Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN
I.A. Latar Belakang 2
I.B. Rumusan Masalah 2
II. PEMBAHASAN
II.A. Teori Terbentuknya Negara 3
1. Teori Perjanjian Masyarakat 3
2. Teori KeTuhanan 6
3. Teori Patriarki dan Matriarki 7
4. Teori Organis 7
5. Teori Pertentangan Kelas 7
6. Teori Positivisme 8
7. Teori Terbentuknya Negara Secara Primer dan Sekunder 8
II.B. Unsur-unsur Negara
1. Wilayah 10
2. Perbatasan 10
3. Pemerintah 11
4. Kedaulatan 11
II.C. Bentuk Negara 12
II.D. Tujuan NKRI
1. Konsep Dasar NKRI 15
2. Pengertian Tujuan dan Fungsi Negara Secara Universal. 16
3. Tujuan Negara 16
II.E. Negara Hukum Pancasila 16
III. PENUTUP
III.A. Kesimpulan 20
III.B. Saran 20
IV. DAFTAR PUSTAKA 21

Negara | 1
I. PENDAHULUAN

I.A. LATAR BELAKANG

Terimakasih kami ucapkan kepada Tuhan YME karena berkat rahmat pertolonganNya,
kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami juga berterima kasih kepada Bu Priska
karena telah memberikan tugas ini kepada kami yang bisa sekaligus melatih kami untuk berkerja
sama dalam sebuah kelompok dan mengenalkan kami lebih dalam mengenai Pendidikan
Kewarganegaraan terutama mengenai Negara sesuai materi yang kami bahas. Terimakasih juga
untuk sumber-sumber yang telah memberikan kami banyak informasi dan referensi bermanfaat
untuk pengerjaan makalah ini.
Dewasa ini, banyak orang yang salah mengartikan apa itu sebuah Negara. Banyak yang
bisa berpindah dan menetap di suatu Negara tanpa mengetahui asal usul dari Negara tersebut.
Hampir sebagian besar juga manusia di bumi yang tidak peduli mengenai Negara nya, hanya
memanfaatkan hasil tanpa menanam terlebih dahulu.
Hampir sebagian besar pula manusia tidak mengetahui asal mula dari Negara nya, namun
salah memanfaatkannya. Hanya menggunakannya sebagai tempat membuka usaha,
memanfaatkan sumber daya yang ada lalu meninggalkannya dengan porakporanda tanpa
memperhatikan atau memperbaikinya lagi.
Oleh karena itu, disni kami akan membahas mengenai awal mula terbentuknya Negara;
teori-teori dari berbagai pihak di penjuru dunia, unsur-unsur dari terbentuknya Negara, bentuk-
bentuk Negara yang ada di bumi. Selain membahas Negara secara umum, kami juga akan
membahas mengenai NKRI yakni tujuan dari NKRI dan Negara hukum Pancasila.
Harapan kami kedepannya melalui pembahasan yang kami buat, agar setiap orang yang
membaca dan menyimak tulisan kami ini bisa faham dan sadar betapa pentingnya Negara bagi
kehidupan manusia di muka bumi ini dan betapa pentingnya NKRI bagi kehidupan kami
masyarakat Indonesia. Semoga mereka juga bisa lebih menghargai suatu Negara termasuk NKRI
tanpa bertindak semena-mena.

I.B. RUMUSAN MASALAH


Dari makalah yang akan kita bentuk ini, terdapat beberapa rumusan masalah yang akan
dibahas lebih lanjut, yakni :
1. Apakah yang dimaksud dengan negara itu sendiri ?
2. Apa sajakah unsur-unsur terbentuknya Negara ?
3. Apa sajakah bentuk-bentuk Negara ?
4. Apa tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia ?
5. Apa itu Negara Hukum Pancasila ?

Negara | 2
II. PEMBAHASAN

II.A. TEORI TERBENTUKNYA NEGARA

1. Teori Perjanjian Mayarakat


Teori perjanjian masyarakat (Teori kontak sosial) menganggap ‘perjanjian’
sebagai dasar negara dan masyarakat. Negara dan masyarakat yang dibentuk berdsarkan
perjanjian-perjanjian masyarakat adalah teori asal mula negara yang ditemukan dalam
tulisan-tulisan sepanjang zaman, sejak pemikiran politik yang rasional dimulaI, dalam
tulisan-tulisan filosof Yunani-Purba sampai pada teori-teori Rousseau dalam abad XVII.
Teori perjanjian tersebut merupakan salah satu teori yang terpenting mengenai asal mula
negara dan bersifat universal, karena ditemukan dalam tulisan sarjana Barat maupun
sarjana Timur.
Penganut teori perjanjian masyarakat meliputi penulis dari seluruh aliran
pendapat, dari paham kenegaraan yang absolutis sampai ke penganut paham kenegaraan
yang terbatas. Dasar kontraktil dan negara di dunia Barat pada awal mulanya ditulis oelh
kaum Sofis (filosof Yunani sebelum Plato dan Aristoteles).
Bentuk dan sifat negara saat kebudayaan Yunani Purba bersifat polis-polis, yakni
berbentuk satu bangunan seperti benteng di puncak bukit yang semaki lama semakin
diperkuat seiring dengan banyaknya orang-orang yang bergabung dan tinggal didalamnya.
Hal itu diisebabkan tingkat keamanan yang tinggi. Dengan demikian mereka akan
terus memperluas benteng mereka sehingga terbentuklaj polis. Untuk mengendalikan
orang-orang yang berada di dalamnya, dibentuklah organisasi. Oleh karena itu polis
dianggap identik dengan masyarakat dan masyarakat dianggap identik dengan negara.

 Plato (429-347 S.M.)


Alasan utama Plato mengenai terbentuknya negara:
a. Kebutuhan manusia yang beraneka macam
Maka mereka harus bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan mereka
tersebut
b. Manusia tidak bisa memenuhi kebutuhannya secara pribadi
Maka manusia membutuhkan orang lain untuk membagi pekerjaan dan
bekerjasama
c. Antar desa terjadi hubungan kerjasama
Terjadi kerjasama antar desa yang memicu terbentuknya negara

 Kautilya (321-300 S.M.)


