Laprak Secang
Laprak Secang
Disusun Oleh :
Annisa Luthfiyanti (1901053)
Kelompok 6 Prodi TPK C 1/2 SKS
.........................................................
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Maksud Tujuan..........................................................................................2
C. Manfaat......................................................................................................2
BAB V PEMBAHASAN.....................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
LAMPIRAN..........................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
dilakukan untuk memperoleh senyawa brazilin dengan melakukan isolasi
terhadap kulit kayu dari tanaman secang.
B. MAKSUD TUJUAN
Pengambilan senyawa Brazilin/Brazilein (derivat gugus
fungsional alkohol aromatik) dari kulit kayu tanaman secang (Caesalpinia
sappan L) sebagai bahan pewarna sapponin dengan metode ekstraksi,
identifikasi dan penerapannya pada kulit kras kambing/domba.
C. MANFAAT
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Secang
Kayu secang memiliki rasa sedikit manis dan hampir tidak berbau
dan sering juga digunakan sebagai obat untuk berbagai macam penyakit
seperti luka, batuk berdarah (muntah darah), berak darah, darah kotor,
penawar racun, sipilis, penghenti pendarahan, pengobatan pasca
bersalin, demam berdarah, dan katarak mata. Kayu secang mengandung
komponen yang memiliki aktivitas antioksidan dan antimikroba.
Taksonomi tanaman secang adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledone
Sub class : Aympetalae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminosae
Genus : Caesalpinia
Spesies : Caesalpinia sappan Linn
Kayu secang mengandung pigmen, tanin, brazilin, asam tanat,
resin, resorsin, brazielin, sappanin, dan asam galat. Dari komponen
tersebut yang paling menarik adalah zat warnanya. Kayu secang jika
dilarutkan dalam air akan memberikan warna merah jambu yang
menarik, dan diketahui bahwa brazilin yang dapat menimbulkan warna
tersebut. Secara tradisional, pemanfaatan tanaman secang oleh
masyarakat sudah cukup luas.
Bagian tanaman secang yang sering digunakan adalah kayu dalam
potongan-potongan atau serutan kayu. Tetapi selain itu, bagian lain dari
tanaman secang yang dimanfaatkan adalah kayu, daun, buah, dan
biji.Sampai abad ke-19, di Kalimantan kayu secang digunakan sebagai
3
pewarna merah coklat untuk makanan. Kayu pewarna tersebut dapat
dipanen setelah berumur 6-8 tahun.
Daun secang dimanfaatkan dalam pemeraman buah pisang dan
mangga, untuk proses pematangan. Daun secang juga digunakan sebagai
obat “Sapraemia”, infus dingin dari daun dapat mengobati kejang.
2. Kayu secang juga merupakan salah satu ramuan yang digunakan dalam
pembuatan minuman tradisional betawi yaitu bir pletok sebagai pemberi
warna.
3. Secara empiris kayu secang dipakai sebagai obat luka, batuk berdarah,
berak darah, darah kotor, penawar racun, sipilis, menghentikan
pendarahan, pengobatan pasca- persalinan, desinfektan, antidiare dan
astringent.
4
4. Daya antibakteri kayu secang terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli.
6. Dapat juga digunakan untuk pewarna cat, pakaian, kue dan minuman.
Pewarna cat contohnya pewarna tasbih .
Nama senyawa asal yang mampu diisolasi dari kayu secang adalah
brazilin. Brazilin merupakan kristal berwarna kuning, akan tetapi bila
teroksidasi akan menghasilkan brazilin yang berwarna merah pada kayu
secang dengan struktur C16H14O5. Berdasarkan hasil penelitian, brazilin
pada kayu secang memiliki daya antioksidan yang andal dengan indeks
antioksidatif ekstrak air kayu secang lebih tinggi daripada antioksidan
komersial, sehingga potensial sebagai agen penangkal radikal bebas,
antidiabetes, antiinflamasi, brazilin juga memiliki aktivitas anti kanker.
c) Ekstraksi
Ekstraksi merupakan salah satu cara pemisahan satu atau lebih
komponen dari suatu bahan yang merupakan sumber komponen tersebut.
Sebagai contoh adalah ekstraksi minyak dari kopra atau biji, ekstraksi nira
dari batang tebu, ekstraksi karoten dari buah-buahan, ekstraksi cairan buah
dari buah-buahan dan sebagainya. Komponen yang dipisahkan dengan
ekstraksi dapat berupa padatan dari suatu sistem campuran padat-cair,
berupa cairan dari suatu sistem campuran cair-cair.
