Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
seimbang.
kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar
untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
2
konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur
dari kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 yang semula pendidikan jasmani
dan kesehatan dengan alokasi waktu 2 jam per minggu @40 menit, sekarang
Pendidikan Jasmani dengan alokasi waktu 3 jam per minggu @ 40 menit, masih
banyak kendala dalam menerapkan kurikulum tersebut. Hal ini disebabkan karena
pengembangan, uji diri / senam, aktivitas ritmik, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas
cenderung masih suka bermain. Untuk itu guru harus mampu mengembangkan
karakteristik dan kebutuhan siswa. Pada masa usia tersebut seluruh aspek
terlaksana sesuai dengan pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Untuk itu perlu adanya pendekatan,
B. Rumusan Masalah
bermain bola kasti dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani siswa Kelas VII SMP
C. Tujuan Penelitian
sekolah terutama Kelas VII SMP Negeri 37 Surabaya pada Tahun pelajaran
2019/2020.
siswa pada mata pelajaran Penjas Kelas VII SMP Negeri 37 Surabaya pada
D. Manfaat Penelitian
kasti.
pemahaman siswa dalam penguasaan Teknik, Taktik Dan Strategi Olah Raga
BAB II
KAJIAN TEORI
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
belajar pada siswa (Winaputra, 2008; 19). Pada dasarnya lingkungan bukan
74) merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik
adalah suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk
pendidikan jamani adalah proses belajar untuk bergerak dan belajar melalui
kesehatan.
8
diarahkan untuk membentuk gaya hidup sehat serta aktif sepanjang hayat.
pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani,
satu tujuan pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam UUD 1945 adalah
untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani. Sehingga
mata pelajaran Penjasorkes adalah salah satu mata pelajaran mempunyai peran
sendiri dan orang lain, h) mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani
sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat,
serta i) mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat
rekreatif.
10
tujuan nasional yaitu untuk mencapai manusia seutuhnya baik jasmani maupun
rohani. Maka bukan hanya fisik atau jasmani saja yang dikembangkan tetapi,
11
perkembangan kognitif, afektif dan sosial juga memiliki komposisi yang sama
kippers, bola basket, bola voli, sepak bola, tenis meja, tenis lapangan,
d. Aktifitas ritmis, meliputi: senam pagi, gerak tak beraturan, senam aerobic,
alam bebas.
12
tanpa alat, 4) aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, dan senam, 5) aktivits air
pendidikan luar kelas, dan kesehatan. Salah satu aspek yang masuk ke dalam
1. Pengertian Permainan
mempunyai tugas dan tujuan yang sama dengan tugas dan tujuan pendidikan
anak terutama melatih motorik kasar dan motorik halus yang juga merupakan
terhadap teman atau orang lain. Sedangkan menurut Romlah (2001: 118)
permainan adalah cara belajar yang menyenangkan karena tanpa disadari anak
permainan.
14
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas bermain bagi anak akan
a. Aspek Fisik
pernah digerakkan.
permainan.
c. Aspek Sosial
d. Aspek Bahasa
dari teman bermain akan memberikan kosakata baru yang belum dimiliki
Rasa percaya diri dan rasa merasa dihargai akan timbul melalui
3. Kriteria Permainan
permainan, tidak hanya membuat merasa senang, tetapi harus ada unsur ilmu
dan kesehatan.
The game must be physically and emotionally safe, c) The game should not be
based on player elimination, d) The game should give students frequent turns
bermain, yaitu gerak, gembira dan belajar. Siswa bukan hanya senang bergerak
tetapi juga belajar. Oleh karena itu, gerak merupakan sebuah kebutuhan bagi
siswa. Supaya siswa aktif dan bermain secara optimal pada saat pembelajaran,
melakukan lari.
salah satu permainan bola kecil karena menggunakan bola tenis lapangan.
Permainan ini di mainkan oleh dua regu, yaitu regu pemukul dan regu penjaga.
Regu pemukul berusaha mencari nilai dengan memukul bola dan dapat kembali
pemenangnya.
