Anda di halaman 1dari 23

Job Safety Analysis

(JSA)

Tugas SMK3

Oleh:
DESTIARA CAHYA SAPUTRA
SYARIF HIDAYATULLAH
AMBAR WAHYUDI
ANTON H
ISHAK

FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA
2011

BAB I
PENDAHULUAN

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang


tidak terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya
manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting
dalam meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya
akan tetapi jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak
positif atas keberlanjutan produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu isu
keselamatan dan kesehatan kerja pada saat ini bukan sekedar kewajiban
yang harus diperhatikan oleh para pekerja, akan tetapi juga harus
dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan. Dengan kata lain pada saat ini
keselamatan dan kesehatan kerja bukan semata sebagai kewajiban, akan
tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap para pekerja dan bagi setiap
bentuk kegiatan pekerjaan (http:://www.google.co.id/keselamatan
kerja,2008).
Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran
ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain
dalam rangka efektivitas dan efisiensi kerja (Sedarmayanti, 1996).
Ergonomi yaitu sebagai salah satu ilmu yang berusaha untuk
menyerasikan antara faktor manusia, faktor pekerjaan dan faktor
lingkungan. Dengan bekerja secara ergonomis maka diperoleh rasa
nyaman dalam bekerja, dihindari kelelahan, dihindari gerakan dan upaya
yang tidak perlu serta upaya melaksanakan pekerjaan menjadi sekecil –
kecilnya dengan hasil yang sebesar-besarnya. (Soedirman,1989).
Apabila seseorang pekerja dalam melakukan pekerjaan mengangkat,
menurunkan dan membawa barang dilakukan secara langsung tanpa
bantuan alat apapun dapat menjadi risiko terjadinya kecelakaan pada
pekerja seperti nyeri atau cidera pada pinggang. Low Back Pain (LBP) atau
nyeri pinggang merupakan rasa nyeri yang terjadi di daerah punggung
bagian bawah dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian belakang dan
samping luar. Keluhan utama nyeri pinggang akibat teknik atau sikap
kerja yang salah dapat berupa pegal dipinggang yang sudah bertahun-
tahun, pinggang terasa kaku, sulit digerakkan, dan terus-menerus lelah.
(Sitorus, 1996: 57).
Nyeri pada pinggang dan tulang belakang merupakan penyebab
tersering diantara semua kelainan kronis dalam menyebabkan pembatasan
aktivitas masyarakat berusia dibawah 45 tahun dan menduduki peringkat
ketiga setelah penyakit kelainan jantung dan arthritis serta rematik pada
usia 45 hingga 65 tahun. Penyelidikan memperlihatkan bahwa hampir
80% penduduk Amerika menderita nyeri pinggang selama masa dewasa
dan sebagai penyebab tidak masuk kerja yang menduduki urutan kedua
setelah infeksi respiratorius atas.
Suatu penyelidikan yang diadakan di Inggris memperlihatkan
bahwa dari tahun 1980 sampai 1990, waktu kerja yang hilang akibat nyeri
pinggang tiga kali lipat lebih besar daripada akibat pemogokan kerja
(Seller, H.R.1987: 23).
Pada tahun 1985, WHO menyatakan bahwa 2%-5% dari karyawan di
negara industri tiap tahun mengalami Low Back Pain, dan 15% dari
absenteisme di industri baja serta di perusahaan dagang disebabkan
karena nyeri pinggang. Data statistik nasional Amerika Serikat
memperlihatkan angka kejadian sebesar 15%-20% pertahun. Pekerjaan
mengangkat menjadi penyebab terlazim nyeri pinggang bawah, yang
menyebabkan 80% kasus. Sebanyak 90% kasus nyeri pinggang bukan
disebabkan oleh kelainan organik, melainkan oleh kesalahan posisi tubuh
dalam bekerja. Di inggris tiap hari ada 50.000 orang lebih tidak masuk
kerja karena nyeri pinggang. Nyeri pinggang menyebabkan lebih banyak
waktu hilang dari pada pemogokan kerja, sebanyak 20 juta hari kerja
karenanya.(Imrie, D. 1991:47).
Prevalensi nyeri pinggang pada pekerja Indonesia, sampai saat ini
belum pernah dilaporkan secara keseluruhan. Dari data mengenai pasien
yang berobat ke klinik Neurologi Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta
menunjukkan bahwa jumlah pasien diatas usia 40 tahun yang datang
dengan Low Back Pain ternyata jumlahnya cukup banyak.prevalensi nyeri
pinggang penduduk laki-laki pada umumnya adalah 18,2% sedangkan
pada penduduk wanita 13,6% (Hadinoto,S.1991:136).
Menurut data Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (Accident
Facts, 1990), cedera tulang belakang adalah salah satu yang paling umum
terjadi (22% dari semua kecelakaan kerja yang terjadi) dan paling banyak
membutuhkan biaya untuk pengobatannya. Salah satu penyebab dari
cedera ini adalah overload yang dipikul oleh tulang belakang (> 60%) dan
60% dari overload ini disebabkan oleh pekerjaan mengangkat barang,
20% pekerjaan mendorong atau menarik barang dan 20% akibat
membawa barang. Disamping itu juga dilaporkan bahwa 25% kecelakaan
disebabkan karena aktvitas angkat-angkut; 50-60% cedera pinggang
disebabkan karena aktivitas mengangkat dan menurunkan material
(Pulat,1992). Pekerja yang mengangkat beban berat akan mengalami
kemungkinan cedera punggung 8 kali lipat dari pekerja yang hanya
mengangkat barang secara tidak terus menerus. Oleh karena itu
dibutuhkan adanya penerapan prinsip-prinsip ergonomi pada pekerjaan
yang menggunakan kemampuan otot. Selain itu juga didapat hasil
penelitian di Rumah Sakit Dr. Soetomo pada perawat akibat salah angkat
dan atau angkut dapat menimbulkan cedera muskuloskeletal dimana
45,5% perawat yang diteliti pernah mengalami cedera punggung (Erwin
Dyah N,2006).
BAB II
MASALAH

