NIM : F1051181037
KELAS : VIA1
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PONTIANAK
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyusun bahan ajar dengan materi “Perpindahan Kalor” pada mata kuliah E-
learning. Bahan ajar yang disusun ini menganalisis Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai.
Bahan ajar perpindahan kalor ini dapat terselesaikan, tentu dengan banyaknya
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak, terutama
dosen penulis yakni Hamdani, M.Pd.
Penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak guna menyempurnakan atau
memperbaiki bahan ajar perpindahan kalor ini. Demikian, semoga bahan ajar ini dapat
bermanfaat bagi semua siswa SMA jurusan IPA dalam memahami konsep perpindahan kalor.
Penulis
Rifa’ Muthmainnah
ii
DAFTAR ISI
A. JUDUL .............................................................................................................................i
B. KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
C. DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
D. PETA KONSEP ................................................................................................................... 1
E. PEMBELAJARAN ............................................................................................................. 2
Perpindahan Kalor ................................................................................................................. 3
1. Konduksi ........................................................................................................................... 5
A. Pengertian Konduksi............................................................................................... 5
B. Perbedaan Konduktor dan Isolator .......................................................................... 6
C. Besaran-besaran fisis .............................................................................................. 7
D. Pengaruh suhu pada sambungan dua batang logam yang berbeda jenis ................... 9
E. Contoh Perpindahan kalor konduksi dalam kehidupan sehari-hari ......................... 10
2. Konveksi ......................................................................................................................... 13
A. Pengertian Konveksi ............................................................................................. 13
B. Jenis-jenis Konveksi ............................................................................................. 13
C. Besaran-besaran fisis ............................................................................................ 16
D. Konveksi dalam keseharian .................................................................................. 17
3. Radiasi .......................................................................................................................... 21
A. Pengertian Radiasi ................................................................................................ 21
B. Penyerap kalor radiasi yang baik dan buruk .......................................................... 21
C. Besaran-besaran fisis ............................................................................................ 22
D. Contoh dan Pemanfaatan Radiasi .......................................................................... 23
F. EVALUASI ........................................................................................................................ 27
G. GLOSARIUM.................................................................................................................... 28
H. PENUTUP.......................................................................................................................... 29
I. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 29
iii
Peta konsep
Suhu Konduksi
Kalor
Perubahan Wujud
Radiasi
Pemuaian
1
PEMBELAJARAN
Setelah sekilas memahami adanya sejumlah kalor dapat menyebabkan perubahan
wujud atau kenaikan suhu pada suatu benda, serta telah dipelajarinya proses pemuaian sebagai
dampak adanya penyerapan kalor pada benda, yang tentunya menuntut pemahaman tentang
adanya konsep konversi dari berbagai satuan dari besaran perubahan suhu, maka yang tak
kalah pentingnya dari semua itu bahwa kalor sebagai suatu bentuk energi ternyata dapat
mengalami perubahan tempat, atau dikatakan bahwa kalor dapat berpindah tempat.
Tanpa usaha luar, maka kalor sebagai suatu bentuk energi dapat berpindah tempat
dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah dengan berbagai cara, yaitu :
Konduksi, Konveksi, dan Radiasi.
Saat kamu mendekatkan sendok ke pembakar spiritus, maka kamu akan merasakan
panas menjalar ke ujung bagian sendok yang kamu pegang. Itu merupakan salah satu contoh
proses perpindahan kalor. Perpindahan kalor seperti ini tidak disertai dengan perpindahan
partikel-partikel perantaranya. Perpindahan kalor seperti ini disebut perpindahan kalor
konduksi.
Selain itu, pernahkah kamu mengamati proses ketika memasak air? Saat kamu
memasak air, bagian air yang panas hanya yang terkena nyala kompor saja, lalu mengapa pada
akhirnnya keseluruhan air mendidih? Hal ini terjadi karena saat panci bagian bawah terkena
nyala api, volume air yang dekat dengan nyala api akan memuai dan menyebabkan masaa jenis
nya berkurang, sehingga lebih ringan dari sebelumnya. Posisi air bagian bawah, akan digantikan
dengan air yang berada pada bagian atas karena massa jenisnya lebih besar. Proses ini akan
berlangsung terus-menerus sampai suhu air secara keseluruhan sama. Perpindahan kalor ini
disertai perpindahan partikel-partikel perantaranya. Perpindahan kalor ini disebut perpindahan
kalor konveksi.
