Anda di halaman 1dari 14

IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DAN

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH


KAPUK RANDU (Ceila Petandra L. Gaertn)

RANCANGAN PROPOSAL PENELITIAN

Oleh

SELVI ASTUTI LISTYANI


24042119037

S1 KIMIA MURNI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GARUT
JUNI 2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tanaman kapuk randu (Ceiba Pentandra L. Gaertn.) secara tradisional

hanya digunakan sebagai bahan pembuat atau pengisi kasur saja, padahal kapuk

randu memiliki nilai ekonomi dan dapat diandalkan untuk melestarikan sumber

daya alam. Di Asia kapuk randu sudah banyak dibudidayakan, Sementara di

Indonesia sendiri tanaman kapuk sudah banyak dikembangkan oleh rakyat,

perkebunan swasta dan perkebunan pemerintah (BUMN). Areal seluruhnya saat

ini mencapai 250.500 hektar dengan produksi serat mencapai 84.700 per kg dan

saat ini banyak dikembangkan untuk aneka jenis keperluan lainnya. Bagi sebagian

masyarakat di daerah pedalaman yang masih menganut pengobatan tradisional,

tanaman kapuk randu juga memiliki manfaat yang sangat banyak.

Pada beberapa bagian tanaman kapuk randu terdapat saponin, flavonoid,

tanin, terpenoid, resin, karbohidrat, antrakuinon, dan steroid yang banyak

memberikan aktivitas berupa sifat antibakteri, antifungi, antiinflamasi, dan

antioksidan. Selain itu, pada bagian batang tanaman kapuk randu juga ternyata

memiliki kandungan aktivitas anti diare yang bermanfaat untuk penggunaan obat

tradisional. Namun meskipun demikian, dari sejumlah penelitian terkait dengan

tanaman kapuk randu dan pemanfaatannya, kandungan senyawa pada kulit buah

kapuk randu belum banyak diteliti dan belum diketahui potensinya.


Antioksidan merupakan senyawa penting dalam menjaga kesehatan karena

berfungsi sebagai penangkap radikal bebas dalam tubuh. Pada umumnya,

antioksidan dibagi menjadi dua jenis yaitu antioksidan sintetik dan antioksidan

alami. Antioksidan sintetis yang banyak digunakan berbahaya bagi kesehatan

karena bersifat racun jika dikonsumsi dengan konsentrasi yang berlebih. Oleh

karena itu, diperlukan antioksidan alami yang cenderung tidak memiliki efek

samping dan bermanfaat bagi kesehatan. Senyawa antioksidan alami tumbuhan

adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid,

tokoferol dan asam-asam polifungsional. Salah satu tanaman yang memiliki

potensi antioksidan adalah kapuk randu (Ceiba petandra L. Gaertn) karena fraksi

metanol kulit batang kapuk randu sendiri memiliki kadar fenolik total yang lebih

besar dibandingkan dengan fraksi n-heksana dan etil asetat yakni sebesar 90,87

µgGAE/mL. Aktivitas antioksidan dari suatu tanaman dapat diketahui dengan

menggunakan uji antiradikal bebas dengan DPPH (1,1-diphenyl-2-picylhydrazyl)

dan nilai aktivitas antioksidan dari hasil pengujian dengan DPPH dinyatakan

dalam IC₅₀.

Berdasarkan uraian di atas, maka kulit buah kapuk randu juga diduga

memiliki aktivitas antioksidan yang bermanfaat bagi makhluk hidup. Tahap awal

yang harus dilakukan adalah dengan menguji kandungan senyawa metabolit yang

dimulai dengan preparasi dan ekstraksi. Preparasi adalah proses perlakuan sampel

sebelum diekstraksi yang bertujuan untuk mempertahankan kandungan

biomolekul dari tanaman. Pada sampel kulit buah kapuk randu dilakukan dua

macam preparasi yaitu kering angin dan kering oven. Ekstraksi adalah suatu

proses pemisahan senyawa atau bahan dari komponen lainnya dengan


menggunakan pelarut yang sesuai. Etanol termasuk pelarut yang sering digunakan

dalam proses ekstraksi karena memiliki polaritas tinggi.