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga


peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan
pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang
yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk
berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi
dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi
bahaya potensial yang mungkin timbul.
Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai
risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko
tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja,
Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan
Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian.
Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara
penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.
Salah satu masalah ergonomi yang terjadi adalah pada pekerja
bidang angkat-angkut salah satunya adalah nyeri pada otot punggung
yang digunakan untuk bekerja. Keluhan yang biasa diderita pekerja
dibidang angkat-angkut adalah pada sistem muskuloskeletal. Keluhan
muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat
sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam
waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan
pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang
biasanya diistilahkan dengan musculoskeletal disorders (MSDs) atau
cedera pada system muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996).
Bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang
meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan
otot-otot bagian bawah.
Masalah lain mengenai K3 yang timbul pada pekerja angkat
angkut di gudang adalah seperti tertiban barang, terjatuh dari
ketinggian pada saat meletakkan barang di rak penyimpanan secara
manual, kaki tertabrak lori, tangan atau kaki terjepit barang.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’


dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya
seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (near-
miss). Kesehatan berasal dari bahasa Inggris ‘health’, yang dewasa
ini tidak hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi
pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan
juga sehat secara sosial. Dengan demikian pengertian sehat secara
utuh menunjukkan pengertian sejahtera (well-being). Sebagaimana
kita ketahui bahwa umumnya manusia selalu mempunyai pekerjaan
(work, occupation) dan sebagian besar waktunya berada dalam
situasi bekerja sehingga dapat terjadi manusia akan menderita
penyakit yang mungkin disebabkan oleh pekerjaannya atau
menderita penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya.
Karena alasan tersebut berkembang ilmu yang dikenal dengan
kesehatan kerja (occupational health).

Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja


adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi
potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang
mungkin terjadi. Dengan kata lain hakekat dari Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah tidak berbeda dengan pengertian
bagaimana kita mengendalikan risiko (risk management) agar
tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ) sangat dibutuhkan


dalam kegiatan industri, hal-hal yang melatar belakangi yaitu bahwa
setiap aktifitas industri selalu mengandung bahaya dan risiko
keselamatan dan kesehatan kerja, bahaya dan risiko tersebut akan
menimbulkan konsekuensi, apabila K3 tidak dikelola dengan baik,
maka akan menimbulkan kerugian. Kerugian-kerugian tersebut
berupa aset perusahaan dari yang paling ringan sampai kepada
kehancuran, dari sisi pekerja dari cacat / sakit yang teringan sampai
kepada korban jiwa, sedangkan dari segi lingkungan dari tingkat
pencemaran ringan sampai bencana.

