Asisten Pembimbing :
Bacharuddin Yusuf Wahyudi
NRP. 0211170000066
ABSTRAK
Pada percobaan ini kita akan mengukur headloss dengan pengaturan laju
aliran pada sistem perpipaan, membuang udara di dalam manometer dan sistem
perpipaan, dan supply tekanan pneumatik. Langkah kedua adalah pengukuran head
statik yang ditunjukkan pada manometer (h1-h12) dengan laju aliran yang
ditunjukkan pada rotameter (Q) dengan variasi dari 200-1600 liter/jam.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah:
1. Untuk mengamati head loss dan losses coefficient aliran yang melalui
suatu fitting perpipaan
2. Untuk mengamati debit teoritis dan koefisien discharge aliran melalui
flowmeter pada sistem peripaan dengan hubungannya terhadap perubahan
laju aliran
V2
di mana e = u + + gz
2
dengan asumsi :
1. 𝑊̇𝑠ℎ𝑎𝑓𝑡 , 𝑊̇𝑠ℎ𝑒𝑎𝑟 , 𝑊̇𝑜𝑡ℎ𝑒𝑟 = 0
2. Steady flow
3. Incompressible flow
4. Internal energi dan tekanan uniform pada section 1 dan 2 (uniform internal
energy and pressure at each section)
Maka persamaan menjadi:
𝑝 𝑉 ⃗2 ⃗2
⃗ . 𝑑𝐴 + ∫ (𝑢 + 𝑝 + 𝑉 + 𝑔𝑧) 𝜌𝑉
𝑄̇ = ∫𝐶𝑆 (𝑢 + + + 𝑔𝑧) 𝜌𝑉 ⃗ . 𝑑𝐴 . (2.2)
𝜌
1 2 𝐶𝑆 𝜌 2 2
𝑝 𝑉 ⃗2 ⃗2
⃗ . 𝑑𝐴 + ∫ (𝑢2 + 𝑝2 + 𝑉2 +
𝑄̇ = − ∫𝐴 (𝑢1 + 𝜌1 + 21 + 𝑔𝑧1 ) 𝜌𝑉
1 𝐴 𝜌 2 2
⃗ . 𝑑𝐴 ............................................................................................... (2.3)
𝑔𝑧2 ) 𝜌𝑉
̅̅̅̅
𝑉2
∫𝐴2 𝜌𝑉̅ 𝑑𝐴̅ ................................................................................................ (2.7)
2
.......................................................................................................... (2.9)
Atau :
𝑃 ̅̅̅̅
𝑉12 𝑃 ̅̅̅̅
𝑉12 𝜕𝑄
{ 𝜌1 + 𝛼1 + 𝑔𝑧1 } = { 𝜌1 + 𝛼1 + 𝑔𝑧1 } + {𝑢1 − 𝑢2 − 𝑑𝑚} .. (2.10)
2 2
Dimana :
{(𝑢1 − 𝑢2 )} : perubahan energi dalam akibat gesekan, dengan
satuan kJ/kg
𝜕𝑄
{− } : perpindahan panas persatuan massa, dengan satuan
𝑑𝑚
kJ/kg
𝜕𝑄
{(𝑢1 − 𝑢2 − )} : losses energi dari section 1-2, dengan satuan kJ/kg
𝑑𝑚
atau
𝑃 ̅̅̅̅
𝑉2 𝑃 ̅̅̅̅
𝑉2
{ 𝛾1 + 𝛼1 2𝑔
1
+ 𝑧1 } = { 𝛾1 + 𝛼1 2𝑔
1
+ 𝑧1 } + Σ ℎ𝐿1−2 , dengan satuan meter.
Gambar 2.1 Venturimeter
Pada praktikum ini menggunakan manometer air, maka satuan head statik yang
terukur adalah milimeter kolom air.
Keterangan :
V = kecepatan fluida (m/s).
𝜌 = massa jenis fluida (kg/m3).
D = diameter pipa (m).
