)
A = luas penampang (m2)

Sedangkan untuk Major Headloss dapat dihitung menggunakan rumus sebagai


berikut:

𝑓𝑉 2 𝐿
ℎ𝑓 = ................................. (2.13)
2𝑔 𝐷

Keterangan: ℎ𝑓 = Major Headloss (Pa)


f = koefisien gesekan (dapat diketahui melalui diagram Moody)
V = kecepatan aliran dalam pipa (m/s)
L = panjang pipa (m)
D = diameter dalam pipa (m)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

Untuk menghitung koefisien gesek (f) pada aliran laminer yaitu dengan:
64
𝑓 = 𝑅𝑒 ....................................... (2.14)

Dan untuk menghitung koefisien gesek (f) pada aliran turbulen yaitu dengan:

............. (2.15)

b. Minor Headloss
Minor Headloss adalah kerugian energi akibat perubahan penampang
pipa, entrance, fitting dan accesories kehidupan lainnya. Minor Headloss
terjadi pada sambungan, katup, daerah dengan perbedaan luasan, atau
perbedaan sudut. Minor Headloss merupakan headloss lokal sehingga tidak
terjadi sepanjang pipa. Pada aliran yang melewati daerah dengan perubahan
luasan akan terbentuk daerah vena contracta. Vena contracta adalah
pengecilan diameter aliran sehingga menyebabkan penurunan tekanan, namun
kenaikan kecepatan.

Gambar 2.2 Vena Contracta


Untuk menghitung head loss minor, yaitu menggunakan rumus:
𝑉2
ℎ = 𝐾 ∙ 2𝑔 .......................................... (2.16)

Keterangan: h = Minor Headloss (Pa)


K = Koefisien resistansi valve/ fitting berdasarkan bentuk dan ukuran
V = Kecepatan aliran dalam pipa (m/s)
g = Percepatan grafitasi (m/s2)
Dimana K nilainya bergantung pada jenis bahan yang digunakan dalam system
perpipaan.

Gambar 2.3 K untuk enterance

Gambar 2.4 K untuk Exits

2.3 Jenis- Jenis Flowmeter


Flowmeter adalah alat untuk mengukur jumlah atau laju aliran dari suatu
fluida yang mengalir dalam pipa atau sambungan terbuka. alat ini terdiri dari
primary device, yang disebut sebagai alat utama dan secondary device (alat
bantu sekunder). Flowmeter umumnya terdiri dari dua bagian, yaitu alat utama
dan alat bantu sekunder. Alat utama menghasilkan suatu signal yang
merespons terhadap aliran karena laju aliran tersebut telah terganggu. Alat
utamanya merupakan sebuah orifice yang mengganggu laju aliran, yaitu
menyebabkan terjadinya penurunan tekanan. Alat bantu sekunder menerima
sinyal dari alat utama lalu menampilkan, merekam, dan atau
mentransmisikannya sebagai hasil pengukuran dari laju aliran. Jenis-jenis
flowmeter antara lain adalah:
a. Venturimeter
Alat ini dapat dipakai untuk mengukur laju aliran fluida, misalnya
menghitung laju aliran air atau minyak yang mengalir melalui pipa.
Venturimeter digunakan sebagai pengukur volume fluida misalkan minyak
yang mengalir tiap detik. Venturimeter adalah sebuah alat yang bernama pipa
venturi. Pipa venturi merupakan sebuah pipa yang memiliki penampang bagian
tengahnya lebih sempit dan diletakkan mendatar dengan dilengkapi dengan
pipa pengendali untuk mengetahui permukaan air yang ada sehingga besarnya
tekanan dapat diperhitungkan. Dalam pipa venturi ini luas penampang pipa
bagian tepi memiliki penampang yang lebih luas daripada bagian tengahnya
atau diameter pipa bagian tepi lebih besar daripada bagian tengahnya. Zat cair
dialirkan melalui pipa yang penampangnya lebih besar lalu akan mengalir
melalui pipa yang memiliki penampang yang lebih sempit, dengan demikian,
maka akan terjadi perubahan kecepatan.
Gambar 2.5 Venturimeter
b. Orificemeter
Orificemeter merupakan yang digunakan untuk praktikum gunanya untuk
memanipulasi tekanan dengan cara menyempitkan luasa aliran dengan tiba-
tiba. Yang menimbulkan adanya vortex sebelum dan sesudah lokasi
orificemeter dipasang.

Gambar 2.6 Orificemeter

2.4 Coefficient of Losses dan Discharge of Coefficient


2.4.1 Coefficient of Losses
Koefisien loses merupakan koefisien kerugian yang disebabkan oleh
penyempitan pipa yang mendadak dan berbagai fitting lainnya. Berikut jenis-
jenis kontraksi:
1. Koefisien losses sudden contraction
𝑉52 −𝑉62
ℎ𝑙𝑐 = (ℎ5 − ℎ6 ) + ( ) ................... (2.17)
2𝑔

KLc dapat ditentukan dengan persamaan :


ℎ𝑙𝑐
𝐾𝑙𝑐 = ......................... (2.18)
𝑉𝑑𝑜𝑤𝑛𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 2𝑔

Keterangan:
HLc = rugi gesekan (ft-lbf/lb atau N-m/gr)
KLc = faktor kesebandingan atau koefisien rugi kontraksi (contraction –
loss coefficient)

