Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENELITIAN SOSIAL

PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL

(STUDI KASUS : MASYARAKAT PEDALAMAN SUKU BADUY)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK : - ALISHA PUTRI

- LENI HERLIYANI

- SHINDI ASMARA JATI

- SAFA ADELLIA

- ARZANDIE GIANNINI

- GREGORIUS KENDY

- DAVID APRIALDO

- UMIA

KELAS XII IPS 2

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SMA NEGERI 21 BEKASI

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada karya
tulis ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna.
Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami
deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya semaksimal
mungkin dengan kemampuan yang kami miliki.
Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman.
Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki karya tulis kami di masa datang.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini kami mengharapkan banyak manfaat yang
dapat dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini dapat
mengetahui pengendalian sosial dan penyimpangan sosial di Suku Baduy.

Jakarta, 20 januari 2020

Penulis

2
Contents
BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN......................................................................................................................3

A. LATAR BELAKANG........................................................................................................3

B.

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki berbagai
macam suku, budaya, agama, bahasa, maupun ras. Bangsa Indonesia sudah
mengalami banyak perubahan sosial budaya karena berbagai macam faktor,
diantaranya yaitu kontak dengan kebudayaan lain, sistem pendidikan yang maju,
Sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan kuat untuk maju, toleransi
terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang, Sistem pelapisan masyarakat yang
terbuka, keadaan masyarakat yang majemuk, ketidakpuasan masyarakat terhadap
bidang-bidang kehidupan tertentu. orientasi hidup ke masa depan, senantiasa ada
keinginan untuk memperbaiki tingkat kehidupan, artinya tidak mudah menyerah pada
keadaan.1
Perubahan sosial tidak hanya terjadi pada masyarakat perkotaan, tapi juga
masyarakat pedesaan bahkan pedalaman sekalipun. Perubahan sosial dapat dilihat dari
berbagai macam aspek, contohnya perilaku seseorang,sifat,dan lain lain. Perubahan
sosial ini dapat menyebabkan berubahnya perilaku seseorang tidak sesuai dengan
norma ataupun aturan yang ada pada masyarakat. Karena pada umumnya, masyarakat
itu berkembang. Berkembang dalam hal ini artinya seseorang tidak selalu bersifat atau
berperilaku sama, terkadang seseorang pun dapat terpengaruh untuk melakukan
sesuatu yang tidak disukainya karena ajakan atau pengaruh dari lingkungan sekitar.
Salah satu suku pedalaman yang mengalami penyimpangan sosial yaitu Suku
Baduy. Suku Baduy Dalam terletak di daerah Banten, tepatnya Kabupaten Lebak
Banten. Nama Baduy Dalam berawal  dari sebutan yang diberikan oleh para peneliti
Belanda yang agaknya mempersamakan masyarakat yang hidup secara nomaden
tersebut dengan kelompok masyarakat Arab “Badawi”.Kemungkinan lain adalah
karena di wilayah bagian utara suku ini terdapat sungai yang disebut sungai Baduy
Dalam. Sementara mereka sendiri lebih suku menyebut diri sebagai “orang kanekes”
sesuai dengan nama wilayah mereka.2
Dengan adanya perubahan sosial dan budaya di Indonesia, menyebabkan
beberapa masyarakat termasuk suku baduy ini berperilaku menyimpang. Untuk
1
https://www.eduspensa.id/perubahan-sosial-budaya/ diakses jam 14.03 tanggal 12 november 2019
2
https://www.romadecade.org/suku-baduy/#! Diakses 14.11 tanggal 12 November 2019

4
mengatasi masalah ini, maka penyimpangan sosial memerlukan pengendalian sosial
agar masyarakat tidak melanggar norma yang ada di lingkungan sekitar mereka.
Walaupun bentuk penyimpangan suku baduy tentunya tidak seburuk masyarakat kota.
Masyarakat kota lebih mudah untuk menerima dan mengetahui informasi kapanpun
dan dimanapun melalui teknologi. Sedangkan untuk suku pedalaman seperti suku
baduy, mereka tidak diperbolehkan untuk mempergunakan teknologi karena aturan
maupun norma yang ada di daerah tempat mereka tinggali.
Penelitian ini ditujukan agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai
penyimpangan sosial yang dialami oleh masyarakat baduy maupun bagaimana bentuk
pengendalian sosial yang mereka lakukan untuk mencegahnya. Selain itu, penelitian
ini dilakukan juga untuk memenuhi tugas sekolah sosiologi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa penyimpangan sosial yang dilakukan oleh Suku Baduy ?
2. Bagaimana bentuk pengendalian sosial pada masyarakat ?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui bentuk penyimpangan sosial yang dilakukan oleh Suku Baduy.
2. Mengetahui bentuk penanganan pengendalian sosial yang dilakukan oleh Suku
Baduy.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian penyimpangan sosial


Menurut Robert MZ Lawang, penyimpangan sosial adalah segala tindakan dan
tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma yang sudah berlaku di dalam sistem
masyarakat tertentu.
Lewis Coser berpendapat bahwa yang dimaksud penyimpangan sosial adalah
kegagalan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap kebudayaan dengan
perubahan sosial.