𝜇 = viskositas fluida (kg/m.s) atau (N.s/𝑚2 )
Jika: Re < 2300 maka aliran termasuk aliran Laminar
Re = 2300 maka aliran termasuk aliran Transisi
Re > 2300 maka aliran termasuk aliran Turbulen
Kecepatan fluida (V) pada Reynold number dapat diketahui dengan rumus :
m = 𝜌 x V x A ............................ (2.12)
Keterangan :
m = laju aliran massa fluida (kg/s).
𝜌 = massa jenis fluida (kg/m3)
𝑉 = kecepatan fluida (m/s)
A = luas penampang (m2)
𝑓𝑉 2 𝐿
ℎ𝑓 = ................................. (2.13)
2𝑔 𝐷
Untuk menghitung koefisien gesek (f) pada aliran laminer yaitu dengan:
64
𝑓 = 𝑅𝑒 ....................................... (2.14)
Dan untuk menghitung koefisien gesek (f) pada aliran turbulen yaitu dengan:
............. (2.15)
b. Minor Headloss
Minor Headloss adalah kerugian energi akibat perubahan penampang
pipa, entrance, fitting dan accesories kehidupan lainnya. Minor Headloss
terjadi pada sambungan, katup, daerah dengan perbedaan luasan, atau
perbedaan sudut. Minor Headloss merupakan headloss lokal sehingga tidak
terjadi sepanjang pipa. Pada aliran yang melewati daerah dengan perubahan
luasan akan terbentuk daerah vena contracta. Vena contracta adalah
pengecilan diameter aliran sehingga menyebabkan penurunan tekanan, namun
kenaikan kecepatan.
Keterangan:
HLc = rugi gesekan (ft-lbf/lb atau N-m/gr)
KLc = faktor kesebandingan atau koefisien rugi kontraksi (contraction –
loss coefficient)
Keterangan Gambar:
D A. Venturimeter
D D
B. Sudden
Enlargement
C. Sudden
Contraction
D. Orifice
E. 90º Elbow Pipe
A B C D E
D
3.3 Langkah Percobaan
Langkah-langkah dalam percobaan Comparative Flow Meassurement
Apparatus ini adalah sebagai berikut:
1. Pada tahap persiapan:
✓ Penyambungan pipa supply dan buangan sistem perpipaan. Pastikan
semua katup vent udara (13A-15A), katup manometer (1M-12M), dan
saluran buang (1D-9D) telah tertutup. Pipa air supply dihubungkan
dengan masukan aliran air (W-1) dan pipa buang dihubungkan dengan
keluaran air (W-2).
✓ Pengaturan laju aliran pada sistem perpipaan.
Laju aliran melalui katup bypass discharge, pompa sirkulasi dan katup
outlet aliran.
✓ Membuang udara di dalam manometer dan sistem perpipaan.
Katup vent udara (13A-15A), katup manometer (1M-12M) dan katup
stop (5V-2) digunakan untuk membuang udara di dalam manoeer dan
sistem perpipaan.
✓ Supply tekanan pneumatik.
Tekanan udara pada pipa manifold atas dikontrol dengan pneumatic
regulator
2. Mengukur head static (h1 s.d h12) yang berhubungan dengan head loss
untuk variasi laju aliran pada manometer dalam satuan mmka.
3. Mengambil jumlah perubahan laju aliran menggunakan perbedaan debit
dari 200 liter/hour hingga 1600 liter/hour.
4. Mengukur laju aliran pada rotameter yang sudah dikalibrasi.
5. Mencatat tekanan udara didalam pipa manifold atas yang menunjukan
tekanan gage.
