Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PEMBELAJARAN PKN SD II

“PENILAIAN ”

OLEH:
HIDAYATUR RAHMI
18129265
Seksi : 18 BKT 10

Dosen : Dra. Reinita, M. Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
A. Pengertian Penilaian

Penilaian merupakan salah satu aspek penting pada proses pendidikan. Penilaian
merupakan langkah untuk menghimpun berbagai informasi yang digunakan untuk
penentuan kebijakan proses pembelajaran (Uno & Koni, 2012); (Custer & et al, 2000, p.
3)pada skala kelas ataupun skala nasional. Mardapi (2008, p. 5) mengemuka-kan bahwa
penilaian merupakan suatu aspek penentu kualitas pendidikan. Mardapi (2008,
p.6)mengemukakanpenilaiansebaiknyamencakup proses penelusuran, pengecekan,
pencarian, dan penyimpulan. Menurut Per-mendiknas No. 20 Tahun 2007, agarproses
penilaian berjalan dengan baik maka penilai-an harus sahih, objektif, adil, terpadu, ter-
buka,menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel.

Beberapa penilaian menurut ahli :

a. Menurut Suharsimi Arikunto penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap


sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
b. Menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau
mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah
keputusan tentang nilai.
c. Menurut Akhmat Susrajat penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana
hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)
peserta didik.
d. Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan penilaian adalah suatu
proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh
melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui


apakah sesuatu yang telah kita kerjakan (program pengajaran) telah berhasil atau belum
melalui suatu alat pengukuran yang dapat berupa tes ataupun nontes.
B. Kegunaan Penilaian
Adapun beberapa kegunaan penilaian dalam pembelajaran tematik, antara lain
sebagai berikut:
1. Menemukan kelebihan dan kekurangan di dalam proses pembelajaran
yang sedang berlangsung sebagai tumpuan ataupun patokan guna
perbaikan proses pembelajaran berikutnya. Dengan penilaian guru bisa
melakukan identifikasi kelebihan dan kekurangan dalam proses
pembelajaran untuk dicari solusi,tindakan, dan upaya guna untuk
perbaikan di tahap pembelajaran selanjutnya. Salah satu upaya yang bisa
kita lakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam proses
pembelajaran dengan melakukan evaluasi dari hasil belajar peserta didik.
2. Memberikan gambaran kepada peserta didik mengenai seberapa besar
peserta didik didalam menguasai dan menangkap suatu pencapaian
kompetensi pembelajaran tertentu. Dengan melakukan evaluasi kita dapat
memperoleh hasil kompetensi dari peserta didik apakah pembelajaran
tersebut sudah tuntas atau belum tuntas.
3. Kontrol bagi sekolah dan guru mengenai kemajuan peserta didik. Dari
dilakukannya penilaian hasil pembelajaran, maka sekolah dan guru dapat
mengontrol tingakat pencapaian mengenai kemajuan hasil belajar peserta
didik, yaitu berapa persen yang tingkat tinggi,tingkat sedang, dan tingkat
rendah. Dari peta tingkat kemajuan hasil belajar peserta didik, maka
sekolah dan guru dapat menyusun program untuk meningkatkan kemajuan
hasil belajar peserta didik.
4. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta
didik dalam mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki dirinya,
dan membuat keputusan mengenai tahapan berikutnya, baik pemilihan
program, maupun pengembangan karakter dan kepribadian.
C. Prinsip Penilaian Berbasis HOTS
Prinsip penilaian ini akan menjadi pegangan karena prinsip merupakan aza s yang
mendasari penilaian dalam pembelajaran. Prinsip penilaian kurikulum KTSP dan
Kurikulum 2013 secara umum tidak mengalami perubahan. Berdasarkan Permendikbud
No 23 tahun 2016 Prinsip umum penilaian hasil belajar meliputi:
1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen
yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6) Holistik/menyeluruh danberkesinambungan, berarti penilaian oleh
pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan
berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan
kemampuan peserta didik.
7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
denganmengikuti langkah-langkah baku.
8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya

Penilaian terhadap keterampilan berfikir ini, guru harus memprhatikan prinsip


dasar penilaian seperti dijelaskan oleh Brookhart (dalam Utaminingsih, 2018:7) yaitu:
a) Mulai dengan menetapkan secara jelas jenis berfikir apa yang diharapkan dalam
mempelajari suatu materi serta apa bukti yang diharapkan. Contoh, pada materi
atmosfer, siswa diharapkan bisa melakukan “transfer” atau “critical thinking”
atau “problem solving”. Atau yang lebih konkritnya, level kognitif berapa yang
diharapkan dicapai siswa (C1-C6).
b) Rancang intrumen tes yang tepat untuk menilai kemampuan yang diharapkan.
Penting bagi guru untuk mengukur dengan tepat tingkat kesulitan soal atau guru
bisa memposisikan diri sebagai siswa terhadap soal yang diberikan. Sebaiknya
guru menjawab sendiri soal tersebut lalu mengukur durasi waktu yang diperlukan
untuk siswa.
c) Tetapkan bukti atau nilai yang bisa dijadikan patokan keberhasilan siswa dalam
pembelajaran. Guru bisa menggunakan Penilaian Acuan Patokan/PAP atau
Penilaian Acuan Normal/PAN. Tapi, untuk keberhasilan Pembelajaran HOTS
sebaiknya guru menggunakan PAP.

D. Prosedur Penilaian
1. Menentukan Tujuan
Penentuan tujuan penilaian merupakan langkah awal dalam rangkaian kegiatan
penilaian secara keseluruhan, seperti untuk penilaian harian, tengah semester,
akhir semester. Sehingga di sini jelas apa yang akan dinilai.
2. Menentukan Lingkup Bahan yang Akan Dinilai
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan
untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah
ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi
mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses.
3. Menentukan Teknik Penilaian yang Akan Dipakai
Pemilihan alat asesmen yang tepat tidak hanya mampu membantu guru untuk
memperoleh data atau informasi mengenai suatu proses dan hasil belajar, namun
juga akan sangat bermakna bagi peserta didik. Alat asesmen yang tepat akan
memberikan petunjuk kepada peserta didik sehingga sejak awal mereka bisa
mengetahui berbagai kegiatan konkrit yang harus mereka lakukan di dalam proses
pembelajaran.
Teknik-teknik asesmen yang dipilih juga harus memberi kesempatan kepada
pembelajar untuk menentukan secara khusus apa yang telah dicapainya dan apa
yang harus mereka lakukan untuk memperbaiki unjuk kerja (performance)
mereka. Oleh karena itu, guru harus bisa memilih metode asesmen yang
memungkinkan dapat memberikan umpan balik yang bermakna terhadap
pembelajar.
4. Pengembangan Instrumen
Untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar, tentunya memerlukan instrumen/alat
yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi atau data yang dibutuhkan.
Instrumen evaluasi hasil belajar yang disebut juga alat penilaian yang akan
digunakan, tergantung dari metode/teknik evaluasi yang dipakai, apakah teknik
tes atau teknik bukan tes (non tes) apabila menggunakan teknik tes maka alat
penilaiannya berupa tes, sedangkan teknik non-tes alat penilaiannya berupa
macam-macam alat penilaian non-tes.
5. Melakukan Pengukuran
Pelaksanaan pengukuran untuk teknis tes maupun teknik non tes hampir sama,
oleh karena itu akan diuraikan pelaksanaannya secara umum. Adapun prosedur
pelaksanaan pengukuran adalah sebagai berikut :
a) Persiapan tempat pelaksanaan pengukuran, yakni suatu kegiatan untuk
mempersiapkan ruangan yang memenuhi syarat-syarat pelaksanaan
pengukuran yang meliputi syarat penerangan, luas ruangan, dan tingkat
kebisingan.
b) Melancarkan pengukuran, yakni kegiatan evaluator melaksanakan
pengukuran terhadap siswa dengan bentuk kegiatan berikut :
1) Memberitahukan peraturan pelaksanaan pengukuran, membagikan
lembar soal dan lembar jawaban, atau melakukan pengamatan, atau
melakukan wawancara, atau membagikan daftar cocok
2) Mengawasi kedisiplinan siswa mematuhi peraturan pelaksanaan
pengukuran,
3) Mengumpulkan lembar jawaban dan lembar soal.
c) Menata dan mengadministrasikan lembar soal dan lembar jawaban siswa
untuk memudahkan penskoran