2. Koefisien losses sudden enlargement


𝑉32 −𝑉42
ℎ𝑙𝑠 = (ℎ3 − ℎ4 ) + ( ) ................... (2.19)
2𝑔

KLs dapat ditentukan dengan persamaan :


ℎ𝑙𝑐
𝐾𝑙𝑠 = .............................. (2.20)
𝑉𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 2𝑔

3. Koefisien losses aliran melalui elbow


ℎ𝑙𝑒 = (ℎ9 − ℎ10 ) ........................... (2.21)
KLe dapat ditentukan dengan persamaan :
ℎ𝑙𝑒
𝐾𝑙𝑒 = .............................. (2.22)
𝑉𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 2𝑔

2.4.2 Discharge of Coefficient


Discharge of Coefficient atau yg disingkat Cd adalah suatu
perbandingan antara true flow dengan theoretical flow, dan ini diaplikasikan
pada persamaan theoretical flow untuk mendapatkan nilai actual atau true flow.
Discharge of Coefficient adalah suatu fungsi daripada Reynolds Number
dimana Reynolds number adalah fungsi laju aliran (flow rate) yang dihitung
menggunakan nilai Cd ini. Untuk Compressible Fluids, suatu expansion factor
empiris diaplikasikan pada persamaan Cd untuk mengatur variasi fluid density
yang disebabkan oleh perubahan pressure upstream dan downstream.
a. Coefficient of discharge aliran melalui venturimeter
𝑄𝑎𝑐𝑡 𝑄𝑎𝑐𝑡 √1−𝛽 4
𝐶𝑑𝑣 = 𝑄 = ................. (2.23)
𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝐴1 √2𝑔(ℎ1 −ℎ2 )

b. Coefficient of discharge aliran melalui orifice


𝑄𝑎𝑐𝑡 𝑄𝑎𝑐𝑡 √1−𝛽 4
𝐶𝑑𝑜 = 𝑄 = ................. (2.24)
𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝐴1 √2𝑔(ℎ7 −ℎ8 )
𝑑 0.016
Dengan, 𝛽 = 𝑑 𝑡 = 0.026 = 0.615
𝑜
Dimana,
√1 − 𝛽 4 = velocity of approach factor
dt = Diameter throat flowmeter (m)
do = Diameter inlet flowmeter (m)

2.5 Jenis- Jenis Fitting Perpipaan


Pada Minor Headloss terdapat beberapa hal yang mempengaruhi,
diantaranya adanya fitting yang berbeda pada sistem perpipaan. Fitting
tersebut diantaranya sudden enlargement, sudden contraction, dan elbow 90˚.
Berikut penjelasannya:
a. Sudden Enlargement
Sudden enlargement merupakan salah satu sambungan pipa yang
menyebabkan perbedaan luasan dari luasan yang kecil ke luasan yang lebih
besar. Dari perbedaan penampang itu menimbulkan perbedaan tekanan, yang
semula tekanan itu kecil menjadi lebih besar. Karena tekanan selanjutnya lebih
besar menyebabkan tekanan pada titik tertentu berbalik arah, atau disebut
dengan tekanan sekunder. Dimana tekanan ini menyebabkan adanya vortex
pada ujung-ujung pipa sambungan.

Gambar 2.7 Fitting Sudden Enlargement


b. Sudden Contraction
Sudden contraction merupakan sambungan pipa yang menyebabkan
pengecilan penampang. Dari pengecilan penampang tersebut membuat aliran
mengalami perubahan property tepatnya perubahan tekanan. Dari perbedaan
tekanan ini mempermudah aliran tersebut keluar karena fluida mampu bergerak
dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.

Gambar 2.8 Fitting Sudden Contraction


c. Elbow 90˚
Elbow merupakan sambungan pipa yang menimbulkan perbedaan sudut,
baik sudut dalam arah horinzontal maupun sudut dalam arah vertical. Perbedaan
sudut ini menyebabkan kehilangan energy. Kehilangan energy yang terjadi
pada elbow ini berbanding lurus dengan besar sudutnya. Jadi, semakin besar
sudutnya maka semakin tinggi nilai kerugian energinya.

Gambar 2.9 Fitting Elbow 90˚


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan yang Digunakan


Pada percobaan Comparative Flow Measurement Apparatus peralatan
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Pompa
2. Manometer skala 0
3. Peralatan pada pipa yang diukur:
✓ Sudden enlargement pipe
✓ Sudden contraction pipe
✓ 90o elbow pipe
✓ Rotameter
4. Flowmeter
✓ Venturi
✓ Orifice
3.2 Skema Alat

Keterangan Gambar:
D A. Venturimeter
D D
B. Sudden
Enlargement
C. Sudden
Contraction
D. Orifice
E. 90º Elbow Pipe

