Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN

OBESITAS PADA ANAK


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa II

Dibimbing Oleh : Indah Rohmawati S.SiT

Disusun oleh :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG

2010 / 2011

KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kepada Allah SWT, karena limpahan rahmat, taufik dan
hidayahNya sehingga Askep ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Asuhan keperawatan ini disusun berdasarkan hasil diskusi tentang gabungan


 pemenuhan osigenasi pada kasus “OBESITAS PADA ANAK”.

Kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ketjuk Herminaju, SST, S.Pd., M.M., selaku Ketua Stikes yang telah mendukung
Penyusunan Asuhan Keperawatan ini.
2. Ibu Indah Rohmawati S.SiT., selaku dosen pembimbing Penyusunan Askep ini.
3. Pihak-pihak lain yang telah membantu terselesaikannya penyusunan Askep ini.
Kami menyadari asuhan keperawatan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami
mengharap kritik dan saran yang membangun dalam penyusunan asuhan keperawatan ini.

Semoga Askep ini bermanfaat bagi kita semua, amin.

Tulungagung, 03 April 2012

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang............................................................................................................... 1


1.2. Tujuan............................................................................................................................. 2
1.3. Manfaat.......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 3

A. Definisi...................................................................................................................... 3
B. Etiologi...................................................................................................................... 3
C. Patofisiologi............................................................................................................. 6
D. Manifestasi Klinis.................................................................................................... 8
E. Komplikasi.............................................................................................................. 9
F. Penatalaksanaan Keperawatan dan Medis................................................................10
G. Diagnosa Keperawatan............................................................................................ 12
H. Intervensi................................................................................................................. 13

BAB III PENUTUP............................................................................................................. 18

3.1. Kesimpulan.................................................................................................................. 18
3.2. Saran............................................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Obesitas merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan
lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. Tetapi
masih banyak pendapat di masyarakat yang mengira bahwa anak yang gemuk
adalah sehat. Sehingga banyak ibu yang merasa bangga kalau anaknya sangat
gemuk, dan di satu pihak ada ibu yang kecewa kalu melihat anaknya tidak
segemuk anak tetangganya. Sebenarnya kekecewaan tersebut tidak beralasan, asalkan
grafik pertumbuhan anak pada KMS sudah menunjukkan kenaikan yang kontinu
setiap bulan sesuai lengkungan grafik pada KMS dan berada pada pita
warna hijau, maka anak tersebut pasti sehat. Lebih-lebih kalau anak itu
menunjukkan perkembangan mental yang normal, artinya perkembangan motorik,
bahasa, intelektual, emosional dan social sesuai dengan umurnya, maka anak
tersebut walaupun tidak terlalu gemuk, tetapi secara fisik, social maupun mental
adalah sehat.

Obesitas atau kegemukan dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit
salah gizi, sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya.
Dari berbagai tulisan mengenai obesitas pada anak, ternyata banyak masalah
yang dihadapai anak yang obesitas ini. Lebih-lebih kalau obesitas pada masa anak-
anak berlanjut sampai dewasa. Bahkan ada seorang ahli yang mengatakan, bahwa
makin panjang ikat pinggang seseorang, maka akan makin pendek umurnya.
Dengan perkataan lain, makin gemuk seseorang akan semakin banyak
penyakitnya, sehingga
 jarang yang mencapai umur panjang.
Angka kejadian obesitas pada anak di Negara-negara maju terus
bertambah. Menurut Weil BW 1991, angka kejadian di Amerika meningkat 40%
(dari 15% menjadi 21%). Sedangkan angka kejadian di Indonesia masih belum ada
data-datanya. Tetapi dari pengamatan sehari-hari mulai banyak ditemukan kasus
obesitas pada anak.