Selanjutnya, perpindahan kalor dapat terjadi secara pancaran/ radiasi. Perpindahan
kalor seperti ini dapat kamu amati saat berkemah menggunakan api unggun. Panas dari api
unggun tersebut dapat kamu rasakan saat kamu duduk dihadapanya.
2
Perpindahan Kalor
Tujuan Pembelajaran
1. Menyebutkan prinsip dasar peprindahan kalor
2. Menyebutkan 3 cara perpindahan kalor
Pernahkah kamu menaruh sebongkah es di telapak tanganmu ? Apa yang terjadi selama
beberapa menit? Bukankah telapak tanganmu akan terasa dingin dan bongkahan es akan
mencair?
Mengapa fenomena tersebut dapat terjadi ? Hal ini dikarenakan suhu telapak tanganmu lebih
tinggi dibandingkan suhu bongkahan es, sehingga kalor berpindah dari telapak tanganmu ke
bongkahan es tersebut. Proses ini berlangsung sampai telapak tanganmu dan es mencair ( suhu
keduanya sama atau seimbang). Jadi, dapat disimpulkan bahwa kalor berpindah dari benda
yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah.
Ada tiga cara perpindahan kalor, yaitu:
1. Konduksi
2. Konveksi
3. Radiasi
3
Dalam modul ini kita akan mempelajari perpindahan kalor konduksi, konveksi dan
radiasi secara rinci dan terpisah, walaupun dalam kejadian sehari-hari, perpindahan kalor ini
dapat terjadi secara bersamaan dalam satu kondisi.
Rangkuman :
Tugas 1
1. Apa yang kamu ketahui tentang perpindahan kalor?
2. Sebutkan satu fenomena yang menggambarkan perpindahan kalor konduksi, konveksi, dan
radiasi secara bersamaan!
3. Mengapa es yang kamu pegang mencair dan tanganmu terasa dingin?
Tes Formatif 1
1. Sebutkan 3 cara perpindahan kalor!
2. Apa prinsip terjadinya perpindahan kalor?
3. Apa proses terakhir dari perpindahan kalor?
4
1. Konduksi
Tujuan Pembelajaran
1. Menyebutkan proses perpindahan kalor konduksi
2. Membedakan konduktor dan isolator
3. Menyebutkan besaran-besaran fisis pada perpindahan kalor konduksi
4. Memformulasikan hubungan laju kalor konduksi dengan besaran fisis yang
mempengaruhinya
5. Menyebutkan 1 contoh aplikasi alat yang menggunakan prinsip perpindahan kalor
A. Pengertian Konduksi
Saat kamu memasak, apa yang kamu rasakan saat memegang bagian ujung spatula?
Bukankah kamu merasakan panas ? Padahal ujung spatula yang kamu pegang tidak bersentuhan
langsung dengan minyak yang mendidih, melainkan ujung spatula yang lain.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini karena kalor yang berada pada ujung spatula
yang dekat dengan minyak mendidih berpindah ke ujung spatula yang kamu pegang.
Perpindahan kalor seperti ini disebut perpindahan kalor konduksi.
Dari contoh peristiwa di atas, dapat disimpulkan bahwa konduksi adalah hantaran kalor
yang tidak disertai dengan perpindahan partikel perantaranya. Pada perpindahan kalor konduksi
yang berpindah hanyalah energi kalor , tanpa melibatkan partikel perantaranya. Perpindahan
kalor secara konduksi dapat terjadi dalam dua proses berikut :
1. Jika suatu benda mendapat energi panas maka energi panas tersebut digunakan untuk
menggetarkan partikel-partikel benda tersebut. Pemanasan pada satu ujung benda
5
menyebabkan partikel-partikel pada ujung itu bergetar lebih cepat dan suhunya naik.
Partikel-partikel yang bergetar mempunyai energi kinetik lebih besar ini, memberikan
sebagian energi kinetiknya kepada partikel tetangganya melalui tumbukan sehingga partikel
tetangga bergetar dengan energi kinetik lebih besar pula. Setelah itu partikel tetangga ini
memindahkan energi ke partikel tetangga berikutnya. Begitu seterusnya sampai proses
pemindahan energi ke bagian ujung benda yang suhunya rendah. Proses perpindahan kalor
seperti ini berlangsung lambat karena untuk memindahkan lebih banyak kalor diperlukan
beda suhu yang tinggi di antara kedua ujung.
2. Pada logam, perpindahan kalor terjadi melalui gerakan-gerakan elektron bebas yang terdapat
dalam struktur atom logam.
Elektron bebas ialah elektron yang dengan mudah dapat berpindah dari satu atom ke atom
yang lain. Di ujung logam yang terkena panas, energi kalor pada elektron bertambah besar.
