Disusun Oleh :
Luhur Pangestu
B200180324
EKONOMI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat ,taufik ,dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kemuhammadiyahan yang diampu oleh Atwal Arifin,
Drs.,Akt.,M.Si. denganJudul “KONSEP UPAH DALAM PERSPEKTIF SISTEM
EKONOMI KAPITALIS,SOSIALIS DAN ISLAM”. Tidak lupa penulis sampaikan rasa
terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam
penyusunan Makalah ini. Penulis menyadari bahwa sepenuhnya dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan .Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih manjauhi
dari sempurna,karena pengetahuan penulis yang terbatas. Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi menyelesaikan makalah untuk hari kemudian.
Penulis berharap semoga ini berguna bagi pembaca.
Aamiin
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi dari Baitul Maal?
2. Apa saja tujuan dan fungsi dari Baitul Maal?
3. Bagaimana sejarah dari Baitul Mal?
4. Bagaimana Prinsip pengelolaan harta Baitul Mal?
5. Bagaimana ruang lingkup Baitul Maal sebagai lembaga keuangan Islam?
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan tujuan dari penulis adalah:
1. Untuk menjelaskan definisi dari Baitul Maal
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi Baitul
Maal.
3. Untuk mengetahui sejarah dari Baitul Mal
4. Untuk mengetahui prinsip pengelolaan harta Baitul Mal.
5. Untuk mengetahui ruang lingkup Baitul Maal sebagai lembaga keuangan Islam
dalam memperlancar aktivitas perekonomia pada masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Baitul Mal
Baitul Mal berasal dari Bahasa Arab bait yang berarti rumah, dan al-mal yang berarti
harta. Jadi secara etimologis (ma’na lughawi) Baitul Mal berarti rumah untuk
mengumpulkan atau menyimpan harta (Dahlan, 1999). Baitul maal merupakan
lembaga keuangan negara yang bertigas menerima, menyimpan, dan mendistribusikan
uang negara sesuai ketentuan syariat. Masa Rasulullah SAW (1-11 H/622-632 M)
Baitul Mal dalam makna istilah sesungguhnya sudah ada, yaitu ketika kaum muslimin
mendapatkan ghanimah (harta rampasan perang) pada perang Badar. Pada masa
Rasullulah SAW ini, Baitul Mal lebih mempunyai pengertian sebagai pihak (al-jihat).
Saat itu Baitul Mal belum memiliki tempat khusus untuk menyimpan harta, karena
saat itu harta yang diperoleh belum begitu banyak kalaupun ada, harta yang diperoleh
hamper selalu habis dibagibagikan kepada kaum muslimin serta dibelanjakan untuk
pemeliharaan urusan mereka.
Tujuan Baitul Mal yaitu: Terwujudnya layanan penghimpunan zakat, inaq, shodaqoh,
dan wakaf yang mengoptimalkan nilai bagi muzaki, munafiq, tatasadiq, dan muwafit.
Kedua terwujudnya layanann pendayagunaan ziswaf yang mengoptimalkan upaya
pemberayaan mustahiq berbasis pungutan jaringan. Dan juga terwujus=dnya
organisasi sebagai good organization yang mengoptimalkan nilai bagi stalkholder dan
menjadi benchmark bagi lembaga pengelola ZIS dan wakaf di Indonesia. Selain itu
Baitu mal juga berfungsi sebagai bendahara negara (konteks sekarang dalam
perekonomian modern disebut departemen keuangan). Tapi pada hakikatnya Baitul
Mal berfungsi untuk mengelola keuangan negara menggunakan akumulasi dana yang
berasal dari pos-pos penerimaan zakat, kharaj, jizyah, khum, fay, dan lain-lain yang
imanfaatkan untuk melaksanakan program-program pembangunan yang menjadi
kebutuhan negara.
Pertama, harta yang mempunyai kas khusus dalam Baitul Mal , yaitu harta zakat.