6. Kemudian mengukur temperatur air.
7. Pengukuran pada praktikum:
a) Menunjukan laju aliran aktual yang pada rotameter [Q]
b) Tekanan udara regulator dalam pipa manifold atas (common top
manifold) [pR]
c) Head static pada manometer menunjukan
a. Head static inlet [h1] dan head static leher [h2] pada venturimeter
b. Head static inlet [h3] dan head static outlet [h4] pada sudden
enlargement
c. Head static inlet [h5] dan head static outlet [h6] pada sudden
contraction
d. Head static inlet [h7] dan head static outlet [h8] pada orificemeter
e. Head static inlet [h9] dan head static outlet [h10] pada elbow 90
f. Head static inlet [h11] dan head static outlet [h12] pada rotameter
d) Temperatur air masuk system perpipaan [T]
3.4 Flowchart
START
Persiapan:
1. Penyambungan pipa supply dan buang
sistem perpipaan
2. Pengaturan laju aliran pada sistem
perpipaan
3. Membuang udara di dalam manometer
dan sistem perpipaan
4. Supply tekanan pneumatik
A
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN GRAFIK
4.1 Data Percobaan
(terlampir)
4.2 Flowchart Perhitungan
START
Q=200 liter/jam,
h1,h2,h3,h4,h5,h6,h7,h8,h9,h10,h11,h12, d1, d2, d3, d0,
z1, z2, z3, z4, z5, z6, z7, z8, z9, z10, z11, z12, L1, L2,
L3, L4, L5, L6, L7, L8
Menghitung V0 (m/s)
Menghitung V4 (m/s) 𝑄𝑎𝑐𝑡
𝑄𝑎𝑐𝑡 V0 = 𝜋 2
𝑑
V4 = 𝜋 4 0
𝑑4 2
4
Menghitung Red2
Menghitung Red1 𝑉2 𝑑2
𝑉1 𝑑1 Red2 =
Red1 = 𝑣
B 𝑣
A C
B A C
Menghitung hv1
Menghitung hv2
𝑉1 2
hv1 = 𝑉2 2
2𝑔 hv2 = 2𝑔
g=9,81 m/s2
Menghitung hv4
𝑉4 2
Menghitung β
hv4 = d
2𝑔 β= 𝑑 t
0
Menghitung Cdv
Menghitung hLS Qact √1−β4
𝑉3 2 −𝑉4 2 Cdv =
hLS = (h3-h4)+( ) 𝐴1 √2𝑔(ℎ1 −ℎ2
2𝑔
Menghitung Cdo
Qact √1−β4
Menghitung hLC Cdo =
𝐴1 √2𝑔(ℎ7 −ℎ8
𝑉5 2 −𝑉6 2
hLC = (h5-h6)+( )
2𝑔
Menghitung hLE C
hLE = (h9-h10)
A
B A C
Menghitung KLS
hLS
KLS = 𝑉2
𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔
Menghitung KLC
hLC
KLC = 𝑉2
( 𝑑𝑜𝑤𝑛𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 )
2𝑔
Menghitung KLE
hLE
KLE = 𝑉2
𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔
N Q
<1600
END
4.3 Contoh Perhitungan
Contoh perhitungan untuk mengukur headloss dan losses koefisien aliran
yang melintasi sistem perpipaan. Contoh data ke-3
1. Laju aliran aktual ( Qact , m3/s )
1
𝑄𝑎𝑐𝑡 = 𝑄𝑟𝑜𝑡𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑥
3600 𝑥 1000
400
=
3600 𝑥 1000
= 6093.75
= 3158.5
4. Head dinamik (velocity head) ,(hv, m)
a. Head kecepatan berdasarkan V1
𝑉2
1 (0,21 )2
hv1 = 2𝑔 = 2 𝑥 9,81
= 0,00223 m
b. Head kecepatan berdasarkan V4
𝑉2
4 (0,0566)2
Hv4 = 2𝑔 = 2 𝑥 9,81
= 0,000163 m
5. Kerugian head (headloss) aliran melalui fitting perpipaan ( hL minor , m )
a. Head loss aliran melalui sudden enlargement
𝑉32 −𝑉42
hLs = (h3-h4) + ( )
2𝑔
= 0,0207 m
b. Head loss aliran melalui sudden contraction
𝑉52 −𝑉62
hLc = (h5-h6) + ( )
2𝑔
= 0,00293 m
c. Head loss aliran melalui elbow 90°
hLE = (h9-h10)
588−570
=( )
1000
= 0,003 m
6. Koefisien losses aliran melalui fitting perpipaan dengan kerugian head ( KL )