1.2. Tujuan
Tujuan dalam menyusun makalah ini diantaranya ialah :

A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui laporan pendahuluan obesitas pada anak 

B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi peradangan obesitas pada anak 
2. Mengetahui tanda dan gejala p obesitas pada anak 
3. Mengetahui patofisiologis obesitas pada anak 
4. Mengetahui manifestasi klinik obesitas pada anak 
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang obesitas pada anak 
6. Mengetahui penatalaksanaan obesitas pada anak 
7. Melatih mahasiswa dalam menyusun askep

1.3Manfaat

Diharapkan mahasiswa mendapatkan manfaat dari adanya makalah ini diantaranya :

A. Manfaat bagi mahasiswa


1. Mahasiswa akan semakin terlatih menyusun askep.
2. Mahasiswa memahami obesitas pada anak 
3. Mahasiswa akan semakin faham tentang gangguan obesitas pada anak 

B. Manfaat Bagi Institusi


1. Menambah kepustakaan kampus STIKes Hutama Abdi Husada
2. Menambah bahan bacaan bagi mahasiswa maupun dosen
3. Manambah pengetahuan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi

 Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh
yang berlebihan. (www.medicastore.com)

 Obesitas merupakan keadaaan Indeks Massa Tubuh (IMT) anak yang berada diatas

persentil ke 95 pada grafik tumbuh kembang anak sesuai jenis kelaminnya.


(Institute of medicine (IOM) di AS)

 Obesitas atau kegemukan diartikan sebagai penimbunan jaringan lemak tubuh

secara berlebihan. (Vivi Juhanita S.,Gizi.Net)

 Obesitas adalah keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang


berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh. (Arief Mansjoer, dkk)

2.2. Etiologi

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori yang lebih banyak dari
yang diperlukan oleh tubuh / pemasukan makan yang berlebihan ke dalam tubuh.
Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini
masih belum jelas. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa factor:

1. Masukan energi yang melebihi dari kebutuhan tubuh


a. Pada Bayi
- Bayi yang minum susu botol yang selalu dipaksakan oleh ibunya, bahwa
setiap kali minum harus habis.
- Kebiasaan untuk memberikan minuman / atau makanan setiap kali menangis.
- Pemberian makanan tambahan tinggi kalori pada usia yang terlalu dini.
- Jenis susu yang diberikan osmolaritasnya tinggi (terlalu kental, terlalu
manis, kalorinya tinggi), sehingga bayi selalu haus / minta minum.
b. Faktor Psikis
Apa yang ada di dalam pikiran sesorang bisa mempengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan
makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang
menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang
kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.

Ada dua pola makan abnormal yaitu: makan dalam jumlah yang sangat

banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua
pola makan ini biasanya dipicu oleh stress dan kekecewaan. Binge mirip dengan
bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah yang sangat banyak,
bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang
telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada
sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi
hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada
malam hari.

c. Gaya hidup masa kini


Kecenderungan anak-anak sekarang suka makanan “fast food” yang berkalori
tinggi seperti : Hamburger, Pizza, Ayam goreng dengan kentang goreng, ice
cream, aneka makan mie, dll.

2. Penggunaan kalori yang kurang


Berkurangnnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas
fisiknya, seharian nonton TV, dll. Lebih-lebih kalau nonton TV sambil tidak
berhenti makan, maka cenderungan menjadi obesitas akan menjadi besar.

3. Faktor lingkungan
Gen merupakan factor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi
lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini
termasuk perilaku / pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali
seseorang makan serta bagaimana aktifitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat
mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktifitasnya.

4. Faktor kesehatan
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:

- Sindroma yang diwariskan, contohnya: sindroma cushing, sindroma prader-


willi
- Hormonal
Kelenjar pituitary dan fungsi hipotalamus.
Penyebab yang jarang dari obesitas adalah fungsi hipotalamus yang abnormal.
Sehingga terjadi hiperfagia (nafsu makan yang berlebihan) karena gangguan pada
pusat kenyang di otak.

- Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan


seperti : lesi-lesi hipotalamus, hipofisis, dan lesi otak yang lain.

5. Factor perkembangan
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan
bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas,
terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak bisa memiliki sel lemak
sampai lima kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya
normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat
badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam
setiap sel.

6. Aktivitas fisik 
Kurang aktifitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari
meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-
orang yang tidak aktif memerlukan sedikit kalori. Seseorang yang cenderung
mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktifitas fisik yang
seimbang, akan mengalami obesitas.

