Anda di halaman 1dari 10

Analisis Kontrak

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah:

HUKUM PERIKATAN

Dosen pengampu: Dr. Muhammad Maksum, M.A.

Disusun oleh:
Muhammad Ibrahim Isa (11190490000104)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jln. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 1542, Jakarta, Indonesia


Telp. (62-21)7401925, fax. (62-21)7402982, website: www.uinjkt.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perjanjian atau kontrak berkembang pesat saat ini sebagai konsekuensi logis dari
berkembangnya kerja sama bisnis antar pelaku bisnis. Banyak kerja sama bisnis dilakukan
oleh pelaku bisnis dalam bentuk kontrak atau perjanjian tertulis. Bahkan dalam praktek bisnis
telah berkembang pemahaman bahwa kerja sama bisnis harus diadakan dalam bentuk tertulis.
Kontrak atau perjanjian tertulis adalah dasar bagi para pelaku bisnis atau para pihak untuk
melakukan suatu penuntutan apabila salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang telah
diperjanjian dalam suatu kontrak atau perjanjian. Sebenarnya secara yuridis selain kontrak
yang dibuat secara tertulis, para pihak atau para pelaku bisnis dapat melakukan pembuatan
kontrak secara lisan. Namun, kontrak yang dibuat secara lisan mengandung risiko yang
sangat tinggi, karena akan menglami kesulitan dalam pembuktian jika terjadi sengketa
hukum.
Pada dasarnya suatu perjanjian atau kontrak berawal dari suatu perbedaan atau
ketidaksamaan kepentingan di antara para pihak, dan perumusan hubungan kontraktual
tersebut pada umumnya diawali dengan proses negoisasi di antara para pihak tersebut.
Sehingga dengan adanya kontrak perbedaan tersebut diakomodir dan selanjutnya dibingkai
dengan perangkat hukum sehingga mengikat kedua belah pihak.
Dalam membuat suatu perjanjian atau kontrak sangat diperlukan pemahaman akan
ketentuan-ketentuan hukum perikatan, selain itu juga diperlukan keahlian para pihak dalam
pembuatan kontrak akan terhindar dari sengketa atau perselisihan yang sulit untuk
diselesaikan. Oleh karena itu kontrak menjadi sangat penting sebagai pedoman kerja bagi
para pihak yang terkait. Namun, dalam penyusunan kontrak perlu untuk memperhatikan
perundang-undangan ketertiban umum, kebiasaan dan kesusilaan yang berlaku.
Perjanjian atau kontrak merupakan hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang
mengikatkan diri berdasarkan kesepakatan untuk menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum
itu berupa hak dan kewajiban secara timbal balik antara para pihak.
Hukum kontrak atau perjanjian di Indonesia masih menggunakan peraturan pemerintah
kolonial Belanda yang terdapat dalam Buku III Burgerlijk Wetboek. Dalam Kitab Undang-
undang Hukum Perata menganut sistem terbuka (open system), artinya bahwa para pihak
bebas mengadakan kontrak dengan siapapun, menentukan syarat-syaratnya, pelaksanaannya,
maupun bentuk kontraknya baik secara tertulis maupun lisan. Disamping itu, diperkenankan
membuat kontrak, baik yang telah dikenal dalam KUH Peedata maupun di luar KUH Perdata.
Hal ini sesuai dengan pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang berbunyi:“Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya”.
Dalam perancangan atau pembuatan kontrak hal penting yang harus diperhatikan oleh
para pihak adalah syarat sahnya perjanjian atau kontrak sebagaimana diatur dalam pasal 1320
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yang pada intinya mengatur tentang:
1. Sepakat para pihak
2. Kecakapan para pihak
3. Objek tertentu
4. Sebab yang halal.
Syarat 1 dan 2 disebut syarat subyektif, karena menyangkut subyek pembuat kontrak.
Akibat hukum tidak dipenuhinya syarat subyektif maka kontrak dapat dibatalkan
(vernietigbaar), artinya akan dibatalkan atau tidak, terserah pihak yang berkepentingan.
Syarat 3 dan 4 disebut syarat obyektif, karena menyangkut obyek kontrak. Akibat hukum jika
tidak dipenuhi syarat obyektif maka kontrak itu batal demi hukum, artinya kontrak itu sejak
semula dianggap tidak pernah ada. Juga perjanjian yang bertentangan dengan undang-
undang, kesusilaan dan ketertiban umum adalah batal demi hukum.