1
“People suffering from anarchy al illustrated by the proverbial tendency of
alarge fish awallowing a small one, first ejected Manu to be their King, and
allotted one-sixth of the grains grown and one tenth of their merchandise as
1
“Konsep-konsep Ilmu Politik Negara Sebagai Konsep Ilmu Politik”. Fatahullah Jurdi. 2014. hlm. 33
Negara | 3
sovereign dues. Supported by maintaining the safety and security of their subjects”
– Kautilya dalam buku Arthasastra.
Dari kutipan diatas, Kautilya menyatakan bahwa suatu wilayah yang
dihuni oleh manusia (negara) penting untuk dipimpin oleh pemerintah untuk
memenuhi keperluan manusia-manusia didalamnya. Jika hidup tanpa pemerintah,
maka kita akan saling menyerang satu sama lain seperti halnya dilautan lepas
ikan-ikan kecil yang menjadi makanan ikan-ikan besar.
Namun sebaliknya, manusia harus bisa bermufakat dan membangun negara
yang hebat dengan gotong royong dan tidak saling menjatuhkan satu sama lain.

 Aristoteles (384-322 S.M.)


Aristoteles awal mulanya membandingkan manusia dengan hewan yang
dianggapnya berbeda. Hewan bisa hidup sendiri tanpa membutuhkan hewan lain.
Namun, beda halnya dengan manusia. 2“Manusia hidup selalu membutuhkan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga manusia disebut “zoon
politicon””.
Negara pun terbentuk dari sekumpulan manusia yang membentuk
keluarga. Dari keluarga-keluarga tersebut bergabung menjadi persekutuan yang
lebih besar lagi yakni desa. Tiap desa bergabung dan membentu negara yang
sifatnya masih kota/ polis.

 Epicurus (342-271 S.M.)


Menurut Epicurus negara adalah 3“hasil dari perbuatan manusia yang
diciptakan untuk memenuhi kebutuhan dari anggota-anggotanya.”
Jadi manusia sebagai individu sekaligus sebagai anggota/ masyarakat yang
mempunyai dasar kehidupan yang mandiri.

 Thomas Hobbes (1588-1679)


Hobbes memulai teorinya dari sebelum ada negara. Orang-orang masih
hidup bebas, tanpa ikatan, dan bermusuhan satu sama lain. Maka terjadilah selalu
perlawanan diantara mereka, baik antar perseorangan hingga antar kelompok.
Untuk meminimalisir hal tersebut, maka harus dibentuk sebuah perjanjian
bersama.
Hobbes juga berpendapat bahwa hanya ada satu jenis perjanjian, yakni
perjanjian pemerintahan (pactum subjectionis) yang mewajibkan setiap individu
yang berjanji, menyerahkan hak-hak kodrat yang mereka miliki kepada seorang
atau sekelompok orang yang ditunjuk sebagai pemimpin kehidupan mereka.
Orang atau sekelompok orang yang ditunjuk sebagai pemimpin itupun harus
diberikan kekuasaan.
Proses terbentuknya perjanjian tersebut menurut Hobbes, antara lain :
2
Ibid. hlm. 33
3
Ibid. hlm 33
Negara | 4
a. Mengadakan perjanjian yang dinamakan perjanjian masyarakat untuk
membentuk suatu masyarakat atau negara. Hanya ada dua pihak yang
terlibat yakni orang dengan orang lain.
b. Menunjuk pihak ketiga yang diserahi kekuasaan untuk menyelenggarakan
perdamaian tersebut
c. Penguasa memiliki kekuasaan yang absolute karena penguasa tidak
menerima kekuasaan dari masyarakat atau negara yang berdiri melalui
perjanjian tadi . Akan tetapi penguasa mendapat kekuasaan dari orang-
orang yang melakukan/ membuat perjanjian tersebut. Jadi, penguasa
berada di luar perjanjian.
d. Perjanjian masyarakat yang bersifat langsung. Orang-orang yang
menyelenggarakan perjanjian tersebut langsung menyerahkan hak
kodratnya kepada penguasa.

 John Locke (1632-1704)


Teori perjanjian masyarakat milik John Locke sebagian besar berkebalikan
dengan teori perjanjian masyarakat milik Hobbes. Dasar teori John Locke adalah :
a. Dalam keadaan alamiah (belum ada negara), sudah terdapat perdamaian
sehingga antar manusia tidak hidup bebas, tidak bermusuhan, dan tidak
kacau.
b. Dalam keadaan alamiah (belum ada negara), manusia sudah memiliki hak-
hak alamiah secara pribadi yang dapat mengatur kehidupan mereka satu
sama lain sehingga tidak merugikan satu sama lain baik dalam segi
kesehatan, kehidupan, kebebasan, dan hartanya. Hal inilah yang dinamai
sebagai hak-hak asasi oleh John Locke
c. John Locke menganggap perjanjian dalam masyarakat dalam dua jenis
yakni perjanjian antar masyarakat membentuk organisasi sosial yang
dinamai pactum unionis dan dilanjutkan dengan pembentukan pactum
subjectionis. Berbeda dengan teori Hobbes yang hanya membentuk
pactum subjectionis.
d. Ada hak-hak individu yang tidak dapat dilepaskan menurut John Locke
yang bertentangan dengan pendapat Hobbes bahwa semua hak individu
diserahkan kepada seorang pemimpin.

 Jean Jacques Rousseau (1712-1778)


Pendapat Rousseau adalah “hak yang diserahkan memang seluruh hak
yang dimiliki oleh manusia, tetapi kemudian hak itu dikembalikan oleh
pemerintah kepada manusia dalam bentuk hak warga. Maka dengan
diselenggarakannya perjanjian masyarakat itu, berarti bahwa tiap orang
melepaskan dan menyerahkan semua hak pada kesatuannya, yakni masayarakat.”
Akibat tindakannya ini, Rousseau dianggap sebagai pemicu Revolusi
Perancis dan sebagai bapak Kedaulatan Rakyat dikarenakan ia telah melahirkan
Negara | 5
paham kedaulatan rakyat. Jadi, akibat dari terselenggarakannya perjanjian
masyarakat ini adalah:
a. Terciptanya kehendak umum
Kesatuan dari keinginan masyarakt yang telah melakukan perjanjian
masyarakat tadi.
b. Terbentuknya masyarakat
Kesatuan dari masyarakat yang memiliki kehendak umum yang kemudian
dinamakan sebagai kedaulatan rakyat.