5
Menurut Zanden, penyimpangan sosial adalah suatu perilaku yang dianggap oleh
sebagian masyarakat sebagai tindakan yang tercela dan berada di luar batas toleransi.3
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa penyimpangan
sosial adalah suatu bentuk kegagalan individu dalam berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya, dan perilaku yang mereka lakukan tidak sesuai dengan norma atau aturan
yang ada di masyarakat.
B. Dampak penyimpangan sosial
 Dampak bagi pelaku

Perilaku yang menyimpang dan dilakukan oleh seseorang biasanya


akan berpengaruh terhadap orang itu sendiri. Dan berikut ini adalah beberapa
dampak yang terjadi pada pelaku penyimpangan perilaku sosial.

1. Penyimpangan perilaku sosial dapat memberikan pengaruh psikologis


atau dapat membuat pelakunya menderita secara kejiwaan dan juga
tekanan mental yang terjadi pada pelaku. Karena pelaku akan
dikucilkan dari kehidupan bermasyarakat dan akan dijauhi dari
pergaulannya.
2. Dampak lainnya adalah, perilaku penyimpangan sosial dapat
menghancurkan masa depan pelakunya.
3. Pelaku juga akan menjadi jauh dari Tuhan dan tidak takut melakukan
dosa
4. Perbuatan penyimpangan sosial tersebut jika dapat membuat pelakunya
rentan terhadap bahaya.

 Dampak bagi orang lain atau kehidupan masyarakat

Selain berdampak bagi si pelaku, perilaku penyimpangan sosial ini


juga dapat berdampak pada lingkungan dan masyarakat. Berikut ini adalah
dampak perilaku penyimpangan sosial yang terjadi di masyarakat.

1. Perilaku penyimpangan sosial dapat mengganggu keamanan,


ketertiban dan juga ketidakharmonisan yang ada di dalam masyarakat.

3
https://alihamdan.id/penyimpangan-sosial/#Robert_MZ_Lawang diakses jam 15.07 pada tanggal 18 November
2019.

6
2. Dampak lainnya, juga dapat merusak tatanan nilai, norma, dan juga
berbagai pranata sosial yang berlaku di dalam masyarakat.
3. Dapat menimbulkan beban sosial, psikologis dan juga ekonomis
terhadap keluarga si pelaku.
4. Dapat merusak unsur budaya dan juga unsur lainnya yang selama ini
mengatur individu di dalam kehidupan masyarakat.4

C. Faktor penyebab penyimpangan sosial


 Faktor Sosialisasi
Perilaku menyimpang terjadi salah satunya karena ketidaksesuaian
pesan, norma, dan nilai yang disampaikan oleh masing-masing agen sosialisasi
atau individu lain.
 Faktor Anomie
Secara umum, anomie dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di
mana masyarakat kehilangan pegangan norma.
 Faktor Differential Association
Menurut Edwin H. Sutherland, perilaku menyimpang terjadi akibat
adanya differential association atau asosiasi yang berbeda terhadap suatu
kejahatan.
 Faktor Labeling
Faktor ini menyebutkan bahwa perilaku menyimpang muncul karena
adanya cap, julukan, atau sebutan atas individu yang melakukan suatu
perbuatan yang dianggap menyimpang.5
D. Jenis Penyimpangan sosial
 Bentuk penyimpangan menurut pelakunya:

1. Penyimpangan Individu yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh


Individu yang berlawanan dengan Norma. Penyimpangan ini biasanya
dilakukan di lingkungan keluarga. Misalnya sesorang mencuri dilakukan
sendiri.

4
https://www.ruangguru.co.id/dampak-penyimpangan-sosial-bagi-individu-dan-masyarakat/ diakses jam 05.06
pada tanggal 18 November 2019
5
https://blog.ruangguru.com/faktor-penyebab-perilaku-menyimpang-dalam-masyarakat diakses jam 05.15 pada
tanggal 18 November 2019

7
2. Penyimpangan kelompok yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh
kelompok orang yang tunduk pada norma kelompoknya yang bertentangan
dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Contoh kelompok yang
melakukan penyimpangan adalah kelompok pengedar narkotika, sindikat
penjahat atau mafia, pemberontak.

