Anda di halaman 1dari 23

HALAMAN PENGESAHAN

Disusun Oleh :
Annisa Luthfiyanti (1901053)
Kelompok 6 Prodi TPK C 1/2 SKS

Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat dalam mengikuti Praktik


Kimia Organik pada Program Studi Teknologi Pengolahan Kulit Politeknik ATK
Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020

Disahkan pada tanggal

.........................................................

Dosen Pengampu I Dosen Pengampu II

Dr. Entien Darmawati Swatika Juhana, M.Sc.

Asisten Dosen I Asisten Dosen II

Joko Samiyo, Amd, ST, MT Hana Nuri, Amd

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Maksud Tujuan..........................................................................................2
C. Manfaat......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3

BAB III ALAT BAHAN & CARA KERJA........................................................8

A. Ekstraksi & Aplikasi..................................................................................8


B. Ekstraksi & Rendemen..............................................................................9

BAB IV DATA PENGAMATAN & PERHITUNGAN......................................11

BAB V PEMBAHASAN.....................................................................................13

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

LAMPIRAN..........................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Famili Leguminosae


merupakan tanaman yang sudah lama digunakan sebagai obat tradisional.
Secara in vitro ekstrak kayu secang dilaporkan memiliki aktifitas
farmakologi seperti memiliki efek depresan pada SSP. Pada pengobatan
Cina, ekstrak kayu secang dilaporkan memiliki aktifitas farmakologi
seperti analgetik dan antiinflamasi serta telah digunakan untuk mengobati
kejang dan terkilir.
Kayu secang mengandung beberapa senyawa bioaktif seperti
brazilin, brazilein, 3-O-metilbrazilin, sapanon, kalkon, sapankalkon.
Komponen brazilin memberikan kespesifikan dari kayu secang yaitu
warna merah kecoklatan jika teroksidasi atau dalam suasana basa. Brazilin
sebagai komponen utama secang diketahui dapat melindungi tubuh dari
keracunan akibat radikal kimia. Beberapa studi menyatakan bahwa
brazilin memberikan efek antihiperglikemik, antihepatotoksik, dan
antiinflamasi.
Brazilin termasuk salah satu senyawa pembanding (marker) yang
terdapat didalam Farmakope Herbal Indonesia Jilid 1 tahun 2008 untuk
simplisia dan ekstrak kayu secang. Senyawa pembanding digunakan untuk
analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap simplisia dan ekstrak. Selain itu
dapat pula digunakan untuk pemastian 2 keaslian spesies, optimasi metode
ekstraksi, dan in process control. Penelusuran yang sistematis
menggunakan senyawa pembanding memungkinkan menjadi tuntunan
dalam penemuan dan pengembangan terhadap obat baru.
Masalahnya senyawa brazilin sebagai senyawa pembanding masih
sulit didapatkan khususnya di Indonesia, sehingga masih perlu diimpor
dan harganya sangat mahal. Oleh karena itu, penelitian yang akan

1
dilakukan untuk memperoleh senyawa brazilin dengan melakukan isolasi
terhadap kulit kayu dari tanaman secang.

B. MAKSUD TUJUAN
Pengambilan senyawa Brazilin/Brazilein (derivat gugus
fungsional alkohol aromatik) dari kulit kayu tanaman secang (Caesalpinia
sappan L) sebagai bahan pewarna sapponin dengan metode ekstraksi,
identifikasi dan penerapannya pada kulit kras kambing/domba.

C. MANFAAT

1. Menambah wawasan dan kemampuan mengambil kandungan brazilin


dari dalam kayu secang
2. Dapat mengaplikasikan pewarna alami pada kulit kras maupun
perkamen
3. Dapat membedakan cara pengaplikasian warna ke kulit kras maupun
perkamen

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Secang
Kayu secang memiliki rasa sedikit manis dan hampir tidak berbau
dan sering juga digunakan sebagai obat untuk berbagai macam penyakit
seperti luka, batuk berdarah (muntah darah), berak darah, darah kotor,
penawar racun, sipilis, penghenti pendarahan, pengobatan pasca
bersalin, demam berdarah, dan katarak mata. Kayu secang mengandung
komponen yang memiliki aktivitas antioksidan dan antimikroba.
Taksonomi tanaman secang adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledone
Sub class : Aympetalae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminosae
Genus : Caesalpinia
Spesies : Caesalpinia sappan Linn
Kayu secang mengandung pigmen, tanin, brazilin, asam tanat,
resin, resorsin, brazielin, sappanin, dan asam galat. Dari komponen
tersebut yang paling menarik adalah zat warnanya. Kayu secang jika
dilarutkan dalam air akan memberikan warna merah jambu yang
menarik, dan diketahui bahwa brazilin yang dapat menimbulkan warna
tersebut. Secara tradisional, pemanfaatan tanaman secang oleh
masyarakat sudah cukup luas.
Bagian tanaman secang yang sering digunakan adalah kayu dalam
potongan-potongan atau serutan kayu. Tetapi selain itu, bagian lain dari
tanaman secang yang dimanfaatkan adalah kayu, daun, buah, dan
biji.Sampai abad ke-19, di Kalimantan kayu secang digunakan sebagai