Untuk terjadinya obesitas tidak hanya tergantung dari berbagai macam penyebab yang
telah disebutkan di atas, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi lainnya
misalnya :

1. Herediter (faktor keturunan)


Kecenderungan menjadi gemuk pada keluarga tertentu. Kalau salah satu orang
tuanya obesitas, maka anaknya mempunyai resiko 40% menjadi obesitas, sedangkan
kalau kedua orang tuanya obesitas, maka resiko menjadi 80%.

2. Suku / Bangsa
Pada suku / bangsa tertentu kadang-kadang terlihat banyak anggotanya yang
menderita obesitas.

3. Pandangan masyarakat yang salah, yaitu bayi yang sehat adalah yang bayi yang
gemuk.
4. Anak cacat, anak aktifitasnya kurang karena problem fisik/ cara mengasuh.
5. Umur orang tua yang sudah lanjut baru punya anak, anak tunggal, anak “mahal”, anak 
dari orang tua tunggal, dll.
6. Meningkatnya keadaan social ekonomi seseorang.
Orang tua yang dulunya berasal dari keluarga yang kurang mampu, maka mereka
cenderung memberikan makanan sebanyak-banyaknya pada anak-anaknya. Atau
keluarga yang migrasi dari Negara berkembang ke Negara yang maju atau kaya.

7. Obat-obatan
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan
penambahan berat badan.

2.3. Patofisiologi

Terjadinya obesitas menurut jumlah sel lemak, adalah sebagai berikut :

1. Jumlah sel lemak normal, tetapi terjadi hipertrofi / pembesaran.


2. Jumlah sel lemak meningkat / hiperplasi dan juga terjadi hipertrofi.
Penambahan dan pembesaran jumlah sel lemak paling cepat pada masa anak-anak
dan mencapai puncaknya pada masa meningkat dewasa. Setelah masa dewasa tidak akan
terjadi penambahan jumlah sel, tetapi hanya terjadi pembesaran sel. Obesitas yang
terjadi pada masa anak selain hiperplasi juga terjadi hipertrofi. Sedangkan obesitas
yang terjadi setelah masa dewasa pada umumnya hanya terjadi hipertrofi pada sel
lemak.

Obesitas pada anak terjadi kalau intake kalori berlebihan, terutama pada tahun pertama
kehidupan. Rangsangan untuk meningkatkan jumlah sel terus berlanjut sampai dewasa,
setelah itu terjadi pembesaran sel saja. Sehingga kalau terjadi penurunan berat badan
setelah masa dewasa, bukan karena jumlah sel lemaknya yang berkurang tetapi
besarnya sel yang berkurang.

Disamping itu, pada penderita obesitas juga menjadi resisten terhadap hormone insulin,
sehingga kadar insulin dalam peredaran darah akan meningkat. Insulin berfungsi
untuk menurunkan lipolisis dan meningkatkan pembentukan jaringan lemak.
Masukan energi
Penggunaan Faktor kesehatan Faktor predisposisi
yang melebihi
kalori yang dan lingkungan
dari kebutuhan
kurang dan
tubuh
faktor
perkembangan

Pembesaran dan
penambahan jumlah sel
lemak

Obesitas

Pemasukan Berat badan meningkat Penimbunan lemak


makanan yang berlebihan ke berlebihan di bawah diafragma dan di da
dalam tubuh dinding dada

Perubahan
Keterbatasan
Penampilan
Aktifitas fisik

Intoleransi
Aktivitas Menekan Paru -
paru

Perubahan Nutrisi
Lebih dari Kebutuhan Tubuh Koping Individu Gangguan Harga
Tidak Efektif  Diri

Pola Napas Tidak


Efektif 
2.4. Manifestasi Klinik

Obesitas dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi yang tersering pada tahun
pertama kehidupan, usia 5 – 6 tahun dan pada masa remaja.