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu menciptakan


kondisi kerja yang aman dan sehat sehingga mencegah terjadinya
luka-luka, penyakit, dan kecelakaan yang dapat menimbulkan
kerugian baik material maupun non material, mencegah terjadinya
penurunan kesehatan atau gangguan lainnya (cacat, cidera) pada
pekerja yang diakibatkan oleh potensi bahaya dan risiko yang ada di
tempat kerja, serta menciptakan keserasian antara pekerja dengan
pekerjaan maupun lingkungan kerjanya baik secara fisiologis
maupun psikologis untuk meningkatkan kapasitas, kinerja dan
produktivitas kerja.
Tujuan akhir dari keselamatan dan kesehatan kerja yaitu
hidup yang berkualitas yang berarti sehat fisik, mental, sosial,
spiritual. Maksud dari hidup yang berkualitas yaitu tidak menderita
cacat, tidak menderita sakit, tidak terjadi kematian prematur, usia
harapan hidup tinggi, memiliki kapasitas kerja yang tinggi,mampu
menikmati masa pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun setelah
purna karya.

3.2. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan ( accident ) adalah suatu kejadian yang tidak


diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah
diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan cidera terhadap
mansia.

Kecelakaan kerja menurut UU No. 3 th 1992 adalah


kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja,
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, termasuk
juga kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari
rumah menuju ketempat kerja, dan pulang kerumah melalui jalan
yang biasa dan wajar dilalui. Menurut Simanjuntak ( 1994 )
Kecelakaan kerja dapat mengakibatkan :

1. Hari kerja hilang

2. Luka ringan, luka yang memerlukan perawatan


medis

3. Sementara tidak mampu bekerja

4. Luka berat, luka yang mengakibatkan cacat tetap

5. Cacat sementara

6. Meninggal dunia
Berdasarkan selang waktu akibatnya, kecelakaan terbagi
menjadi dua yaitu kecelakaan langsung dan kecelakaan tidak
langsung. Kecelakaan langsung merupakan kecelakaan yang
akibatnya langsung tampak atau terasa. Sedangkan kecelakaan
tidak langsung adalah kecelakaan yang akibatnya baru tampak atau
terasa setelah ada selang waktu dari saat kejadiannya.

Berdasarkan dari sisi korbannya, kecelakaan juga terbagi


menjadi dua yaitu kecelakaan dengan korban manusia dan
kecelakaan tanpa korban manusia. Kecelakaan dengan korban
manusia juga terbagi lagi menjadi tiga bagian yaitu kecelakaan
diukur berdasarkan besar-kecilnya kerugian material, kekacauan
organisasi kerja, maupun dampak negatif yang diakibatkannya.

Manusia juga merupakan salah satu penyebab kecelakaan


kerja atau tingkah laku tidak aman. Adapun faktor penyebab
tingkah laku tidak aman yaitu faktor kebiasaan, emosi atau
psikologi dan kurang terampil. (Sumakmur, 1989), menyimpulkan
bahwa kurang lebih 80 % kecelakaan kerja disebabkan oleh tingkah
laku dan kelalaian manusia yang tidak aman.