Latar belakang penelitian di atas mengungkapkan bahwa telah dilakukan

penelitian yang mengkaji manfaat dari kapuk randu secara lebih meluas. Namun

meskipun demikian, sampai saat ini belum ada penelitian yang mengkaji manfaat

dari limbah kulit buah kapuk randu. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian

untuk mendeterminasi hal tersebut. Pada penelitian ini, identifikasi senyawa

metabolit sekunder dan aktivitas antioksidan kulit buah kapuk randu dilakukan

sebagai langkah awal untuk mengetahui jenis metabolit sekunder dan manfaatnya

yang diharapkan dapat memberikan informasi dalam rangka memanfaatkan

limbah kulit buah kapuk randu sebagai sumber yang berpotensi sebagai

antioksidan alami.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Senyawa metabolit sekunder apa saja yang terkandung dalam kulit buah kapuk

randu?

2. Bagaimana aktivitas antioksidan pada kulit buah kapuk randu?

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam kulit

buah kapuk randu.

2. Mengetahui aktivitas antioksidan pada kulit buah kapuk randu.


1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kandungan senyawa

metabolit sekunder dan aktivitas antioksidan pada kulit buah kapuk randu.

2. Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi peneliti lain yang ingin

mengembangkan penelitian lebih lanjut dan mendalam.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kapuk Randu (Ceiba Pentandra L. Gaertn)

Gambar I.1. Pohon Kapuk Randu (Ceiba Pentandra L. gaertn)

2.1.1. Klasifikasi Tanaman

Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tanaman kapuk randu adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta

Divisi : Magnoliophyta

Sub divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Malvales

Famili : Bombacaceae

Genus : Ceiba

Spesies : Ceiba pentandra L. Gaertn

(Rajeswari et al, 201l)


2.1.2. Deskripsi Tanaman

Pohon kapuk randu (Ceiba Pentandra L. Gaertn) secara alami terdapat

pada 16⁰LU di AS, terus ke Amerika Tengah sampai 16 LS di amerika Selatan.

Biasa terdapat di dataran pesisir sampai di atas 500 m diatas permukaan laut,

dengan hujan tahunan 1000-2500 mm dan suhu dari 20 sampai 27. Pionir yang

memerlukan cahaya, ditemukan pada hutan-hutan basah yang selalu hijau dan

mengugurkan daun: juga terdapat di hutan kering dan hutan tua. Memiliki tinggi

25-70 m. dengan diameter 100-300 cm. Tanaman ini memiliki bagian batang,

daun, bunga, bakal buah, buah dan biji buah.

2.1.3. Khasiat dan Kegunaan

Daun kapuk randu (Ceiba pentandra L. Gaertn) berkhasiat sebagai obat

batuk, obat kudis, obat disentri, obat kompres mata, obat asma dan sebagai

penguat rambut. Untuk obat asma cuci dan lumatkan 3 tangkai seledri dan 9

lembar daun kapuk randu. Tambahkan gula aren, sedikit garam dan segelas air.

Aduk rata lalu saring. Minum sebelum sarapan selama 3 hari berturut-turut.

2.1.4. Kandungan kimia

Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada tanaman kapuk randu adalah

saponin, flavonoid, tannin, karbohidrat, terpen, resin, steroid. Kapuk randu juga

mengandung kalium dan natrium.


2.1.6. Bagian tanaman yang digunakan

Bagian tanaman yang akan digunakan dalam penelitian inia dalah kulit

buah pohon kapuk randu (Ceiba pentandra L. Gaertn).

2.2 Preparasi dan Ekstraksi

Tahap awal untuk mengidentifikasi metabolit sekunder dimulai dengan

proses preparasi dan ekstraksi sampel. Preparasi yaitu proses perlakuan sampel

sebelum diekstraksi yang bertujuan mempertahankan kandungan biomolekul dari

tanaman. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan air pada sampel.

Pengeringan menggunakan oven dapat mengurangi kadar air dalam jumlah besar

dalam waktu yang singkat. Kering angin dilakukan di tempat yang teduh dan tidak

terkena sinar matahari secara langsung serta membutuhkan waktu yang lebih

lama.

Ekstrasi yaitu proses pemisahan senyawa atau bahan dari komponen

lainnya menggunakan pelarut yang sesuai. Pada penelitian ini pelarut yang

digunakan adalah etanol, karena etanol memiliki polaritas tinggi dan lebih efisien

dalam proses ekstraksi karena dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel.