 Bentuk penyimpangan Sosial menurut Sifatnya:

1. Penyimpangan bersifat positif : Penyimpangan ini terarah pada nilai


sosial yang berlaku dan dianggap ideal dalam masyarakat dan mempunyai
dampak yang bersifat positif. Contohnya adalah: Bermunculan Wanita
karier yang sejalan dengan emansipasi wanita, biro jodoh.
2. Penyimpangan bersifat negatif : Penyimpangan ini berwujud dalam
tindakan yang mengarah pada nilai-nolai sosial yang dipandang rendah
dan dianggap tercela dalam masayarakat. Contohnya: pemerkosaan,
pencurian, pembunuhan, perjudian dan pemakaian narkotika.

 Bentuk penyimpangan Sosial menurut Lemert (1951).

1. Penyimpangan Primer: merupakan penyimpangan sosial yang bersifat


sementara dan biasanya tidak diulangi lagi. Seseorang yang melakukan
penyimpangan ini masih diterima di masyarakat. Contoh: orang yang
melanggar lalu lintas dengan tidak membawa SIM dan perbuatannya itu
tidak diulangi lagi, Orang yang belum membayar pajak.
2. Penyimpangan Sekunder : merupakan penyimpangan sosial yang nyata
dan dilakukan secara berulang-ulang bahkan menjadi kebiasaan dan
menunjukkan ciri khas suatu kelompok. Seseorang yang melakukan
penyimpangan ini biasanya tidak akan diterima lagi di
masyarakat. Contoh: Pemabuk yang seringa mabuk-mabukan dipasar,
di diskotik dll.6

6
https://alihamdan.id/penyimpangan-sosial/#Robert_MZ_Lawang diakses jam 15.42 pada tanggal 18 November
2019

8
E. Pengertian Pengendalian sosial
Menurut Peter L. Berger, pengertian pengendalian sosial adalah berbagai cara
yang dilakukan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang menyimpang.7
Menurut Bruce J. Cohen kontrol sosial adalah sarana atau metode yang
digunakan untuk mendorong seseorang untuk berperilaku selaras dengan kehendak
rakyat dalam kelompok besar atau khusus.
Menurut Horton Kontrol sosial adalah semua jalan dan proses dimana
sekelompok orang atau masyarakat, sehingga anggotanya dapat bertindak sesuai
dengan kelompok/masyarakat.
Jadi, pengendalian sosial adalah suatu proses atau metode seseorang untuk
menangani atau mendorong seseorang agar melakukan perilaku yang selaras atau
seharusnya sesuai dengan norma dan aturan yang ada di masyarakat. 8
F. Jenis – jenis pengendalian sosial
 Kontrol sosial berdasarkan sifatnya

1. Preventif, yaitu upaya kontrol sosial untuk mencegah terjadinya gangguan


terhadap keserasian masyarakat.
2. Represif, yaitu upaya kontrol sosial untuk mengembalikan keserasian di
masyarakat setelah terjadi pelanggaran norma atau peristiwa buruk.
3. Kuratif, yaitu kontrol sosial yang dilakukan pada saat sedang terjadi
penyimpangan sosial.
 Kontrol sosial berdasarkan cara perlakuannya
1. Persuasif, yaitu cara pengendalian sosial yang dilakukan tanpa tindakan
kekerasan. Misalnya membujuk, membimbing, memberikan nasihat, dan lain-lain.
2. Koersif, yaitu kontrol sosial yang dilakukan dengan cara paksa dan disertai sanksi
tegas sesuai pelanggarannya. Misalnya, penertiban pedagang kaki lima yang
beroperasi tidak pada tempatnya.
 Kontrol sosial berdasarkan pelakunya
1. Pengendalian pribadi, yaitu kontrol sosial yang dilakukan oleh setiap individu
yang terinspirasi dari tokoh-tokoh panutan.

