I. PENDAHULUAN
I.A. Latar Belakang 2
I.B. Rumusan Masalah 2
II. PEMBAHASAN
II.A. Teori Terbentuknya Negara 3
1. Teori Perjanjian Masyarakat 3
2. Teori KeTuhanan 6
3. Teori Patriarki dan Matriarki 7
4. Teori Organis 7
5. Teori Pertentangan Kelas 7
6. Teori Positivisme 8
7. Teori Terbentuknya Negara Secara Primer dan Sekunder 8
II.B. Unsur-unsur Negara
1. Wilayah 10
2. Perbatasan 10
3. Pemerintah 11
4. Kedaulatan 11
II.C. Bentuk Negara 12
II.D. Tujuan NKRI
1. Konsep Dasar NKRI 15
2. Pengertian Tujuan dan Fungsi Negara Secara Universal. 16
3. Tujuan Negara 16
II.E. Negara Hukum Pancasila 16
III. PENUTUP
III.A. Kesimpulan 20
III.B. Saran 20
IV. DAFTAR PUSTAKA 21
Negara | 1
I. PENDAHULUAN
Terimakasih kami ucapkan kepada Tuhan YME karena berkat rahmat pertolonganNya,
kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami juga berterima kasih kepada Bu Priska
karena telah memberikan tugas ini kepada kami yang bisa sekaligus melatih kami untuk berkerja
sama dalam sebuah kelompok dan mengenalkan kami lebih dalam mengenai Pendidikan
Kewarganegaraan terutama mengenai Negara sesuai materi yang kami bahas. Terimakasih juga
untuk sumber-sumber yang telah memberikan kami banyak informasi dan referensi bermanfaat
untuk pengerjaan makalah ini.
Dewasa ini, banyak orang yang salah mengartikan apa itu sebuah Negara. Banyak yang
bisa berpindah dan menetap di suatu Negara tanpa mengetahui asal usul dari Negara tersebut.
Hampir sebagian besar juga manusia di bumi yang tidak peduli mengenai Negara nya, hanya
memanfaatkan hasil tanpa menanam terlebih dahulu.
Hampir sebagian besar pula manusia tidak mengetahui asal mula dari Negara nya, namun
salah memanfaatkannya. Hanya menggunakannya sebagai tempat membuka usaha,
memanfaatkan sumber daya yang ada lalu meninggalkannya dengan porakporanda tanpa
memperhatikan atau memperbaikinya lagi.
Oleh karena itu, disni kami akan membahas mengenai awal mula terbentuknya Negara;
teori-teori dari berbagai pihak di penjuru dunia, unsur-unsur dari terbentuknya Negara, bentuk-
bentuk Negara yang ada di bumi. Selain membahas Negara secara umum, kami juga akan
membahas mengenai NKRI yakni tujuan dari NKRI dan Negara hukum Pancasila.
Harapan kami kedepannya melalui pembahasan yang kami buat, agar setiap orang yang
membaca dan menyimak tulisan kami ini bisa faham dan sadar betapa pentingnya Negara bagi
kehidupan manusia di muka bumi ini dan betapa pentingnya NKRI bagi kehidupan kami
masyarakat Indonesia. Semoga mereka juga bisa lebih menghargai suatu Negara termasuk NKRI
tanpa bertindak semena-mena.
Negara | 2
II. PEMBAHASAN
2. Teori KeTuhanan
Thomas Aquinas (1225-1274)
Thomas Aquinas memiliki pendapat yang sama seperti Aristoteles yakni
manusia sejatinya adalah zoon politicon yang selalu hidup bersama-sama untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dan mencapai tujuannya dengan memanfaatkan
akal, pikiran dan budi pekerti yang telah diberikan oleh kodrat alam.
Thomas Aquinas membagi azas-azas hukum alam menjadi dua jenis :
a. Principia Prima (Azas umum)
“4Azas yang sendirinya dimiliki oleh manusia ber-ratio sejak saat
kelahirannya, dan mutlak diterima karena tidak bisa dipisahkan dari
manusia.”
Siifatnya mutlak dan tidak dapat berubah sampai kapan pun.
b. Principia Secundaria (Azas yang diturunkan dari azas umum)
“Azas yang diturunkan hingga merupakan tafsiran prima yang dilakukan
manusia sendiri.”
Sifatnya tidak mutlak dan dapat berubah sesuai zaman dan tempat.