Gejala obesitas antara lain :

1. Anak dengan obesitas lebih berat dari anak seusianya (terlihat sangat gemuk).
2. Pertumbuhan tulangnya lebih cepat matang dan lebih berkembang. Anak yang
obesitas relatif lebih tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan
memanjangnya selesai lebih cepat, sehingga hasil akhirnya mempunyai tinggi
badan yang lebih pendek dari usia sebayana.
3. Bentuk muka anak tidak proporsional, hidung dan mulut terlihat kecil, dagu ganda
(double chin).
4. Terdapat timbunan lemak pada daerah payudara adipositas (buah dada seolah-olah
berkembang) yang biasanya terjadi pada anak laki-laki.
5. Penis pada anak laki-laki terlihat kecil, oleh karena sebagian organ tersebut
tersembunyi dalam jaringan lemak pubis.
6. Paha dan lengan atas besar, jari-jari tangan relative kecil dan runcing.
7. Perut menggantung dan sering disertai strie.
8. Sering terjadi gangguan psikologis, baik sebagai penyebab ataupun sebagai akibat
dari obesitasnya.
9. Anak lebih cepat mencapai masa pubertas.
10. Terjadi gangguan pernafasan dan sesak nafas.
Penimbunan lemak yang berlebihan di dalam diafragma dan di dalam dinding dada
bisa menekan paru-paru sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas
meskipun penderita hanya melakukan aktifitas ringan. Biasanya terjadi pada saat
tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur
apneu) sehingga pada siang hari penderitanya sering merasa ngantuk.
2.5. Komplikasi

Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik yang terjadi pada
masa bayi maupun masa dewasa, antara lain :

1. Terhadap kesehatan
Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi
bila obesitas masih terjadi setelah masa dewasa, maka morbiditas maupun
mortalitasnya akan meningkat. Terdapat korelasi positif antara tingkat obesitas
dengan berbagai penyakit infeksi, kecuali TBC. Morbiditas dan mortalitas yang
tinggi tersebut, dikaitkan dengan menurunnya respons imunologik sel T dan
aktivitas sel polimorfonuklear.

2. Saluran pernafasan
Pada bayi, obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan bagian
bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertrofi tonsil dan
adenoid akan mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga
mangakibatkan anoksia dan saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom Chubby
Puffer. Obstruksi kronis saluran pernapasan dengan hipertrofi tonsil dan adenoid,
dapat mengakibatkan gangguan tidur, gejala jantung dan kadar oksigen dalam
darah yang abnormal. Keluhan lainnya adalah nafas yang pendek.

3. Kulit
Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah / panas, sering disertai
miliaria, maupun jamur pada lipatan kulit.

4. Ortopedi
Anak yang obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan ortopedi
seperti Legg-Perthee disease, genu valgum, slipped femoral capital epiphyses, tibia
vara, dll.

5. Efek psikologis
Kurang percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas biasanya pasif dan
depresi. Karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman
sebayanya, juga sulit mendapatkan pacar karena merasa potongan tubuhnya jelek,
tidak modis, merasa rendah diri sehingga mengisolasi dari pergaulan teman-
temannya.

Gangguan kejiwaan ini juga dapat sebagai penyebab terjadinya obesitas, yaitu
dengan melampiaskan stress yang dialaminya kemakanan.

6. Bila obesitas pada masa anak terus berlanjut sampai masa dewasa, dapat
mengakibatkan :

 Hipertensi pada masa adolensi.

 Hiperlipidemia, ateroskerosis, penyakit jantung koroner, hipertensi maligna

pada dewasa.

 Diabetes.

 Sindrom Pickwickian merupakan komplikasi yang berat dari obesitas dewasa,

yaitu gangguan pada jantung dan pernapasan, hipoventilasi. Dengan manifestasi


polisitemia, hipoksemia, sianosis, pembesaran jantung, gagal jantung kongestif,
dan somnolen. Kita harus berhati-hati pada pemberian oksigen konsentrasi
tinggi pada anak ini. Usaha pengurusan badan sangat penting kalau terjadi
komplikasi ini.

 Maturitas seksual lebih awal, menstruasi sering tidak teratur.

