C. Dasar Hukum
Hukum perdata di Indonesia pada dasarnya bersumber pada Hukum Napoleon
kemudian berdasarkan Staatsblaad nomor 23 tahun 1847 tentang burgerlijk wetboek
voor Indonesie (disingkat BW) atau disebut sebagai KUH Perdata. BW sebenarnya
merupakan suatu aturan hukum yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda yang
ditujukan bagi kaum golongan warga negara bukan asli yaitu dari Eropa, Tionghoa,
dan timur asing. Namun, berdasarkan kepada pasal 2 aturan peralihan Undang-undang
Dasar 1945, seluruh peraturan yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda berlaku
bagi warga negara Indonesia (asas konkordasi). Beberapa ketentuan yang terdapat di
dalam BW pada saat ini telah diatur secara terpisah atau tersendiri oleh berbagai
peraturan perundang-undangan. Misalnya berkaitan tentang tanah, hak tanggungan,
dan fidusia.
Kodifikasi KUH Perdata Indonesia diumumkan pada tanggal 30 April 1847 melalui
Staatsblad No. 23 dan berlaku pada Januari 1848.
3. Hukum Orang
2. Subjek Hukum
Didalam buku I KUH Perdata yang disebut subjek hukum ialah hanya orang yang
disebut pribadi kodrat tidak termasuk badan hukum yang disebut dengan pribadi
hukum. Namun dalam perkembangan selanjutnya badan hukum tidak dimasukkan
menjadi subjek hukum yang diatur dalam kitab undang-undang hukum dagang,
sehingga subjek hukum itu meliputi;
a. Orang disebut pribadi kodrati.
b. Badan hukum disebut pribadi hukum.
Orang sebagai subjek hukum mulai sejak lahir hingga meninggal dunia. Namun
ada pengecualian yaitu sebagai perluasan yang diatur dalam pasal 2 KUH perdata
yang mengatakan : “bayi yang masih berada dalam kandungan ibunya dianggap telah
dilahirkan hidup apabila ada kepentingan bayi itu yang menghendaki”. Jadi walaupun
anak itu belum lahir dapat dianggap sebagai subjek hukum. Terhadap asas ini harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Anak telah dibenihkan pada saat timbul kepentingan anak.
b. Anak dilahirkan hidup pada saat dilahirkan walaupun sekejap dan meninggal.
c. Ada kepentingan anak yang menghendaki bahwa anak dianggap telah lahir.
4. Domisili
A. Pengertian Domisili
Domisili atau yang sering disebut dengan tempat tinggal atau tempat kediaman diatur
dalam Pasal 17 KUH Perdata. Domisili adalah tempat dimana seseorang dianggap selalu hadir
mengenai hal melakukan hak-haknya dan memenuhi kewajibannya, meskipun sesungguhnya
ia bertempat tinggal ditempat lain. Bahkan sebuah badan hukum pun dapat memiliki tempat
kedudukan tertentu. Dengan demikian, domisili ini dapat berarti tempat tinggal seseorang atau
tempat kedudukan badan hukum. Tetapi dalam hal tidak adanya tempat tinggal tertentu, maka
tempat tinggal sewajarnya dianggap tempat tinggal/domisli.
Unsur-unsur yang terkandung dalam rumusan domisili, yaitu:
a. Adanya tempat tertentu (tetap atau sementara).
b. Adanya orang yang selalu hadir pada tempat tersebut.
c. Adanya hak dan kewajiban.
d. Adanya prestasi.
Dalam hukum, domisili berkaitan dengan kepastian hukum terkait hal-hal sebagai berikut:
a. Kepastian untuk menentukan dimana seseorang harus melakukan perkawinan. hal ini
berhubungan dengan suatu peraturan bahwa perkawinan harus dilaksanakan di tempat
salah satu pihak ( Pasal 76 KUH Perdata ).
b. Kepastian untuk menentukan dimana subjek hukum harus dipanggil dan ditarik di
muka pengadilan.
c. Kepastian untuk menentukan pengadilan mana yang berkuasa terhadap subjek hukum
tersebut. Dalam HIR, pengadilan yang berwenang mengadili seseorang dalam perkara
perdata adalah pengadilan dalam wilayah hukum dimana penggugat/tergugat
berdomisili (Pasal 118 ayat 1 dan 2 H.I.R ).
d. Kepastian rumah kematian. Penentuan rumah kematian berkaitan erat dengan
ketentuan hukum waris.