 Immanuel Kant (1724-1804)


Kant mengatakan dalam bukunya bahwa asal mula manusia hidup dengan
manusia lain tidak mengenal peraturan apapun. Maka, manusia pun
mempertahankan dirinya sendiri dengan dipimpin oleh egonya. Apabila egonya itu
tidak dibatasi, maka akan terjadi peperangan antara manusia satu melawan yang
lainnya.
Dengan keadaan tidak adanya peraturan, manusia akan terasa amat buas
ketika manusia lain memasuki territorial miliknya. Agar bisa membatasi egonya
dan demi terciptanya kehidupan yang tentram, maka manusia-manusia itu
berkumpul dan membentuk perjanjian yang nantinya menjadi dasar terbentuknya
suatu organisasi sosial, yakni Negara.

2. Teori KeTuhanan
 Thomas Aquinas (1225-1274)
Thomas Aquinas memiliki pendapat yang sama seperti Aristoteles yakni
manusia sejatinya adalah zoon politicon yang selalu hidup bersama-sama untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dan mencapai tujuannya dengan memanfaatkan
akal, pikiran dan budi pekerti yang telah diberikan oleh kodrat alam.
Thomas Aquinas membagi azas-azas hukum alam menjadi dua jenis :
a. Principia Prima (Azas umum)
“4Azas yang sendirinya dimiliki oleh manusia ber-ratio sejak saat
kelahirannya, dan mutlak diterima karena tidak bisa dipisahkan dari
manusia.”
Siifatnya mutlak dan tidak dapat berubah sampai kapan pun.
b. Principia Secundaria (Azas yang diturunkan dari azas umum)
“Azas yang diturunkan hingga merupakan tafsiran prima yang dilakukan
manusia sendiri.”
Sifatnya tidak mutlak dan dapat berubah sesuai zaman dan tempat.
Bentuknya beragam. Tafsiran itu termasuk buruk bila mementingkan
kepentingan pribadi (egois) dan merugikan orang lain.
Sehubungan dengan itu, Aquinas juga membagi hukum menjadi empat golongan ,
yakni :
4
Ibid. hlm. 38
Negara | 6
a. Lex Aeterna (Hukum abadi)
Percaya kepada Tuhan karena Tuhan telah mengatur segala hal. Sumber
dari segala hukum
b. Lex Divina (Hukum keTuhanan)
Tuhan mewahyukan sebagian kecil rasionya kepada manusia
c. Lex Naturalis (Hukum alam)
Penjelmaan hukum abadi dalam diri manusia
d. Hukum Positif
Merupakan hukum yang berlaku di tengah-tengah masyarakat

3. Teori Patriarki dan Matriarki


Teori ini dikemukakan oleh Wilken. Menurutnya, teori ini dimulai pada zaman
yang lampau dimana manusia hidup berkelompok. Laki-laki dan perempuan bersetubuh
tanpa ikatan yang menyebebkan terbentuknya keturunan baru (anak). Kemudian manusia
sadar akan hubungan antar ibu dengan anak-anaknya sebagai suatu kelompok keluarga
inti dalam masyarakat, karena anak-anaknya hanya mengenal ibunya, tanpa mengenal
ayahnya.
Ibulah yang menjadi kepala keluarga. Hingga ketika besar, anak-anaknya mencari
pasangan dari kelompok lain dan membawa pasangannya ke kelompok mereka sendiri.
Keturunan yang mereka hasilkan pun pada akhirnya juga menetap di kelompok pihak
laki-laki. Dari sinilah timbul peran laki-laki sebagai kepala keluarga.
Dengan perkawinan dua individu berbeda kelompok inilah yang menghubungkan
satu kelompok/suku dengan suku lain berbaur menjadi satu dan menjadi lebih luas lagi.
Dan perkumpulan antar suku-suku inilah yang membentuk negara pada awal mulanya.
Jadi negara adalah perkelompokan suku.

4. Teori Organis
Merupakan “suatu konsep biologis yang melukiskan negara dengan istilah-istilah
ilmu alam.” Negara disamakan dengan mahluk hidup. Masyarakat/ manusia dianggap
sebagai sel-sel dari suatu negara yang dianggap sebagai mahluk hidup itu sendiri.
Kesamaan itupula makin melekat dengan seiringnya waktu negara yang juga
mengalami kelahiran, perkembangan, dan kematian layaknya manusia itu mahluk hidup
itu sendiri.

5. Teori Pertentangan Kelas


Penganut teori ini adalah Karl Marx dan Harold J Laski. Menurut teori ini, negara
terbentu setelah masyarakat terbagi dalam kelas-kelas yang bertentangan. Pertentangan
kelas ini dimulai ketika terjadinya kepemilikan seseorang terhadap suatu alat produksi,
sehingga memecah masyarakat menjadi dua kelas yakni kelas pemilik alat-alat produksi
dan kelas yang tidak memiliki alat produksi.
Untuk meningkatkan kegiatan produksinya di bidang ekonomi maka kelas pemilik
alat produksi menyewakan alat-alat produksi nya kepada kelas yang tidak memiliki alat
Negara | 7
produksi. Akan tetapi, bila terjadi penyewaan secara sepihak membuat kelas pemilik
produksi merasa tidak aman.
Oleh karena itu, dibentuklah organisasi di bidang politik yang dapat mengatur
kepemilikan dan peminjaman alat diantara keduanya yang disebut sebagai Negara. Jadi
negara tersebut terbentuk dari kelas terkuat ekonominya di dalam masyarakat.

6. Teori Positivisme
Diungkapkan oleh Hans Kelsen, seorang ahli hukum dari Austria. Menurut teori
ini, sebuah negara hanya dapat dipelajari dan dipahami dalam sistem hukumnya itu
sendiri. Negara adalah suatu tertib hukum yang timbul karena diciptakan oleh peraturan-
peraturan hukum, yang menentukan bagaimana orang-orang dalam negara tersebut
bertanggungjawab terhadap perbuatannya.
Sifatnya mengikat yang menyebabkan orang-orang didalmnya harus menaatinya
dan menyesuaikan segala tingkah laku perbuatannya dengan hukum yang berlaku.
Dengan adanya hukum, selayaknya pasti ada sanksi. Sanksi tersebut diberikan apabila
orang-orang didalamnya tidak menaati hukum yang berlaku.
Hukum yang berlaku dalam suatu negara beraneka ragam jenisnya, bentiuknya
bahkan jumlahnya. Namun, semua hukum itu berpusat pada satu sumber hukum. Sumber
hukum tersebut menjadi dasar bagi hukum berikutnya yang lebih rendah tingkatannya.