2.6. Penatalaksanaan

a.Penatalaksanaan Keperawatan

Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas dewasa,
karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat tersebut dan
tidak boleh diit terlalu ketat. Sehingga pengaturan diitnya harus dipertimbangkan
bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan. Olah raga atau aktifitas tubuh yang
teratur sangat penting dalam upaya penatalaksanaan obesitas pada anak.

 Pada prinsipnya, pengobatan pada anak dengan obesitas adalah sebagai berikut:

1. Memperbaiki factor penyebab, misalnya kesalahan cara pengasuhan maupun


factor kejiwaan.
2. Motivasi penderita obesitas dewasa tentang perlunya pengurusan badan.
Sedangkan orang tua atau bayi anak yang obesitas harus dimotivasi tentang
pentingnya memperlambat kenaikan berat badan bayi atau anaknya.
3. Memberikan diit rendah kalori yang seimbang untuk memperlambat kenaikan
berat badan.
4. Menganjurkan penderita untuk olah raga yang teratur atau anak bermain secara
aktif sehingga banyak energi yang digunakan.
Baik terapi diet maupun psikoterapi harus diberikan kepada seluruh keluarga sehinga
seolah-olah turut serta dalam usaha pencapaian berat badan tersebut.

Cara pengaturan diitnya adalah sebagai berikut :

1. Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi untuk menurunkan berat
badannya seperti pada obesitas dewasa tetapi memperlambat kecepatan kenaikan
berat badannya. Bayi diberikan diit sesuai dengan kebutuhan normal untuk
pertumbuhan, yaitu 110 kkal/kg.BB/hari untuk bayi kurang dari 6 bulan dan 90
kkal/kg.BB/hari untuk bayi lebih dari 6 bulan. Susu botol jumlahnya harus
dikurangi dengan cara diselingi dengan air tawar. Tidak dianjurkan memberikan
susu yang diencerkan, susu rendah / lemak. Disamping itu kita anjurkan pada
ibunya agar anak tidak digendong saja, tetapi dibiarkan melakukan aktifitas.
2. Pada anak pra sekolah yang mengalami obesitas, kenaikan berat badannya harus
diperlambat, dengan memberikan diet seimbang 60 kkal/kg.BB perhari. Atau bisa
 juga dari makanan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari makanan yang
mengandung kalori tinggi. Selain itu kita harus mendorong anak untuk melakukan
aktifitas fisik dan mencegah menonton tv berlebihan.
3. Pada anak usia sekolah (pra pubertas) yang obesitas, kita berusaha
mempertahankan berat badan anak dan menaikkan tinggi badannya. Diet yang
diberikan sekitar 1200 kkal/hari atau sekitar 60 kkal/kg.BB perhari. Mendorong
anak melakukan aktifitas fisik secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok.
Hindari menonton tv terlalu lama dan makan makanan yang berkalori tinggi.
4. Pada obesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badannya untuk mencapai berat
badan yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diet yang diberikan sekitar
850 kkal/hari, atau kalau ingin menurunkan berat badan 500 gram/minggu, kurangi
kalorinya 500 kkal/hari. Selain itu dorong untuk melakukan aktifitas, baik sendiri-
sendiri maupun berkelompok. Mendorong anak agar mau melakukan interaksi
dengan teman-temannya.

b. Penatalaksanaan Medis

 Terapi pengobatan

Ada 2 jenis utama obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi obesitas:

1. Obat anti obesitas yang mengurangi nafsu makan, obat ini bekerja dengan cara
meningkatkan kadar neurotransmitter pada persambungan diantara ujung-ujung
syaraf di otak ( sinaps ). Macam-macam obat anti obesitas :

 Fenfluramin ( fen ) dan deksfenfluramin, kedua obat ini menekan nafsu

makan terutama dengan meningkatkan pelepasan serotonin oleh sel-sel


syaraf. Efek dari fen dapat menyebabkan hipertensi pulmoner dan efek dari
deksfen menyebabkan katup jantung.

 Fentermin, menekan nafsu makan dengan menyebabkan pelepasan

norepinefrin oleh sel-sel syaraf.