A. Nama
Nama merupakan identitas seseorang. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) dan
(2) UU No.23/2000 tentang Perlindungan Anak mengatur bahwa setiap anak
berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan yang
dituangkan dalam suatu akta kelahiran. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa nama menunjukan identitas diri yang membedakan dengan individu yang
lain. Lazimnya, sebuah nama diberikan pada saat seseorang lahir. Dalam praktik,
kerap timbul kondisi-kondisi yang menyebabkan nama seseorang hendak diubah
atau ditambahkan karena beragam alasan. Tak jarang hal tersebut menimbulkan
perbedaan antara nama yang tercantum dalam Akta Kelahiran dengan nama yang
tercantum pada dokumen lain seperti ijazah.
B. Tempat
Pengertian domisili adalah tempat dimana seseorang tinggal atau berkedudukan
serta punya hak dan kewajiban hukum. Tempat tinggal dapat berupa wilayah atau
daerah dan dapat pula berupa rumah kediaman atau kantor yang berada dalam
daerah tertentu.
7. Hukum Benda
1. Pengertian Hukum Benda dan Hak Kebendaan
Dalam arti luas benda dapat diartikan sebagai: ‘segala sesuatu yang dapat menjadi
objek hukum” atau dapat dihaki” oleh “orang” menurut hukum serta mempunyai nilai
ekonomis. Sedangkan diartikan dalam arti sempit, maka pengertian benda disini
terbatas hanya pada “segala sesuatu yang berwujud”, yaitu barang- barang yang dapat
ditangkap oleh panca indera.
Dapat disimpulkan bahwa hukum benda atau hukum kebendaaan adalah
serangkaian ketentuan hukum yang mengatur hubungan hukum secara langsung antara
seseorang dengan benda, yang melahirkan berbagai hak kebendaan.
Hak kebendaan adalah memberikan kekuatan langsung kepada seseorang dalam
penguasaan dan kepemilikan atas sesuatu benda dimanapun bendanya berada. Dengan
kata lain hukum benda atau hukum kebendaan adalah keseluruhan kaidah-kaidah
hukum yang mengatur mengenai kebendaan atau yang berkaitan dengan benda.
Kebendaan disini adalah segala sesuatu menyangkut tentang pengertian benda,
pembedaan benda, hak-hak kebendaan serta hal lainnya yang menyangkut tentang
benda dan hak-hak kebendaan.
2. Jenis-Jenis Benda
Menurut KUH Perdata, benda dapat dibedakan menjadi beberapa macam jenis sebagai
berikut:
1. Barang-barang berwujud dan barang-barang tidak berwujudKebendaan berwujud
adalah kebendaan yang dapat dilihat dengan mata dan diraba dengan tangan,
sedangkan kebendaan yang tidak berwujud adalah kebendaan yang berupa hak-hak
atau tagihan-tagihan.
2. Barang-barang bergerak dan barang-barang tidak bergerak. Suatu benda di
kategorikan sebagai kebendaan apabila yang sifatnya dapat berpindah atau
dipindahkan tempat tanpa mengubah wujud, fungsi dan hakikatnya. Demikian pula
sebaliknya kategorisasi kebendaan tidak bergerak pertama, karena sifatnya adalah
benda yang apabila dipindahkan tempat mengubah wujud, fungsi dan hakikatnya.
Kedua, karena tujuan dan peruntukannya.
3. Barang-barang yang dapat dipakai habis dan barang-barang yang tidak dipakai
habis. Kebendaan bergerak dikatakan dapat dihabiskan, apabila karena dipakai
menjadi habis dan dengan dihabiskannya menjadi berguna. Sedangkan kebendaan
bergerak dikatakan tidak dapat dihabiskan apabila kebendaan yang dipakai
menjadi tidak habis, namun nilai ekonomisnya berkurang.