A B C D E
D
3.3 Langkah Percobaan
Langkah-langkah dalam percobaan Comparative Flow Meassurement
Apparatus ini adalah sebagai berikut:
1. Pada tahap persiapan:
✓ Penyambungan pipa supply dan buangan sistem perpipaan. Pastikan
semua katup vent udara (13A-15A), katup manometer (1M-12M), dan
saluran buang (1D-9D) telah tertutup. Pipa air supply dihubungkan
dengan masukan aliran air (W-1) dan pipa buang dihubungkan dengan
keluaran air (W-2).
✓ Pengaturan laju aliran pada sistem perpipaan.
Laju aliran melalui katup bypass discharge, pompa sirkulasi dan katup
outlet aliran.
✓ Membuang udara di dalam manometer dan sistem perpipaan.
Katup vent udara (13A-15A), katup manometer (1M-12M) dan katup
stop (5V-2) digunakan untuk membuang udara di dalam manoeer dan
sistem perpipaan.
✓ Supply tekanan pneumatik.
Tekanan udara pada pipa manifold atas dikontrol dengan pneumatic
regulator
2. Mengukur head static (h1 s.d h12) yang berhubungan dengan head loss
untuk variasi laju aliran pada manometer dalam satuan mmka.
3. Mengambil jumlah perubahan laju aliran menggunakan perbedaan debit
dari 200 liter/hour hingga 1600 liter/hour.
4. Mengukur laju aliran pada rotameter yang sudah dikalibrasi.
5. Mencatat tekanan udara didalam pipa manifold atas yang menunjukan
tekanan gage.
6. Kemudian mengukur temperatur air.
7. Pengukuran pada praktikum:
a) Menunjukan laju aliran aktual yang pada rotameter [Q]
b) Tekanan udara regulator dalam pipa manifold atas (common top
manifold) [pR]
c) Head static pada manometer menunjukan
a. Head static inlet [h1] dan head static leher [h2] pada venturimeter
b. Head static inlet [h3] dan head static outlet [h4] pada sudden
enlargement
c. Head static inlet [h5] dan head static outlet [h6] pada sudden
contraction
d. Head static inlet [h7] dan head static outlet [h8] pada orificemeter
e. Head static inlet [h9] dan head static outlet [h10] pada elbow 90
f. Head static inlet [h11] dan head static outlet [h12] pada rotameter
d) Temperatur air masuk system perpipaan [T]

3.4 Flowchart

START

Persiapan:
1. Penyambungan pipa supply dan buang
sistem perpipaan
2. Pengaturan laju aliran pada sistem
perpipaan
3. Membuang udara di dalam manometer
dan sistem perpipaan
4. Supply tekanan pneumatik

A
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN GRAFIK
4.1 Data Percobaan
(terlampir)
4.2 Flowchart Perhitungan

START

Q=200 liter/jam,
h1,h2,h3,h4,h5,h6,h7,h8,h9,h10,h11,h12, d1, d2, d3, d0,
z1, z2, z3, z4, z5, z6, z7, z8, z9, z10, z11, z12, L1, L2,
L3, L4, L5, L6, L7, L8

Menghitung Qact (m3/s)


1
Q=Q+100 liter Qact=Qrotameter x 3600 𝑥 100

Menghitung V1 (m/s) Menghitung V2 (m/s)


𝑄𝑎𝑐𝑡 𝑄𝑎𝑐𝑡
V1 = 𝜋 V2 = 𝜋
𝑑1 2 𝑑 2
4 4 2

Menghitung V0 (m/s)
Menghitung V4 (m/s) 𝑄𝑎𝑐𝑡
𝑄𝑎𝑐𝑡 V0 = 𝜋 2
𝑑
V4 = 𝜋 4 0
𝑑4 2
4

Menghitung Red2
Menghitung Red1 𝑉2 𝑑2
𝑉1 𝑑1 Red2 =
Red1 = 𝑣
B 𝑣

A C
B A C

Menghitung Red4 Menghitung Red0


𝑉4 𝑑4 𝑉0 𝑑0
Red4 = Red0 =
𝑣 𝑣

Menghitung hv1
Menghitung hv2
𝑉1 2
hv1 = 𝑉2 2
2𝑔 hv2 = 2𝑔
g=9,81 m/s2

Menghitung hv4
𝑉4 2
Menghitung β
hv4 = d
2𝑔 β= 𝑑 t
0

Menghitung Cdv
Menghitung hLS Qact √1−β4
𝑉3 2 −𝑉4 2 Cdv =
hLS = (h3-h4)+( ) 𝐴1 √2𝑔(ℎ1 −ℎ2
2𝑔

Menghitung Cdo
Qact √1−β4
Menghitung hLC Cdo =
𝐴1 √2𝑔(ℎ7 −ℎ8
𝑉5 2 −𝑉6 2
hLC = (h5-h6)+( )
2𝑔

Menghitung hLE C
hLE = (h9-h10)

A
B A C

Menghitung KLS
hLS
KLS = 𝑉2
𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔

Menghitung KLC
hLC
KLC = 𝑉2
( 𝑑𝑜𝑤𝑛𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 )
2𝑔

Menghitung KLE
hLE
KLE = 𝑉2
𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔

N Q
<1600

Qact, V1, V4, V2, V0, Red1, Red4, Red2,


Red0, hv1, hv4, hv2, hLS, hLC, hLE, kLS,
kLC, kLE, Cdv, Cdo

END
4.3 Contoh Perhitungan
Contoh perhitungan untuk mengukur headloss dan losses koefisien aliran
yang melintasi sistem perpipaan. Contoh data ke-3
1. Laju aliran aktual ( Qact , m3/s )
1
𝑄𝑎𝑐𝑡 = 𝑄𝑟𝑜𝑡𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑥
3600 𝑥 1000
400
=
3600 𝑥 1000