2. Obat yang menghalangi penyerapan zat gizi dari usus, antara lain : orlistat
(menghalangi penyerapan lemak di usus).

2.7. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfungsi pola
makan, factor herediter
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obesitas
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup monoton, fisik yang besar
4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak adanya atau kurang olah
raga, gizi buruk, kerentanan individu
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan persepsi penampilan fisik, internalisasi
umpan balik negative
2.8. Intervensi

Diagnosa keperawatan 1

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi seimbang dan
BB ideal.

Kriteria hasil:

1. Pasien akan mendekati berat badan ideal


2. Mengalami asupan yang adekuat, tetapi tidak berlebihan, menyangkut kaori, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, besi dan kalsium
3. Menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu

Intervensi :
1. Kaji pola makan klien
R/ : Mengetahui segala sesuatu yang dimakan, termasuk waktu jumlah yang
dimakan, dimanan makanan tersebut dikonsumsi, aktivitas yang dilakukan selama
makan, perasaan pada waktu makan, dan sebagainya
2. Kaji lingkungan makan
R/ : untuk menentukan kemungkinan efek pada obesitan ( dimanan, dengan siapa,
aktivitas saat makan )
3. Ajarkan kepada pasien atau keluarga tentang pemilihan makanan yang tepat
R/ : untuk mengendalikan jumlah lemak dna kalori yang dikandung oleh suatu
makanan
4. Bantu dengan menyesuaikan diet terhadap gaya hidup dan tingkat
aktivitas R/ : untuk mengetahui jangkauan aktivitas dan mobilitas klien
5. Timbang berat badan pasien dalam interval yang
tepat R/ : Mengetahui perubahan berat badan klien
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentuknan diit yang sesuai untuk
pasien R/ : Memberikan nutrisi yang tepat dan seimbang

Diagnosa keperawatan 2

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas pasien dapat
adekuat
Kriteria hasil : Pasien atau keluarga akan

1. Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas


2. Frekuensi respirasi dalam batas normal
Usia Frekuensi nafas per

menit BBL

35 – 40

0 – 1 th 30 – 50

1 – 3 th 25 – 32

4 – 11 th 20 – 30

12 – 18 th 16 – 19

3. Tidak ada nafas pendek 

Intervensi :

1. Kaji pola nafas


R/ : Mengetahui adanya kelainan sistem pernapasan
2. Berikan oksigenasi
R/ : Mencukupi kebutuhan oksigen yang adekuat
3. Pantau respirasi yang berbunyi seperti mendengkur
R/ : mendengkur merupakan tanda adanya obstruksi jalan napas
4. Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernafasan seperti posisi semi
fowler R/ : posisi semi fowler memberi kelonggaran jalan napas
5. Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas dan tersengal-
sengal R/ : kecemasan memperburuk keadaan saluran napas
klien.

Diagnosa keperawatan 3

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat beraktifitas


dengan normal
Kriteria hasil:

1. Pasien akan meningkatkan aktivitas fisik 


2. Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktifitas
3. Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat

Intervensi :
1. Kaji pola aktivitas dan minat pasien untuk meningkatkan aktivitas
R/ : Mengetahui aktivitas yang perlu dan yyang tidak perlu dilakukan
2. Motivasi aktivitas rutin seperti berjalan, naik tangga, dan
sebagainya R/ : Mendorong klien memulai olahraga kecil tapi
bermanfaat
3. Rencanakan aktivitas dengan pasien atau keluarga yang meningkatkan kemandirian
dan daya tahan, misalnya:
R/ : motivasi tujuan yang sederhana dan realities dapat dicapai oleh pasien yang
meningkatkan kemandirian dan daya tahan
4. Motivasi aktivitas yang menekankan perbaikan diri bukan kompetisi
untuk menghindari rasa gagal dan perasaan ditolak 
R/ : Mendorong klien memahami kebutuhan aktivitas bagi dirinya
5. Anjurkan keluarga pasien untuk membantu aktivitas pasien dalam meningkatkan
kemandirian dan daya tahan serta mengajarkan kepada keluarga mengenai aktivitas
pasien
R/ : Motivasi keluarga meningkatkat percaya diri klien