4. Barang-barang yang sudah ada dan barang-barang yang masih akan ada baik
secara absolut maupun secara relative. Pembedaan kebendaan atas benda yang
sudah ada dan benda yang akan ada ini, penting bagi pelaksaan perjanjian dan
pelunasan jaminan utang. Pembedaan kebendaan yang sudah ada dan yang akan
ada ibi didasarkan kepada ketentuan dalam pasal 1334 KUH Perdata.
5. Barang-barang dalam perdagangan dan barang-barang diluar perdagangan. Suatu
barang yang dapat dikatakan barang-barang dalam perdagangan apabila barang
tersebut dapat menjadi pokok suatu perjanjian. Sebaliknya suatu benda dikatakan
sebagai barang di luuar perdagangan apabila benda itu dilarang dijadikan sebagai
objek suatu perjanjian, sehingga barang tersebut tidak dapat diperdagangkan,
dihibahkan maupun diwariskan.
6. Barang-barang yang dapat dibagi dan barang-barang yang tidak dapat dibagi.
Suatu kebendaan dikatakan benda dapat dibagi- bagi apabila kebendaan itu dapat
dipisah-pisahkan dan tetap dapat digunakan, karena tidak menghilangkan
eksistensi dari kebendaan yang dipisah-pisahan tersebut. Sedangkan suatu
kebendaan dikatakan benda tidak dapat dibagi-bagi apabila kebendaan itu tidak
dapat dipisah-pisahkan merupakan satu kesatuan yang utuh dan jika dapat dipisah-
pisahkan tidak dapat digunakan, sebab menghilangkan eksistensi dari kebendaan
yang bersangkutan.
B. Hak eigendom
1. Pengertian
Eigendom adalah hak yang paling sempurna atas suatu benda. Seseorang yang
mempunyai hak eigendom (milik) atas suatu benda dapat berbuat apa saja dengan
benda itu (menjual, menggadaikan, memberikan, bahkan merusak), asal saja ia tidak
melanggar undang-undang atau hak orang lain.
2. Syarat-syaratnya
yarat yang harus dipenuhi bagi para bekas pemegang hak eigendom yang ingin
dikonversi menjadi hak milik ( menurut UUPA ). Pada pokoknya secara hukum
mereka ini pada tanggal 24 september 1960, berstatus warga Negara indonesia dan
mempunyai tanda bukti kepemilikan berupa akta asli ( minuut ) atau salinan ( grosse )
eigendom ( lihat PMA No. 2 tahun 1960 ). Luasan tanahnya tidak melebihi batas
maksimum dan atau tidak absentee ( gontai ) ( lihat UU No. 56 tahun 1960 jo. PP No.
24 tahun 1961 ). Selanjutnya jangka waktu pendaftarannya tidak melebihi batas waktu
yang ditentukan yakni 1 tahun sejak 24 september 1960. Bilamana syarat tersebut
dipenuhi maka pejabat administrasi yang berwenang dalam hal ini Kepala Kantor
Pendaftaran Tanah ( KKPT ) pada waktu itu ( BPN setempat saat ini ) akan mencatat /
mendaftar penegasan konversi hak eigendom tersebut dalam buku tanah dan
dikeluarkan sertifikat hak milik atas nama pemegang bekas hak eigendom tersebut.
Tata cara mekanisme pencatatan penegasan konversi pendaftaran ini lebih rinci diatur
dalam PP ( peraturan Pemerintah ) No. 10 tahun 1961 yang selanjutnya diubah dan
diganti dengan PP No. 24 tahun 1997, sedang aturan pelaksanaannya diatur dalam
PMNA ( Peraturan Menteri Negara Agraria ) /KBPN ( Kepala Badan Pertanahan
Nasional ) No. 3 tahun 1997.