Bentuknya beragam. Tafsiran itu termasuk buruk bila mementingkan
kepentingan pribadi (egois) dan merugikan orang lain.
Sehubungan dengan itu, Aquinas juga membagi hukum menjadi empat golongan ,
yakni :
4
Ibid. hlm. 38
Negara | 6
a. Lex Aeterna (Hukum abadi)
Percaya kepada Tuhan karena Tuhan telah mengatur segala hal. Sumber
dari segala hukum
b. Lex Divina (Hukum keTuhanan)
Tuhan mewahyukan sebagian kecil rasionya kepada manusia
c. Lex Naturalis (Hukum alam)
Penjelmaan hukum abadi dalam diri manusia
d. Hukum Positif
Merupakan hukum yang berlaku di tengah-tengah masyarakat
4. Teori Organis
Merupakan “suatu konsep biologis yang melukiskan negara dengan istilah-istilah
ilmu alam.” Negara disamakan dengan mahluk hidup. Masyarakat/ manusia dianggap
sebagai sel-sel dari suatu negara yang dianggap sebagai mahluk hidup itu sendiri.
Kesamaan itupula makin melekat dengan seiringnya waktu negara yang juga
mengalami kelahiran, perkembangan, dan kematian layaknya manusia itu mahluk hidup
itu sendiri.
6. Teori Positivisme
Diungkapkan oleh Hans Kelsen, seorang ahli hukum dari Austria. Menurut teori
ini, sebuah negara hanya dapat dipelajari dan dipahami dalam sistem hukumnya itu
sendiri. Negara adalah suatu tertib hukum yang timbul karena diciptakan oleh peraturan-
peraturan hukum, yang menentukan bagaimana orang-orang dalam negara tersebut
bertanggungjawab terhadap perbuatannya.
Sifatnya mengikat yang menyebabkan orang-orang didalmnya harus menaatinya
dan menyesuaikan segala tingkah laku perbuatannya dengan hukum yang berlaku.
Dengan adanya hukum, selayaknya pasti ada sanksi. Sanksi tersebut diberikan apabila
orang-orang didalamnya tidak menaati hukum yang berlaku.
Hukum yang berlaku dalam suatu negara beraneka ragam jenisnya, bentiuknya
bahkan jumlahnya. Namun, semua hukum itu berpusat pada satu sumber hukum. Sumber
hukum tersebut menjadi dasar bagi hukum berikutnya yang lebih rendah tingkatannya.
Negara | 8
Banyaknya orang-orang yang mulai sadar akan pentingnya
bernegara sehingga orang-orang yang tadinya tidak bernegara memilih
untuk bernegara. Orang-orang tersebut pun juga menyadari bahwa
hidupnya selama ini berada dan tergantung dalam kelompok tersebut. Oleh
karena itu, pada fase ini unsur-unsur penting dalam pemebentukan suatu
negara yakni bangsa, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat sudah
terpenuhi.
d. Fase lanjutan
Fase lanjutan dari tahap primer ini dibedakan menjadi dua jenis :
i. Fase democratische natie
Merupakan fase lanjutan dari fase staat. Fase ini merupakan awal
dari terbentuknya kedaulatan rakyat.
ii. Fase dictatuur
Ada dua pendapat berbeda dalam fase ini :
o Menurut Sarjana Jerman
Fase ini merupakan fase lanjutan dari fase democratische
natie
o Menurut Sarjana lainnya
Fase ini bukan fase lanjutan dari fase democratische natie,
melainkan penyelewengan dari fase democratische natie.
Terjadinya Secara Sekunder
Dalam teori ini diungkapkan asal mula terbentuknya negara yang
dihubungkan/ dikaitkan dengan negara yang sudah ada sebelumnya. Pengakuan
menjadi permasalahan terpenting dalam fase ini. Terdapat tiga macam masalah
pengakuan:
a. Pengakuan de facto
Merupakan pengakuan yang bersifat sementara terhadap
terbentuknya negara baru. Masih terjadi peninjauan kembali mengenai
prosedur pembentukan negara baru tersebut apakah sesuai dengan hukum
yang berlaku atau tidak, meskipun negara baru tersebut sudah terbentuk.