Pemisahan atau pengambilan komponen dari bahan sumbernya
pada dasarnya dapat dilakukan dengan penekanan, pemanasan dengan
menggunakan pelarut. Ekstraksi dengan penekanan atau pemanasan
dikenal dengan cara mekanis. Ekstraksi cara mekanis hanya dapat
5
dilakukan untuk pemisahan komponen dalam sistem campuran padat-cair.
Sebagai contoh adalah ekstraksi minyak dari biji-bijian. Dalam hal ini
minyak adalah cair dan ampasnya sebagai padatan.
Ekstraksi dengan penekanan, tekanan yang diberikan selama
penekanan akan mendorong cairan terpisah dan keluar dari sistem
campuran padat-cair. Tekanan yang diberikan terhadap campuran padat-
cair akan menimbulkan beda tekanan antara cairan dalam bahan dan
campuran dalam sutau wadah dengan tekanan diluar campuran atau diluar
wadah. Beda tekanan akan mengakibatkan cairan terekstrak. Jumlah
ekstrak yang dihasilkan dengan ekstraksi menggunakan penekanan,
dipengaruhi beberapa faktor antara lain besar kecilnya hancuran bahan,
waktu yang disediakan pada saat tekanan maksimum, besarnya tekanan
yang diberikan, kekentalan yang diekstrak, cara penekanan yang
dilakukan.
Ekstraksi menggunakan pelarut berdasarkan sifat kelarutan dari
komponen di dalam pelarut yang digunakan. Komponen yang larut dapat
berbentuk padat maupun cair, dipisahkan dari benda padat atau cair.
Ekstraksi padat cair,. komponen yang dipisahkan berasal dari benda padat.
Komponen yang diekstraksi dapat berupa protein, vitamin, minyak atsiri,
zat warna, dan sebagainya yang berasal dari bahan.
Ekstraksi bertujuan untk mengambil komponen yang larut dalam
pelarut, maka perlu dilakukan pemilihan pelarut yang selektif, yaitu
pelarut yang dapat melarutkan komponen yang akan diambil atau
dipisahkan. Ekstraksi menggunakan pelarut air komponen lain yang ikut
terekstrak tidak dapat dihindarkan, akibatnya komponen yang terekstrak
bukan merupakan komponen yang murni. Pelarut yang dipilih harus
memiliki viskositas yang cukup rendah sehingga mudah disirkulasikan.
Semakin lama proses ekstraksi berlangsung konsentrasi komponen
yang terlarut dalam pelarut makin besar, akibatnya kecepatan ekstraksi
makin menurun. Kecepatan ekstraksi menunjukkan kecepatan perpindahan
solut dari satu fase ke fase yang lain. Ekstraksi tergantung dari beberapa
6
faktor antara lain yaitu ukuran partikel, jenis zat pelarut, suhu dan
pengaduk
7
BAB III
ALAT BAHAN & CARA KERJA
b) Bahan :
1. Kayu secang 50 gr
2. Aquades
3. Kulit kras kambing
4. Larutan NaOH 5%
5. Larutan H2SO4 pekat
6. Larutan AgNo3
c) Cara Kerja :
1. Menimbang 50 gram kayu secang
8
2. Kayu secang dipotong kecil-kecil, direbus dengan aquades
(perbandingan secang dan aquades yaitu 1:5) sebanyak
50 gram : 250 ml
3. Suhu ekstraksi dijaga agar tidak mencapai suhu 100°c
4. Volume ditunggu sampai mengalami penyusutan 2/3 dari
volume awal
5. Jika sudah mengalami penyusutan, maka disaring terlebih
dahulu, lalu dicek pH dan dicek kepekatan larutannya
6. Mengidentifikasi larutan secang kandungan Brazilian
menggunakan :
a. 10 tetes larutan secang + 10 tetes larutan NaOH 5%
b. 10 tetes larutan secang + 10 tetes aquades + 5 tetes H2SO4
pekat
c. 10 tetes larutan secang + 10 tetes larutan AgNo3
9
b) Bahan :
1. Kayu secang 50 gr
2. Aquades
c) Cara Kerja :
1. Menimbang 50 gram kayu secang
2. Kayu secang dipotong kecil-kecil dan direbus dengan 250
ml aquades
3. Ekstraksi dijaga suhunya, tidak boleh melebihi 100°c
4. Ketika volume menyusut 2/3, air hasil ekstraksi disaring
5. Dicek pH dan kepekatan larutannya
6. Larutan diendapkan hingga endapan bisa mengumpul
7. Mengeringkan hasil endapan hingga menjadi serbuk
10
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
A. Data Pengamatan
Tabel 1 Data Pengamatan Larutan Secang
B. Perhitungan Ekstraksi
Berat kulit = 90 gram
500
1. Air 300% = × 90 = 450 ml
100
1
2. 1% Sunlight = × 450 = 4,5 ml (90 tetes)
100
1,5
3. 1,5% Amonide = × 225 = 3,375 ml(67,5 tetes)
100
1
4. 1% Amonide = × 225 = 2,25 ml (45 tetes)
100
5 5
5. Pewarna = × 20 = × 20 = 100 ml
Be 1
11
2
6. 2% FA = × 90 = 1,8 ml (36 tetes)
100
C. Perhitungan Rendemen
Berat Rendemen = 2 gram
2 gram
1. × 100% = 4%
50 gram
12
BAB V
PEMBAHASAN
13
Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam
laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia
dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang
biasa disebut larutan Sorensen. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan
menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan
akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutannya
dalam air bereaksi secara eksotermis. Ia juga larut
dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan
ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan
pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan
noda kuning pada kain dan kertas. Ketika direaksikan dengan larutan
secang, maka akan terjadi reaksi yang menghasilkan warna merah tua.