= 1.111 x 10-4 m3/s

2. Kecepatan aliran pada sistem perpipaan ( V, m/s )


a. Kecepatan aliran pada pipa dengan diameter d1
𝑄𝑎𝑐𝑡
𝑉1 = 𝜋
2
4 𝑥𝑑1
1.111 𝑥 10−4
= 𝜋
(0,026)2
4𝑥
= 0,21 𝑚/𝑠
b. Kecepatan aliran pada pipa dengan diameter d4
𝑄𝑎𝑐𝑡
𝑉4 = 𝜋
2
4 𝑥𝑑4
1.111 𝑥 10−4
= 𝜋
(0,05)2
4𝑥
= 0,0566 𝑚/𝑠
3. Bilangan Reynold aliran melalui sistem perpipaan ( Re )
a. Bilangan Reynold aliran berdasarkan V1
𝑉1 𝑑1 0,21 𝑥 0,026
Red1 = =
𝑣 8,96 𝑥 10−7

= 6093.75

b. Bilangan Reynold aliran berdasarkan V4


𝑉4 𝑑4 0,0566 𝑥 0,05
Red4 = =
𝑣 8,96 𝑥 10−7

= 3158.5
4. Head dinamik (velocity head) ,(hv, m)
a. Head kecepatan berdasarkan V1
𝑉2
1 (0,21 )2
hv1 = 2𝑔 = 2 𝑥 9,81

= 0,00223 m
b. Head kecepatan berdasarkan V4
𝑉2
4 (0,0566)2
Hv4 = 2𝑔 = 2 𝑥 9,81

= 0,000163 m
5. Kerugian head (headloss) aliran melalui fitting perpipaan ( hL minor , m )
a. Head loss aliran melalui sudden enlargement
𝑉32 −𝑉42
hLs = (h3-h4) + ( )
2𝑔

540−542 (0,21)2 −(0,0566)2


=( ) +( )
1000 2 𝑥 9,81

= 0,0207 m
b. Head loss aliran melalui sudden contraction
𝑉52 −𝑉62
hLc = (h5-h6) + ( )
2𝑔

550−528 (0,0566 )2 −(0,21)2


=( ) +( )
1000 2 𝑥 9,81

= 0,00293 m
c. Head loss aliran melalui elbow 90°
hLE = (h9-h10)
588−570
=( )
1000

= 0,003 m
6. Koefisien losses aliran melalui fitting perpipaan dengan kerugian head ( KL )
a. Coeff.of losses aliran melalui sudden enlargement
ℎ𝐿𝑠
KLs = 𝑉2 𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔

0,0207
= (0,21)2
( )
2 𝑥 9,81

= 0,927
b. Coeff.of losses aliran melalui sudden contraction
ℎ𝐿𝑐
KLc = 𝑉2 𝑑𝑜𝑤𝑛𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔

0,00634
= (0,576) 2
( )
2 𝑥 9,81

= 0,375
c. Coeff.of losses aliran melalui elbow 90°
ℎ𝐿𝐸
KLE= 𝑉2 𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔

0,00293
= (0,21)2
( )
2 𝑥 9,81

= 1.343

Contoh perhitungan untuk mengukur debit teoritis dan koefisien discharge aliran
melalui flowmeter pada sistem perpipaan. Contoh data ke-3

1. Laju aliran actual ( Qact , m3/s )


1
𝑄𝑎𝑐𝑡 = 𝑄𝑟𝑜𝑡𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑥
3600 𝑥 1000
400
=
3600 𝑥 1000

= 1.111 x 10-4 m3/s


2. Kecepatan aliran pada sitem perpipaan ( V, m/s )
a. Kecepatan aliran pada pipa dengan diameter d2
𝑄𝑎𝑐𝑡
𝑉2 = 𝜋
2
4 𝑥𝑑2
1.111 𝑥 10−4
= 𝜋
(0,016)2
4𝑥
= 0.553 𝑚/𝑠

b. Kecepatan aliran pada pipa dengan diameter d0


𝑄𝑎𝑐𝑡
𝑉0 = 𝜋
2
4 𝑥𝑑0
1.111 𝑥 10−4
= 𝜋
(0,0164)2
4𝑥
= 0.553 𝑚/𝑠

3. Bilangan Reynold aliran melalui sistem perpipaan ( Re )


a. Bilangan Reynold aliran berdasarkan V2
𝑉2 𝑑2 0.553 𝑥 0,016
Red2 = =
𝑣 8,96 𝑥 10−7

= 9873.243

b. Bilangan Reynold aliran berdasarkan V0


𝑉0 𝑑0 0.533 𝑥 0,016
Red0 = =
𝑣 8,96 𝑥 10−7

= 9873.243
Head dinamik (velocity head) , (hv, m)
𝑉2
2 (0.553)2
hv2 = 2𝑔 = = 0.0156 m
2 𝑥 9,81

4. Coefficient of discharge aliran melalui flowmeter, C.


a. Coeff. of discharge aliran melalui venturimeter
𝑄𝑎𝑐𝑡
𝐶𝑑𝑣 =
𝑄𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙

𝑄𝑎𝑐𝑡 √1 − 𝛽 4
𝐶𝑑𝑣 =
𝐴1 √2𝑔(ℎ1 − ℎ2 )