Oleh karena itu, negara tersebut diberikan pengakuan sementara hingga
dinyatakan negara tersebut sesuai hukum.
b. Pengakuan de jure
Merupakan pengakuan yang bersifat tetap terhadap terbentuknya
suatu negara. Hal ini bisa terjadi apabila pembentukan negara baru tersebut
sesuai hukum yang ada. Ini merupakan pengakuan lanjutan setelah
menerima pengakuan de facto.
c. Pengakuan atas pemerintahan de facto
Merupakan pengakuan yang diberikan kepada suatu negara, namun
hanya pemerintahannya saja. Mengenai wilayah dan lain-lain, tidak
mendapatkan pengakuan yang selayaknya. Hal ini di ciptakan oleh seorang
Negara | 9
sarjana Belanda bernama Van Haller saat proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia.
1. Wilayah
Setiap negara menduduki wilayah tertentu di muka bumi dan memiliki batas-batas
wilayah yang jelas pula kekuasaan negara mencakup seluruh wilayah tidak hanya tanah
tetapi laut di sekelilingnya dan angkasa diatasnya karena adanya kemajuan teknologi
dewasa ini masalah wilayah menjadi lebih rumit dibandingkan masa lampau. Sebagai
contoh pada masa lampau wilayah laut cukup sejauh 3 mil dari pantai sesuai dengan jarak
tembak meriam.
Pada saat ini hal itu kurang relevan lagi sebab jarak tembak peluru kendali bisa
ratusan mil. Oleh karena itu, beberapa negara termasuk Indonesia mengusulkan wilayah
laut 12 mil diukur dari titik terluar, serta menuntut adanya zone ekonomi eksklusif 200
mil. Kemajuan teknologi telah memungkinkan pengeboran minyak dan gas di lepas pantai
mendorong sejumlah negara besar untuk menuntut penguasaan wilayah yang lebih luas.
Menurut hukum internasional, semua negara sama martabatnya,tetapi dalam
kenyataannya sering negara kecil mengalami kesulitan untuk mempertahankan
kedaulatannya, apalagi jika negara tetangganya adalah negara besar.
Di lain pihak, negara yang memimiliki wilayah yang sangat luas juga menghadapi
berbagai permasalahan, antara lain keanekaragaman suku, budaya, agama, serta masalah
perbatasan dan sebagainya.
2. Perbatasan
Setiap negara pasti memiliki penduduk dan kekuasaan negara menjangkau seluruh
penduduk di dalam wilayahnya. Penduduk dalam suatu negara biasanya menunjukan
beberapa ciri khas yang membedakannya dari identitas nasionalnya. Kesamaan dalam
sejarah, kesamaan bahasa, kesamaan kebudayaan, kesamaan suku bangsa, dan kesamaan
agama merupakan faktor yang mendorong ke arah terbentuknya persatuan nasional dan
identitas nasional yang kuat. Persamaan dan homogenitas tidak menjamin kokohnya
persatuan. Sebalinya, keanekaragaman juka tidak menutup kemungkinan untuk
berkembangnya persatuan yang kokoh.
Sebagai contoh, negara Swiss yang mempunyai empat bahasa dan india yang
mempunyai 16 bahasa resmi. Walaupun demikian, kedua negara itu sampai sekarang
masih tetap bersatu. Indonesia dengan puluhan bahasa daerah, suku bangsa, dan terdiri
berbagai agama hingga saat ini juga masih bersatu. Sebaliknya, Inggris dan Amerika
Serikat memiliki bahasa yang sama, tetapi merupakan dua bangsa dan negara terpisah.
Pakistan yang didirikan dengan alasan untuk mempersatukan wilayah india india yang
beragama islam akhirnya pecah menjadi dua, yaitu pakistan dan banglades.
Negara | 10
Oleh karena itu, bagus untuk direnungkan apa yang dikatakan oleh filsuf prancis
ernest renan bahwa pemersatu bangsa bukanlah kesamaan bahasa, kesamaan agama,
kesamaan suku ataupun kesamaan ras, akan tetapi tercapainya hasil gemilang di masa
lampau dan keinginan untuk mencapai tujuan bersama di masa depan.
3. Pemerintah
Setiap negara memiliki organisasi yang berwenang untuk merumuskan dan
melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat seluruh penduduk di dalam
wilayahnya. Keputusan-keputusan ini antara lain berbentuk undang-undang dan berbagai
peraturan lainnya. Dalam hal ini organisasi yang dimaksud ialah pemerintah yang
bertindak atas nama negara dan menyelenggarakan kekuasaan dari negara.