Oleh karena elektron bebas mudah berpindah, pertambahan energi kalor ini dengan cepat
dapat diberikan ke elektron-elektron lain letaknya lebih jauh melalui tumbukan. Dengan
proses ini kalor pada logam dapat berpindah dengan cepat. Oleh karena itu, logam tergolong
konduktor yang sangat baik.
Dari penjelasan proses konduksi di atas, kita dapat mengetahui bahwa logam adalah
konduktor yang sangat baik. Berdasarkan kemampuan menghantarkan kalor, zat dibagi atas
dua golongan besar, yaitu konduktor dan isolator.
B. Konduktor dan Isolator
a. Konduktor
Apa yang dimaksud dengan konduktor? Konduktor ialah zat atau bahan yang mudah
menghantarkan kalor. Konduktor dapat mudah menghantarkan kalor karena gerakan-
6
gerakan elektron bebas pada atomnya dapat dengan mudah menghantarkan energi kalor
ke elektron atom yang letaknya jauh. Contoh zat yang tergolong konduktor: logam,
seperti alumunium, baja, dan tembaga.
b. Isolator
Apa yang dimaksud dengan isolator? Isolator ialah zat atau bahan yang sukar
menghantarkan kalor. Contoh zat yang tergolong isolator: kayu, plastik, busa, wol, kain,
dan lain-lain.
Apakah air termasuk Konduktor atau Isolator?
Zat bukan logam umumnya bukan penghantar kalor yang baik (termasuk
isolator). Untuk mencari tahu apakah air adalah isolator atau bukan dan contoh
penerapan air sebagai isolator, lakukanlah kegiatan berikut ini:
Pada bagian ini, kita akan mencermati besaran-besaran fisis pada perpindahan kalor konduksi
melalui sebuah gambar.
7
Kalor konduksi akan mengalir melalui suatu medium / benda. Perlu diketahui bahwa
setiap benda (khususnya benda padat) yang dilewati kalor pasti mempunyai bentuk dan
ukuran yang berbeda. Ada benda padat yang panjang, ada juga benda padat yang pendek.
Ada yang gemuk (luas penampangnya besar), ada juga yang kurus (luas penampangnya
kecil).
Ketika mengalir, kalor juga membutuhkan selang waktu tertentu. Aliran kalor ini
bermula dari sisi benda yang memiliki suhu yang lebih tinggi (T1) ke sisi (yang memiliki
suhu yang lebih rendah (T2). Karena adanya perbedaan suhu (T1 - T2), kalor mengalir dari sisi
benda yang bersuhu tinggi menuju sisi benda yang bersuhu rendah (arah aliran kalor ke
kanan). Benda yang dilewati kalor memiliki luas penampang (A) dan panjang (∆𝑥).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan oleh ilmuwan, jumlah kalor yang
mengalir selama selang waktu tertentu (Q/t) berbanding lurus dengan perbedaan suhu (T1 –
T2), luas penampang (A), sifat suatu benda (k = konduktivitas termal) dan berbanding
terbalik dengan panjang benda. Secara matematis bisa ditulis sebagai berikut :
𝑄 𝑘𝐴(𝑇1− 𝑇2 )
= (1.1)
𝑡 ∆𝑥
Keterangan :
Q = Kalor (kilokalori (k) atau Joule (J) )
t = Waktu (s)
Q/t = Laju aliran kalor ( kilokalori per sekon (kkal/s) atau Joule/sekon (J/s). 1 J/s = 1 watt )
A = Luas penampang benda (m2)
T1 – T2 = Perbedaan suhu (K atau oC)
T1 = Temperatur tinggi (K atau oC)
T2 = Temperatur rendah (K atau oC)
∆𝑥 = Jarak perpindahan panas / ketebalan benda(m)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, laju kalor konduksi yang melalui sebuah
dinding bergantung pada empat besaran:
1. Beda suhu di antara kedua permukaan (∆𝑇 = 𝑇1 − 𝑇2 ); makin besar beda suhu, makin
cepat perpindahan kalor.
2. Ketebalan benda (∆𝑥); makin tebal dinding, makin lambat perpindahan kalor.
3. Luas permukaan benda
4. Konduktivitas termal zat (𝑘), merupakan ukuran kemampuan zat menghantarkan kalor;
makin besar nilai 𝑘, makin cepat perpindahan kalor.