3
pewarna merah coklat untuk makanan. Kayu pewarna tersebut dapat
dipanen setelah berumur 6-8 tahun.
Daun secang dimanfaatkan dalam pemeraman buah pisang dan
mangga, untuk proses pematangan. Daun secang juga digunakan sebagai
obat “Sapraemia”, infus dingin dari daun dapat mengobati kejang.

a) Kandungan Kayu Secang


Zat yang terkandung dalam secang antara lain brazilin, alkaloid,
falvonoid, saponin, tanin, fenil propana dan terpenoid. Selain itu juga
mengandung asam galat, brasilein, delta-a-phellandrene, oscimene, resin
dan resorin. Sementara daunnya mengandung minyak atsiri tidak kurang
dari 0,20% yang beraroma enak dan tidak berwarna. Bagian yang
digunakan untuk dijadikan minuman adalah kayunya atau batang
pohonnya.
Kayu secang mengandung Brazilin, yaitu senyawa penting yang
menghasilkan warna merah berasal dari kayu brazil (Brazilwood).
Pigmen alami kayu secang (Caesalpina sappan) dipengaruhi oleh tingkat
keasaman. Pada suasana asam (pH 2-4) berwarna merah sedangkan pada
suasana basa atau alkali (pH 6-8) berwarna kuning.

b) Manfaat Kayu Secang


1. Kayu secang dimanfaatkan untuk produk minuman tradisional atau
minuman instant

2. Kayu secang juga merupakan salah satu ramuan yang digunakan dalam
pembuatan minuman tradisional betawi yaitu bir pletok sebagai pemberi
warna.

3. Secara empiris kayu secang dipakai sebagai obat luka, batuk berdarah,
berak darah, darah kotor, penawar racun, sipilis, menghentikan
pendarahan, pengobatan pasca- persalinan, desinfektan, antidiare dan
astringent.

4
4. Daya antibakteri kayu secang terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli.

5. Dapat menghilangkan jerawat karena mempunyai senyawa antioksidan.

6. Dapat juga digunakan untuk pewarna cat, pakaian, kue dan minuman.
Pewarna cat contohnya pewarna tasbih .

7. Untuk pewarna makanan, secang menggantikan Rhodamin B sebagai


pewarna sintesis pada makanan. Misalnya pada jajanan pasar ongol-ongol.

Nama senyawa asal yang mampu diisolasi dari kayu secang adalah
brazilin. Brazilin merupakan kristal berwarna kuning, akan tetapi bila
teroksidasi akan menghasilkan brazilin yang berwarna merah pada kayu
secang dengan struktur C16H14O5. Berdasarkan hasil penelitian, brazilin
pada kayu secang memiliki daya antioksidan yang andal dengan indeks
antioksidatif ekstrak air kayu secang lebih tinggi daripada antioksidan
komersial, sehingga potensial sebagai agen penangkal radikal bebas,
antidiabetes, antiinflamasi, brazilin juga memiliki aktivitas anti kanker.

c) Ekstraksi
Ekstraksi merupakan salah satu cara pemisahan satu atau lebih
komponen dari suatu bahan yang merupakan sumber komponen tersebut.
Sebagai contoh adalah ekstraksi minyak dari kopra atau biji, ekstraksi nira
dari batang tebu, ekstraksi karoten dari buah-buahan, ekstraksi cairan buah
dari buah-buahan dan sebagainya. Komponen yang dipisahkan dengan
ekstraksi dapat berupa padatan dari suatu sistem campuran padat-cair,
berupa cairan dari suatu sistem campuran cair-cair.
Pemisahan atau pengambilan komponen dari bahan sumbernya
pada dasarnya dapat dilakukan dengan penekanan, pemanasan dengan
menggunakan pelarut. Ekstraksi dengan penekanan atau pemanasan
dikenal dengan cara mekanis. Ekstraksi cara mekanis hanya dapat