0,016
1.111 𝑥 10−4 √1 − (0,026)4
𝐶𝑑𝑣 =
5,306 𝑥 10−4 √2(9,81)(566 − 455)
𝐶𝑑𝑣 = 0,01

b. Coeff. of discharge aliran melalui orificemeter


𝑄𝑎𝑐𝑡
𝐶𝑑0 =
𝑄𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙

𝑄𝑎𝑐𝑡 √1 − 𝛽 4
𝐶𝑑0 =
𝐴1 √2𝑔(ℎ7 − ℎ8 )

0,016
1.111 𝑥 10−4 √1 − (0,026)4
𝐶𝑑0 =
5,306 𝑥 10−4 √2(9,81)(520 − 300)

𝐶𝑑0 = 0,008

4.4 Pembahasan Grafik


4.4.1 Grafik KLC vs Re-d1

Grafik kLc vs Red1


1.500

1.000

0.500
kLc

0.000
0.000 5000.000 10000.000 15000.000 20000.000 25000.000 30000.000

-0.500

-1.000

-1.500
Red1

Series1 Log. (Series1)

Gambar 4.1 Grafik KLC vs Re-d1


Dari grafik di atas, terlihat bahwa grafik nilai coefficient of losses (KLC )
melalui sudden contraction dengan Red1 membentuk grafik yang fluktuatif, yaitu
naik-turun secara berulang-ulang dengan trendline yang menaik. Grafik mulai
menaik di awal, dimana nilai KLC menaik dari -0,927 menjadi 1,311 dan kemudian
menurun kembali menjadi -0,068. Nilai kembali naik dan turun terus menerus
seiring dengan kenaikan nilai Red1. Adapum nilai maksimum KLC yang diperoleh
adalah 1,311 dengan nilai Red1 sebesar 6075,842. Sedangkan nilai minimum terjadi
pada saat grafik dimulai, yaitu dengan nilai KLC sebesar -0,927 dimana nilai Red1
sebesar 3037.921. Nilai KLC mulai konstan pada saat Red1 sebesar 21265,447.
Kenaikan dan penurunan nilai KLC terhadap Red1yang terjadi tidak terlalu
signifikan.

Secara teori, hubungan antara nilai KLc dengan Red1 pada fitting Sudden
Contraction adalah sebagai berikut :
Q=𝑣x𝐴
ℎ𝐿𝑐
𝐾𝐿𝑐 =
𝑣2 𝑑𝑜𝑤𝑛𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔
𝑣1 𝑑1
𝑅𝑒𝑑1 =
𝜈
Berdasarkan persamaan di atas, terlihat bahwa semakin besar debit aliran
fluida maka kecepatan aliran semakin besar. Namun pada persamaan coefficient of
losses, KLC yang melalui sudden contraction berbanding terbalik dengan nilai
kuadrad kecepatannya sehingga nilai KLC akan semakin kecil ketika Re semakin
besar, dikarenakan nilai kecepatan aliran yang semakin besar. Sehingga trendline
grafik yang terbentuk seharusnya menurun. Namun saat fluida tepat memasuki
sudden contraction dimana luas penampang menjadi lebih kecil menyebabkan
tekanan pada penampang besar akan lebih besar daripada penampang kecil karena
kecepatan pada penampang kecil lebih besar sehingga aliran fluida akan terus
berjalan tanpa adanya backflow, sehingga vortex yang dihasilkan sedikit.
Akibatnya head loss yang semakin kecil dan menyebabkan KLC semakin kecil.
Seiring berjalannya waktu, debit aliran yang semakin tinggi akan menghasilkan
terbentuknya vortex yang lebih besar. Akibatknya headloss semakin besar sehingga
nilai dari KCL akan mengalami kenaikan.
Berdasarkan data percobaan, trend line grafik yang didapat cenderung
menurun, namun hasilnya tidak konstan. Banyak terjadi kenaikan dan penurunan
nilai. Bahkan nilai terendah tidak terjadi pada pengambilan data terakhir. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa hasil percobaan ini tidak benar-benar sesuai
dengan teori yang ada. Ketidakkonstanan yang terjadi pada grafik kemungkinan
disebabkan karena faktor kesalahan dalam pengukura dan juga kondisi alat uji yang
sudah tergolong tua sehingga ada hal-hal yang menyebabkan ketidak presisian.

4.4.2 Grafik KLS vs Re-d1

Grafik kLS vs Red1


1.500
1.000
0.500
0.000
-0.5000.000 5000.000 10000.000 15000.000 20000.000 25000.000 30000.000
kLS

-1.000
-1.500
-2.000
-2.500
-3.000
Red1

kLS Log. (kLS)