Namun sebaliknya apabila persyaratan tersebut tidak dipenuhi maka hak eigendom
tersebut demi hukum berubah ( konversi ) menjadi hak guna bangunan yang
berlangsung selama 20 tahun. Selanjutnya hak tersebut hapus, sedangkan tanah
tersebut berubah status hukumnya menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh Negara
atau biasa disebut dengan tanah Negara ( lihat Keppres ( keputusan presidan ) No. 32
tahun 1979). Dalam posisi demikian hubungan hukum antara pemilik ( selanjutnya
disebut sebagai bekas pemegang hak ) dengan tanahnya terputus. Namun demikian
bekas pemegang hak masih mempunyai hubungan keperdataan dengan benda-benda
lain diatasnya, misalnya tanaman, bangunan yang berdiri diatas tanah tersebut.
3. Contoh
Hak Kepemilikan Terhadapa suatu bangunan.
C. Hak servituut
1. Pengertiannya
Menurut Prof. Subekti dalam buku Pokok-Pokok Hukum Perdata (hal. 75), servituut
atau erfdienstbaarheid adalah suatu beban yang diletakkan di atas suatu pekarangan untuk
keperluan pekarangan lain yang berbatasan. Misalnya pemilik dari pekarangan A harus
mengizinkan orang-orang yang tinggal di pekarangan B setiap waktu melalui pekarangan
A atau air yang dibuang pekarangan B harus dialirkan melalui pekarangan A. lebih jauh
Subekti menulis:
Oleh karena erfdienstbaarheid itu suatu hak kebendaan, maka haknya tetap melekat pada
pekarangan yang bersangkutan walaupun pekarangan tersebut dijual kepada orang lain.
Erfdienstbaarheid diperoleh karena suatu titel (jual beli, pemberian, warisan, dan
sebagainya) atau karena lewat waktu (berpuluh-puluh tahun berlaku dengan tiada
bantahan orang lain), dan ia hapus apabila kedua pekarangan jatuh dalam tangan satu
orang atau juga karena lewat waktu (lama tidak dipergunakan).
2. Syarat-syaratnya
a. Harus ada dua halaman, yang letaknya saling berdekatan, dibangun atau tidak
dibangun dan yang dimiliki oleh berbagai pihak.
b. Kemanfaatan dari hak pekarangan itu harus dapat dinikmati atau dapat berguna
bagi berbagai pihak yang memiliki halaman tadi.
c. Hak pekarangan harus bertujuan untuk meninggalkan kemanfaatan dari halaman
penguasa.
d. Beban yang diberatkan itu harus senantiasa bersifat menanggung sesuatu.
e. Kewajiban-kewajiban yang timbul dalam hak pekarangan itu hanya dapat ada
dalam hal membolehkan sesuatu atau tidak membolehkan sesuatu.
3. Contohnya
D. Hak Opstal
1. Pengertiannya
adalah suatu hak untuk memiliki bangunan-bangunan atau tanaman-tanaman di atas
tanahnya orang lain. Hak opstal disebut juga hak numpang karang, yaitu adalah suatu
hak kebendaan untuk mempunyai gedung-gedung, bangunan-bangunan dan
penanaman diatas pekarangan orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hak
opstal adalah hak untuk memiliki bangunan-bangunan atau tanaman di atas tanah
orang lain.
2. Syarat-syaratnya
hak opstal ini adalah sarna dengan hak erfpacht. Bedanya hanya mengenai hak atas
bangunan dan tanaman pada waktu terhentinya hak erfpacht atau hak opstal itu
3. Contoh
Tanah yang memliki hak Rumah-rumah atau bangunan di tanah orang lain.
E. Hak erpacht
1. Pengertiammya
Hak erfpacht dapat juga diartikan sebagai hak kebendaan untuk menikmati
sepenuhnya akan kegunaan suatu barang tak bergerak milik orang lain, dengan
kewajiban akan membayar upeti tahunan kepada si pemilik sebagai pengakuan akan
kepemilikannya, baik berupa uang, hasil atau pendapatan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hak erfpacht (hak guna usaha) adalah hak
kebendaan untuk menikmati sepenuhnya untuk waktu yang lama dari sebidang tanah
milik orang lain, dengan kewajiban membayar sejumlah uang atau penghasilan setiap
tahun.
Hak erfpacht ini dapat juga dijual atau dipakai sebagai jaminan (hipotik).