a. Coeff.of losses aliran melalui sudden enlargement
ℎ𝐿𝑠
KLs = 𝑉2 𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔
0,0207
= (0,21)2
( )
2 𝑥 9,81
= 0,927
b. Coeff.of losses aliran melalui sudden contraction
ℎ𝐿𝑐
KLc = 𝑉2 𝑑𝑜𝑤𝑛𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔
0,00634
= (0,576) 2
( )
2 𝑥 9,81
= 0,375
c. Coeff.of losses aliran melalui elbow 90°
ℎ𝐿𝐸
KLE= 𝑉2 𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔
0,00293
= (0,21)2
( )
2 𝑥 9,81
= 1.343
Contoh perhitungan untuk mengukur debit teoritis dan koefisien discharge aliran
melalui flowmeter pada sistem perpipaan. Contoh data ke-3
= 9873.243
= 9873.243
Head dinamik (velocity head) , (hv, m)
𝑉2
2 (0.553)2
hv2 = 2𝑔 = = 0.0156 m
2 𝑥 9,81
𝑄𝑎𝑐𝑡 √1 − 𝛽 4
𝐶𝑑𝑣 =
𝐴1 √2𝑔(ℎ1 − ℎ2 )
0,016
1.111 𝑥 10−4 √1 − (0,026)4
𝐶𝑑𝑣 =
5,306 𝑥 10−4 √2(9,81)(566 − 455)
𝐶𝑑𝑣 = 0,01
𝑄𝑎𝑐𝑡 √1 − 𝛽 4
𝐶𝑑0 =
𝐴1 √2𝑔(ℎ7 − ℎ8 )
0,016
1.111 𝑥 10−4 √1 − (0,026)4
𝐶𝑑0 =
5,306 𝑥 10−4 √2(9,81)(520 − 300)
𝐶𝑑0 = 0,008
1.000
0.500
kLc
0.000
0.000 5000.000 10000.000 15000.000 20000.000 25000.000 30000.000
-0.500
-1.000
-1.500
Red1
Secara teori, hubungan antara nilai KLc dengan Red1 pada fitting Sudden
Contraction adalah sebagai berikut :
Q=𝑣x𝐴
ℎ𝐿𝑐
𝐾𝐿𝑐 =
𝑣2 𝑑𝑜𝑤𝑛𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔
𝑣1 𝑑1
𝑅𝑒𝑑1 =
𝜈
Berdasarkan persamaan di atas, terlihat bahwa semakin besar debit aliran
fluida maka kecepatan aliran semakin besar. Namun pada persamaan coefficient of
losses, KLC yang melalui sudden contraction berbanding terbalik dengan nilai
kuadrad kecepatannya sehingga nilai KLC akan semakin kecil ketika Re semakin
besar, dikarenakan nilai kecepatan aliran yang semakin besar. Sehingga trendline
grafik yang terbentuk seharusnya menurun. Namun saat fluida tepat memasuki
sudden contraction dimana luas penampang menjadi lebih kecil menyebabkan
tekanan pada penampang besar akan lebih besar daripada penampang kecil karena
kecepatan pada penampang kecil lebih besar sehingga aliran fluida akan terus
berjalan tanpa adanya backflow, sehingga vortex yang dihasilkan sedikit.
Akibatnya head loss yang semakin kecil dan menyebabkan KLC semakin kecil.
Seiring berjalannya waktu, debit aliran yang semakin tinggi akan menghasilkan
terbentuknya vortex yang lebih besar. Akibatknya headloss semakin besar sehingga
nilai dari KCL akan mengalami kenaikan.
Berdasarkan data percobaan, trend line grafik yang didapat cenderung
menurun, namun hasilnya tidak konstan. Banyak terjadi kenaikan dan penurunan
nilai. Bahkan nilai terendah tidak terjadi pada pengambilan data terakhir. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa hasil percobaan ini tidak benar-benar sesuai
dengan teori yang ada. Ketidakkonstanan yang terjadi pada grafik kemungkinan
disebabkan karena faktor kesalahan dalam pengukura dan juga kondisi alat uji yang
sudah tergolong tua sehingga ada hal-hal yang menyebabkan ketidak presisian.