Tes diagnostik dan tes klistis adalah dua jenis alat pengukuran lain yang
digunakan sebagai pelengkap. Dua jenis tes ini terutama digunakan untuk
mempelajari peserta didik secara individual. Sebenarnya masih ada jenis tes lain
yang kadang-kadang juga digunakan di sekolah, yakni tes kepribadian. Namun
demikian, tes ini kurang memperoleh perhatian karena validitas informasi yang
diperolehnya bersifat semu dan guru mengalami kesulitan dalam mengajukan
pertanyaan inventori
6. Pengolahan Hasil Pengukuran dan Penafsiran Hasil Penilaian
Pengolahan hasil penilaian dilakukan oleh pendidik untuk memberikan makna
terhadap data yang diperoleh melalui penskoran. Sedangkan untuk penafsiran
hasil penilaian, guru membuat deskripsi hasil penilaiannya.Dari pelaksanaan
penilaian (melalui pengukuran atau tidak) dapat dikumpulkan sejumlah data atau
informasi yang dibutuhkan dalam evaluasi hasil belajar.

E. Bentuk Penilaian
Secara teori bentuk penilaian dibedakan tes dan non tes.
1. Tes
Terry Overton (dalam Basuki, 2015:21) mendefinisikan tes sebagai suatu metode
pengukuran untuk menentukan kecakapan siswa dalam menyelesaikan suatu tugas atau
menunjukkan suatu penguasaan keterampilan, maupun penguasaan pengetahuan.
Nurkencana (1993) menegaskan bahwa tes adalah suatu cara untuk mengadakan
penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan siswa sehingga
menghasilkan nilai tingkah laku maupun prestasi dan dapat dibandingkan dengan siswa
lainnya sesuai standar yang ditetapkan.
Tes terdiri dari 2 yaitu :
a) Tes lisan yaitu sekumpulan item pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara
terencana, diberikan oleh seorang guru kepada para siswanya tanpa melalui media
tulis. (Ratnawulan 2015:163)
b) Tes Tulisan tau sering disebut paper and pencil test adalah tes yang menuntut
jawaban dari peserta didik dalam bentuk tertulis Tes ini tediri tes objektif, tes
uraian dan juga tes Perbuatan.
1) Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa yang dinilai oleh
siapa pun hasilnya objektif atau sama. Bentuknya ada isian, benar salah,
pilihan ganda, menjodohkan, asosiasi pilihan ganda dan sebab akibat.
(Asrul,2015:45)
2) Tes uraian adalah suatu bentuk tes yang jawabanya menggunakan kata-
katanya sendiri. Tes uraian ada dua jenis yaitu jawaban dengan uraian
bebas dan jawaban dengan uraian terbatas. (Widiyanto, 2018:125)
3) Tes perbuatan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam
bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji
yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang
kualitas hasil belajar yang dihasilkannya atau ditampikannya
(Asrul,2015:51)
2. Penilaian non tes
Penilaian nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan
tes. Alat pengukur non tes berupa rangkain pertanyaan atau pernyataan yang harus
dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang kurang distandarisasikan dan yang
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan atau hasil belajar. (Widiyanto, 2018:148).
Terdiri dari observasi, kuesioner, wawancara, unjuk kerja, pemberian proyek dan
portofolio. Instruemen yang dipakai dapat berupa pedoman observasi, angket,
pedoman wawancara, lembar penilaian. Lembar penilaian yang yang baik untuk non
tes disertai dengan rubrik yang berisi tentang aspek yang dinilai, kriteria dan bobot
penilaian.