Gambar 4.2 Grafik KLS vs Re-d1


Dari grafik di atas, terlihat bahwa grafik nilai coefficient of losses (KLC )
melalui sudden enlargement dengan Red1 membentuk trendline yang menaik.
Grafik mulai mengalami kenaikan di awal, dimana nilai KLC menaik dari -2,653
menjadi 0,131 dan kemudian menaik lagi menjadi 0,927. Nilai KLC relatif konstan
dari Red1 sama dengan 6075,842 hingga 16708,566 dan kemudian mengalami
penurunan nilai KLC yang cukup signifikan, yaitu dari 0,809 menjadi -2,156. Nilai
tersebut menaik kembali menjadi 0,715 dan kembali kepada trendline yang relatif
konstan. Adapum nilai maksimum KLC yang diperoleh adalah 0,927 dengan nilai
Red1 sebesar 6075,842. Sedangkan nilai minimum terjadi ketika nilai KLC sebesar -
2,653 dimana nilai Red1 sebesar 3037,921. Kenaikan dan penurunan nilai KLC
terhadap Red1 yang terjadi tidak terlalu signifikan.
Secara teori, hubungan antara nilai KLc dengan Red1 pada fitting Sudden
Contraction adalah sebagai berikut :
Q=𝑣x𝐴
ℎ𝐿𝑠
𝐾𝐿𝑠 =
𝑣2 𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔
𝑣1 𝑑1
𝑅𝑒𝑑1 =
𝜈
Berdasarkan persamaan debit aliran, dapat terlihat bahwa semakin besar debit aliran
fluida maka kecepatannya semakin besar pula. Namun pada persamaan coefficient
of losses aliran melalui sudden enlargement, nilainya berbanding terbalik dengan
kecepatan sehingga nilai KLS semakin kecil seiring nilai Re yang semakin besar
sehingga trendline grafik yang terbentuk menurun. Namun saat fluida tepat
memasuki daerah sudden enlargement dimana terjadi perbesaran luas penampang,
kecepatan aliran akan turun dan tekanannya meningkat. Pada daerah ini fluida yang
mengalir akan melawan adverse pressure gradient, dimana akan menyebabkan
terjadinya back flow. Untuk debit yang rendah menghasilkan kecepatan rendah,
aliran laminer dan headloss yang terjadi kecil. Namun seiring semakin besarnya
nilai debit aliran, kecepatan akan semakin cepat, pola aliran menjadi turbulen
karena adanya vortex sehingga headloss semakin besar. Semakin besarnya headloss
inilah yang mengakibatkan grafik menjadi naik kembali setelah mengalami
penurunan.
Berdasarkan data percobaan, trend line grafik yang didapat cenderung
menurun, namun hasilnya tidak konstan. Banyak terjadi kenaikan dan penurunan
nilai. Terdapat kejanggalan pada ketiga dimana terdapat kenaikan nilai hingga sama
dengan nilai data pertama dan nilai terendah tidak terjadi pada pengambilan data
terakhir. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil percobaan ini tidak benar-
benar sesuai dengan teori yang ada. Ketidakkonstanan yang terjadi pada grafik
kemungkinan disebabkan karena faktor kesalahan dalam pengukura dan juga
kondisi alat uji yang sudah tergolong tua sehingga ada hal-hal yang menyebabkan
ketidak presisian.
4.4.3 Grafik KLE vs Re-d1

Grafik kLE vs Red1


4.000
3.500
3.000
2.500
2.000
1.500
kLE

1.000
0.500
0.000
-0.5000.000 5000.000 10000.000 15000.000 20000.000 25000.000 30000.000
-1.000
-1.500
Red1

Series1 Log. (Series1)

Gambar 4.3 Grafik KLE vs Re-d1


Berdasarkan gambar 4.3 terlihat bahwa trendline grafik nilai coefficient of
losses aliran melalui elbow 90o dengan fungsi Red1 cenderung mengalami
penurunan. Dengan nilai KLE sebesar 3.580 pada titik awal yaitu pada Red1
3037.921. Nilai KLE terbesar yaitu 3.580 saat Red1 3037.921. Penurunan terus
terjadi hingga pada titik terakhir nilai KLE sebesar 0.979 saat Red1 24303.368.

Secara teori, hubungan antara nilai KLE dengan Red1 sebagai berikut :
ℎ𝐿𝐸
𝐾𝐿𝑠 =
𝑣2 𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔
𝑣1 𝑑1
𝑅𝑒𝑑1 =
𝜈
Berdasarkan persamaan debit aliran, dapat terlihat bahwa semakin besar debit aliran
fluida maka kecepatannya semakin besar pula. Namun pada persamaan coefficient
of losses aliran melalui elbow 90o, nilainya berbanding terbalik dengan kecepatan
sehingga nilai KLE semakin kecil seiring nilai Re yang semakin besar sehingga
trendline grafik yang terbentuk menurun.
Berdasarkan data percobaan, trend line grafik yang didapat cenderung
menurun, namun hasilnya tidak konstan. Banyak terjadi kenaikan dan penurunan
nilai yang cukup besar. Nilai terendah tidak terjadi pada pengambilan data terakhir.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil percobaan ini tidak benar-benar
sesuai dengan teori yang ada. Ketidakkonstanan yang terjadi pada grafik
kemungkinan disebabkan karena faktor kesalahan dalam pengukura dan juga
kondisi alat uji yang sudah tergolong tua sehingga ada hal-hal yang menyebabkan
ketidak presisian.