5. Selang waktu
8
Tabel 1. konduktivitas termal zat (W/mK)
Zat 𝑊 Zat 𝑊
𝑘( ) 𝑘( )
𝑚𝐾 𝑚𝐾
Logam: Bahan Isolator:
Alumunium 205 Gabus 0,04
Perunggu 109 Serat kaca (fiberglass) 0,04
Tembaga 385 Bulu halus 0,02
Besi dan baja 50 Kapuk 0,03
Perak 406
Zat padat lain: Gas:
Lemak tubuh 0,17 Hidrogen 0,13
Batu bata 0,6 Udara 0,024
Beton 0,8
Kaca 0,8
Es 1,6
Air 0,60
Kayu (pinus) 0,13
T1 k1 K2 T2
Arah aliran kalor
L1 L2
Secara matematis, Prinsip sambungan dua batang logam adalah:
9
𝑄1 𝑄2 (1.2)
=
𝑡 𝑡
𝑘1 𝐴 ∆𝑇1 𝑘2 𝐴 ∆𝑇2
= (1.3)
𝐿1 𝐿2
Keterangan :
Q1 = Kalor pada batang logam 1 (kilokalori (k) atau Joule (J) )
Q2 = Kalor pada batang logam 1 (kilokalori (k) atau Joule (J) )
t = Waktu (s)
Q/t = Laju aliran kalor ( kilokalori per sekon (kkal/s) atau Joule/sekon(J/s). 1
J/s = 1 watt )
A = Luas permukaan benda (m2)
∆T1 = Suhu/Temperatur pada batang logam 1 (K atau oC)
∆T2 = Suhu/Temperatur pada batang logam 1 (K atau oC)
L1 = Panjang batang logam 1 (m)
L2 = Panjang batang logam 2 (m)
10
Contoh soal:
1. Besi panjangnya 4 meter disambung dengan kuningan yang
panjangnya 2meter, keduanya mempunyai luas penampang yang
sama. Apabila suhu pada ujung besi adalah 600ºC dan suhu pada
ujung kuningan 300ºC. Bila koefisien konduksi termal kuningan tiga
kali koefisien termal besi,hitunglah suhu pada titik sambungan antara
besi dan kuningan!
Jawab:
T= 2600/7= 480ºC
Rangkuman :
1. Sebutkan dua proses yang dapat menyebabkan perpindahan kalor secara konduksi!
2. Besaran-besaran fisis apa saja yang mempengaruhi laju kalor konduksi?
3. Carilah 1 alat yang menggunakan prinsip perpindahan kalor konduksi, selain yang terdapat
dalam modul ini.
Tes Formatif 2
12
2. Konveksi
Tujuan Pembelajaran
1. Membedakan konveksi alami dengan konveksi buatan
2. Menyebutkan 3 contoh peristiwa konveksi dalam keseharian
3. Menyebutkan dua contoh perpindahan kalor konveksi alami dalam kehidupan sehari-hari
4. Menyebutkan dua contoh alat yang menggunakan prinsip perpindahan kalor konveksi paksa
5. Menyebutkan besaran-besaran fisis pada perpindahan kalor konveksi
6. Memformulasikan hubungan laju kalor konveksi dengan besaran-besaran fisis yang
mempengaruhinya
A. Pengertian Konveksi
Ketika udara yang dekat nyala bara api dipanasi, udara itu memuai dan massa
jenisnya menjadi lebih kecil. Udara hangat yang massa jenisnya lebih kecil akan naik,
dan tempatnya digantikan oleh udara dingin yang massa jenisnya lebih besar. Proses
perpindahan kalor dari satu bagian fluida ke bagian lain fluida oleh pergerakan fluida itu
sendiri dinamakan konveksi.
Sesuai contoh di atas dapat disimpulkan bahwa konveksi adalah hantaran kalor
yang disertai dengan perpindahan partikel perantaranya. Umumnya konveksi terjadi pada
gas dan zat cair. Contoh dari peristiwa konveksi adalah seperti perpindahan kalor pada
zat cair yang dipanaskan, ventilasi kamar, cerobong asap, pengaturan katub udara pada
kompor, dan kipas angin.
B. Jenis-jenis Konveksi
Ada dua jenis konveksi, yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa.
13
1. Konveksi alamiah
Konveksi alamiah merupakan pergerakan fluida yang terjadi akibat perbedaan massa
jenis. Bagian fluida yang menerima kalor/dipanasi memuai dan massa jenisnya
menjadi lebih kecil, sehingga bergerak ke atas. Kemudian tempatnya akan digantikan
oleh bagian fluida dingin yang jatuh ke bawah karena massa jenisnya lebih besar.