-1.000
-1.500
-2.000
-2.500
-3.000
Red1
1.000
0.500
0.000
-0.5000.000 5000.000 10000.000 15000.000 20000.000 25000.000 30000.000
-1.000
-1.500
Red1
Secara teori, hubungan antara nilai KLE dengan Red1 sebagai berikut :
ℎ𝐿𝐸
𝐾𝐿𝑠 =
𝑣2 𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚
( )
2𝑔
𝑣1 𝑑1
𝑅𝑒𝑑1 =
𝜈
Berdasarkan persamaan debit aliran, dapat terlihat bahwa semakin besar debit aliran
fluida maka kecepatannya semakin besar pula. Namun pada persamaan coefficient
of losses aliran melalui elbow 90o, nilainya berbanding terbalik dengan kecepatan
sehingga nilai KLE semakin kecil seiring nilai Re yang semakin besar sehingga
trendline grafik yang terbentuk menurun.
Berdasarkan data percobaan, trend line grafik yang didapat cenderung
menurun, namun hasilnya tidak konstan. Banyak terjadi kenaikan dan penurunan
nilai yang cukup besar. Nilai terendah tidak terjadi pada pengambilan data terakhir.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil percobaan ini tidak benar-benar
sesuai dengan teori yang ada. Ketidakkonstanan yang terjadi pada grafik
kemungkinan disebabkan karena faktor kesalahan dalam pengukura dan juga
kondisi alat uji yang sudah tergolong tua sehingga ada hal-hal yang menyebabkan
ketidak presisian.
2.000
1.000
kL
0.000
0.000 5000.000 10000.000 15000.000 20000.000 25000.000 30000.000
-1.000
-2.000
-3.000
Red1
Pada grafik diatas, pada awal percobaan nilai Kls paling besar diikuti oleh
Klc dan Kle. Artinya nilai head loss terbesar terjadi pada kasus sudden enlargement
dan terkecil pada elbow. Hal ini tidak seusai dengan dasar terori. Namun setelah
data ke-4, nilai Kle paling besar diikuti Kls dan Klc. Artinya nilai head loss terbesar
terjadi pada kasus elbow dan terkecil pada kasus sudden contraction. Hal ini sesuai
dengan teori. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil percobaan tersebut hampir sama
dengan teori dengan sedikit error di awal.
4.4.5 Grafik Cdv vs Re-d2
0.020
0.015
Cdv
0.010
0.005
0.000
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000
Red
Nilai Cdv berbanding lurus dengan nilai Q aktual, sehingga semakin besar nilai Q
aktual maka nilai Cdv juga semakin besar. Ketika debit aliran rendah, vortex yang
timbul kecil sehingga headloss yang dihasilkan sedikit, seiring bertambah tingginya
debit aliran, semakin besar pula vortex yang dihasilkan sehingga headloss-nya akan
semakin besar.
Jika grafik hasil percobaan dihubungkan dengan teori, maka hasil percobaan
tersebut tidak seusai dengan teori karena seharusnya trend line grafik adalah naik
sedangkan trend line pada grafik cenderung datar. Hanya terdapat sebuah kenaikan
yang signifikan pada data ke-12. Hal ini kemungkinan disebabkan karena peralatan
yang digunakan sudah relative tua sehingga ada debit aliran yang tidak sesuai
dengan pembacaan. Dengan demikian dapar dikatakan hasil percobaan tidak sesuai
dengan teori.
4.4.6 Grafik Cdovs Re-d0
0.010
0.008
Cd0
0.006
0.004
0.002
0.000
0.000 5000.000 10000.000 15000.000 20000.000 25000.000 30000.000 35000.000 40000.000 45000.000
Red0
Sesuai teori, semakin besar nilai Re maka nilai kecepatan akan semakin besar pula.
Ketika nilai V semakin besar maka Q actual akan semakin besar. Karena nilai Cdo
berbanding lurus dengan Q actual menyebabkan nilai Cdo akan semakin naik.
Setelah dilakukannya percobaan, didapatkan bahwa grafik tidak sesuai
dengan teori yang mana trendline grafiknya mengalami penurunan. Seharusnya
grafik Cdv semakin meningkat seiring naiknya Re yang disebabkan oleh debit aliran
yang meningkat. Hal ini dikarenakan nilai Cdv berbanding lurus dengan debit aliran.