BAB III
HASIL PEMBAHASAN

Dengan saya mengambil sebuah kasus contoh dokumen kontrak/perjanjian


peminjaman kendaraan rental mobil antara Herton Setiawan sebagai pemilik atau owner dari
rental peminjaman kendaraan mobil tersebut dan juga sebagai pihak pertama. Dengan Tengku
Hizrul Aziv sebagai pihak yang meminjam kendaraan atau pihak yang menyepakati
perjanjian dan sebagai pihak kedua, tanggal 20 November 2019 tentang Perjanjian
peminjaman kendaraan atau rental/sewa mobil, berikut hasil analisis dan evaluasi dokumen
kontrak tersebut.

  Asas-Asas dan Ketentuan Umum dalam Hukum Perjanjian

Asas Kebebasan Berkontrak (Freedom of Contract)


Asas Kebebasan Berkontrak dapat kita lihat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPer,
yang berbunyi bahwa “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya.” Pasal 1338 ayat (1) KUHPer ini seolah-olah
membuat pernyataan bahwa kita bebas untuk membuat perjanjian apa saja dan perjanjian
tersebut akan mengikat kita sebagaimana undang-undang. Kebebasan berkontrak disini hanya
dibatasi oleh ketertiban umum dan kesusilaan.
Berdasarkan uraian yang telah di paparkan diatas, bahwa perjanjian kontrak tersebut
tidak bertentangan dengan hukum, ketertiban umum dan kesusilaan sehingga kontrak ini di
buat sah secara hukum dan mengikat para pihak yang membuat perjanjian ini.

Asas Konsensualisme (concensualism)


Ketentuan tersebut sesuai Asas Konsensualisme ini dapat kita lihat dalam Pasal 1320
KUHPer Untuk validitas sebuah kontrak/perjanjian maka diperlukan 4 (empat) kualifikasi
sebagai berikut:
a.       Sepakat mereka yang mengikat dirinya (The Consent);
b.      Kecakapan untuk membuat suatu perikatan (The Capacity);
c.       Suatu hal tertentu (Particular Object);
d.      Suatu sebab yang halal (A Lawful Cause).
Keempat hal tersebut akan dibahas sebagai berikut:
a.      Sepakat mereka yang mengikat dirinya (The Consent);
Kesepakatan dapat dicapai jika terdapat penawaran (offer), yang menawarkan
(offeror) dan yang menerima tawaran (offeree). Offeror membuat penawaran untuk offeree;
Offeree memiliki kebebasan untuk menerima penawaran dan membuat sebuah
kontrak/perjanjian sehingga kesepakatan dicapai dan kontrak/perjanjian dibuat pada saat
yang sama ketika penawaran diterima. Hal tersebut digambarkan sebagai berikut:
Pada surat dokumen kontrak/perjanjian peminjaman kendaraan rental mobil antara
Herton Setiawan sebagai pemilik atau owner dari rental peminjaman kendaraan mobil
tersebut dan juga sebagai pihak pertama yang bertindak sebagai "Offeree". Dengan Tengku
Hizrul Aziv sebagai pihak yang meminjam kendaraan atau pihak yang menyepakati
perjanjian dan sebagai pihak kedua yang mengajukan pinjaman kendaraan mobil kepada
pihak pertama bertindak sebagai "Offeror", keduanya bersepakat bahwa akan melaksanakan
jasa pinjam memnijam sebuah kendaraan mobil yaitu sebuah 1 unit mobil Toyota Alphard 2.5
X bernomor polisi B 74858 FF (offer) selaku pengelola jasa penyewaan kendaraan atau rental
dari Pihak Pertama bertanggungjawab dalam surat perjanjian yang di buat pada tanggal 20
November 2019 . Maka syarat validitas kontrak tersebut sudah terpenuhi.