2. Syarat-Syaratnya
a. Tidak terkumpulnya hak eigendom dan hak erfpaeht di tangan seorang
(vennenging),
b. Tidak tanahnya musnah,
c. Tidak lampau waktu selama 30 tahund
d. Tidak lampau waktu, yang ditentukan pada saat hak erfpaeht diadakan. Kalau
waktu ini tidak ditentukan, maka sesudah 30 tahun, eigenaar tanah dapat
menghentikan hak erfpacht ini, asal saja ia memberitahukan hal itu kepada
erfpaehter sekurang-kurangnya satu tahun sebelumnya.
3. Contoh
Sawah, Perkebunan
Hak erpacht harus didaftarkan dan diumumkan. Yang mempunyai hak erfpacht,
berkuasa untuk mengalihkan dan membebani hak tersebut dengan hak hipotik. Apabila
hak erfpacht berakhir, maka yang berhak dapat membawa segala sesuatu hasil-hasil
usahanya yang ada di atas tanah itu. Tapi ia sama sekali tidak berhak untuk menuntut
kepada pemilik tanah untuk memberikan ganti kerugian atas harga dari segala sesuatu
usahanya itu. Umpamanya bangunan-bangunan dan tanam-tanaman. Hak erfpacht
seperti halnya dengan hak opstal
2. Syarat
a. Karena belum meninggalnya pemegang hak tersebut.
b. arena belum habisnya waktu.
c. Karena pemegang hak belum berubah menjadi pemilik hak.
d. Karena pemegang hak belum melepaskan hak memungut hasil tu.
e. Karena belum musnah bendanya.
3. Contoh
Hak pakai semua benda pada saat menyewa rumah.
B. Hak Gadai
1. Pengertian
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak,
yang diserahkan kepadanya oleh kreditur, atau oleh kuasanya, sebagai jaminan
atas utangnya, dan yang memberi wewenang kepada kreditur untuk mengambil
pelunasan piutangnya dan barang itu dengan mendahalui kreditur-kreditur lain;
dengan pengecualian biaya penjualan sebagai pelaksanaan putusan atas tuntutan
mengenai pemilikan atau penguasaan, dan biaya penyelamatan barang itu, yang
dikeluarkan setelah barang itu sebagai gadai dan yang harus didahulukan
Sifat – sifat daripada Gadai Gadai bersifat accessoi, yang merupakan tambahan
saja dari perjanjian yang pokok yang berupa penjanjian pinjaman uang, untuk
menjaga agar orang yang berhutang itu tidak lalai membayar kembali hutangnya.
Hak gadai tidak dapat dibagi – bagi, artinya sebagian hak gadai itu tidak menjadi
hapus dengan dibayarnya sebagian dari hutang. Gadai tetrap meletak atas seluruh
bendanya. Yang dapat digadaikan berupa :
a. Benda bergerak yang berwujud
b. Benda bergerak yang tidak berwujud, yaitu berupa berbagai hak untuk
mendapatkan pembayaran uang, yang berwujud surat – surat piutang.
2. Syarat
a. Benda yang menjadi objek gadai adalah benda bergerak baik berwujud
maupun tidak berwujud.
b. Benda gadai harus diserahkan oleh pemberi gadai kepada pemegang gadai.
c. Perjanjian gadai merupakan perjanjian yang bersifat Accesoir yaitu adanya hak
dari gadai sebagai hak kebendaan tergantung dari adanya perjanjian pokok
misalnya perjanjian kredit.
d. Tujuan adanya benda jaminan, adalah untuk memberikan jaminan bagi
pemegang gadai bahwa di kemudian hari piutangnya pasti dibayar.
e. Pelunasan tersebut di dahulukan dari kreditur-kreditur lainnya.
f. Biaya-biaya lelang dan pemeliharaan barang jaminan di lunasi terlebih dahulu
dari hasil lelang sebelum pelunasan piutang.
3. Contoh
Gadai emas, Kendaraan dll.
C. Hak Hipotek
1. Pengertian
Hak hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda tak bergerak, untuk
mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perutangan.
Mempunyai sifat aaksgevolg yaitu hak hipotik itu senantiasa mengikuti bendanya
dalam tangan siapapun benda itu berada. Hipotik itu tidak dapat dibagi – bagi dan
meletak di atas seluruh benda yang menjadi obyeknya.