Ketidaksesuaian dengan teori ini antara lain disebabkan oleh fluida pada manometer
yang kurang stabil, terdapat gelembung udara pada manometer serta alat yang tidak
bekerja dengan baik sehingga didapatkan data yang kurang akurat ataupun
pengambilan data oleh praktikan yang kurang teliti.
4.4.7 Grafik Cd vs Re
Grafik Cd vs Red
0.014
0.012
0.010
0.008
Cd
0.006
0.004
0.002
0.000
0.000 5000.000 10000.00015000.00020000.00025000.00030000.00035000.00040000.00045000.000
Berdasarkan teori, Nilai Cdv lebih tinggi dibandingkan nilai Cdo. Hal ini
disebabkan oleh penghalang penampang pada orifice lebih mendadak dan tidak
landai seperti pada venturi. Sehingga menyebabkan vortex yang timbul pada orifice
lebih banyak daripada venturi. Semakin banyak vortex yang timbul maka semakin
besar pressure drop nya. Jika orriface pressure drop nya lebih tinggi, maka faktor
pembagi dari pressure drop orriface akan menyebabkan coeffisien discharge akan
lebih kecil dibanding Cdv. Hal ini juga menunjukkan bahwa ketelitian dari venturi
lebih besar daripada ketelitian orifice karena selisih head loss nya lebih besar.
Pada gambar diatas, dapat terlihat bahwa nilai Cdv lebih besar daripada
Cd0. Dalam hal ini maka hasil percobaan sesuai dengan teori. Namun secara trend
line dan fluktuasi yang ada hasilnya kurang sesuai dengan teori.
BAB V
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pada aliran dalam pipa pasti terjadi gesekan yang menyebabkan hilangnya
energi dalam aliran. Hal ini disebut head loss yang terbagi menjadi major
head loss yang disebabkan gesekan sepanjang sistem perpipaan dan minor
head loss yang disebabkan vortex yang terbentuk saat aliran melewati fitting
dalam perpipaan yaitu elbow, sudden enlargement, dan sudden contraction.
Dalam perhitungan teori, menentukan nilai head loss dipermudah nilai
losses coefficient (KL). Setelah melakukan praktikum ini, diketahui head
loss dan losses coefficient dapat diamati dengan Comparative Flow
Measurement Apparatus dimana alat ukur aliran fluida akan mengukur
tekanan total pada titik-titik sepanjang aliran dan perbedaan tekanan tersebut
adalah head loss. Berdasarkan data hasil praktikum, ditarik sebuah
kesimpulan bahwa head loss dan losses coefficient terbesar terjadi pada
fitting elbow, kemudian sudden enlargement, dan terkecil pada sudden
contraction.
2. Koefisien discharge adalah perbandingan debit aktual dengan debit teoritis,
dimana debit teoritis sendiri merupakan fungsi head loss. Maka, koefisien
discharge dan debit teoritis dapat diamati pada flowmeter dengan melihat
head loss-nya. Perubahan laju aliran akan mempengaruhi debit teoritis
karena kecepatannya yang berupa head loss akan terpengaruh. Semakin
besar laju alirannya, semakin besar debit aktual dan teoritisnya dan begitu
juga sebaliknya. Tapi perubahan laju aliran memiliki 2 perubahan yang
berlawanan untuk koefisien discharge. Untuk koefisien discharge venturi
(Cdv) nilainya semakin besar seiring menambahnya laju aliran karena
kenaikan Qteori jauh lebih lambat daripada Qact dikarenakan head loss (h1-
h2) pada pengecilan penampang terjadi secara halus. Sedangkan untuk
koefisien discharge orifice (Cdo) sebaliknya, nilainya semakin kecil seiring
bertambahnya laju aliran karena aliran seakan menabrak dinding orifice dan
head loss-nya lebih besar sehingga kenaikan Q_theoritical bernilai lebih
besar dari Q_actual. Oleh karena itu, Cdv memiliki nilai lebih besar dari
Cdo.