b. Kecakapan Untuk Membuat Suatu Perikatan (The Capacity)


Seseorang yang mempunyai kualifikasi dalam membuat kontrak/ perjanjian adalah
yang sudah berusia diatas 21 tahun atau sudah menikah atau didalam perwalian dan
memiliki otoritas untuk memutuskan atau menandatangani kesepakatan yang mewakili
perusahaan/organisasi. Pada surat perjanjian/kontrak ini dibuat antara Herton Setiawan
sebagai pemilik atau owner dari rental peminjaman kendaraan mobil tersebut dan juga
sebagai pihak pertama. Dengan Tengku Hizrul Aziv sebagai pihak yang meminjam
kendaraan atau pihak yang menyepakati perjanjian dan sebagai pihak kedua. Disini para
kedua belah pihak tidak mencantumkan masing-masing dari data kelahiran sehingga saya
sebagai orang yang menganalisis surat tersebut tidak mengetahui kecakapan dari masing-
masing pihak dari segi usia nya tersebut, akan tetapi bisa jadi di pastikan keduanya sudah
mempunyai kualifikasi dalam kecakapan untuk membuat perikatan atau pula kontrak,
sehingga keduanya pula memilki otoritas untuk membuat perjanjian/kontrak maka syarat
validitas kedua kontrak ini juga masih kurang terpenuhi.
c. Suatu hal tertentu (Particular Object)
Objek yang disepakati dalam perjanjian/kontrak adalah hal tertentu /khusus dan
setidaknya jenis pekerjaan tersebut dikenal dan harus merupakan barang yang dapat
diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok perjanjian (Pasal 1332 KUH Perdata RI).
Dalam kontrak/perjanjian ini objek yang disepakati adalah sewa menyewa kendaraan mobil
pada rental META TRANS RENT CAR pekerjaan ini memenuhi syarat pasal 1332 KUH
Perdata yaitu merupakan barang/jasa yang dapat diperdagangkan.
d. Suatu sebab yang halal (A Lawful Cause)
Syarat terakhir dari suatu kontrak atau perjanjian adalah isi dari kontrak adalah
hal yang tidak boleh bertentangan dengan hukum, kebijakan publik dan moralitas. Dalam
hal ini perjanjian kerjasama pengelolaan modal usaha untuk jenis usaha jasa peminjaman atau
rental kendaraan mobil adalah pekerjaan yang tidak bertentangan dengan hukum, kebijakan
publik dan moralitas bangsa, sehingga kontrak ini memenuhi syarat keempat dalam
pembentukkan kontrak/perjanjian.
Dari pembahasan diatas maka disimpulkan bahwa kontrak/perjanjian antara Bapak
Herton Setiawan selaku pihak pertama dengan Bapak Tengku Hizrul Aziv selaku pihak
kedua ini telah memenuhi 4 syarat keabsahan kontrak/perjanjian (validity of contract)
sehingga bisa dinyatakan valid. Dampak dari pembuatan kontrak yang dinyatakan valid
adalah mengikat berdasarkan hukum untuk kedua belah pihak yang bersepakat yaitu dalam
hal ini antara Bapak Herton Setiawan selaku pihak pertama dengan Bapak Tengku Hizrul
Aziv selaku pihak kedua. Prinsip kontrak mengikat ini dinamakan Pacta Sunt Servanda.
Berdasarkan pasal 1866 KUHPerdata Republik Indonesia, surat perjanjian/kontrak antara
Bapak Herton Setiawan selaku pihak pertama dengan Bapak Tengku Hizrul Aziv selaku
pihak kedua dibuat secara tertulis yang tertuang dalam surat kontrak/perjanjian sehingga
dokumen ini dapat menjadi instrumen utama bukti jika ada sengketa perdata