Perbedaan gadai (pand) dengan hipotik, yaitu :
a. Pada gadai untuk jaminan adalah barang – barang bergerak, sedang hipotik
ialah barang – barang yang tidak bergerak.
b. Pada gadai disyaratkan bahwa kekuasaan atas bendanya harus pindah
dalam tangan si pemengang gadai, sedang hipotik syarat seperti itu tidak
ada. Pemberian hipotik tetap dapat menguasai bendanya.
c. Mengenai wewenag untuk menjual bendanya atas kekuasaan sendiri, hak
yang demikian pada gadai memang sudah diberikan oleh undang – undang,
sedang pada hipotik hak yang demikian harus diperjanjikan lebih dahulu.
d. Pada hipotik disyaratkan bahwa orang yang menghipotik itu harus
mempunyai kekuasaan atas bendanya, sedangkan pada gadai cukup asal
orang yang mengadaikan itu cakap bertindak.
2. Syarat
Fase pertama : hipotek seperti halnya dengan gadai bersifat accessotr, ini berarti
hipotik diadakan sebagai tambahan belaka dari suatu petjanjian pokok, yaitu
perjanjian pinjarn meminjam uang. Karena itu untuk adanya petjanjian
hipotik itu pertama-tama harus lebih dulu ada persetujuan pokok yaitu
umpamanya persetujuan utang piutang itu.
Fase kedua : persetujuan utang piutang tersebut kemudian disusul dengan
persetujuan hipotik, dimana fihak yang bernutang (atau fihak ketiga yang mau
menanggung utang tersebut) berjanji untuk memberikan hipotik kepada si
berpiutang sebagai jaminan bagi pembayaran kembali utang tersebut, Berlainan
dengan persetujuan hipotik bersifat kebendaan.
3. Contoh
Dalam Hal Utang Piutang
E. Hak Reklame
1. Pengertian
Hak reklame adalah suatu hak yang diberikan kepada penjual untuk meminta
kembali barangnya yang telah diterima oleh pembeli setelah pembeli membayar
tunai. Jadi, jika penjualan itu telah dilakukan secara tunai, maka penjual
mempunyai kekuasaan menuntut kembali barang-barangnya, selama barang-
barang itu masih berada di tangan pembeli, asal saja penuntutan kembali dilakukan
dalam jangka waktu 30 hari setelah penyerahan barang kepada pembeli.³
Menurut undang-undang, hak penjual ini gugur/tidak dapat dilaksanakan apabila :
a. Barang-barang yang telah diterima pembeli, ternyata telah disewakan (Pasal
1146)
b. Barang-barang tersebut oleh pembeli telah dibeli pihak ketiga dengan itikad
baik dan telah diserahkan kepada pihak ketiga tersebut (Pasal 1146a)
2. Syarat
Menurut undang-undang, hak penjual ini gugur/tidak dapat dilaksanakan apabila :
a. Barang-barang yang telah diterima pembeli, ternyata telah disewakan (Pasal
1146)
b. Barang-barang tersebut oleh pembeli telah dibeli pihak ketiga dengan itikad
baik dan telah diserahkan kepada pihak ketiga tersebut (Pasal 1146a)
3. Contoh
F. Hak Retentie
1. Pengertian
Hak Retentie adalah hak untuk menahan suatu benda, sampai suatu piutang
yang bertalian dengan benda itu dilunasi. Menurut H.F.A Vollmar, hak menahan
(retentie) adalah hak untuk tetap memegang benda milik orang lain sampai piutang
si pemegang mengenai benda tersebut telah lunas.
Hak retentie ini mempunyai sifat yang tak dapat dibagi-bagi. Artinya,
pembayaran atas sebagian utang saja, tidak menjadikan hak retentie menjadi
hapus. Hak retentie hapus jika seluruh utang telah dibayar lunas.