7. Terjadinya Negara Secara Primer dan Sekunder


Teori ini diungkapkan oleh Padmo Wahjono. Beliau meninjau proses terjadinya
negara dalam dua tahap yakni :
 Terjadinya Secara Primer
Dalam teori ini diungkapkan asal mula terbentuknya negara yang tidak
dihubungkan/ dikaitkan dengan negara yang sudah ada sebelumnya. Terdapat 4
fase :
a. Fase Genootshap
Berkumpulnya orang-orang yang memiliki kepentingan bersama
dan didasari pada persemaan. Mereka sadar bahwa saling membutuhkan
satu sama lain dalam memenuhi kepentingan yang sama tersebu.
Kepemimpinan dalam fase ini dipilih diantara mereka yang paling hebat/
mempunyai kemampuan lebih. Oleh karena itu, pada fase ini yang
menonjol adalah bangsa
b. Fase Reich
Munculnya orang-orang yang sadar akan hak kepemilikan atas
tanah, yang menyebabkan munculnya dua kelas berbeda antara tuan tanah
dan orang-orang yang menyewa tanah. Hal ini memicu tumbuhnya sistem
feodalisme. Oleh karena itu, pada fase ini unsur yang menonjol adalah
wilayah.
c. Fase Staat

Negara | 8
Banyaknya orang-orang yang mulai sadar akan pentingnya
bernegara sehingga orang-orang yang tadinya tidak bernegara memilih
untuk bernegara. Orang-orang tersebut pun juga menyadari bahwa
hidupnya selama ini berada dan tergantung dalam kelompok tersebut. Oleh
karena itu, pada fase ini unsur-unsur penting dalam pemebentukan suatu
negara yakni bangsa, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat sudah
terpenuhi.
d. Fase lanjutan
Fase lanjutan dari tahap primer ini dibedakan menjadi dua jenis :
i. Fase democratische natie
Merupakan fase lanjutan dari fase staat. Fase ini merupakan awal
dari terbentuknya kedaulatan rakyat.
ii. Fase dictatuur
Ada dua pendapat berbeda dalam fase ini :
o Menurut Sarjana Jerman
Fase ini merupakan fase lanjutan dari fase democratische
natie
o Menurut Sarjana lainnya
Fase ini bukan fase lanjutan dari fase democratische natie,
melainkan penyelewengan dari fase democratische natie.
 Terjadinya Secara Sekunder
Dalam teori ini diungkapkan asal mula terbentuknya negara yang
dihubungkan/ dikaitkan dengan negara yang sudah ada sebelumnya. Pengakuan
menjadi permasalahan terpenting dalam fase ini. Terdapat tiga macam masalah
pengakuan:
a. Pengakuan de facto
Merupakan pengakuan yang bersifat sementara terhadap
terbentuknya negara baru. Masih terjadi peninjauan kembali mengenai
prosedur pembentukan negara baru tersebut apakah sesuai dengan hukum
yang berlaku atau tidak, meskipun negara baru tersebut sudah terbentuk.
Oleh karena itu, negara tersebut diberikan pengakuan sementara hingga
dinyatakan negara tersebut sesuai hukum.
b. Pengakuan de jure
Merupakan pengakuan yang bersifat tetap terhadap terbentuknya
suatu negara. Hal ini bisa terjadi apabila pembentukan negara baru tersebut
sesuai hukum yang ada. Ini merupakan pengakuan lanjutan setelah
menerima pengakuan de facto.
c. Pengakuan atas pemerintahan de facto
Merupakan pengakuan yang diberikan kepada suatu negara, namun
hanya pemerintahannya saja. Mengenai wilayah dan lain-lain, tidak
mendapatkan pengakuan yang selayaknya. Hal ini di ciptakan oleh seorang

Negara | 9
sarjana Belanda bernama Van Haller saat proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia.

II.B. UNSUR-UNSUR NEGARA

1. Wilayah
Setiap negara menduduki wilayah tertentu di muka bumi dan memiliki batas-batas
wilayah yang jelas pula kekuasaan negara mencakup seluruh wilayah tidak hanya tanah
tetapi laut di sekelilingnya dan angkasa diatasnya karena adanya kemajuan teknologi
dewasa ini masalah wilayah menjadi lebih rumit dibandingkan masa lampau. Sebagai
contoh pada masa lampau wilayah laut cukup sejauh 3 mil dari pantai sesuai dengan jarak
tembak meriam.
Pada saat ini hal itu kurang relevan lagi sebab jarak tembak peluru kendali bisa
ratusan mil. Oleh karena itu, beberapa negara termasuk Indonesia mengusulkan wilayah
laut 12 mil diukur dari titik terluar, serta menuntut adanya zone ekonomi eksklusif 200
mil. Kemajuan teknologi telah memungkinkan pengeboran minyak dan gas di lepas pantai
mendorong sejumlah negara besar untuk menuntut penguasaan wilayah yang lebih luas.
Menurut hukum internasional, semua negara sama martabatnya,tetapi dalam
kenyataannya sering negara kecil mengalami kesulitan untuk mempertahankan
kedaulatannya, apalagi jika negara tetangganya adalah negara besar.

Di lain pihak, negara yang memimiliki wilayah yang sangat luas juga menghadapi
berbagai permasalahan, antara lain keanekaragaman suku, budaya, agama, serta masalah
perbatasan dan sebagainya.

2. Perbatasan
Setiap negara pasti memiliki penduduk dan kekuasaan negara menjangkau seluruh
penduduk di dalam wilayahnya. Penduduk dalam suatu negara biasanya menunjukan
beberapa ciri khas yang membedakannya dari identitas nasionalnya. Kesamaan dalam
sejarah, kesamaan bahasa, kesamaan kebudayaan, kesamaan suku bangsa, dan kesamaan
agama merupakan faktor yang mendorong ke arah terbentuknya persatuan nasional dan
identitas nasional yang kuat. Persamaan dan homogenitas tidak menjamin kokohnya
persatuan. Sebalinya, keanekaragaman juka tidak menutup kemungkinan untuk
berkembangnya persatuan yang kokoh.