Diagnosa keperawatan 4

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan koping individu kembali


efektif 

Kriteria hasil:

1. mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan koping yang


efektif 
2. menggunakan pernyataan verbal dan nonverbal yang sesuai dengan situasi
3. melaporkan penurunan perasaan negative
Intervensi :

1. Nilai kesesuaian pasien terhadap gambaran diri dan dampak dari situasi kehidupan
pasien terhadap peran dan hubungannya dengan orang lain
R/ : Mengajarkan klien untuk menerima keadaan dirinya
2. Berikan informasi - informasi factual yang terkait dengan penyakit kepada pasien
maupun keluarga
R/ : Mengurangi kecemasan klien terhadap penyakitnya
3. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan dan ciptakan suasana
penerimaan R/ : Memudahkan klien dalam mengekspresikan perasaannya
4. Turunkan rangsangan lingkungan yang dapat disalah artikan sebagai suatu
ancaman R/ : mendorong kenyamanan diri klien secara optimal
5. Dukung pengungkapan secara verbal tentang perasaan, persepsi dan
ketakutan R/ : Mengurangi ansietas klien

Diagnosa keperawatan 5

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan harga diri meningkat.

Kriteria hasil:

1. Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal


2. Menerima kritikan dari orang lain
3. Menceritakan keberhasilan dalam sekolah atau kelompok social

Intervensi :
1. Tentukan rasa percaya diri pasien dalam penilaian
diri R/ : mengetahui tingkat percaya diri klien
2. Ajarkan orang tua akan pentingnya ketertarikan dan dukungannya terhadap
perkembangan konsep diri yang positif pada anak 
R/ : membantu menghilangkan kelainan perkembangan pada anak 
3. Hindari tindakan yang dapat melemahkan pasien
R/ : menghindari terjadinya penurunan percaya diri klien
4. Kaji pencapaian keberhasilan sebelumnya
R/ : Mengoptimalkan potensi yang telah
ada
5. Berikan penghargaan atau pujian terhadap perkembangan pasien dalam
pencapaian R/ : memenuhi kebutuhan aktualisasi diri klien

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E. 1998. Ilmu Kesehatan Anak.  Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius.

Pudjiad, Solihin. 1990. Ilmu Gizi Klinis pada Anak.  Jakarta : FKUI.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak.  Jakarta : EGC.

Wilkinson, Judith M. 2006.  Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta : EGC.

http : // www.medicastore.com.

http : // www.depkes.go.id .

http : // www.farmacia.com.

http : // www.gizi.net .
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh
yang berlebihan.Obesitas adalah keadaan patologis dengan terdapatnya
penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi
tubuh. Etiologinya yaitu masukan energi yang melebihi dari kebutuhan tubuh,
penggunaan kalori yang kurang, faktor lingkungan, faktor kesehatan, factor
perkembangan, aktivitas fisik.
Gejala obesitas antara lain : tubuh terlihat sangat gemuk, pertumbuhan
tulangnya lebih cepat matang, bentuk muka anak tidak proporsional, Terdapat
timbunan lemak pada daerah payudara, penis terlihat kecil, paha dan lengan atas
besar dan lain – lain.
Penatalaksanaannya dengan memperbaiki factor penyebab, memotivasi
penderita, memberikan diit rendah kalori yang seimbang, menganjurkan
penderita untuk olah raga yang teratur dan obat – obatan.

3.2. Saran
Agar mahasiswa mampu memahami melaksanakan asuhan keperawatan tentang
obesitas pada anak , maka harus mengetahui dan memahami tentang materi
lebih lanjut dan mendalam.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E. 1998. Ilmu Kesehatan Anak.  Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius.

Pudjiad, Solihin. 1990. Ilmu Gizi Klinis pada Anak.  Jakarta : FKUI.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak.  Jakarta : EGC.

Wilkinson, Judith M. 2006.  Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta : EGC.

http : // www.medicastore.com.

http : // www.depkes.go.id .

http : // www.farmacia.com.

http : // www.gizi.net .

Anda mungkin juga menyukai