Mesin atau alat produksi juga merupakan penyebab


kecelakaan kerja. Hal ini dapat disebabkan karena bagian-bagian
mesin selalu bergerak dan berputar. Dan pergeseran pada mesin
atau alat produksi dapat menimbulkan suhu yang tinggi sehingga
bila kontak bahan yang mudah terbakar dapat menimbulkan
kebakaran. Selain manusia dan mesin, lingkungan kerja juga dapat
mempengaruhi kecelakaan kerja. Hubungan mesin dengan operator
atau manusia sangat berpengaruh sekali karena mesin dapat
menimbulkan suatu kecelakaan apabila seorang operator
mengalami keteledoran dalam menjalankan mesin atau alat
produksi.
3.3. Potensi Bahaya

Hazard (bahaya) adalah sifat-sifat intrinsic dari suatu zat atau


proses yang dapat menyebabkan kerusakan atau membahayakan.
Hal ini termasuk bahan kimia (toksisitas, korosifitas), fisik (daya
ledak, listrik, dapat terbakar), biologis (dapat menginfeksi), dan lain-
lain. Definisi dari hazard (bahaya) mengindikasikan adanya suatu
ancaman, dan hazard bisa hadir tanpa risiko. Tipe – tipe hazard
adalah physical, chemicals, biological, mechanical/electrical,
psychological, ergonomics.

Physical hazard meliputi kebisingan, radiasi, Heat stress, Cold


stress, getaran, tekanan, dll. Chemicals hazard meliputi acute &
cronic toxicity, corrosive, carcinogen, mutagen,dll. Biological hazard
meliputi virus, bakteri, jamur dan organism lainnya. Ergonomic
hazard berasal dari desain kerja, layout maupun aktivitas yang
buruk. Psychological hazard meliputi stress, kekerasan ditempat
kerja, jam kerja yang panjang, dll.

3.4. Risiko

Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat


terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau
kejadian yang akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko dapat
diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi
suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan
suatu kerugian

Bentuk-bentuk risiko antara lain risiko murni, risiko spekulatif,


risiko partikular dan risiko fundamental.

• Risiko murni adalah risiko yang akibatnya hanya ada 2


macam: rugi atau break even, contohnya pencurian,
kecelakaan atau kebakaran.
• Risiko spekulatif adalah risiko yang akibatnya ada 3 macam:
rugi, untung atau break even, contohnya judi.

• Risiko partikular adalah risiko yang berasal dari individu dan


dampaknya lokal, contohnya pesawat jatuh, tabrakan mobil
dan kapal kandas.

• Risiko fundamental adalah risiko yang bukan berasal dari


individu dan dampaknya luas, contohnya angin topan, gempa
bumi dan banjir.

3.5. Pengertian Ergonomi

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia


dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian
ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam
lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi
ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh
manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat
kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan,
pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar
sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.

Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi


ditujukan untuk “fitting the job to the worker”, sementara itu
ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi
manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan
lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang
maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”.

Beberapa masalah ergonomic yang timbul, antara lain


meliputi :
1. Tehnik

2. Fisik

3. Pengalaman psikis

4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan


kekuatan dan gerakan otot dan persendian

5. Anthropometri

6. Sosiologi

7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur


tubuh, Oxygen up

8. take, pols, dan aktivitas otot.

9. Desain, dll

3.6. Job Safety Analysis

JSA merupakan identifikasi sistematik dari bahaya potensial di


tempat kerja yang dapat diidentifikasi, dianalisa dan direkam. Hal-
hal yang dilakukan dalam penerapan JSA :

• Identifikasi bahaya yang berhubungan dengan setiap langkah


dari pekerjaan yang berpotensi untuk menyebabkan bahaya
serius.

• Menentukan bagaimana untuk mengontrol bahaya.

• Membuat perkakas tertulis yang dapat digunakan untuk


melatih staf lainnya.
• Bertemu dengan pelatih OSHA untuk mengembangkan
prosedur dan aturan kerja yang spesifik untuk setiap
pekerjaan

Keuntungan dari melaksanakan JSA adalah :

• Memberikan pelatihan individu dalam hal keselamatan dan


prosedur kerja efisien.

• Membuat kontak keselamatan pekerja.

• Mempersiapkan observasi keselamatan yang terencana.

• Mempercayakan pekerjaan ke pekerja baru.

• Memberikan instruksi pre-job untuk pekerjaan luar biasa.

• Meninjau prosedur kerja setelah kecelakaan terjadi.

• Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang


memungkinkan dalam metode kerja.

• Mengidentifikasi usaha perlindungan ynag dibutuhkan di


tempat kerja.

• Supervisor dapat belajar mengenai pekerjaan yang mereka


pimpin.