F. Jenis-jenis Penilaian Tematik Terpadu


Pada kurikulum 2013 terdapat penilaian yang harus dilaksanakan pada proses
pembelajaran. Adapun penilaian tersebut dapat dibagi kedalam 4 aspek, yaitu aspek sikap
spiritual, aspek sikapsosial, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan.
1. Penilaian Sikap
Penilaian sikap adalah penilaian terhadap perilaku, tingkah laku peserta
didik dalam melakukan proses pembelajaran yang meliputi sikap spiritual
dan sikap sosial. Penilaian sikap lebih diutamakan atau ditujukan kepada
pesera didik. Teknik penilaian sikap pada Kurikulum 2013 meliputi
observasi dan wawancara. Adapun hasil observasi yang telah dilakukan
oleh seorang guru terhadap peserta didik yang meliputi sikap positif atau
negatif saat pembelajaran dicatat dalam jurnal harian.
a) Sikap Spiritual
Kompetensi sikap spiritual (KI-1) yang akan diamati adalah
menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
b) Sikap Sosial
Kompetensi sikap sosial (KI-2) yang akan diamati mencakup
perilaku, seperti memperhatikan keseimbangan antara penilaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini sesuai
dengan orientasi Kurikulum 2013 menurut pendapat Hidayat
mengatakan terjadinyapeningkatan dan keseimbangan antara
kompetensi sikap(attitude), pengetahuan (knowledge), dan
keterampilan (skill).Tingkat SD/MI penilaian terkhusus lebih
menekankan padakompetensi sikap. Disebabkan karena di kelas
rendah SD/MI menanamkan kompetensi sikap harus benar-benar
menjadi penekanan dan perhatian, sehingga ketika peserta didik
akan melanjutkan pendidikan ke tingkat kelas tinggi sudah
memiliki pondasi sikap yang kuat.
2. Penilaian Pengetahuan

Guru menilai kompetensi pengetahuan melalui tes lisan dan


penugasan.
a) Instrument tes tertulis, berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban
singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.
b) Instrument tes lisan, berupa daftar pertanyaan.
c) Instrument penugasan beupa pekerjaan rumah dan/proyek yang
dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan
karakteristik tugas.
3. Penilaian Keterampilan
Dalam kurikulum 2013 kompetensi keterampilan menjadi
kompetensi inti 4 (KI 4). Penilaian kompetensi keterampilan adalah
penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian
kompetensi keterampilan dari peserta didik yang meliputi aspek imitasi,
manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Kompetensi initi 4 (KI 4),
yakni keterampilan tidak dapat dipisahkan dengan kompetensi inti 3 (KI
3), yakni pengetahuan. Artinya kompetensi pengetahuan itu menunjukkan
peserta didik tahu tentang keilmuan tertentu dan kompetensi keterampilan
itu menunjukkan peserta didik mampu tentang keilmuan tersebut.
Penilaian keterampilan dilakukan dengan melakukan praktik, produk,
proyek, atau unjuk kerja. Pada proses penilaian keterampilan ada aspek
HOTS di dalamnya, misalnya pada saat guru meminta peserta didik untuk
membuat suatu proyek, maka ketika proses tersebut ada hasil karya yang
diperoleh.
Daftar Rujukan

Arikonto, Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : Bina Aksara
Asrul, dkk. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media

Basuki, Ismet., Haryanto. 2015. Assesmen Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Haryati, Mimin. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Gaung
Persada Press

Kunandar. 2014. Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan

Kurikulum 2013. Depok: Raja Grafindo Persada.

Lubis, Maulana Arafat dan Nashran Azizan.2019. Pembelajaran Tematik SD/MI

ImplementasiKurikulum 2013 Berbasis HOTS (Higher Order ThinkingSkills).Yogyakarta:

Samudra Biru

Mardapi, D. (2008). Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia

Press.

Nurkancana, Wayan.1993. Pemahaman Individu. Surabaya: Usaha Nasional.

Ratnawulan, Elis. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Pustaka Setia.

Sudjana, Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosda
Karya
Uno, H. B., & Koni, S. (2012). Assesment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Widiyanto, Joko. 2018. Evaluasi Pembelajaran. Madiun: UNIPMA PRESS

Anda mungkin juga menyukai