Dengan demikian, negara itu bersifat lebih permanen, sedangkan pemerintah
biasanya silih berganti. Kekuasaan pemerintah biasanya dibagi menjadi tiga, yaitu
legislatif (pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang). Dan yudikatif
( yang mengawasi pelaksanaan undang-undang).
Sistem pemerintahan yang dikenal di dunia secara garis besar dapat dibedakan
menjadi tiga model, yaitu (i) sistem pemerintahan presidensil, misalnya inggris, malaysia,
indonesia, philipina, (ii) sistem pemerintahan parlementer, seperti inggris, malaysia,
singapura, india, dan (iii) sistem pemerintahan campuran, misalnya prancis. Sistem
pemerintahan presidensil merupakan sistem pemerintahan yang terpusat pada jabatan
presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara.
4. Kedaulatan
Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi untuk membuat undang-undang dan
melaksanakannya dengan semua cara (termasuk paksaan) yang tersedia. Negara
mempunyai kekuasaan tertinggi ini untuk memaksa semua penduduknya agar menaati
undang-undang serta peraturan-peraturannya. Di samping itu, negara mempertahankan
kemerdekaannya terhadap serangan-serangan dari negara lain dan mempertahankan
kedaulatannya ke luar.
Untuk itu, negara menuntut loyalitas yang mutlak dari warga negaranya.
Kedaulatan letak kekuasaan politik. Kedaulatan yang bersifat mutlak sebenarnya tidak ada
sebab pimpinan kenegaraan (raja atau diktator) selalu terpengaruh oleh tekanan-tekanan
dan faktor-faktor yang membatasi penyelenggaraan kekuasaan mutlak; apalagi kalau
menghadapi masalah dalam hubungan internasional.
Perjanjian internasional pada dasarnya membatasi kedaulatan suatu negara.
Kedaulatan umunya dianggap tidak dapat dibagi-bagi, tetapi di dalam negara federal
sebenarnya kekuasaan dibagi antara negara dan negara-negara bagian.
Negara | 11
II.C. BENTUK NEGARA
Teori Bentuk Negara bermaksud membahas sistem penjelmaan politis daripada unsur-
unsur Negara.
Bila cara pembentukan kemauan negara itu ditentukan oleh seorang saja maka itu
Monarchie, sedangkan bila kemauan negara ituditentukan oleh dewan (lebih dari seorang)
maka terjadilah Republik.
Jika kita berpegang teguh kepada prinsip dasar pembagian Jellinek maka Negara
Inggris, Swedia, Norwegia, Denmark, Belanda dan Belgia haruslah dimasukkan dalam
bentuk Negara Republik, sebab cara terjadinya pembentukan kemauan negara-negara
tersebut diatas dilakukan oleh orang banyak/dewan.
Leon Duguit
Dalam bukuny “Traitede Droit Constitutionel” jilid II halaman 607 diutarakannya
bahwa untuk menentukan apakah negara berbentuk Monarchie atau Republik ialah
dengan menggunakan cara penunjukan/pengangkatan kepala negaranya.
Monarchie bila kepala negaranya yang turun temurun, diangkat berdasarkan
keturunan. Apabila diangkat atas dasar keturunan yaitu dengan pemilihan maka
bentuknya ialah ; Republik.
Sebenarnya Duguit mengatakan kedua bentuk ini (Monarchie/Republik) sebagai
bentuk pemerintah, sedangkan menurut Hukum Tata Negara seharusnya bentuk
negara. Pada lazimnya “bentuk pemerintah” digunakan untuk menentukan lebih
lamjut perbedaan dan bentuk negara, yaitu mengenai perbedaan sistem Hukum
Tata Negaranya. Karena Hukum Tata Negara menunjukkan cara bagaimanakah
hubungan antara alat-alat perlengkapan negara tertinggi saling berhubungan.
Misalnya: Republik, dengan sistem pengawasan langsung oleh rakyat (referendum
dan inisiatif rakyat) misalnya: Swiss, dengan sistem parlementer misalnya:
Perancis dengan sistem pemisahan kekuasaan misalnya: Amerika Serikat.