Contoh peristiwa konveksi alamiah:
Memasak air:
V2 Gambar 8. Proses
konveksi pada saat
V1
memasak air
Saat memasak air, ketika panci dipanaskan, volume molekul air bagian bawah yang
terkena panas akan mengembang (V1>V2) dan mengakibat massa jenisnya mengecil
(𝜌1 > 𝜌2 ). Hal tersebut mengakibatkan molekul air bagian bawah menjadi lebih
ringan dan bergerak naik ke atas, sedangkan molekul air yang berada di bagian atas
(massa jenisnya lebih besar) akan bergerak turun ke bawah menggantikan posisi
molekul air sebelumnya.
2. Konveksi paksa
Konveksi paksa adalah suatu proses pergerakan fluida yang langsung diarahkan
tujuannya oleh sebuah pompa atau blower. Contoh peristiwa konveksi paksa:
1. Pertukaran udara pada Lemari es
Udara dingin pada kompartemen pendingin bergerak ke bawah dan tempatnya
digantikan oleh udara hangat yang naik dari bagian bawah dan didinginkan oleh
pipa-pipa pendingin. Pergerakan udara ini dapat terjadi dengan adanya
14
kompresor sebagai tenaga penggerak. Pergerakan udara ini menghasilkan suatu
aliran konveksi udara yang akan mendinginkan semua makanan yang disimpan
di lemari es.
2. Radiator mobil
Pada sistem pendingin mesin mobil (radiator), air di paksa mengalir melalui
pipa-pipa dengan batuan pompa air (water pump). Panas mesin yang tidak di
kehendaki dibawa oleh sirkulasi air tersebut menuju radiator. Di dalam radiator,
air di dinginkan dengan bantuan udara. Air yang telah mendingin ini kemudian
di pompa untuk mengulang kembali proses transfer panas dari mesin mobil ke
radiator. Jadi, dalam hal ini terjadi konveksi paksa. Ingat bahwa proses konveksi
15
melibatkan fluida (dalam kasus ini di wakili oleh air) sebagai penghantar
panas.
Apabila ada sebuah silinder yang diisi suatu fluida dan dua sisi yang
berhadapan dari silinder suhunya berbeda, akan terjadi aliran kalor dari dinding yang
bersuhu Ta ke dinding yang bersuhu Tb. Besarnya kalor yang merambat tiap satuan
waktu, dapat dituliskan sebagai berikut.
𝑄
= ℎ 𝐴 ∆𝑇 (2.1)
𝑡
Keterangan :
16
Besarnya koefisien konveksi termal dari suatu fluida bergantung pada bentuk
dan kedudukan geometrik permukaan-permukaan bidang aliran serta bergantung pula
pada sifat fluida perantaranya.
(a) (b)
Gambar a. Gambar tersebut adalah proses peristiwa angin laut. Kalor jenis daratan (zat
padat) lebih kecil daripada kalor jenis air laut (zat cair). Akibatnya ketika dipanaskan
oleh cahaya matahari pada siang hari, kenaikan suhu daratan lebih besar daripada
kenaikan suhu air laut. Hal ini menyebabkan daratan yang telah panas, memanaskan
17
udara yang berada di atasnya sehingga suhu udara pun meningkat, sehingga massa jenis
udara berkurang dan membuat udara tersebut bergerak ke atas. Posisi udara yang
bergerak ke atas digantikan oleh udara yang berada di atas permukaan laut.
Hal ini disebabkan karena massa jenis udara yang berada di atas permukaan laut lebih
besar. Ketika bergerak ke darat, posisi udara tadi digantikan oleh udara lainnya yang
berada tepat di atasnya. Sampai pada ketinggian tertentu, udara panas yang bergerak ke
atas mengalami penurunan suhu. Diketahui bahwa ketika suhu udara menurun, volume
udara juga berkurang. Berkurangnya volume udara menyebabkan massa jenis udara
bertambah. Akibatnya, udara yang sudah mendingin tadi meluncur ke bawah untuk
menggantikan posisi udara yang telah pergi dari permukaan laut .
Proses ini terjadi terus menerus sehingga terbentuk arus konveksi udara, inilah yang
diketahui oleh para nelayan sebagai angin laut. Di sebut angin laut karena udara
yang berada di atas permukaan air laut melakukan pengungsian massal menuju
daratan.