dikemudian hari dan itu yang dinamakan dengan (written evidence).
Asas Kepastian Hukum (Pacta Sunt Servanda)
Daya mengikat perjanjian dapat kita lihat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPer yang
menyatakan bahwa “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya.” Pernyataan Pasal 1338 ayat (1) KUHPer ini tersebut
menunjukkan bahwa undang-undang sendiri mengakui dan menempatkan posisi para pihak
sejajar dengan pembuat undang-undang. Maka perjanjian antara pihak pertama dan pihak
kedua diatas berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak dan menimbulkan akibat hukum
apabila salah satu dari para pihak tidak menjalankan ketentuan sebagaimana telah di atur
dalam perjanjian tersebut.
Asas Itikad Baik   (Good Faith/Tegoeder Trouw)
Dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPer menyatakan dengan jelas bahwa hukum
perjanjian di Indonesia menganut asas kebebasan berkontrak, asas konsesualisme, serta daya
mengikatnya perjanjian. Asas-asas yang dimaksud dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPer harus
dipahami sebagai asas-asas yang tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan satu sistem yang
pada dan integratif dengan ketentuan-ketentuan lainnya. Sehubungan dengan daya
mengikatnya perjanjian yang berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang
membuatnya (pacta sunt servanda), pada situasi tertentu daya berlakunya dibatasi,
diantaranya yaitu oleh itikad baik.
Pengertian itikad baik menurut Pasal 1338 ayat (3) KUHPer bersifat dinamis. Dinamis
disini dapat diartikan bahwa perbuatan harus dilaksanakan dengan kejujuran yang berjalan
dalam hati sanubari seorang manusia. Manusia sebagai anggota masyarakat harus jauh dari
sifat yang merugikan pihak lain, atau mempergunakan kata-kata yang membingungkan pada
saat kedua belah pihak membuat suatu perjanjian. Para pihak dalam suatu perjanjian tidak
boleh mempergunakan kelalaian pihak lain untuk menguntungkan ke diri pribadi.
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPer yang berbunyi:
“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan asas bahwa para
pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan
kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak. Asas itikad
baik terbagi menjadi dua macam, yakni itikad baik nisbi dan itikad baik mutlak. Pada itikad
yang pertama, seseorang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada
itikad yang kedua, penilaian terletak pada akal sehat dan keadilan serta dibuat ukuran yang
obyektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak) menurut norma-norma yang
objektif.
Dalam kontrak/perjanjian ini para pihak memiliki itikad baik yaitu kedua belah pihak
bersepakat untuk mematuhi semua isi perjanjian yang telah disepakati bersama dan apabila
salah satu pihak tidak dapat menjalankan isi dari perjanjian tersebut maka para pihak sepakat
untuk menyelesaikan nya secara musyawarah dan apabila tidak dapat diselesaikan secara
musyawarah maka para pihak telah memilih wilayah hukum pengadilan negeri dimana para
pihak berdomisili untuk menyerahkan kasus tersebut ke meja hijau.