Yang kedua yaitu larutan perak nitrat, merupakan sebuah senyawa
anorganik dengan rumus kimia AgNO3. Senyawa ini adalah senyawa
paling serbaguna di antara senyawa perak lainnya, dan digunakan pada
fotografi. Senyawa ini lebih tidak sensitif terhadap sinar matahari daripada
perak halida. Senyawa ini dulu disebut lunar kaustik karena perak dulunya
disebut luna oleh para alkemis kuno yang percaya bahwa perak berasosiasi
dengan bulan.
Perak nitrat masih sangat beracun dan korosif. Paparan singkat tidak akan
menghasilkan efek samping langsung selain noda ungu, coklat atau hitam.
Ketika AgNO3 direaksikan dengan larutan secang, maka akan terbentuk
endapan dan berwarna kecoklatan.
Larutan ketiga yaitu Asam sulfat yang juga dikenal sebagai vitriol,
adalah asam mineral yang tersusun dari unsur-
unsur sulfur, oksigen dan hidrogen, dengan rumus molekul H2SO4 . Ini
adalah cairan tidak berwarna, tidak berbau, dan kental yang larut
dalam air dan disintesis dalam reaksi yang sangat eksoterm. Ketika
direaksikan dengan larutan secang, hasil yang didapati yaitu warna larutan
berwarna orange/ jingga, karena H2SO4 ini tidak memberikan warna yang
14
dapat merubah hasil reaksi. Sehingga larutannya akan berwarna tetap
seperti semula sebelum direaksikan.
Larutan secang yang sudah diekstraksi sebelumnya diterapkan
untuk pengaplikasian warna pada kulit kras kambing. Sebelum kulit kras
dipaparkan dibawah sinar matahari, ia masih berwarna merah keunguan
yang sangat pekat. Namun ketika kulit kras sudah selesai dipaparkan
dibawah sinar matahari, warnanya sudah tidak sepekat yang sebelumnya.
Hal ini menandakan sudah hilangnya cairan-cairan yang terkandung di
dalam kulit setelah dilakukan proses pengeringan di bawah sinar matahari.
Kemudian pada praktikum kedua, dilakukan ekstraksi rendemen
kayu secang untuk mendapat endapan hasil ekstraksi. Endapan secang
yang didapat yaitu sebanyak 2 gram. Untuk mendapatkan hasil endapan
tersebut, maka larutan secang perlu dikeringkan di bawah sinar matahari
dengan dibantu alat yang berbahan dasar seng (sebagai alat penghantar
panas yang baik). Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat proses
pengendapan.
15
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengambilan warna brazilin pada kayu secang bisa dilakukan
dengan metode ekstraksi. Komponen brazilin memberikan kespesifikan
dari kayu secang yaitu warna merah kecoklatan jika teroksidasi atau dalam
suasana basa. Kayu secang termasuk kedalam kelompok yang bisa
memberikan pewarnaan merah yang baik dalam pengaplikasiannya.
B. Saran
Untuk mendapat kualitas pewarnaan yang baik, khususnya untuk
diterapkan dalam pewarnaan kulit maka perlu alternatif bahan pewarna
yang baik juga. Karena bahan dasar pewarna yang baik, akan berpengaruh
juga terhadap keindahan, kualitas, dan harga produknya. Pewarna brazilin
dari kayu secang bisa dijadikan sebagai alternatif warna merah untuk
mendapat mutu yang seimbang.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
18
Gambar 3 Proses Persiapan Sebelum Aplikasi Warna
19
Gambar 6 Proses penyaringan larutan hasil ekstraksi
20
Gambar 9 Hasil Serbuk Secang
21