Gambar b. Gambar tersebut adalah proses peristiwa angina darat. Ketika malam tiba,
daratan lebih cepat dingin daripada air laut. Dengan kata lain, pada malam hari, suhu
daratan lebih rendah daripada suhu air laut. Hal ini disebabkan karena kalor jenis daratan
(zat padat) lebih kecil daripada kalor jenis air laut (zat cair). Walaupun jumlah kalor
yang dilepaskan oleh daratan dan air laut sama, tetapi karena kalor jenis daratan lebih
kecil daripada kalor jenis air laut, maka penurunan suhu yang dialami oleh daratan lebih
besar daripada air laut. Air laut yang memiliki suhu lebih tinggi menghangatkan udara
yang berada di atasnya. Akibatnya suhu udara yang berada di atas permukaan laut
meningkat. Peningkatan suhu udara menyebabkan massa jenis udara berkurang sehingga
udara bergerak ke atas. Daratan yang memiliki suhu lebih rendah mendinginkan udara
yang berada di atasnya. Akibatnya suhu udara yang berada di atas daratan menurun.
Penurunan suhu udara menyebabkan massa jenis udara bertambah.
Hal ini menyebabkan udara yang berada di atas daratan meluncur ke laut. Sampai pada
ketinggian tertentu, udara yang bergerak ke atas mendingin (suhunya menurun).
Penurunan suhu menyebabkan massa jenis udara bertambah. hal ini menyebabkan udara
18
tersebut meluncur ke bawah menggantikan posisi udara yang meluncur ke laut
tadi. Proses ini terjadi terus menerus sehingga terbentuk arus konveksi udara. Hal ini
lebih dikenal sebagai angin darat. Di sebut angin darat karena udara yang berada di
daratan melakukan pengungsian massal menuju laut.
Contoh Soal:
Suatu fluida dengan koefisien konveksi termal 0,02 kal/ms°C memiliki luas
penampang aliran 10 cm2. Jika fluida tersebut mengalir dari dinding yang bersuhu
200°C ke dinding lainnya yang bersuhu 50°C, kedua dinding sejajar. Berapakah
besarnya kalor yang dirambatkan?
Jawab:
H = hA ΔT
H = 0,02 kal/ms°C × (1 × 10-3 m2) × (200°C – 50°C) = 9 × 10-2 kal/s
Jadi, besarnya kalor yang merambat dalam fluida per satuan waktu adalah 9 × 10-2
kal/s.
Rangkuman :
19
Tugas 3
Tugas Formatif 3
20
3. Radiasi
Tujuan Pembelajaran
1. Membedakan benda yang baik dan buruk dalam menyerap dan memancarkan kalor
radiasi
2. Menyebutkan besaran-besaran fisis pada perpindahan kalor radiasi
3. Memformulasikan hubungan laju kalor radiasi dengan besaran fisis yang
mempengaruhinya
4. Menyebutkan 2 contoh pemanfaatan kalor radiasi dalam kehidupan sehari-hari
A. Pengertian Radiasi
Gambar 12. Sinar Matahari sampai ke Bumi merupakan perpindahan kalor radiasi.
Sumber: BSE SMA Kelas X – Joko Sumarsono
Bagaimanakah energi kalor dari Matahari dapat masuk melalui atmosfer Bumi dan
menghangatkan Bumi? Kalor dari Matahari tidak dapat melalui atmosfer secara konduksi
karena udara yang terdapat di atmosfer tergolong konduktor paling buruk. Kalor dari
Matahari juga tidak dapat sampai masuk ke Bumi melalui konveksi karena konveksi
selalu diawali dengan pemanasan Bumi terlebih dahulu. Selain itu, perpindahan kalor
secara konduksi atau konveksi tidak mungkin melalui ruang hampa yang terdapat di
antara atmosfer Bumi dan Matahari. Bagaimanakah proses perpindahan kalor dalam
peristiwa ini?
Kalor dari Matahari dapat sampai ke Bumi melalui ruang hampa tanpa zat
perantara (medium). Perpindahan kalors eperti ini disebut radiasi. Perpindahan kalor
dapat melalui ruang hampa Karena energi kalor dibawa dalam bentuk gelombang
elektromagnetik. Jadi, radiasi atu pancaran adalah perpindahan energi kalor dalam
bentuk gelombang elektromagnetik.
B. Penyerap Kalor Radiasi yang Baik dan Buruk
21
Apa yang kamu rasakan ketika
memakai baju hitam pada siang hari
Dan apa yang kamu rasakan saat
memakai baju berwarna putih dan
berwarna terang? Tentunya kamu
akan merasa lebih panas memakai
Gambar 13. Pakaian hitam adalah
baju hitam pada siang hari, bukan?
penyerap kalor radiasi yang baik.