Proses ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi, yaitu dengan merendam

sampel dalam pelarut etanol. Selama proses perendaman sampel, akan terjadi

plasmolisis dan senyawa yang terdapat dalam sitoplasma dapat larut dalam pelarut

etanol.
2.3 Metabolit Sekunder

Metabolit sekunder diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu terpenoid,

fenolik, dan alkaloid. Senyawa metabolit sekunder tidak berperan langsung untuk

kehidupan tumbuhan namun berperan dalam interaksi sel dengan lingkungannya,

seperti untuk perlindungan tanaman melawan tekanan biotik dan abiotik.

Metabolit sekunder biasanya digunakan sebagai bahan obat-obatan, perasa,

wewangian, insektisida dan lain-lain. Metabolit sekunder dibentuk oleh tanaman

di luar jalur biosintesis karbohidrat dan protein. Jalur pembentukan metabolit

sekunder ada tiga, yaitu jalur asam malonat contohnya palmitat, oleat dan linoleat.

Jalur asam mevalonat contohnya steroid, terpenoid dan saponin. Dan jalur asam

sikhimat contohnya, fenol, asam benzoic, lignin, tannin dan quinon.

2.4 Aktivitas Antioksidan

Antioksidan dapat menetralkan radikal bebas. Antioksidan banyak

ditemukan pada tumbuhan yang memiliki kandungan flavonoid dan polifenol

yang tinggi.. Antioksidan dapat mengurangi radikal bebas dengan cara

menghambat ekspresi enzim penghasil radikal bebas. Antioksidan dibedakan

menjadi dua jenis yaitu antioksidan enzimatik contohnya adalah enzim katalase,

superoksida dismutase, dan antioksidan non enzimatik contohnya vitamin C,

vitamin E, karotenoid, dan flavonoid. Antioksidan alami dapat bersumber dari

sayuran, buah-buahan, dedaunan, rempah-rempah, biji-bijian. Aktivitas

antioksidan diuji menggunakan larutan DPPH (1,1-diphenyl-2picylhydrazyl). Uji

DPPH digunakan untuk mengetahui aktivitas peredaman radikal bebas setelah

diberikan senyawa antioksidan alami. DPPH adalah molekul radikal bebas


berwarna ungu yang dapat berubah menjadi warna kuning jika direaksikan dengan

antioksidan. Mekanisme perubahan warna pada DPPH terlihat pada gambar II.8.

Perubahan warna tersebut menunjukkan adanya aktivitas antioksidan karena

donor elektron dari senyawa antioksidan sehingga DPPH tereduksi.

Gambar II.1. Mekanisme DPPH akseptor

Pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan spektrofotometer untuk

mengetahui absorbansi sampel dan menghitung persen inhibisi. Persen inhibisi

digunakan untuk menetukan persentase hambatan suatu bahan terhadap radikal

bebas. Perhitungan persen inhibisi menggunakan persamaan berikut:

Nilai dari besarnya aktivitas antioksidan dinyatakan dengan nilai IC₅₀

yang menunjukkan besarnya larutan sampel untuk dapat menghambat radikal

bebas sebesar 50%. IC₅₀ dihitung menggunakan rumus persamaan regresi linier

yang diperoleh dari kurva hubungan antara persen inhibisi terhadap konsentrasi

sampel. Nilai IC₅₀ dihitung dengan persamaan berikut: Y = A(X) + B Nilai X

merupakan nilai IC₅₀ dan Y bernilai 50, dari persamaan tersebut dapat diketahui

aktivitas antioksidan pada sampel. Nilai dari aktivitas antioksidan dibedakan

menjadi 4 level, yaitu aktivitas lemah dengan nilai IC₅₀ 250-500 ppm, aktivitas
sedang dengan nilai IC₅₀ 100-250 ppm, aktivitas kuat dengan nilai IC₅₀ 50100

ppm, dan aktivitas sangat kuat jika nilai IC₅₀< 50 ppm.

Radikal bebas memiliki elektron bebas yang tidak berpasangan sehingga

sangat reaktif. Radikal bebas dapat bersumber dari eksternal maupun internal.