4.4.4 Grafik KL vs Re-d1


4.000
Grafik kL vs Red1
3.000

2.000

1.000
kL

0.000
0.000 5000.000 10000.000 15000.000 20000.000 25000.000 30000.000
-1.000

-2.000

-3.000
Red1

kLS kLC kLE Log. (kLS) Log. (kLC) Log. (kLE)

Gambar 4.4 Grafik KL vs Re-d1


Gambar 4.4 merupakan grafik perbandingan dari besar coefficient of losses
aliran melalui sudden contraction, coefficient of losses aliran melalui sudden
enlargement dan coefficient of losses aliran melalui elbow 90o dengan fungsi Red1.
Pada KLC grafik memiliki trendline menaik dengan nilai maksimum -0,927 pada
Red1 3037,921. Pada KLS grafik memiliki trendline menaik dengan nilai maksimum
-2,653 pada Red1 3037,921. Pada KLE grafik memiliki trendline menurun dengan
nilai maksimum 3,580.
Berdasarkan teori, urutan besar coefficient of losses dari yang terbesar
adalah KLE, KLS hingga KLC. Coefficient of losses aliran melalui elbow 90o memiliki
nilai yang paling besar dikarenakan aliran yang mengalir mengalami perubahan
arah aliran dari vertikal menuju horizontal, dan juga aliran harus melawan gaya
gravitasi yang menyebabkan headloss yang dihasilkan sangat besar. Coefficient of
losses aliran melalui sudden enlargement memiliki nilai terbesar pertama, hal ini
dikarenakan aliran akan melawan adverse pressure gradient (APG) akibat
perubahan luasan peampang yang semakin besar. Coefficient of losses aliran
melalui sudden contraction memiliki nilai headloss yang terendah, hal ini
dikarenakan aliran hanya akan melawan perubahan luas penampang dari besar ke
kecil sehingga headloss yang dihasikan lebih kecil.

Pada grafik diatas, pada awal percobaan nilai Kls paling besar diikuti oleh
Klc dan Kle. Artinya nilai head loss terbesar terjadi pada kasus sudden enlargement
dan terkecil pada elbow. Hal ini tidak seusai dengan dasar terori. Namun setelah
data ke-4, nilai Kle paling besar diikuti Kls dan Klc. Artinya nilai head loss terbesar
terjadi pada kasus elbow dan terkecil pada kasus sudden contraction. Hal ini sesuai
dengan teori. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil percobaan tersebut hampir sama
dengan teori dengan sedikit error di awal.
4.4.5 Grafik Cdv vs Re-d2

Grafik Cdv vs Red2

0.020

0.015
Cdv

0.010

0.005

0.000
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000
Red

Cdv Log. (Cdv)

Gambar 4.5 Grafik Cdv vs Re-d2


Gambar 4.5 merupakan grafik Cdv terhadap fungsi Red2 dimana trendline
yang dihasilkan menaik. Nilai Cdv terbesar yaitu 0,012 saat Red2 sebesar 7404,933
dan nilai terkecil sebesar 0,008 saat Red2 sebesar 4936,622. Dari grafik juga terlihat
bahkan kenaikan yang terjadi tidak signifikan, bahkan grafik relatif konstan ketika
nilai Red2 sebesar 25000.

Sesuai dengan teori, besar Cdv adalah sebagai berikut.

𝑄𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑄𝑎𝑐𝑡√1 − 𝛽 4 𝜌𝑉𝑑


Cdv = = ; 𝑅𝑒 =
𝑄𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝐴1√2𝑔(ℎ1 − ℎ2) 𝜇

Nilai Cdv berbanding lurus dengan nilai Q aktual, sehingga semakin besar nilai Q
aktual maka nilai Cdv juga semakin besar. Ketika debit aliran rendah, vortex yang
timbul kecil sehingga headloss yang dihasilkan sedikit, seiring bertambah tingginya
debit aliran, semakin besar pula vortex yang dihasilkan sehingga headloss-nya akan
semakin besar.
Jika grafik hasil percobaan dihubungkan dengan teori, maka hasil percobaan
tersebut tidak seusai dengan teori karena seharusnya trend line grafik adalah naik
sedangkan trend line pada grafik cenderung datar. Hanya terdapat sebuah kenaikan
yang signifikan pada data ke-12. Hal ini kemungkinan disebabkan karena peralatan
yang digunakan sudah relative tua sehingga ada debit aliran yang tidak sesuai
dengan pembacaan. Dengan demikian dapar dikatakan hasil percobaan tidak sesuai
dengan teori.
4.4.6 Grafik Cdovs Re-d0

Grafik Cd0 vs Red0


0.012

0.010

0.008
Cd0

0.006

0.004

0.002

0.000
0.000 5000.000 10000.000 15000.000 20000.000 25000.000 30000.000 35000.000 40000.000 45000.000
Red0

Cd0 Log. (Cd0)

Gambar 4.6 Grafik Cdo vs Re-d0


Gambar 4.6 dapat merupakan grafik Cd0 terhadap Red0 dimana trenline
turun dan suatu saat akan relatif konstan. Di awal, nilai CdV menaik dari 0,008
menjadi 0,010 dan kemudian turun kembali menjadi 0,008. Setelah itu, perubahan
nilai CdV sangat kecil sehingga grafik relatif konstan. Nilai Cdv maksimum terjadi
pada Red0 sebesar 7404,933 dengan nilai 0,010. Sedangkan nilai Cdv minimum
terjadi pada Red0 sebesar 493,622 dengan nilai 0,008. Tetapi dapat dilihat bahwa
penurunan yang terjadi tidak signifikan.
Sesuai dengan teori, besar Cdo adalah sebagai berikut.
𝑄𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑄𝑎𝑐𝑡√1−𝛽4 𝜌𝑉𝑑
Cd0 = 𝑄𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 = ; 𝑅𝑒 =
𝐴1√2𝑔(ℎ7−ℎ8) 𝜇