• Partisipasi pekerja dalam hal keselamatan di tempat kerja.

• Mengurangi absent.

• Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah.

• Meningkatkan produktivitas.

• Adanya sikap positif terhadap keselamatan.


BAB IV
PEMBAHASAN

1. Memilih Pekerjaan
Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai
prioritas dan harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan
yang akan dianalisa, harus memenuhi faktor berikut ini :
a) frekuensi kecelakaan.
Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan
merupakan prioritas utama dalam JSA.
b) tingkat cedera yang menyebabkan cacat.
Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke
dalam JSA.
c) kekerasan potensi
Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah
kecelakaan namun mungkin berpotensi untuk menimbulkan
bahaya.
d) pekerjaan baru
JSA untuk setiap pekerjaan baru harus dibuat sebisa mungkin.
Analisa tidak boleh ditunda hingga kecelakaan atau hamper
terjadi kecelakaan.
e) mendekati bahaya
Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi
prioritas JSA.
Berdasarkan parameter – parameter diatas pekerjaan yang akan
dianalisa adalah memindahkan barang dari mobil di gudang
penyimpanan.

2. Menguraikan Jenis Pekerjaan


Langkah – langkah kerja pada pekerjaan memindahkan barang dari
mobil di gudang penyimpanan :
a. Membuka pintu belakang mobil.
b. Menaiki mobil dan mengecek.
c. Mengangkat dan mengoper barang kebawah.
d. Diterima oleh orang yang dibawah.
e. Membawa barang ke rak penyimpanan menggunakan lori.
f. Menempatkan barang pada rak penyimpanan.
3. Mengidentifikasi Bahaya
N Langkah Kerja Potensi Bahaya
o
1 Membuka pintu belakang mobil Jari terjepit
2 Menaiki mobil dan mengecek Terjatuh Dari mobil, terpeleset
kebawah, Tertiban
3 Mengangkat dan mengoper Back pain, Tertiban
barang kebawah
4 Diterima oleh orang yang Tertiban
dibawah
5 Membawa barang ke rak Back Pain (sakit punggung), kaki
penyimpanan menggunakan lori tertabrak lori.
6 Menempatkan barang pada rak Sakit pinggang, terjatuh, tangan
penyimpanan terjepit, dan tertiban material

Contoh gambar hazard :

Gambar 2. Mengangkat dan


mengoper barang

Gambar 1. Mengangkat barang


Gambar 3. Menarik
barang menggunakan lori

Gambar 4. Rak penyimpanan barang

4. Menaksir Risiko
N Langkah Kerja Potensi bahaya Consequenc Likelihoo Risk
o es d Factor
1 Membuka pintu Jari terjepit Rendah (L) Rendah L2
belakang mobil (L)
2 Menaiki mobil dan Terjatuh Dari Rendah (L) Rendah L2
mengecek mobil Rendah (L) (L) M6
Terpeleset Tinggi (H) Sedang H12
kebawah (M)
Tertiban Sedang
(M)
3 Mengangkat dan Back pain Rendah (L) Sedang M6
mengoper barang Tertiban Tinggi (H) (M) H12
kebawah Sedang
(M)
4 Diterima oleh orang Tertiban Tinggi (H) Sedang H12
yang dibawah (M)
5 Membawa barang Back pain Rendah (L) Sedang M6
ke rak penyimpanan Kaki tertabrak Rendah (L) (M) M6
menggunakan lori lori Sedang
(M)

6 Menempatkan Sakit pinggang Rendah (L) Sedang M6


barang pada rak Terjatuh Tinggi (H) (M) H12
penyimpanan Tangan terjepit Rendah (L) Sedang L2
Tertiban material Tinggi (H) (M) H12
Rendah
(L)
Sedang
(M)

Contoh gambar risiko :