Radikal bebas internal terbentuk dari produk samping pembentukan energi di

dalam mitokondria dari proses oksidasi yaitu Reactive Oxygen Spesies (ROS),

sedangkan radikal bebas eksternal dapat bersumber dari polusi, rokok, sinar X,

sinar matahari, obat kimia. Radikal bebas membawa dampak negatif bagi tubuh

karena dapat merusak molekul biologis seperti kerusakan DNA, kerusakan

protein, lemak, dan dapat meningkatkan stres oksidatif. Reaksi kerusakan

molekul bebas terjadi karena peningkatan oksigen reaktif Species (ROS) melebihi

antioksidan endogen sehingga radikal bebas bereaksi dengan sel di dalam tubuh

dan menyebabkan kerusakan. Stres oksidatif dapat disebabkan oleh aktivitas fisik

atau sistem kekebalan tubuh. Stres oksidatif menyebabkan berbagai penyakit

seperti penyakit kanker, asma, diabetes mellitus, kardiovaskuler,

neurodegeneratif.

2.5 LC-MS (Liquid Chromatograph-Mass Spectrometry)

Liquid Chromatography-Mass Spectrometry (LC-MS) merupakan teknik

analisis yang menggabungkan pemisahan kromatografi cair kinerja tinggi dengan

detektor spektrometer massa. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran

zat kimia berdasarkan perbedaan migrasi masing-masing komponen campuran

yang terpisah pada fase diam di bawah pengaruh fase gerak. Keunggulan dari

kromatografi cair kinerja tinggi yaitu ketepatan analisis untuk memisahkan


senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan. Spektrometer massa dapat

memisahkan molekul yang terionisasi berdasarkan perbedaan rasio massa

permuatan. Spektrometer massa biasanya digunakan untuk menentukan massa

suatu molekul, menentukan rumus molekul dengan menggunakan spektrum massa

beresolusi tinggi, mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola

fragmentasinya. LC-MS dapat digunakan untuk identifikasi, karakterisasi, dan

kuantifikasi senyawa kimia berdasarkan massa dan fragmentasi molekul. LC-MS

dapat diterapkan pada sebagian besar senyawa organik, senyawa polar, dapat

digunakan untuk mengidentifikasi metabolit dan bioanalisis suatu obat. Kelebihan

dari LC-MS tidak ada batasan massa molekul atau polaritas dari senyawa,

persiapan sampel lebih sederhana, spesifisitas dan sensitivitasnya lebih tinggi.

Kolom sebagai fase diam dan fase geraknya adalah larutan yang disuntikkan.

Hasil dari analisis LC-MS adalah kromatogram berupa peak (puncak) dan bobot

molekul dari suatu senyawa sehingga dapat diketahui jenis senyawa yang

dianalisis.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Bahan dan Alat

3.1.1. Bahan

1. Bahan uji

Sediaan uji yang digunakan adalah ekstrak kulit buah

kapuk randu (Ceiba pentandra L. Gaertn).

2. Bahan kimia

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Aquadest, Etanol 70%, Etilen glikol, amonium klorida 2%, Batugin

elixir, Na CMC, Kapas, Kertas saring. Pereaksi kimiayang terdiri

dari : Dragendorrf, Meyer, serbuk Mg, HCI pekat,amil alkohol,

FeCI3, eter, petroleum eter, kloroform, asamasetat anhidrat,

hidrogen peroksida, asam sulfat pekat danlarutan amoniak, asam

nitrat 0,4 N, larutan amoniak.

3.1.2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Sondeoral,

Timbangan analitik, Spektrofotometer Serapan Atom Perkin Elmer 700,

Alat-alat gelas (pipet tetes, tabung mikro, corong. gelas piala, tabung

reaksi,batang pengaduk, spatula, plat tetes, cawan porselen), desikator,

blender, kapas, seperangkat alat bedah tikus, EYELA Rotari Evaporator

N-1000, Hot plate, Blender, Oven, Kertas saring.


3.2 Diagram Alir Prosedur Kerja Penelitian

Mulai

Studi lapangan

Pengumpulan data

Pengumpulan limbah kulit buah kapuk randu yang belum dimanfaatkan

Dilakukan preparasi dan pembuatan ekstrak kulit buah kapuk randu

Pengujian golongan metabolit sekunder ektrak kulit buah kapuk randu

Identifikasi jenis senyawa dengan LC-MS

Identifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder dan aktivitas

antioksidan ektrak kulit buah kapuk randu belum diteliti

Uji aktivitas antioksidan ektrak kulit buah kapuk randu

Studi literatur untuk mengkaji potensi kulit buah

kapuk randu sebagai sumber antioksidan alami

Selesai

Anda mungkin juga menyukai