Sebagai contoh, negara Swiss yang mempunyai empat bahasa dan india yang
mempunyai 16 bahasa resmi. Walaupun demikian, kedua negara itu sampai sekarang
masih tetap bersatu. Indonesia dengan puluhan bahasa daerah, suku bangsa, dan terdiri
berbagai agama hingga saat ini juga masih bersatu. Sebaliknya, Inggris dan Amerika
Serikat memiliki bahasa yang sama, tetapi merupakan dua bangsa dan negara terpisah.
Pakistan yang didirikan dengan alasan untuk mempersatukan wilayah india india yang
beragama islam akhirnya pecah menjadi dua, yaitu pakistan dan banglades.

Negara | 10
Oleh karena itu, bagus untuk direnungkan apa yang dikatakan oleh filsuf prancis
ernest renan bahwa pemersatu bangsa bukanlah kesamaan bahasa, kesamaan agama,
kesamaan suku ataupun kesamaan ras, akan tetapi tercapainya hasil gemilang di masa
lampau dan keinginan untuk mencapai tujuan bersama di masa depan.

3. Pemerintah
Setiap negara memiliki organisasi yang berwenang untuk merumuskan dan
melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat seluruh penduduk di dalam
wilayahnya. Keputusan-keputusan ini antara lain berbentuk undang-undang dan berbagai
peraturan lainnya. Dalam hal ini organisasi yang dimaksud ialah pemerintah yang
bertindak atas nama negara dan menyelenggarakan kekuasaan dari negara.
Dengan demikian, negara itu bersifat lebih permanen, sedangkan pemerintah
biasanya silih berganti. Kekuasaan pemerintah biasanya dibagi menjadi tiga, yaitu
legislatif (pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang). Dan yudikatif
( yang mengawasi pelaksanaan undang-undang).

Sistem pemerintahan yang dikenal di dunia secara garis besar dapat dibedakan
menjadi tiga model, yaitu (i) sistem pemerintahan presidensil, misalnya inggris, malaysia,
indonesia, philipina, (ii) sistem pemerintahan parlementer, seperti inggris, malaysia,
singapura, india, dan (iii) sistem pemerintahan campuran, misalnya prancis. Sistem
pemerintahan presidensil merupakan sistem pemerintahan yang terpusat pada jabatan
presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara.

Dalam sistem parlementer jabatan kepadala negara dan kepala pemerintahan


dibedakan dan dipisahkan satu sama lain. Jabatan kepala negara untuk negara republik
dipegang oleh presiden, untuk negara kerajaan dipegang raja atau ratu, sedangkan kepala
pemerintahan dipegang oleh perdana menteri.

4. Kedaulatan
Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi untuk membuat undang-undang dan
melaksanakannya dengan semua cara (termasuk paksaan) yang tersedia. Negara
mempunyai kekuasaan tertinggi ini untuk memaksa semua penduduknya agar menaati
undang-undang serta peraturan-peraturannya. Di samping itu, negara mempertahankan
kemerdekaannya terhadap serangan-serangan dari negara lain dan mempertahankan
kedaulatannya ke luar.
Untuk itu, negara menuntut loyalitas yang mutlak dari warga negaranya.
Kedaulatan letak kekuasaan politik. Kedaulatan yang bersifat mutlak sebenarnya tidak ada
sebab pimpinan kenegaraan (raja atau diktator) selalu terpengaruh oleh tekanan-tekanan
dan faktor-faktor yang membatasi penyelenggaraan kekuasaan mutlak; apalagi kalau
menghadapi masalah dalam hubungan internasional.
Perjanjian internasional pada dasarnya membatasi kedaulatan suatu negara.
Kedaulatan umunya dianggap tidak dapat dibagi-bagi, tetapi di dalam negara federal
sebenarnya kekuasaan dibagi antara negara dan negara-negara bagian.

Negara | 11
II.C. BENTUK NEGARA

Teori Bentuk Negara bermaksud membahas sistem penjelmaan politis daripada unsur-
unsur Negara.

Menurut Machiavelli dengan bukunya II Principe artinya Sang Raja menyatakan


bentuk negara bila tidak Republik, maka lainnya Monarchie Niccolo Marchiavelli
memberikan pendapat awal tentang bentuk Negara Republik dan Monarchie. Sarjana-
sarjana menjari tolak ukur pembeda antara Republik dan Monarchie.

Jellinek dalam bukunya yang terkenal Allgemeine Staatslchre membedakan


bentuk negara Republik dan Monarchie berdasarkan pembentukan kemauan negara.

Bila cara pembentukan kemauan negara itu ditentukan oleh seorang saja maka itu
Monarchie, sedangkan bila kemauan negara ituditentukan oleh dewan (lebih dari seorang)
maka terjadilah Republik.

Jika kita berpegang teguh kepada prinsip dasar pembagian Jellinek maka Negara
Inggris, Swedia, Norwegia, Denmark, Belanda dan Belgia haruslah dimasukkan dalam
bentuk Negara Republik, sebab cara terjadinya pembentukan kemauan negara-negara
tersebut diatas dilakukan oleh orang banyak/dewan.

Sedangkan kenyataannya menurut hukum tata negara, negara-negara tersebut


bentuk negaranya adalah monarchie. Yang paling aneh ialah dimasukkannya Jerman
(zaman Bismarck) ke dalam bentuk Negara Republik, padahal hal tersebut sudah jelas
Monarchie.

Jellinek jelas tidak konsekuen ketika ia memasukkan Inggris kedalam Monarchie.


Alasannya ialah kekuasaan untuk menggerakkan parlemen dan pimpinan tertinggi negara
masih ada ditangan raja secara yuridis formal. Walaupun demikina diakuinya juga bahwa
didalam praktek, parlemen lebih berkuasa. Hal ini sudah sejak zaman Ratu Victoria yang
tidak mampu lagi menentang kehendak parlemen. Meskipun kabinet ( dewan menteri)
diangkat oleh raja secara formal, tetapi sebenarnya menterinya sudah ditentukan terlebih
dahulu oleh parlemen, karena pemimpin partai yang mendapat suara terbanyak dalam
House Of Common (parlemen Inggris diangkat menjadi Perdana Menteri, kemudian
Perdana Menteri inilah yang memilih menteri-menterinya yang kemudian diajukan
kepada raja untuk diangkat. Dalam prakteknya usul personalia dari Perdana Menteri atau
parlemen ini tidak pernah ditolak oleh raja. Jadi jelaslah kiranya kalau kita tetap hendak
menggunakan ukuran Jellinek maka negara Inggris seharusnya dimasukkan kedalam
bentuk negara Republik.