Otto Koellreutter
Ia sependapat dengan paham Duguit tentang pembagian bentuk negara
dalam bentuk Monarchie dan Republik, akan tetapi karena ia sebagai orang fasis
Jerman dikemukakannya bentuk yang ketiga yang dinamakan
“AUTORITARENFUFUHRERSTAAT” Monarchie (dewasa ini) adalah suatu
negara yang diperintah pelh suatu dinasti, di mana kepala negaranya diangkat atas
dasar keturunan. Oleh karena itu ia beranggapan bahwa dasarnya ialah
ketidaksamaan, karena tidak setiap orang dapat menjadi kepala negara. Sedangkan
bentuk Republik berdasarkan asas kesamaan, karena kepala negaranya diangkat
berdasarkan kemauan orang banyak dan setiap orang dianggap sama haknya untuk
menjadi kepala negara. Kepala negara Republik tidak diangkat berdasarkan
keturunannya ataupun kepribadiannya melainkan karena kemauan rakyat secara
politis dan kenegaraan. Jadi Otto Koellreutter menggunankan ukuran Kesamaan
dan Ketidaksamaan.
Untuk bentuk negara yang ketiga yang dinamakannya Autoritaren
Fuhrerstaat, perbedaan atas dasar negara Republik dan Monarchie, tidak menjadi
hal yang penting lagi. Kepala Negara ini (yang ketiga) tidak lagi diangkat atas
dasar pikiran yang dapat berkuasa yang disebutnya sebagai “ der Gedanken der
Staatsautoritat”. Jadi atas dasar ketidaksamaan. Tetapi asas ketidaksamaan ini
berlainan dengan asas ketidaksamaan dalam Monarchie yang berpangkal pada
keturunan/dinasti, sedangkan pada bentuk ketiga ini berpangkal pada pikiran yang
Negara | 13
dapat menguasai negara. Otto Koellreuter tidak menjelaskan lebih lanjut mengapa
seorang yang mempunyai “pikiran yang dapat berkuasa” atau “der Gedankender
Staatsautoritat” dapat berkuasa menjadi kepala negara.(Azhary op cit :50-53)
Aristoteles meninjau mengenai bentuk negara itu berdasarkan ukuran
KUANTITAS untuk bentuk IDEAL dan ukuran KUALITAS untuk bentuk
PEMEROSOTAN. Jadi disini Aristoteles memperhatikan banyaknya yang
memerintah, hingga menghasilkan bentuk ideal dan bentuk pemerosotan. Menurut
beliau adalah sebagai berikut:
a. MONARCHIE :
Apabila yang memerintah satu orang untuk orang banyak maka bentuk
negara adalah MONARCHIE dan kalau merosot dimana ia memerintah
didasarkan pada kepentingan sendiri maka bentuknya menjadi DIKTATOR
atau TIRANI
b. ARISTOKRASI :
Bila yang memerintah beberapa orang dan demi kepentingan orang
banyak maka bentuk negara ini dinamakan ARISTOKRASI. Pemerosotan
daripada aristokrasi ini yaitu apabila beberapa orang memerintah untuk
kepentingan golongan sendiri maka bentuk negara menjadi
OLIGARCHIE, sedangkan apabila hanya kepentingan orang kaya maka
dinamakan PLUTOKRASI.
c. POLITIEA :
Bila yang memerintah seluruh orang dan demi kepentingan seluruh orang
pula maka bentuk negara demikian dinamakan POLITIEA, sedangkan
kalau ia merosot menjadi perwakilan dinamakan DEMOKRASI. Jadi
Demokrasi merupakan kemerosotan daripada bentuk POLITIEA.
Jadi apabila kita buatkan skema bentuk negara menurut Aristoteles itusebagai berikut :
Polybios adalah bentuk pengikut Aristoteles yang memperbaiki sejarah bentuk negara dari
Aristoteles. Pendapat Aristoteles berbeda dengan Polybios mengenai Demokrasi, dimana
menurut Polybios Demokrasi merupakan bentuk yang ideal dimana bentuk
pemerosotanya adalah OCHLOCRATIE atau MOBOCRATIE.
Jadi apabila kita buatkan skema dari pada bentuk negara menurut Polybios ini adalah
sebagai berikut :
C.F. Strong mengemukakan adanya 5 kriteria untuk melihat bentuk negara, masing-
masing :
Apabila ditnjau dari sudut hukum tata negara, NKRI yang lahir pada tanggal 17
Agustus 1945 belum sempurna sebagai negara, mengingat saat itu NKRI baru sebagian
memiliki unsur konstitutif berdirinya negara. Untuk itu PPKI dalam sidangnya tanggal 18
Agustus 1945 telah melengkapi persyaratan berdirinya negara yaitu berupa pemerintah
yang berdaulat dengan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden, sehingga PPKI disebut
sebagai pembentuk negara.