Asas Kepribadian (personality)


Suatu perjanjian hanya meletakkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban antara para
pihak yang membuatnya, sedang pihak ketiga tidak ada sangkut pautnya. Perikatan hukum
yang lahir dari perjanjian memiliki dua sisi, yaitu sisi kewajiban-kewajiban (obligations)
yang dipikul oleh suatu pihak dan sisi hak-hak (rights) atau manfaat, yang diperoleh oleh
pihak lainnya, yaitu hak-hak untuk menuntut dilaksanakannya hal-hal yang telah disepakati
dalam perjanjian.
Pada surat perjanjian/kontrak yang di atas maka akibat hukumnya adalah mengikat
para pihak antara Bapak Herton Setiawan selaku pihak pertama dengan Bapak Tengku Hizrul
Aziv selaku pihak kedua, dimana pihak pertama mempunyak hak untuk mendapatkan
keuntungan dari hasil usaha meminjamkan 1 unit kendaraan mobil dan ketentuan pembayaran
yang telah disepakati bersama sebagaimana diatur dalam point nomer 5 dan mempunyai
kewajiban menyerahkan sejumlah uang tertentu kepada Pihak Pertama untuk dipergunakan
sebagai biaya penyewaaan kendaraan mobil. Dan pihak kedua mempunyai hak atas pinjaman
mobil dan juga hak untuk menjaga kendaraan yang di pinjam tersebut yaitu mobil dari Pihak
Pertama yang diserahkan pada saat perjanjian ini disepakati dan ditandatangani. dan
mempunyai kewajiban selaku peminjam mobil rental dari Pihak Pertama harus
bertanggungjawab untuk hak atas mobil tersebut yang dipinjamkan.
3.2 Unsur-Unsur dalam Hukum Perjanjian
3.2.1 Unsur Essensial
Bagian ini merupakan sifat yang harus ada di dalam perjanjian sifat yang menentukan
atau menyebabkan perjanjian itu tercipta (constructieve oordeel). Unsur-unsur essensial yang
terdapat dalam surat perjanjian kerja sama ini antara lain :
1.      Adanya pihak pertama yaitu TUBAGUS HENDRAWAN, S.Pd dalam hal ini bertindak untuk
dan atas namanya sendiri selaku pemilik modal.
2.      Adanya pihak kedua yaitu ABDULLAH RAUF, S. Com, dalam hal ini bertindak untuk dan
atas namanya sendiri selaku pengelola modal.
3.      Adanya Modal Pihak Pertama diserahkan kepada Pihak Kedua setelah akad ditandatangani
oleh kedua belah pihak, melalui transfer ke nomor rekening 0234.567.8910 Bank BCA
Cabang Sleman an. Abdullah Rauf. 
4.      Adanya harga dari obyek perjanjian kerja sama yaitu sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus
juta rupiah).
5.      Adanya kesepakatan antara pihak pemilik modal dan pengelola modal sehingga perjanjian
kerja sama tersebut dapat terjadi.
3.2.2 Unsur Naturalia
Bagian ini merupakan sifat bawaan (natuur) perjanjian sehingga secara diam-diam
melekat pada perjanjian. Menjamin adanya keadilan di antar kedua belah pihak Waktu
perjanjian kerja sama dan ditanda tangani perjanjian pada Kamis, tanggal 12 bulan Maret
2014.
3.2.3 Unsur Accidentalia
Bagian ini merupakan sifat yang melekat pada perjanjian dalam hal secara tegas
diperjanjikan oleh para pihak
·      Identitas para pihak
a.       Pihak pertama
Nama : TUBAGUS HENDRAWAN, S.Pd
No. KTP : 30312345678900
Tempat Tanggal Lahir: Yogyakarta, 09 Desember 1979
: Jalan Timoho no. 5B Gedong kuning Yogyakarta
Status : Pemilik modal
b.      Pihak kedua
Nama : ABDULLAH RAUF, S. Com
No. KTP/Identitas : 30412345678901
Tempat Tanggal Lahir: Sleman, 03 Februari 1974
:Jalan Gejayan no. 22 Soropadan Condong Catur Sleman
: Pengelola modal

·      Penutup surat perjanjian


Demikian Kontrak ini dibuat dan diselesaikan pada hari dan tanggal seperti tersebut
pada bagian awal Kontrak ini. Segera, setelah Kontrak ini dibuat, Para Pihak dan Istri Pihak
Kedua, lalu menandatangani Kontrak ini diatas materai, dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani serta tanpa adanya unsur paksaan dari pihak manapun serta dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum.

Anda mungkin juga menyukai