Anda di halaman 1dari 1

SENJA DI TEPI PANTAI

Deru angin laut begitu kuat menerpa wajah sesosok gadis yang duduk diam di batu
karang. Matanya terlihat nanar menatap debur ombak ditepi pantai. Terkadang dia
menyibakkan rambut yang terurai menutupi dahi dan matanya sambal sesekali
menghembuskan nafas dalam-dalam. Langit senja semakin lembayung, burung-burung pun
sudah pada terbang kembali kesarang mereka. Para nelayan sudah mulai berangkat melaut
dengan memanfaatkan angin darat. Tak sedikitpun gadis itu hendak bergerak dari tempat
duduknya. Dia masih terpekur kadang menunduk menatap debur ombak, kadang nanar
mendongak kearah langit senja. Lamunan gadis itu terpecah oleh teriakan dari sesosok anak
kecil yang berlari-lari mendatanginya.
“kak Gina, ayo pulang! Sudah dipanggil ibu tuh. Sudah sore. Pamali kata ibu.”
Gadis itu malas-malasan menyahut, “iya, bentar lagi. Masih malas pulang. Suntuk dirumah.”
“ayolah kak, nanti aku diomelin ibu kalua pulang nggak sama kak Gina.” si kecil masih berusaha
ngotot.”kenapa sih kamu berisik sekali? Kakak hanya ingin ketenangan. Pulang saja dulu sana.
Nanti bilang ibu, kakak akan pulang sebentar lagi. Kalua kakak sudah tenang. Dah sana pergi! ”
adik gadis itu tetap bersikukuh, “pokoknya gak mau, aku hanya mau pulang sama kakak. Ibu
bakal marah sama aku kak, kalua kakak nggak pulang sama-sama.” Melihat adiknya yang
semakin memelas, gadis itu jadi melunak. Dia ingat betapa ibunya sekarang ini semakin
berbeda. Setiap hari, setelah pertengkaran dengan ayah mereka, gina dan adiknya akan
menjadi pelampiasan kemarahan ibunya. Setiap saat gina dan adiknya harus siap dimarahi, di
teriaki, dipukul, bahkan dilempar apapun yang ada didekat ibunya. Gina yang masih 12 tahun
harus berusaha melindungi adiknya dari semua prahara itu. Tanpa tahu apa salah mereka.
“baiklah, ayok pulang. Kakak juga sudah kedinginan disini. Lagian, kita gak bias lari dari
masalah kan?” mereka berjalan beriringan pulang kerumah dalam diam sambal membayangkan
apa yang akan mereka dapati dirumah nanti. Kedamaian yang jauh dari angan anak-anak kecil
itu.
Sudah dua tahun ini, kehidupan keluarga gina berubah total. Semenjak ayahnya pulang
dari negeri jiran setelah menjadi pekerja migran Indonesia selama 8 tahun, kehidupan mereka
beriak ombak. Selama ini Gina dan adiknya selalu bermimpi hidup didampingi dan berlimpah
kasih saying dari ayah yang hanya sesekali mereka dengar dari telp saja. Iri rasanya melihat
teman sebaya mereka

Anda mungkin juga menyukai