Permainan kasti dilakukan secara beregu yang dimainkan oleh dua regu,
setiap regu terdiri dari 12 pemain. Permainan kasti pada umumnya sangat
dilakukan siswa-siswa pada kelas atas, dan dapat dimainkan secara bersama-
sama antara laki-laki dan perempuan ataupun dimainkan khusus oleh laki-laki
atau perempuan. Permainan kasti yang banyak dimainkan anak anak sekolah
18
dasar, adalah dengan pemain dibagi dua regu, salah satu mendapat giliran jaga
serang (yang mendapat giliran pukul) tak boleh di”ketik” atau dilempar dengan
bola. Pemain serang bergiliran memukul bola yang diumpan oleh salah seoarng
pukulan bola pemain serang. Ketika bola terpukul, pemain serang berlari ke pos
berikut atau “pulang” ke “ruang bebas” yang dibatasi dengan sebuah garis.
Kalau pemain yang sedang lari menuju pos atau pulang dapat di”gebok” dia
dinyatakan mati dan kedua regu berganti, regu serang jadi regu jaga dan
dengan sebuah tongkat, menangkap dan melempar bola. Terdiri dari 2 base
2009: 12).
Sumber : (http://gege17.blogspot.com/2012/05/permainankasti.html)
pemukul, bergaris tengah 5 cm dan panjang 50-60 cm, b) bola kecil, keliling 20
cm, berat 60-70 gram, c) tiang hinggap tinggi 150 cm di atas tanah, d) patok tali
Alat yang digunakan dalam permainan kasti adalah bola dan alat
pemukul. Bola terbuat dari karet, alat pemukul terbuat dari kayu. Bentuk
b. Peraturan Permainan
Dalam buku Penjasorkes KTSP (2006 : 2-3), jumlah pemain tiap regu
ruang pemukul. (c) Apabila aalat itu berada di luar tempat yang telah
membetulkannya kembali.
4) Pukulan benar, pukulan benar jika bola yang dipukul melampaui garis
pukul, selain itu, saat dipukul bola tidak boleh mengenai tangan dan
II, III dan ruang bebas secara bertahap mendapat nilai “1”. (b) jika
pukulan benar dan dapat kembali ke ruang bebas tanpa berhenti pada
terbanyak.
terjadi jika : (a) salah seorang regu pemukul terkena lemparan. (b) bola
ditangkap 3 kali berturut-turut oleh penjaga. (c) alat pemukul lepas saat
melalui garis belakang. (e) salah seorang regu pemukul keluar dari
Sebelum memulai permainan bola kasti, peserta didik tentu harus telah
a. Melempar
Agar dapat bermain kasti dengan baik, seorang pemain dituntut untuk
dapat memegang bola dengan baik dan pandai melemparkan bola. Cara
memegang bola kasti dapat dilakukan dengan cara: Pegang, bola dengan
mengoperkan bola kepada teman yang agak jauh jaraknya dari kita. Jika
yang benar adalah posisi bola antara pusar dan dada pemukul.
2010 : 73), a) ambil posisi berdiri menyamping (kaki kiri di depan dan
kaki kanan di belakang) dengan membuka kakimu yang lebar (lutut kaki
c) letakkan tangan kiri di depan badan dan lurus sejajar bahu dengan
pandangan mata lurus ke arah depan, d) bola dilemparkan dari atas kepala
(Supriyadi, 2010 : 10) : 2) ambil posisi berdiri menyamping (kaki kiri di.
depan dan kaki kanan berada di belakang dengan membuka kaki yang
melambungkan bola dengan cara lurus atau datar, lakukan latihan ini
berulang-ulang.
b. Memukul
berpasangan. Satu orang sebagai pelempar dan yang lain sebagai pemukul.
memukul berikut ini diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan alat
memukul.
Alat pemukul terdiri dari tiga bagian yaitu bagian ujung (knob),
tempat pegangan (handel), dan bagian yang besar (barel). Alat pemukul
dapt dibuat dari bahan kayu atau bahan lain dan metal, bagian handel
pada metal lebih panjang dari alat pemukul yang terbuat dari kayu.
bengkok sehingga badan turun. -badan sedikit bungkuk dan rileks dan
-Posisi kepala dan pandangan kea rah pelambung (Abudul Rojak,2011: 16)3.
orang bersalaman, semua jari dan ibu jari memegang alat pemukul dengan
erat dan rileks. Bagi pemain yang memukul dengan tangan kanan,
tangan kiri diletakan pada ujung pemukul dekat dengan knob, dan
tangan kanan berada diatas tangan kiri. Sedangkan pemain yang biasa
pemukul merapat dengan knob, tangan kiri berada di atas tangan kanan.
seluruh jari merapat dan terpisah dengan ibu jari berada pada bagian
atas. (Rojak,2011: 17) Adapun penjelasanya berupa gambar 2.4 berikut ini.