Dengan demikian alasan-alasan Jellinek kurang bisa diterima. Memang benar


bahwa parlemen tidak dapat mengadakan sidang sendiri karena tidak memiliki
SELBSTVERSAMMLUNGSRECHT (hak untuk mengadakan sidang sendiri). Jadi hanya
mungkin sidang atas perintah raja. Juga benar bahwa parlemen tidak bisa memberlakukan
Negara | 12
undang-undang tanpa ”royal assent” (restu/sabda) raja. Tetapi bkanlah semua keputusan
diambil secara yuridis melalui banyak orang/dewan? Sebaliknya royal assent saja tanpa
bantuan parlemen tak akan merupakan peraturan/undang-undang yang mengikat umum.

 Leon Duguit
Dalam bukuny “Traitede Droit Constitutionel” jilid II halaman 607 diutarakannya
bahwa untuk menentukan apakah negara berbentuk Monarchie atau Republik ialah
dengan menggunakan cara penunjukan/pengangkatan kepala negaranya.
Monarchie bila kepala negaranya yang turun temurun, diangkat berdasarkan
keturunan. Apabila diangkat atas dasar keturunan yaitu dengan pemilihan maka
bentuknya ialah ; Republik.
Sebenarnya Duguit mengatakan kedua bentuk ini (Monarchie/Republik) sebagai
bentuk pemerintah, sedangkan menurut Hukum Tata Negara seharusnya bentuk
negara. Pada lazimnya “bentuk pemerintah” digunakan untuk menentukan lebih
lamjut perbedaan dan bentuk negara, yaitu mengenai perbedaan sistem Hukum
Tata Negaranya. Karena Hukum Tata Negara menunjukkan cara bagaimanakah
hubungan antara alat-alat perlengkapan negara tertinggi saling berhubungan.
Misalnya: Republik, dengan sistem pengawasan langsung oleh rakyat (referendum
dan inisiatif rakyat) misalnya: Swiss, dengan sistem parlementer misalnya:
Perancis dengan sistem pemisahan kekuasaan misalnya: Amerika Serikat.

 Otto Koellreutter
Ia sependapat dengan paham Duguit tentang pembagian bentuk negara
dalam bentuk Monarchie dan Republik, akan tetapi karena ia sebagai orang fasis
Jerman dikemukakannya bentuk yang ketiga yang dinamakan
“AUTORITARENFUFUHRERSTAAT” Monarchie (dewasa ini) adalah suatu
negara yang diperintah pelh suatu dinasti, di mana kepala negaranya diangkat atas
dasar keturunan. Oleh karena itu ia beranggapan bahwa dasarnya ialah
ketidaksamaan, karena tidak setiap orang dapat menjadi kepala negara. Sedangkan
bentuk Republik berdasarkan asas kesamaan, karena kepala negaranya diangkat
berdasarkan kemauan orang banyak dan setiap orang dianggap sama haknya untuk
menjadi kepala negara. Kepala negara Republik tidak diangkat berdasarkan
keturunannya ataupun kepribadiannya melainkan karena kemauan rakyat secara
politis dan kenegaraan. Jadi Otto Koellreutter menggunankan ukuran Kesamaan
dan Ketidaksamaan.
Untuk bentuk negara yang ketiga yang dinamakannya Autoritaren
Fuhrerstaat, perbedaan atas dasar negara Republik dan Monarchie, tidak menjadi
hal yang penting lagi. Kepala Negara ini (yang ketiga) tidak lagi diangkat atas
dasar pikiran yang dapat berkuasa yang disebutnya sebagai “ der Gedanken der
Staatsautoritat”. Jadi atas dasar ketidaksamaan. Tetapi asas ketidaksamaan ini
berlainan dengan asas ketidaksamaan dalam Monarchie yang berpangkal pada
keturunan/dinasti, sedangkan pada bentuk ketiga ini berpangkal pada pikiran yang

Negara | 13
dapat menguasai negara. Otto Koellreuter tidak menjelaskan lebih lanjut mengapa
seorang yang mempunyai “pikiran yang dapat berkuasa” atau “der Gedankender
Staatsautoritat” dapat berkuasa menjadi kepala negara.(Azhary op cit :50-53)
Aristoteles meninjau mengenai bentuk negara itu berdasarkan ukuran
KUANTITAS untuk bentuk IDEAL dan ukuran KUALITAS untuk bentuk
PEMEROSOTAN. Jadi disini Aristoteles memperhatikan banyaknya yang
memerintah, hingga menghasilkan bentuk ideal dan bentuk pemerosotan. Menurut
beliau adalah sebagai berikut:
a. MONARCHIE :
Apabila yang memerintah satu orang untuk orang banyak maka bentuk
negara adalah MONARCHIE dan kalau merosot dimana ia memerintah
didasarkan pada kepentingan sendiri maka bentuknya menjadi DIKTATOR
atau TIRANI

b. ARISTOKRASI :
Bila yang memerintah beberapa orang dan demi kepentingan orang
banyak maka bentuk negara ini dinamakan ARISTOKRASI. Pemerosotan
daripada aristokrasi ini yaitu apabila beberapa orang memerintah untuk
kepentingan golongan sendiri maka bentuk negara menjadi
OLIGARCHIE, sedangkan apabila hanya kepentingan orang kaya maka
dinamakan PLUTOKRASI.

c. POLITIEA :
Bila yang memerintah seluruh orang dan demi kepentingan seluruh orang
pula maka bentuk negara demikian dinamakan POLITIEA, sedangkan
kalau ia merosot menjadi perwakilan dinamakan DEMOKRASI. Jadi
Demokrasi merupakan kemerosotan daripada bentuk POLITIEA.
Jadi apabila kita buatkan skema bentuk negara menurut Aristoteles itusebagai berikut :

Bentuk Idealnya Bentuk Pemerosotannya


a) Monarchie Diktator/Tirani
b) Aristrokasi Oligarchie/Plutokrasi
c) Politiea Demokrasi Demokrasi

Polybios adalah bentuk pengikut Aristoteles yang memperbaiki sejarah bentuk negara dari
Aristoteles. Pendapat Aristoteles berbeda dengan Polybios mengenai Demokrasi, dimana
menurut Polybios Demokrasi merupakan bentuk yang ideal dimana bentuk
pemerosotanya adalah OCHLOCRATIE atau MOBOCRATIE.