Sumber: BSE SMA Kelas X – Joko
Sumarsono
Hal ini karena di siang hari, baju hitam menyerap kalor radiasi lebih baik
daripada baju putih dan berwarna terang. Di malam hari, baju hitam terasa lebih dingin
daripada baju putih atau berwarna terang. Ini terjadi karena di malam hari, baju hitam
memancarkan kalor radiasi lebih baik daripada baju putih dan berwarna terang.
Berdasarkan uraian di atas dapatlah kita simpulkan bahwa:
1. Permukaan yang hitam kusam adalah penyerap kalor radiasi yang baik sekaligus
pemancar kalor radiasi yang baik pula;
2. Permukaan yang putih dan berwarna terang adalah penyerap kalor radiasi yang
buruk sekaligus pemancar kalor yang buruk pula;
3. Jika diinginkan agar kalor yang merambat secara radiasi berkurang, permukaan
(dinding) harus dilapisi suatu bahan agar mengkilap (missal dilapisi dengan perak).
C. Besaran-besaran fisis pada perpindahan kalor radiasi
Pada tahun 1879, Stefan-Boltzman mengungkapkan suatu hukum yang mengenai
radiasi yang disebut sebagai Hukum Stefan-Boltzman, yang berbunyi: “Energi yang
dipancarkan oleh suatu permukaan hitam dalam bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu (Q/t)
sebanding dengan luas permukaan (A) dan sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak
permukaan itu (T4). Secara matematis ditulis:
𝑄
= 𝜎𝐴 𝑇 4
𝑡
22
Tidak semua benda dapat dianggap sebagai benda hitam sempurna. Terdapat suatu besaran
yang disebut emisivitas, yaitu suatu ukuran seberapa besar pemancaran radaisi kalor suatu
benda dibandingkan dengan benda hitam sempurna. Nilai emisivitas terletak di antara 0 dan
1, 𝑒 = 0 untuk penyerap paling buruk, dan 𝑒 = 1 untuk penyerap paling baik. Persamaan
Stefan-Boltzman untuk setiap benda dapat ditulis sebagai:
𝑄
= 𝑒𝜎𝐴 𝑇 4
𝑡
R = e T4
Keterangan:
Q = kalor yang dialirkan (J)
t = waktu (s)
A = luas permukaan benda (m2)
T = suhu (K)
e = emisivitas benda (tanpa satuan)
R = intensitas radiasi ( W/m2)
D. Pemanfaatan Radiasi
1. Pendiangan rumah
Gambar 14. Kalor yang menghangatkan tubuh dan berasal dari pendiangan merupakan kalor
radiasi.
Sumber: www.google.co.id/gambar
Sebagian besar kalor pada pendiangan rumah akan naik ke atas cerobong asap karena
dibawa oleh konveksi udara. Tubuh kita merasa hangat karena penjalaran kalor ke
samping dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Dengan kata lain, tubuh kita merasa
hangat karena penghantaran kalor secara radiasi (Gambar 14).
23
2. Rumah kaca
Pernahkah kalian melihat tumbuhan yang berada pada sebuah rumah kaca? Bagaimana
tumbuhan di dalamnya dapat tetap tumbuh dengan subur?
24
Contoh Soal:
Benda hitam sempurna luas permukaannya 0,1 m2 dan suhunya 37 ºC. Jika suhu
sekelilingnya 97 ºC, hitunglah:
a. kalor yang diserap persatuan waktu persatuan luas
b. energi total yang dipancarkan selama 1 jam.
Jawab:
Benda hitam, maka e = 1
T1 = 310 K
T2 = 370 K
= 5,672.10-8 watt/m2K4
a. R = e ( T24 - T14)
= 1. 5,672.10-8 (3704 - 3104)
= 536,57 watt/m2
b. R = Q/A.t
Q = R. A. t
Q = 536,57. 0,1. 3600 = 1931652 Joule
Rangkuman :
- Radiasi atu pancaran adalah perpindahan energi kalor dealam bentuk gelombang
elektromagnetik.
- Permukaan yang hitam kusam adalah penyerap kalor radiasi yang baik sekaligus
pemancar kalor radiasi yang baik pula.
- Permukaan yang putih dan berwarna terang adalah penyerap kalor radiasi yang buruk
sekaligus pemancar kalor yang buruk pula.
- Secara matematis laju kalor radiasi dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑄
= 𝜎𝐴 𝑇 4
𝑡
- Dan untuk laju kalor radiasi pada setiap bahan:
𝑄
= 𝑒𝜎𝐴 𝑇 4
𝑡
- Pemanfaatan Radiasi: Pendiangan rumah dan Rumah kaca
25
Tugas 4
Tugas Formatif 4
radiasi?