2. Syarat
Menurut undang-undang, hak penjual ini gugur/tidak dapat dilaksanakan apabila:
a. Barang-barang yang telah diterima pembeli, ternyata telah disewakan (Pasal
1146)
b. Barang-barang tersebut oleh pembeli telah dibeli pihak ketiga dengan itikad
baik dan telah diserahkan kepada pihak ketiga tersebut (Pasal 1146a)
3. Contoh
1. Pengertian
Adapun yang dimaksudkan dengan "perikatan" ialah: suatu hubungan hukum
(mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang, yang memberi hak pada yang
satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang yang
lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu. Pihak yang berhak menuntut
dinarnakan pihak berpiutang atau "kreditur", sedangkan pihak yang wajib
memenuhi tuntutan dinamakan pihak berhutang atau "debitur", Adapun barang
sesuatu yang dapat dituntut dinamakan "prestasi", yang menurut undang undang
dapat berupa :
a. Menyerahkan suatu barang
b. Melakukan suatu perbuatan
c. Tidak melakukarn suatu perbuatan.
Mengenai sumber-sumber perikatan, oleh undang-undang diterangkan, bahwa
suatu perikatan dapat lahir dari suatu persetujuan (peIjanjian) atau dari undang-
undang. Perikatan yang lahir dari undang-undang dapat dibagi lagi atas
perikatan-perikatan yang lahir dari undang-undang saja dan yang lahir dari
undang-undang karena suatu perbuatan orang. Yang belakangan ini, dapat dibagi
lagi atas perikatan-perikatan yang lahir dari suatu perbuatan yang diperbolehkan
dan yang lahir dari perbuatan yang berlawanan dengan hukum.
2. Macam-Macam Perikatan.
a. Perikatan Bersyarat (voorwaardelijk)
Perikatan bersyarat adalah suatu perikatan yang digantungkan pada suatu
kejadian di kemudian hari, yang masih belurn tentu akan atau tidak terjadi,
Pertama mungkin untuk mernperjanjikan, bahwa perikatan itu barulah akan lahir,
apabila kejadian yang belurn tentu itu timbul. Suatu peIjanjian yang demikian
itu, menggantungkan adanya suatu perikatan pada suatu syarat yang menunda atau
mempertangguhkan (opschortende voorwaarde).
b. Perikatan yang digantungkan pada suatu ketetapan waktu (tijdsbepaling).
Perbedaan antara suatu syarat dengan suatu ketetapan waktu ialah yang
pertama berupa suatu kejadian atau peristiwa yang belurn tentu atau tidak akan
terlaksana, sedangkan yang kedua adalah suatu hal yang pasti akan datang,
meskipun mungkin belurn dapat ditentukan kapan datangnya, misalnya
meninggalnya seseorang. Contoh contoh suatu perikatan yang digantungkan pada
suatu ketetapan waktu, banyak sekali dalam praktek, seperti peIjanjian
perburuhan, suatu hutang wesel yang dapat ditagih suatu waktu setelahnya
dipertunjukkan dan lain sebagainya.
c. Perikatan yang membolehkan memilih (altematief).
Ini adalah suatu perikatan, di mana terdapat dua atau lebih macarn prestasi,
sedangkan kepada si berhutang diserahkan yang mana ia akan lakukan. Misalnya, ia
boleh memilih apakah ia akan memberikan kuda atau mobilnya atau uang satu juta
rupiah.
d. Perikatan tanggung-menanggung (hoofdelijk atau solidair).
Suatu perikatan di mana beberapa orang bersama-sama sebagai pihak yang
berhutang berhadapan dengan satu orang yang menghutangkan, atau sebaliknya.
Beberapa orang sarna-sarna berhak menagih suatu piutang dari satu orang.
Tetapi perikatan semacarn yang belakangan ini, sedikit sekali terdapat dalam
praktek.
e. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi.
Suatu perikatan dapat dibagi atau tidak, tergantung pada kemungkinan tidaknya
membagi prestasi. Pada hakekatnya tergantung pula dari kehendak atau maksud
kedua belah pihak yang membuat suatu peIjanjian. Persoalan tentang dapat atau
tidaknya dibagi suatu perikatan, barulah tampil ke muka, jika salah satu pihak dalam
peIjanjian telah digantikan oleh beberapa orang lain. Hal mana biasanya teIjadi karen
a meninggalnya satu pihak yang menyebabkan ia digantikan dalam segala hak-haknya
oleh sekalian ahliwarisnya.
f. Perikatan dengan penetapan hukuman (stratbeding).