Jadi apabila kita buatkan skema dari pada bentuk negara menurut Polybios ini adalah
sebagai berikut :

Bentuk Idealnya Bentuk Pemerosotannya


Negara | 14
a. Monarchie Diktator/Tirani
b. Aristokrasi Oligarchie/Plutokrasi
c. Demokrasi Ochlocratie/Mobocratie

C.F. Strong mengemukakan adanya 5 kriteria untuk melihat bentuk negara, masing-
masing :

a. Melihat negara itu bagaimana bangunannya apakah ia Negara kesatuan ataukah


Negara Serikat
b. Melihat bagaimana Konstitusinya
c. Mengenai Badan Eksekutif, apakah ia bertanggung jawab kepada Parlemen atau
tidak, atau disebutkan Badan Eksekutif yang sudah tentu jangka waktunya
d. Mengenai Badan Perwakilannya, bagaimana disusunnya, siapa yang berhak duduk
disitu
e. Bagaimana Hukum yang berlaku atau IUS CONSTITUTUMnya atau bagaimana
HUKUM NASIONALnya.(Padmo Wahjono opcit :25)

II.D. Tujuan NKRI

1. Konsep Dasar NKRI

Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan


dari peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena melalui peristiwa
proklamasi tersebut bangsa Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan
kepada dunia luar (bangsa lain) bahwa sejak saat itu telah ada negara baru yaitu Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Apabila ditnjau dari sudut hukum tata negara, NKRI yang lahir pada tanggal 17
Agustus 1945 belum sempurna sebagai negara, mengingat saat itu NKRI baru sebagian
memiliki unsur konstitutif berdirinya negara. Untuk itu PPKI dalam sidangnya tanggal 18
Agustus 1945 telah melengkapi persyaratan berdirinya negara yaitu berupa pemerintah
yang berdaulat dengan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden, sehingga PPKI disebut
sebagai pembentuk negara.

Disamping itu PPKI juga telah menetapkan UUD 1945, dasar negara dan tujuan
negara. Para pendiri bangsa (the founding fathers) sepakat memilih bentuk negara
kesatuan karena bentuk negara kesatuan itu dipandang paling cocok bagi bangsa
Indonesia yang memiliki berbagai keanekaragaman, untuk mewujudkan paham negara
integralistik (persatuan) yaitu negara hendak mengatasi segala paham individu atau
golongan dan negara mengutamakan kepentingan umum.

NKRI adalah negara yang dibentuk berdasarkan semangat kebangsaan


(nasionlisme) oleh bangsa Indonesia yang bertujuan melindungi segenap bangsa dan
seluruh tampah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
Negara | 15
kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosil.

2. Pengertian Tujuan dan Fungsi Negara Secara Universal.

Antara tujuan dan fungsi negara merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Namun demikian keduanya memiliki arti yang berbeda yaitu :

a. Berisi sasaran–sasaran yang hendak dicapai yang telah ditetapkan.


b. Menunjukkan dunia cita yakni suasana ideal yang harus dijelmakan/diwujud kan.
c. Besifat abstrak – ideal.
d. Mencerminkan suasana gerak, aktivitas nyata dalam mencapai sasaran.
e. Merupakan pelaksanaan/penafsiran dari tujuan yang hendak dicapai.
f. Bersifat riil dan konkrit.

Apabila kita hubungkan dengan negara, maka :

a. Tujuan menunjukkan apa yang secara ideal hendak dicapai oleh suatu negara,
sedangkan
b. Fungsi adalah pelaksanaan cita–cita itu dalam kenyataan.

3. Tujuan Negara

Rumusan tujuan sangat penting bagi suatu negara yaitu sebagai pedoman dalam :

a. Penyusunan negara dan pengendalian alat perlengkapan negara.


b. Pengatur kehidupan rakyatnya.
c. Pengarah segala aktivitas–aktivitas negara.

Setiap negara pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan Undang–
Undang Dasarnya. Tujuan masing–masing negara sangat dipengaruhi oleh tata nilai
sosial, kondisi geografis, sejarah pembentukannya serta pengaruh politik dari penguasa
negara. Secara umum negara mempunyai tujuan antara lain sebagai berikut :

a. Memperluas kekuasaan semata


b. Menyelenggarakan ketertiban umum
c. Mencapai kesejahteraan umum

II.E. NEGARA HUKUM PANCASILA

Pengaturan negara hukum di dalam tiap UUD terdapat perbedaan terutama perumusan
dalam UUD 1945 dengan UUD 1945 amandemen. Pengaturan negara hukum dalam UUD 1945
diatur dalam penjelasan umum yang dirumuskan negara Indonesia berdasar atas hukum
(rechtsstaat). Pengaturan negara hukum dalam penjelasan tersebut menimbulkan perbedaan
pendapat karena ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa Penjelasan UUD 1945 bukan
Negara | 16
bagian dari UUD 1945 karena tidak disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Namun
pihak lain mengatakan bahwa penjelasan tersebut sah karena telah dimuat pada Berita Republik
Indonesia Tahun II No. 7 dan juga menjadi bagian tak terpisahkan dari UUD 1945 setelah
dilampirkan dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Adapun pengaturan negara hukum dalam konstitusi RIS 1945 digunakan rumusan
Republik Indonesia Serikat yang merdeka berdaulat ialah suatu negara hukum yang
demokrasi dan berbentuk federasi. Rumusan yang hampir sama digunakan oleh UUDS 1950.
Dalam UUDS 1950 dinyatakan bahwa Republik Indonesia yang merdeka berdaulat ialah
suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan. Sedangkan dalam UUD NRI
1945 negara hukum dirumuskan dengan kalimat negara Indonesia adalah negara hukum.
Pengaturan negara hukum dalam konstitusi RIS 1949, UUDS 1950 dan UUD 1945 amandemen
lebih memberikan kejelasan karena diatur dalam batang tubuh. Selain hal tersebut pengaturan
ketiga UUD tersebut menunjukan bahwa negara hukum yang lebih netral dibandingkan dalam
UUD 1945. Netral dalam arti bahwa negara hukum yang terdapat dalam konstitusi RIS 1949,
UUDS 1950, dan UUD 1945 amandemen merupakan konsep yang menggabungkan unsur yang
terdapat diantara konsep rechtstaat maupun rule of law