5
dilakukan untuk pemisahan komponen dalam sistem campuran padat-cair.
Sebagai contoh adalah ekstraksi minyak dari biji-bijian. Dalam hal ini
minyak adalah cair dan ampasnya sebagai padatan.
Ekstraksi dengan penekanan, tekanan yang diberikan selama
penekanan akan mendorong cairan terpisah dan keluar dari sistem
campuran padat-cair. Tekanan yang diberikan terhadap campuran padat-
cair akan menimbulkan beda tekanan antara cairan dalam bahan dan
campuran dalam sutau wadah dengan tekanan diluar campuran atau diluar
wadah. Beda tekanan akan mengakibatkan cairan terekstrak. Jumlah
ekstrak yang dihasilkan dengan ekstraksi menggunakan penekanan,
dipengaruhi beberapa faktor antara lain besar kecilnya hancuran bahan,
waktu yang disediakan pada saat tekanan maksimum, besarnya tekanan
yang diberikan, kekentalan yang diekstrak, cara penekanan yang
dilakukan.
Ekstraksi menggunakan pelarut berdasarkan sifat kelarutan dari
komponen di dalam pelarut yang digunakan. Komponen yang larut dapat
berbentuk padat maupun cair, dipisahkan dari benda padat atau cair.
Ekstraksi padat cair,. komponen yang dipisahkan berasal dari benda padat.
Komponen yang diekstraksi dapat berupa protein, vitamin, minyak atsiri,
zat warna, dan sebagainya yang berasal dari bahan.
Ekstraksi bertujuan untk mengambil komponen yang larut dalam
pelarut, maka perlu dilakukan pemilihan pelarut yang selektif, yaitu
pelarut yang dapat melarutkan komponen yang akan diambil atau
dipisahkan. Ekstraksi menggunakan pelarut air komponen lain yang ikut
terekstrak tidak dapat dihindarkan, akibatnya komponen yang terekstrak
bukan merupakan komponen yang murni. Pelarut yang dipilih harus
memiliki viskositas yang cukup rendah sehingga mudah disirkulasikan.
Semakin lama proses ekstraksi berlangsung konsentrasi komponen
yang terlarut dalam pelarut makin besar, akibatnya kecepatan ekstraksi
makin menurun. Kecepatan ekstraksi menunjukkan kecepatan perpindahan
solut dari satu fase ke fase yang lain. Ekstraksi tergantung dari beberapa

6
faktor antara lain yaitu ukuran partikel, jenis zat pelarut, suhu dan
pengaduk

7
BAB III
ALAT BAHAN & CARA KERJA

A. Ekstraksi & Aplikasi


a) Alat :
1. Gelas beker 500 ml (2 buah)
2. Gelas ukur 100 ml (1 buah)
3. Tabung Reaksi (4 buah)
4. Saringan (1 buah)
5. Botol Semprot (1 buah)
6. Pengaduk (1 buah)
7. Termometer (1 buah)
8. Baumemeter (1 buah)
9. Gunting (1 buah)
10. Pipet tetes (1 buah)
11. Kompor (1 buah)
12. Ember (1 buah)
13. Karet (10 buah)
14. Plastik (1 buah)
15. Serbet / lap (1 buah)

b) Bahan :
1. Kayu secang 50 gr
2. Aquades
3. Kulit kras kambing
4. Larutan NaOH 5%
5. Larutan H2SO4 pekat
6. Larutan AgNo3

c) Cara Kerja :
1. Menimbang 50 gram kayu secang

8
2. Kayu secang dipotong kecil-kecil, direbus dengan aquades
(perbandingan secang dan aquades yaitu 1:5) sebanyak
50 gram : 250 ml
3. Suhu ekstraksi dijaga agar tidak mencapai suhu 100°c
4. Volume ditunggu sampai mengalami penyusutan 2/3 dari
volume awal
5. Jika sudah mengalami penyusutan, maka disaring terlebih
dahulu, lalu dicek pH dan dicek kepekatan larutannya
6. Mengidentifikasi larutan secang kandungan Brazilian
menggunakan :
a. 10 tetes larutan secang + 10 tetes larutan NaOH 5%
b. 10 tetes larutan secang + 10 tetes aquades + 5 tetes H2SO4
pekat
c. 10 tetes larutan secang + 10 tetes larutan AgNo3

B. Ekstraksi & Rendemen


a) Alat :
1. Gelas beker 500 ml (1 buah)
2. Gelas beker 250 ml (1 buah)
3. Gelas ukur 100 ml (1 buah)
4. Tabung reaksi (4 buah)
5. Baumemeter (1 buah)
6. Pengaduk (1 buah)
7. Wadah/ember (1 buah)
8. Kompor (1 buah)
9. Gunting (1 buah)
10. Saringan (1 buah)
11. Termometer (1 buah)
12. Serbet/lap (1 buah)
13. Karet (10 buah)
14. Plastik (1 buah)