Harta tersebut adalah hak delapan ashaf yang akan diberikan kepada mereka , biala
harta tersebut ada. Apabila harta dari bagian zakat tersebut ada pada Baitul Mal, maka
pembagiannya diberikan pada delapan ashaf yang disebutkan dalam Al-Qur’an
sebagai pihak yang berhak atas zakat, serta wajib diberikan kepada mereka. Apabila
harta tersebut tidak ada, maka kepemilikan terhadap harta tersebut bagi orang yang
berhak mendapatkan bagian telah gugur, dengan kata lain tidak seorang pun dari
delapan ashaf tadi yang berhak mendapatkan bagian dari zakat.
Kedua, harta yang diberikan Baitul Mal untuk menanggulangi terjadinya kekurangan,
serta untuk melaksanakan kewajiban jihad. Misalnya nafkah untk para fakir miskin
dan ibnu sabil, serta nafkah untuk keprluan jihad.
Ketiga, harta yang diberikan Baitul Mal sebagai suatu pengganti/kompensasi
(badal/ujrah), yaitu harta yang menjadi hak orang-orang yang telah memberikan jasa,
seperti gaji para tentara, pegawai negeri, hakim, tenaga edukatif, dan sebagainya.
Keempat, harta yang dikelola Baitul Mal yang bukan sebagai pengganti/ kompensasi )
dadal/ujrah), tetapi yang digunakan untuk kemaslahatan dan kemanfatan secara
umum. Misalnya sarana jalan, air, bangunan masjid, sekolah, rumah sakit, dan sarana-
sarana lainnya yang keberadaanya dianggaps ebagai sesuatu yang urgent, dimaan
umat akan mengalami penderitaan/mudharat jika sarana-sarana tersebut tidak ada.
Kelima, , harta yang diberikan Baitul Mal karena adanya kemaslahatan, bukan sebagai
pengganti/kompensasi (badal/ujrah). Hanya saja, umat tidak sampai tertimpa
penderiaan/mudharat karena tidak adanya pemberian tersebut. Misalnya pembuatan
jalan kedua/alternative setelah ada jalan yang lain yang jauh, ataupun yang lainnya.
Keenam, harta yang disalurkan Baitul Mal karena adanya unsur kedaruratan, semisal
paceklik/kelaparan, angina taufan, gempa bumi, atau serangan musush.
Ruang Lingkup Baitul Mal
Menurut pendapat Suhrawardi K. Lubis, Baitul Mal dilihat dari segi istilah fikih
adalah “suatu lembaga atau badan yang bertugas mengurusi kekayaan negara terutama
keuangan, baik yang berkenaan dengan soal pemasukan dan pengelolaan maupun
yang berhubungan dengan masalah pengeluaran dan lain-lain(Maman, 2012). Baitul
Mal adalah suatu lembaga atau pihak yang memiliki kewajiban atau tugas khusus
untuk melakukan penanganan atas segala harta yang dimiliki oleh umat, dalam bentuk
pendapatan maupun pengeluaran negara(Zallum, 1983).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu, Baitul Mal
adalah suatu lembaga atau pihak (al jihat) yang mempunyai tugas khusus menangani
segala harta umat, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran negara. Baitul Mal
sudah ada sejak Rasulullah SAW dalam pengertian sebagai pihak (al-jihat) yang
mengumpulkan dan mendistribusikan harta rampasan perang, zakat, infaq, dan
shadaqah. Tujuan dan fungsi Baitul Mal adalah terwujudnya layanan
penghimpuanan zakat, infaq, wakaf dan shadaqah yang mengoptimalkan nilai bagi
muzaki, munfiq, tatasaddiq, dan muwafit. Kedua terwujudnya layanan
pendayagunaan ziswaf yang mengoptimalkan upaya pemberdayaan mustahiq
berbasis pungutan jaringan. Dan juga terwujudnya organisasi sebagai good
organization yang mengoptimalkan nilai bagi stalkholder.
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, M. (2020). Peran Baitul Mal Wa Tamwil (Bmt) Dalam Pengembangan Ekonomi Umat.
HUMAN FALAH Volume 7. No 1, 19-29.
Tho'in, S. M. (2020). Paradigma Konsep Teori dan Praktek Baitul Mal dalam Prespektif Sistem
Ekonomi Islam. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 1-9.