Konsep negara hukum yang terdapat dalam UUD 1945 maupun UUD NRI 1945
menunjukkan bahwa konsep negara hukum sebagaimana konsep rechtstaat maupun konsep rule
of law, melainkan konsep Negara Hukum Pancasila. Hal ini dikarenakan konsep negara hukum
pancasila lahir bukan karena adanya perlawanan terhadap absolutisme yang dilakukan oleh
penguasa atau raja melainkan lahir karena adanya keinginan bangsa Indonesia terbebas dan
imperialisme dan kolonialisme yang dilakukan oleh penjajah Belanda. Selain hal tersebut kata
rechtsstaat yang terdapat di dalam penjelasan UUD 1945 juga tidak identik dengan konsep
rechtsstaat yang terdapat di negara-negara civil law. Kata rechtsstaat tersebut adalah istilah saja
yang digunakan untuk menyebutkan istilah negara hukum di dalam bahasa Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa istilah negara hukum dalam negara-negara civil law digunakan
istilah rechtsstaat, dalam negara anglo saxon digunakan istilah rule of law, di negara sosialis
digunakan istilah sosialist legality dan di negara-negara Islam digunakan istilah siyasah diniyah.
Kecendrungan digunakan istilah rechtsstaat dikarenakan adanya pengaruh dari penjajahan
Belanda. Sehingga konsep negara hukum pancasila yang bercirikan atau berlandaskan kepada
identitas dan karakteristik yang terdapat dalam falsafah pancasila, yaitu ketuhanan yang maha

Negara | 17
esa, kekeluargaan, gotong royong dan kerukunan. Selain itu negara hukum pancasila juga
merupakan negara hukum yang prismatik yaitu negara hukum yang menggabungkan antara
konsep rechtsstaat maupun konsep rule of law.

Meskipun negara hukum pancasila merupakan negara hukum prismatik. Namun, unsur-
unsur negara hukum pancasila menurut UUD 1945 pra dan pasca amandemen terdapat
perbedaan. dalam UUD 1945 terdapat 10 unsur negara hukum pancasila, sedangkan dalam UUD
1945 amandemen terdapat 12 unsur negara hukum pancasila. Perbedaan tersebut terletak pada
unsur impeachment dan peradilan tata negara (mahkamah konstitusi). Sehingga dalam unsur-
unsur negara hukum pancasila yang terdapat dalam UUD 1945 adalah :

1. KeTuhanan Yang Maha Esa


2. Supremasi hukum
3. Pemerintah berdasarkan hukum
4. Demokrasi
5. Pembatasan kekuasaan negara
6. Pengakuan dan perlindungan HAM
7. Persamaan di depan hukum
8. Kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka
9. Peradilan tata usaha negara
10. Negara kesejahteraan.

Adapun unsur negara hukum pancasila yang terdapat dalam UUD 1945 amandemen yang
berbeda adalah menambahkan :

1. Impeachment
2. Peradilan tata negara.

Walaupun demikian unsur-unsur negara hukum pancasila dalam UUD 1945 lebih bercirikan
kepada nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila, namun setelah adanya amandemen UUD
1945 nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam unsur negara hukum pancasila berdasarkan
UUD 1945 amandemen secara perlahan-lahan mulai terkikis oleh paham-paham dari barat yaitu
individualisme dan liberalisme.

Negara | 18
III. PENUTUP

III. A. KESIMPULAN

Negara | 19
Kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah terbentuknya Negara memiliki banyak teori
yang di kemukakan oleh banyak orang dari berbagai belahan bumi dengan ilmunya masing-
masing dan disertai dengan dasar-dasar yang menguatkan argument mereka. Namun dari itu
semua, hamper sebagian besar mengatakan bahwa Negara terbentuk dari sekelompok orang yang
didasari dengan tujuan yang sama sehingga mereka berkumpul dan saling tolong menolong untuk
mencapai tujuan mereka itu.

Untuk pembentukan suatu Negara itu sendiri, juga harus memenuhi berbagai macam
tuntutan sebagai unsur-unsur dari suatu Negara itu sendiri. Selain itu, bentuk Negara juga
dibedakan menjadi beberapa kelas berdasarkan pemerintahannya ataupun wilayahnya.

Jadi, Negara itu terbentuk dari sekumpulan orang dengan tujuan yang sama dan telah
memenuhi unsur-unsur yang ada dan memiliki bentuknya sendiri yang dianut baik berdasarkan
pemerintahan ataupun wilayah.

III. B. SARAN

Saran dari kami untuk memenuhi tujuan kami yakni menumbuhkan rasa cinta dan
menghargai terhadap Negara adalah dengan menumbuhkan kembali budaya gotong royong saling
bantu satu sama lain karena hal itu pula yang mendasarkan terbentuknya Negara dari sekelompok
manusia. Selayaknya warga Indonesia, kami juga mengharapkan seluruh pembaca bisa
melestarikan budaya bangsa Indonesia yakni KeBhinekaan dengan menghargai berbagi etnis
suku daerah agar tercipta kerukunan dan bisa mencapai tujuan NKRI bersama- sama.

IV. DAFTAR PUSTAKA

 Amir Taat Nasution, “Kamus Politik Nasional” , energie. 1953

Negara | 20
 Arbi Sanit, “Sistem Politik Indonesia : Penghampiran dan Lingkungan” , yayasan ilmu
-ilmu sosial & FIS – UI, 1980
 Assosiasi Ilmu Politik Indonesia, “Jurnal Ilmu Politik” , Gramedia, 1986
 Mariam Budiarjo, Dkk, “Dasar – dasar ilmu Politik” , Gramedia, 2003
 Sukarna, “Sistem Politik Indonesia, Jilid 4” , Mandar maju, 1993

Negara | 21

Anda mungkin juga menyukai