9
b) Bahan :
1. Kayu secang 50 gr
2. Aquades

c) Cara Kerja :
1. Menimbang 50 gram kayu secang
2. Kayu secang dipotong kecil-kecil dan direbus dengan 250
ml aquades
3. Ekstraksi dijaga suhunya, tidak boleh melebihi 100°c
4. Ketika volume menyusut 2/3, air hasil ekstraksi disaring
5. Dicek pH dan kepekatan larutannya
6. Larutan diendapkan hingga endapan bisa mengumpul
7. Mengeringkan hasil endapan hingga menjadi serbuk

10
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

A. Data Pengamatan
Tabel 1 Data Pengamatan Larutan Secang

N DATA LARUTAN SECANG


O
1. Volume = 175 ml
2. pH = 5
3. °Be = 1

Tabel 2 Data Identifikasi Brazilin

NO IDENTIFIKASI BRAZILIN HASIL WARNA


1. Larutan secang (10 tetes) + 10 Merah tua
tetes larutan NaOH 5%
2. Larutan secang (10 tetes) + 10 Coklat + endapan
tetes larutan AgNO3 1%
3. Larutan secang (10 tetes) + 5 Orange / jingga
tetes H2SO4 pekat

B. Perhitungan Ekstraksi
Berat kulit = 90 gram
500
1. Air 300% = × 90 = 450 ml
100
1
2. 1% Sunlight = × 450 = 4,5 ml (90 tetes)
100
1,5
3. 1,5% Amonide = × 225 = 3,375 ml(67,5 tetes)
100
1
4. 1% Amonide = × 225 = 2,25 ml (45 tetes)
100
5 5
5. Pewarna = × 20 = × 20 = 100 ml
Be 1

11
2
6. 2% FA = × 90 = 1,8 ml (36 tetes)
100

C. Perhitungan Rendemen
Berat Rendemen = 2 gram
2 gram
1. × 100% = 4%
50 gram

12
BAB V
PEMBAHASAN

Larutan secang yang telah diekstraksi dan sudah mengalami penyusutan


volume sebanyak 2/3, kini hanya tinggal 175 ml dari volume aslinya. Lamanya
waktu ekstraksi akan menentukan banyaknya senyawa-senyawa yang terambil.
Terdapat banyak metode ekstraksi. Namun pada praktikum kali ini, digunakan
metode ekstraksi panas dengan mempertahankan suhu agar tidak mencapai
ataupun melebihi 100°C. Metode ini digunakan jika senyawa-senyawa yang
terkandung sudah dipastikan tahan terhadap panas.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut
organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka
larutan terpekat akan berdifusi keluar sel. Proses ini akan berulang terus sampai
terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan luar sel. Dari
proses tersebut didapati larutan yang warnanya merah. Karena pada kayu secang
mengandung pewarna Brazilin, yang mampu memberikan pewarnaan merah
dengan baik apabila diaplikasikan.
Penyusutan larutan hasil ekstraksi perlu dicek kembali pH dan kepekatan
larutannya (Be). Bila sudah dilakukan pengecekan, maka hasil ekstraksi secang
dipersiapkan untuk dicampurkan bersama larutan lainnya ke dalam tabung reaksi,
hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan yang akan terjadi. Larutan yang
digunakan dalam penyampuran diantaranya yaitu NaOH 5%, AgNO3 1%, dan
H2SO4 ketat.
Larutan Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda
kaustik, soda api, atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam
kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida
dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang
kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam
bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses
produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen.