3. Benda hitam sempurna luas permukaannya 0,5 m 2 dan suhunya 27 ºC. Jika suhu
26
EVALUASI
3. Besi panjangnya 2 meter disambung dengan kuningan yang panjangnya 1 meter, keduanya
mempunyai luas penampang yang sama. Apabila suhu pada ujung besi adalah 500ºC dan
suhu pada ujung kuningan 350ºC. Bila koefisien konduksi termal kuningan tiga kali koefisien
termal besi, berapakah suhu pada titik sambungan antara besi dan kuningan?
a. 371,4ºC c. 471,4ºC
b. 731,4ºC d. 173,4ºC
4. Di bawah ini yang bukan contoh alat yang menerapkan konsep perpindahan kalor
konveksi adalah…
a. Hair Dryer c. Radiator mobil
b. Panci masak d. Lemari es
5. Suatu fluida dengan koefisien konveksi termal 0,01 kal/ms°C memiliki luas
penampang aliran 20 cm2. Jika fluida tersebut mengalir dari dinding yang bersuhu
100°C ke dinding lainnya yang bersuhu 20°C, kedua dinding sejajar. Berapakah
besarnya kalor yang dirambatkan?
a. 160 × 10−4 kal/s
b. 16 × 10−3 kal/s
c. 1,6 × 10−4 kal/s
d. 16 × 10−4 kal/s
27
B. Isilah pertanyaan berikut dengan baik dan benar
1. Apa yang dimaksud dengan perpindahan kalor konduksi?
2. Sebatang alumunium yang panjangnya 0,400 m dan diameternya 6,00 x 10 -3 m
digunakan untuk mengaduk larutan gula air yang berusaha 108oC. Jika ujung kain
batang berada pada suhu ruang 28oC, berapa kalor yang mengalir sepanjang
batang dalam 5 menit? Konduktivitas termal alumunium 200 W/(Mk)
3. Apa perbedaan antara konveksi alami dan konveksi paksa?
4. Apa perbedaan antara benda yang berwarna hitam dan putih dalam menyerap dan
memancarkan kalor radiasi?
5. Benda hitam sempurna luas permukaannya 0,5 m2 dan suhunya 27 ºC. Jika suhu
sekelilingnya 77 ºC, hitunglah:
a. kalor yang diserap persatuan waktu persatuan luas
b. energi total yang dipancarkan selama 1 jam
GLOSARIUM
ISTILAH KETERANGAN
Konduktivitas merupakan ukuran kemampuan zat menghantarkan kalor
termal (k)
Koefisien konveksi merupakan ukuran kemampuan zat menghantarkan kalor yang
termal (h) nialinya bergantung pada bentuk dan kedudukan permukaan,
yaitu tegak, miring, menghadap ke bawah atau menghadap ke
atas.
Emisivitas (e) kuantitas yang menyatakan kemampuan benda untuk
memancarkan energy
28
PENUTUP
Setelah menyelesaikan modul ini, anda berhak untuk mengikuti tes praktik untuk
menguji kompetensi yang telah anda pelajari. Apabila anda dinyatakan memenuhi syarat
kelulusan dari hasil evaluasi dalam modul ini, maka anda berhak untuk melanjutkan ke
topik/ modul berikutnya.
Mintalah pada guru/instruktur untuk melakukan uji kompetensi dengan sistem
penilaian yang dilakukan secara langsung oleh asosiasi profesi yang berkompeten apabila
anda telah menyelesaikan suatu kompetensi tertentu. Atau apabila anda telah
menyelesaikan seluruh evaluasi dari setiap modul, maka hasil yang berupa nilai dari
guru/instruktur atau berupa portofolio dapat dijadikan sebagai bahan verifikasi oleh asosiasi
profesi. Kemudian selanjutnya hasil tersebut dapat dijadikan sebagai penentu
standarpemenuhan kompetensi tertentu dan bila memenuhi syarat anda berhak
mendapatkan sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh asosiasi profesi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aip, Saripudin. 2008. BSE Belajar Praktis Fisika Kelas X. Pusat Pebukuan Departemen
Pendidikan Nasional: Jakarta.
2. Jewett, Serway. 2003. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Salemba Teknika:Jakarta
3. Sumarsono, Joko. 2009. BSE Fisika. Pusat Pebukuan Departemen Pendidikan Nasional:
Jakarta.
4. Kanginan, Marthen. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas X. Penerbit Erlangga:Jakarta.
29