Untuk mencegah jangan sampai si berhutang dengan mudah saja melalaikan
kewajibannya, dalam praktek banyak dipakai peIjanjian di mana si berhutang
dikenakan suatu hukuman, apabila ia tidak menepati kewajibannya. Hukuman ini,
biasanya ditetapkan dalam suatu jumlah uang tertentu yang sebenarnya merupakan
suatu pembayaran kerugian yang sejak semula sudah ditetapkan sendiri oleh para
pihak yang membuat peIjanjian itu.
3. Sumber Perikatan.
a. Perikatan yang lahir karena Perjanjian.
b. Perikatan yang lahir karena undangundang.
c. Perikatan lahir karena perbuatan melanggar hukum ( onrechtmatige daad ) dan
perwakilan sukarela ( zaakwaarneming ).
4. Hapusnya perikatan.
a. Pembayaran
b. penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan penitipan
c. pembaharuan hutang
d. perjumpaan hutang atau kompensasi
e. percampuran hutang.
f. pembebasan hutang
g. musnahnya barang yang terhutang
h. kebatalan/pembatalan
i. berlakunya suatu syarat batal dan
j. lewatnya waktu
12. Wanprestasi
1. Pengertian
Apabila si berhutang (debitur) tidak melakukan apa yang dijanjikan akan
dilakukannya, maka dikatakan bahwa ia melakukan "wanprestasi". Ia adalah "alpa"
atau "lalai" atau "bercidra janji". Atau juga ia "melanggar peIjanjian", yaitu apabila ia
melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh dilakukannya. Perkataan
"wanprestasi" berasal dari bahasa Belanda, yang berarti prestasi yang buruk.
2. Macam-Macam wanprstasi
a. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
b. melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan. c.
melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat.
c. melakukan sesuatu yang menu rut peIjanjian tidak boleh dilakukannya.
REFERENSI :
1. https://3bookfree.blogspot.com/2015/10/download-buku-hukum-perdata.html
2. https://books.google.co.id/books?
id=19jYDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKE
wjfpI2Tnb7pAhWI8XMBHf7iCfMQ6AEIMTAB#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
3. https://books.google.co.id/books?
id=1pR5DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUK
EwjfpI2Tnb7pAhWI8XMBHf7iCfMQ6AEIOTAC#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
4. https://books.google.co.id/books?
id=caPLDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKE
wiX4f7Rnb7pAhWHfn0KHYeeDFYQ6AEIVzAG#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
5. https://books.google.co.id/books?
id=c_pDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUK
EwjVsd773JvpAhXUmeYKHWm7DuEQ6wEIMjAB#v=onepage&q=hukum
%20perdata&f=false
6. https://drive.google.com/file/d/1hu2gFgxCRoxEmHvHvdUC7fiYZQXAm7bc/view
7. https://books.google.co.id/books?
id=1pR5DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUK
EwjVsd773JvpAhXUmeYKHWm7DuEQ6AEINzAC#v=onepage&q=hukum
%20perdata&f=false
8. https://books.google.co.id/books?
id=caPLDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKE
wjVsd773JvpAhXUmeYKHWm7DuEQ6AEIYTAH#v=onepage&q=hukum
%20perdata&f=false
9. https://books.google.co.id/books?
id=mZ8oDwAAQBAJ&pg=PA1&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwifyLef7Zv
pAhUA8XMBHXnpBoI4ChDoAQhaMAc#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
10. https://drive.google.com/file/d/1gg8oQiJJKoqvcIVsxkpqLdkGFklxH_69/view
11. https://drive.google.com/file/d/1SJYFG165IQtx1OxiO_qozBInfUkIM3O0/view
12. https://drive.google.com/file/d/1agl-JWsF5emSaZbOHc58EMW5vwI7RtTe/view
13. https://drive.google.com/file/d/1Za5ZjWqY8xvc-15o_XWovs3Umz_SnXHA/view