Sesuai teori, semakin besar nilai Re maka nilai kecepatan akan semakin besar pula.
Ketika nilai V semakin besar maka Q actual akan semakin besar. Karena nilai Cdo
berbanding lurus dengan Q actual menyebabkan nilai Cdo akan semakin naik.
Setelah dilakukannya percobaan, didapatkan bahwa grafik tidak sesuai
dengan teori yang mana trendline grafiknya mengalami penurunan. Seharusnya
grafik Cdv semakin meningkat seiring naiknya Re yang disebabkan oleh debit aliran
yang meningkat. Hal ini dikarenakan nilai Cdv berbanding lurus dengan debit aliran.
Ketidaksesuaian dengan teori ini antara lain disebabkan oleh fluida pada manometer
yang kurang stabil, terdapat gelembung udara pada manometer serta alat yang tidak
bekerja dengan baik sehingga didapatkan data yang kurang akurat ataupun
pengambilan data oleh praktikan yang kurang teliti.

4.4.7 Grafik Cd vs Re

Grafik Cd vs Red
0.014

0.012

0.010

0.008
Cd

0.006

0.004

0.002

0.000
0.000 5000.000 10000.00015000.00020000.00025000.00030000.00035000.00040000.00045000.000

Cdv Cd0 Cdv Re


Cd0
d Log. (Cdv) Log. (Cd0)

Gambar 4.7 Grafik Cd vs Re


Gambar 4.7 menunjukkan perbandingan grafik besar Cdv dan besar Cd0.
Dari grafik terlihat bahwa trendline grafik Cdv mengalami peningkatan
sedangkan trendline grafik Cd0 mengalami penurunan dimana secara keseluruhan
Cdv lebih besar dibanding Cdo.

Berdasarkan teori, Nilai Cdv lebih tinggi dibandingkan nilai Cdo. Hal ini
disebabkan oleh penghalang penampang pada orifice lebih mendadak dan tidak
landai seperti pada venturi. Sehingga menyebabkan vortex yang timbul pada orifice
lebih banyak daripada venturi. Semakin banyak vortex yang timbul maka semakin
besar pressure drop nya. Jika orriface pressure drop nya lebih tinggi, maka faktor
pembagi dari pressure drop orriface akan menyebabkan coeffisien discharge akan
lebih kecil dibanding Cdv. Hal ini juga menunjukkan bahwa ketelitian dari venturi
lebih besar daripada ketelitian orifice karena selisih head loss nya lebih besar.
Pada gambar diatas, dapat terlihat bahwa nilai Cdv lebih besar daripada
Cd0. Dalam hal ini maka hasil percobaan sesuai dengan teori. Namun secara trend
line dan fluktuasi yang ada hasilnya kurang sesuai dengan teori.
BAB V

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pada aliran dalam pipa pasti terjadi gesekan yang menyebabkan hilangnya
energi dalam aliran. Hal ini disebut head loss yang terbagi menjadi major
head loss yang disebabkan gesekan sepanjang sistem perpipaan dan minor
head loss yang disebabkan vortex yang terbentuk saat aliran melewati fitting
dalam perpipaan yaitu elbow, sudden enlargement, dan sudden contraction.
Dalam perhitungan teori, menentukan nilai head loss dipermudah nilai
losses coefficient (KL). Setelah melakukan praktikum ini, diketahui head
loss dan losses coefficient dapat diamati dengan Comparative Flow
Measurement Apparatus dimana alat ukur aliran fluida akan mengukur
tekanan total pada titik-titik sepanjang aliran dan perbedaan tekanan tersebut
adalah head loss. Berdasarkan data hasil praktikum, ditarik sebuah
kesimpulan bahwa head loss dan losses coefficient terbesar terjadi pada
fitting elbow, kemudian sudden enlargement, dan terkecil pada sudden
contraction.
2. Koefisien discharge adalah perbandingan debit aktual dengan debit teoritis,
dimana debit teoritis sendiri merupakan fungsi head loss. Maka, koefisien
discharge dan debit teoritis dapat diamati pada flowmeter dengan melihat
head loss-nya. Perubahan laju aliran akan mempengaruhi debit teoritis
karena kecepatannya yang berupa head loss akan terpengaruh. Semakin
besar laju alirannya, semakin besar debit aktual dan teoritisnya dan begitu
juga sebaliknya. Tapi perubahan laju aliran memiliki 2 perubahan yang
berlawanan untuk koefisien discharge. Untuk koefisien discharge venturi
(Cdv) nilainya semakin besar seiring menambahnya laju aliran karena
kenaikan Qteori jauh lebih lambat daripada Qact dikarenakan head loss (h1-
h2) pada pengecilan penampang terjadi secara halus. Sedangkan untuk
koefisien discharge orifice (Cdo) sebaliknya, nilainya semakin kecil seiring
bertambahnya laju aliran karena aliran seakan menabrak dinding orifice dan
head loss-nya lebih besar sehingga kenaikan Q_theoritical bernilai lebih
besar dari Q_actual. Oleh karena itu, Cdv memiliki nilai lebih besar dari
Cdo.

Anda mungkin juga menyukai