Disamping itu PPKI juga telah menetapkan UUD 1945, dasar negara dan tujuan
negara. Para pendiri bangsa (the founding fathers) sepakat memilih bentuk negara
kesatuan karena bentuk negara kesatuan itu dipandang paling cocok bagi bangsa
Indonesia yang memiliki berbagai keanekaragaman, untuk mewujudkan paham negara
integralistik (persatuan) yaitu negara hendak mengatasi segala paham individu atau
golongan dan negara mengutamakan kepentingan umum.
Antara tujuan dan fungsi negara merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Namun demikian keduanya memiliki arti yang berbeda yaitu :
a. Tujuan menunjukkan apa yang secara ideal hendak dicapai oleh suatu negara,
sedangkan
b. Fungsi adalah pelaksanaan cita–cita itu dalam kenyataan.
3. Tujuan Negara
Rumusan tujuan sangat penting bagi suatu negara yaitu sebagai pedoman dalam :
Setiap negara pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan Undang–
Undang Dasarnya. Tujuan masing–masing negara sangat dipengaruhi oleh tata nilai
sosial, kondisi geografis, sejarah pembentukannya serta pengaruh politik dari penguasa
negara. Secara umum negara mempunyai tujuan antara lain sebagai berikut :
Pengaturan negara hukum di dalam tiap UUD terdapat perbedaan terutama perumusan
dalam UUD 1945 dengan UUD 1945 amandemen. Pengaturan negara hukum dalam UUD 1945
diatur dalam penjelasan umum yang dirumuskan negara Indonesia berdasar atas hukum
(rechtsstaat). Pengaturan negara hukum dalam penjelasan tersebut menimbulkan perbedaan
pendapat karena ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa Penjelasan UUD 1945 bukan
Negara | 16
bagian dari UUD 1945 karena tidak disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Namun
pihak lain mengatakan bahwa penjelasan tersebut sah karena telah dimuat pada Berita Republik
Indonesia Tahun II No. 7 dan juga menjadi bagian tak terpisahkan dari UUD 1945 setelah
dilampirkan dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Adapun pengaturan negara hukum dalam konstitusi RIS 1945 digunakan rumusan
Republik Indonesia Serikat yang merdeka berdaulat ialah suatu negara hukum yang
demokrasi dan berbentuk federasi. Rumusan yang hampir sama digunakan oleh UUDS 1950.
Dalam UUDS 1950 dinyatakan bahwa Republik Indonesia yang merdeka berdaulat ialah
suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan. Sedangkan dalam UUD NRI
1945 negara hukum dirumuskan dengan kalimat negara Indonesia adalah negara hukum.
Pengaturan negara hukum dalam konstitusi RIS 1949, UUDS 1950 dan UUD 1945 amandemen
lebih memberikan kejelasan karena diatur dalam batang tubuh. Selain hal tersebut pengaturan
ketiga UUD tersebut menunjukan bahwa negara hukum yang lebih netral dibandingkan dalam
UUD 1945. Netral dalam arti bahwa negara hukum yang terdapat dalam konstitusi RIS 1949,
UUDS 1950, dan UUD 1945 amandemen merupakan konsep yang menggabungkan unsur yang
terdapat diantara konsep rechtstaat maupun rule of law
Konsep negara hukum yang terdapat dalam UUD 1945 maupun UUD NRI 1945
menunjukkan bahwa konsep negara hukum sebagaimana konsep rechtstaat maupun konsep rule
of law, melainkan konsep Negara Hukum Pancasila. Hal ini dikarenakan konsep negara hukum
pancasila lahir bukan karena adanya perlawanan terhadap absolutisme yang dilakukan oleh
penguasa atau raja melainkan lahir karena adanya keinginan bangsa Indonesia terbebas dan
imperialisme dan kolonialisme yang dilakukan oleh penjajah Belanda. Selain hal tersebut kata
rechtsstaat yang terdapat di dalam penjelasan UUD 1945 juga tidak identik dengan konsep
rechtsstaat yang terdapat di negara-negara civil law. Kata rechtsstaat tersebut adalah istilah saja
yang digunakan untuk menyebutkan istilah negara hukum di dalam bahasa Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa istilah negara hukum dalam negara-negara civil law digunakan
istilah rechtsstaat, dalam negara anglo saxon digunakan istilah rule of law, di negara sosialis
digunakan istilah sosialist legality dan di negara-negara Islam digunakan istilah siyasah diniyah.