1) Pukulan datar
harus dapat memukul bola dengan tepat. Berikut ini cara-cara melakukan
2) Pukulan sentuhan
ini menyebabkan bola jatuh tidak jauhdari si pemukul. Berikut ini cara
Dilanjutkan ke tempat II, III, dan kembali lagi ke ruang pemain. Regu
c. Menangkap bola
datangnya bola, cara menangkap bola kasti dapat dilakukan dengan teknik
dada), menangkap bola rendah (antara lutut dan pinggang), menangkap bola
berikut:
Gambar 2.6 : Posisi telapak tangan pada saat menangkap bola melambung
Bola yang datangnya mendatar dan tepat di depan dada, pada saat
belakang, supaya bola tidak loncat lepas kembali. Akan tetapi apabila
datangnya bola mendatar itu disamping kanan atau kiri badan, maka
30
caranya dengan salah satu atau kedua tangan dijulurkan ke samping kanan
datangnya mendatar, hanya saja kedua lutut harus ditekuk agar badan
14) : 1) berdiri tegak kedua kaki agak dibuka dan lutut sedikit ditekuk 2)
lemas 5) Segera jemput bola dengan kedua tanganmu ketika bola datang
menghampiri kita, dan 6) Tarik kearah dada dan pegang erat-erat bola
tersebut.
Gambar 2. 10 : Menangkap bola menyusur tanah dengan sikap berlutut & berjongkok
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
guna memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di Kelas VII
2. Waktu Penelitian
3. Subyek Penelitian
Subyek bagi penelitian ini adalah peserta didik Kelas VII SMP Negeri
B. Rancangan penelitian.
(PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian
yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes formatif. Tes ini
mengukur kemampuan, Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes formatif
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
X
X
N
Dengan : X = Nilai rata-rata
Σ N = Jumlah siswa
2. Ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara
telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas
36
disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 80% yang telah mencapai
daya serap lebih dari atau sama dengan 80%. Untuk menghitung persentase
P
Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
Siswa
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat
pada tanggal 1 April 2019 di Kelas VII dengan jumlah siswa 28 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan
mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I
TT : Tidak Tuntas
Hasil berikutnya adalah tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel
berikut.
adalah 66,43 dan ketuntasan belajar mencapai 64,29% atau ada 18 siswa
dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada
siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena
siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan
c. Refleksi
tujuan pembelajaran
d. Revisi
siklus berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan alat-alat
siswa.
41
pada tanggal 8 April 2019 di Kelas VII dengan jumlah siswa 28 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
siklus I, sehingga keslah atau kekurangan pada siklus I tidak terulanga lagi
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut.
TT : Tidak Tuntas
siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa
belajr siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir
siswa lebih termotivasi utnuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai
c. Refleksi
1) Memotivasi siswa
3) Pengelolaan waktu
d. Revisi Rancangan
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut
kesimpulan/menemukan konsep.
soal-soal latihan pda siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar
mengajar.
44
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Klasikal : Tuntas
46
Hasil berikutnya adalah tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel
berikut.
77,50 dan dari 28 siswa yang telah tuntas sebanyak 24 siswa dan 4 siswa
yang telah tercapai sebesar 85,72% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada
siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya
peningkatan hasil belajara pada siklus III ini dipengaeruhi oleh adanya
seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah
diberikan.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
cukup besar.
d. Revisi Pelaksanaan
permainandengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar
Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan
yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar
B. Pembahasan
belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 64,29%,
69,29%, dan 85,71%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara
dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus
mengalami peningkatan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
69,29%, dan 85,71%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal
telah tercapai.
siswa, hal ini ditunjukkan adanya tanggung jawab dalam kelompok dimana siswa
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar di kelas lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal
matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang
sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau
DAFTAR PUSTAKA
Ichsan, Muhammad, 1988. UKS dan Olahraga. Jakarta : Dirjen Dikti Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi, Depdikbud.
Notoatmodjo, S, 1993. Pengantar UKS dan Ilmu Perilaku. Yogyakarta Andi Offset.
Sudjana, Nana, 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung Sinar Baru.