Gambar 5. Tangan terjepit

Gambar 6. Tertiban barang


Gambar 7. Sakit pinggang

Gambar 8. Kaki tertabrak lori

5. Mengendalikan Risiko
N Langkah Kerja Potensi bahaya Tindakan Pengendalian /
o Pencegahan
1 Membuka pintu Jari terjepit Saat membuka pintu mobil box
belakang mobil jangan bercanda dan mengobrol,
hindarilah terjepitnya jari pada
handle pintu.
2 Menaiki mobil dan Terjatuh Dari Berpegangan yang kuat pada saat
mengecek mobil menaiki mobil dan pastikan kaki
Terpeleset anda memijak dengan pasti, dan
kebawah aman.
Tertiban
3 Mengangkat dan Back pain Ikuti cara mengangkat yang
mengoper barang Tertiban benar, menggunakan sepatu saat
kebawah bekerja.
4 Diterima oleh Tertiban Jangan mengangkat barang yang
orang yang terlalu berat, ikuti cara
dibawah mengangkat yan
benar,mengunakan sepatu.
5 Membawa barang Back pain Ikuti panduan mengangkat baran
ke rak Kaki tertabrak yang benar, perhatikan langkah
penyimpanan lori anda saat menggunakan lori.
menggunakan lori
6 Menempatkan Sakit pinggang Ikuti cara mengangkat yang baik,
barang pada rak Terjatuh pada saat menenpatkan barang
penyimpanan Tangan terjepit diatas ketinggian 2m gunakan
Tertiban tangga yang baik dan stabil,
material perhatikan tangan anda saat
meletakan barang, gunakan
sepatu saat bekerja.
JSA Worksheet

Location Warehouse / Gudang Date February, 12, 2011 Sheet 1 of 1


Activity Memindahkan barang dari mobil JSA No. 08/12/LQ/04
Leader Destiara CS Checked by Ambar W Sign
Crew member Anton, Ishak Approved by Syarif H Sign

Hazard Identified Residual Risk


Work Steps Risk Factor Control Measures
(How can people get Hazard Effect Factor
No (basic steps & (assign responsible
injured, hazard check (injury, worst case)
tools used) P HE RF person) P HE RF
list)
Membuka pintu Jari terjepit Luka, Jari putus L L L2 Saat membuka pintuL VL L1
belakang mobil mobil box jangan
1 bercanda dan mengobrol,
hindarilah terjepitnya jari
pada handle pintu.
Menaiki mobil dan Terjatuh Dari mobil Cedera/Luka L L L2 Berpegangan yang kuatL VL L1
mengecek Terpeleset kebawah Terkilir M L M6 pada saat menaiki mobilL VL L1
2 Tertiban Cedera/Luka M H H12 dan pastikan kaki andaL VL L1
memijak dengan pasti,
dan aman.
Mengangkat dan Back pain Cedera M L M6 L VL L1
mengoper barang Tertiban Cedera/Luka M H H12 L VL L1
kebawah Ikuti cara mengangkat
yang benar,
3 menggunakan sepatu
saat bekerja.
Diterima oleh Tertiban Cedera/Luka M H H12 Jangan mengangkatL VL L1
orang yang barang yang terlalu berat,
4 dibawah ikuti cara mengangkat
yan benar,mengunakan
sepatu.
Membawa barang Back pain Cedera M L M6 Ikuti panduanL VL L1
ke rak Kaki tertabrak lori Luka/Jari kaki putus M L M6 mengangkat baran yangL VL L1
5 penyimpanan benar, perhatikan langkah
menggunakan lori anda saat menggunakan
lori.
Menempatkan Sakit pinggang Cedera M L M6 Ikuti cara mengangkatL VL L1
barang pada rak Terjatuh Terkilir/Cedera M H H12 yang baik, pada saatL VL L1
penyimpanan Tangan terjepit Jari tangan putus L L L2 menenpatkan barangL VL L1
Tertiban material Cedera/Luka M H H12 diatas ketinggian 2mL VL L1
gunakan tangga yang
6
baik dan stabil,
perhatikan tangan anda
saat meletakan barang,
gunakan sepatu saat
bekerja.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

http://okleqs.wordpress.com/2010/12/28/job-safety-analysis-jsa/

http://www.ilo.org/public/english/protection/safework/cops/english/downlo
ad/e91
0972.pdf

Organisasi Perburuhan Internasional. “Hidup Saya, Pekerjaan Saya,


Pekerjaan yang Aman” Jakarta, Kantor Perburuhan Internasional,
2008

Anda mungkin juga menyukai