Kecendrungan digunakan istilah rechtsstaat dikarenakan adanya pengaruh dari penjajahan
Belanda. Sehingga konsep negara hukum pancasila yang bercirikan atau berlandaskan kepada
identitas dan karakteristik yang terdapat dalam falsafah pancasila, yaitu ketuhanan yang maha
Negara | 17
esa, kekeluargaan, gotong royong dan kerukunan. Selain itu negara hukum pancasila juga
merupakan negara hukum yang prismatik yaitu negara hukum yang menggabungkan antara
konsep rechtsstaat maupun konsep rule of law.
Meskipun negara hukum pancasila merupakan negara hukum prismatik. Namun, unsur-
unsur negara hukum pancasila menurut UUD 1945 pra dan pasca amandemen terdapat
perbedaan. dalam UUD 1945 terdapat 10 unsur negara hukum pancasila, sedangkan dalam UUD
1945 amandemen terdapat 12 unsur negara hukum pancasila. Perbedaan tersebut terletak pada
unsur impeachment dan peradilan tata negara (mahkamah konstitusi). Sehingga dalam unsur-
unsur negara hukum pancasila yang terdapat dalam UUD 1945 adalah :
Adapun unsur negara hukum pancasila yang terdapat dalam UUD 1945 amandemen yang
berbeda adalah menambahkan :
1. Impeachment
2. Peradilan tata negara.
Walaupun demikian unsur-unsur negara hukum pancasila dalam UUD 1945 lebih bercirikan
kepada nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila, namun setelah adanya amandemen UUD
1945 nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam unsur negara hukum pancasila berdasarkan
UUD 1945 amandemen secara perlahan-lahan mulai terkikis oleh paham-paham dari barat yaitu
individualisme dan liberalisme.
Negara | 18
III. PENUTUP
III. A. KESIMPULAN
Negara | 19
Kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah terbentuknya Negara memiliki banyak teori
yang di kemukakan oleh banyak orang dari berbagai belahan bumi dengan ilmunya masing-
masing dan disertai dengan dasar-dasar yang menguatkan argument mereka. Namun dari itu
semua, hamper sebagian besar mengatakan bahwa Negara terbentuk dari sekelompok orang yang
didasari dengan tujuan yang sama sehingga mereka berkumpul dan saling tolong menolong untuk
mencapai tujuan mereka itu.
Untuk pembentukan suatu Negara itu sendiri, juga harus memenuhi berbagai macam
tuntutan sebagai unsur-unsur dari suatu Negara itu sendiri. Selain itu, bentuk Negara juga
dibedakan menjadi beberapa kelas berdasarkan pemerintahannya ataupun wilayahnya.
Jadi, Negara itu terbentuk dari sekumpulan orang dengan tujuan yang sama dan telah
memenuhi unsur-unsur yang ada dan memiliki bentuknya sendiri yang dianut baik berdasarkan
pemerintahan ataupun wilayah.
III. B. SARAN
Saran dari kami untuk memenuhi tujuan kami yakni menumbuhkan rasa cinta dan
menghargai terhadap Negara adalah dengan menumbuhkan kembali budaya gotong royong saling
bantu satu sama lain karena hal itu pula yang mendasarkan terbentuknya Negara dari sekelompok
manusia. Selayaknya warga Indonesia, kami juga mengharapkan seluruh pembaca bisa
melestarikan budaya bangsa Indonesia yakni KeBhinekaan dengan menghargai berbagi etnis
suku daerah agar tercipta kerukunan dan bisa mencapai tujuan NKRI bersama- sama.
Negara | 20
Arbi Sanit, “Sistem Politik Indonesia : Penghampiran dan Lingkungan” , yayasan ilmu
-ilmu sosial & FIS – UI, 1980
Assosiasi Ilmu Politik Indonesia, “Jurnal Ilmu Politik” , Gramedia, 1986
Mariam Budiarjo, Dkk, “Dasar – dasar ilmu Politik” , Gramedia, 2003
Sukarna, “Sistem Politik Indonesia, Jilid 4” , Mandar maju, 1993
Negara | 21