13
Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam
laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia
dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang
biasa disebut larutan Sorensen. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan
menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan
akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutannya
dalam air bereaksi secara eksotermis. Ia juga larut
dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan
ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan
pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan
noda kuning pada kain dan kertas. Ketika direaksikan dengan larutan
secang, maka akan terjadi reaksi yang menghasilkan warna merah tua.
Yang kedua yaitu larutan perak nitrat, merupakan sebuah senyawa
anorganik dengan rumus kimia AgNO3. Senyawa ini adalah senyawa
paling serbaguna di antara senyawa perak lainnya, dan digunakan pada
fotografi. Senyawa ini lebih tidak sensitif terhadap sinar matahari daripada
perak halida. Senyawa ini dulu disebut lunar kaustik karena perak dulunya
disebut luna oleh para alkemis kuno yang percaya bahwa perak berasosiasi
dengan bulan.
Perak nitrat masih sangat beracun dan korosif. Paparan singkat tidak akan
menghasilkan efek samping langsung selain noda  ungu, coklat atau hitam.
Ketika AgNO3 direaksikan dengan larutan secang, maka akan terbentuk
endapan dan berwarna kecoklatan.
Larutan ketiga yaitu Asam sulfat yang juga dikenal sebagai vitriol,
adalah asam mineral yang tersusun dari unsur-
unsur sulfur, oksigen dan hidrogen, dengan  rumus molekul H2SO4 . Ini
adalah cairan tidak berwarna, tidak berbau, dan kental yang larut
dalam air dan disintesis dalam reaksi yang sangat eksoterm. Ketika
direaksikan dengan larutan secang, hasil yang didapati yaitu warna larutan
berwarna orange/ jingga, karena H2SO4 ini tidak memberikan warna yang

14
dapat merubah hasil reaksi. Sehingga larutannya akan berwarna tetap
seperti semula sebelum direaksikan.
Larutan secang yang sudah diekstraksi sebelumnya diterapkan
untuk pengaplikasian warna pada kulit kras kambing. Sebelum kulit kras
dipaparkan dibawah sinar matahari, ia masih berwarna merah keunguan
yang sangat pekat. Namun ketika kulit kras sudah selesai dipaparkan
dibawah sinar matahari, warnanya sudah tidak sepekat yang sebelumnya.
Hal ini menandakan sudah hilangnya cairan-cairan yang terkandung di
dalam kulit setelah dilakukan proses pengeringan di bawah sinar matahari.
Kemudian pada praktikum kedua, dilakukan ekstraksi rendemen
kayu secang untuk mendapat endapan hasil ekstraksi. Endapan secang
yang didapat yaitu sebanyak 2 gram. Untuk mendapatkan hasil endapan
tersebut, maka larutan secang perlu dikeringkan di bawah sinar matahari
dengan dibantu alat yang berbahan dasar seng (sebagai alat penghantar
panas yang baik). Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat proses
pengendapan.

15
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pengambilan warna brazilin pada kayu secang bisa dilakukan
dengan metode ekstraksi. Komponen brazilin memberikan kespesifikan
dari kayu secang yaitu warna merah kecoklatan jika teroksidasi atau dalam
suasana basa. Kayu secang termasuk kedalam kelompok yang bisa
memberikan pewarnaan merah yang baik dalam pengaplikasiannya.

B. Saran
Untuk mendapat kualitas pewarnaan yang baik, khususnya untuk
diterapkan dalam pewarnaan kulit maka perlu alternatif bahan pewarna
yang baik juga. Karena bahan dasar pewarna yang baik, akan berpengaruh
juga terhadap keindahan, kualitas, dan harga produknya. Pewarna brazilin
dari kayu secang bisa dijadikan sebagai alternatif warna merah untuk
mendapat mutu yang seimbang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Boonsong, P. ., Laohakunjit, N. ., Kerdchoechuen, O. ., & Matta, F.B.


(2011). Detection of pigments and natural colorants from Thai herbal plants for
possible use as coloring dyes. Hortscience, 46(2), 265–272
Grover, N., & Patni, V. (2011). Extraction and application of natural dye
preparations from the floral parts of Woodfordia fruticosa (Linn.) Kurz. Indian
Journal of Natural Products and Resources, 2(4), 403–408.
Hangoluan, B. Y. M. (2011). Pengembangan metode isolasi brazilin dari
kayu secang (Caesalpinia sappan). Institut Pertanian Bogor.
Heaton, A. (1996) An Introduction to Industrial Chemistry, 3rd edition,
New York:Blackie. ISBN 0-7514-0272-9.
N. N. Greenwood, A. Earnshaw, Chemistry of the Elements, 2nd ed.,
Butterworth-Heinemann, Oxford, UK, 1997.

17
LAMPIRAN

Gambar 1 Proses Ekstrasi Kulit Kayu Secang

Gambar 2 Proses Pembuatan Corak pada Kulit Kras

18
Gambar 3 Proses Persiapan Sebelum Aplikasi Warna

Gambar 4 Proses pencampuran kulit kras dengan pewarna brazilin

Gambar 5 Identifikasi warna brazilin setelah ditambah larutan lain

19
Gambar 6 Proses penyaringan larutan hasil ekstraksi

Gambar 7 Proses pengecekan pH

Gambar 8 Hasil pewarnaan pada kulit kras


yang sudah kering

20
Gambar 9 Hasil Serbuk Secang

21

Anda mungkin juga menyukai