7
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengendalian-sosial.html diakses jam 05.00 pada tanggal 18
November 2019
8
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-pengendalian-sosial/ diakses jam 15.15 pada tanggal 18
November 2019

9
2. Pengendalian institusional, yaitu kontrol sosial yang dilakukan oleh lembaga
atau institusi tertentu, misalnya pesantren.
3. Pengendalian resmi, yaitu kontrol sosial yang dilaksanakan oleh lembaga resmi
negara sesuai undang-undang. Misalnya Kepolisian, Kejaksaan, dan lainnya.
4. Pengendalian tidak resmi, yaitu kontrol sosial yang dilakukan oleh individu atau
lembaga masyarakat yang sifatnya tidak resmi.9

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan kualitatif
Menurut pendapat dari Denzin & Lincoln, penelitian kualitatif adalah suatu
komitmen terhadap pandangan naturalistik-pendekatan interpretatif terhadap pokok
persoalan studi dan suatu kritik yang berkelanjutan terhadap politik dan metode
positivisme.

Menurut pendapat dari Sugiyono, penelitian kualitatif adalah ara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Menurut pendapat dari Bogdan & Biklen, S., penelitian kualitatif adalah salah
satu prosedur penelitian yng menghasitkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan
dan perilaku orang-orang yang diamati.10

Jadi, berdasarkan pendapat para ahli, pendekatan kualitatif adalah suatu


pandangan terhadap persoalan studi dan perilaku orang yang diamati.

B. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian sosial di
masyarakat suku baduy adalah studi kasus.

1. Studi kasus
9
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengendalian-sosial.html diakses jam 05.21 pada tanggal 18
November 2019
10
https://pakdosen.co.id/penelitian-kualitatif-menurut-para-ahli/ diakses jam 15.20 pada tanggal 18 November
2019.

10
Studi kasus menurut Bimo Walgito (2010) adalah metode yang bertujuan
untuk mempelajari dan menyelidiki suatu kejadian atau fenomena mengenai
individu, seperti riwayat hidup seseorang yang menjadi objek penelitian. 

Menurut Aziz S.R (2003), studi kasus merupakan metode penelitian


mengenai individu, lembaga, atau unit sosial tertentu dalam kurun waktu yang
ditentukan serta berupa fenomena yang ada dan terjadi nyata dalam konteks
kehidupan.

Studi kasus dijelaskan oleh Surachrnad (1982) sebagai pendekatan


penelitian yang berfokus dan memperhatikan dengan seksama suatu kasus dengan
intensif dan rinci, dengan penggalian informasi dan analisa secara mendalam. 

Jadi, berdasarkan pendapat para ahli, studi kasus adalah sebuah metode
penelitian yang berfokus terhadap suatu kasus yang diteliti menggunakan analisa
penelitian secara mendalam.

C. Metode penelitian
Kelompok melakukan penelitian sosial dengan menggunakan beberapa
metode penelitian, diantaranya yaitu; obsevasi serta wawancara

1. Observasi
Observasi adalah kelompok melakukan observasi pada masyarakat suku
pedalaman suku baduy, yang berada di lebak banten. Masyarakat suku baduy
merupakan masyarakat suku pedalaman yang masih menjaga nilai adat dan tradisi
leluhurnya.
2. Wawancara
Wawancara adalah kelompok selain mengobservasi dengan melakukan
pengamatan secara langsung pada masyarakat. Penelitian juga melaksanakan
wawancara kepada beberapa informasi yang berada pada masyarakat suku baduy.
wawancara dilakukan kepada satu informasi masyarakat Suku Baduy Dalam.
Wawancara dilakukan kepada Kang Agus dan Kang Sapri yang merupakan salah
satu masyarakat Suku Baduy.

D. Waktu dan lokasi

11
Penelitian ini kami lakukan pada tanggal 26-27 Oktober 2019 yang bertempat
di Banten, Desa Kanekes, Baduy, Jawa Barat.

E. Sumber data

Sumber data yang di dapatkan merupakan dari 2, yaitu data Primer dan
Sekunder.

1. Data Primer
Data primer yang di dapat yaitu dari hasil wawancara kelompok oleh
informasi masyarakat Baduy luar. Data ini kami peroleh dari Kang Sapri dan
Kang Agus.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang didapat adalah dari beberapa sumber terkait dengan
informasi masyarakat Suku Baduy, selain itu penelitian juga mendapatkan
beberapa informasi dari masyarakat di sekitar desa.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Penyimpangan yang terjadi di masyarakat Suku Baduy.

Penyimpangan sosial adalah suatu bentuk kegagalan individu dalam


berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, dan perilaku yang mereka lakukan tidak
sesuai dengan norma atau aturan yang ada di masyarakat.

Banyak perilaku yang terjadi di masyarakat Baduy yang melanggar peraturan


disana, baik hal kecil maupun hal besar. Hal kecil seperti tidak diperbolehkan adanya
listrik dan menggunakan handphone. Tidak diperbolehkan menggunakan sabun dan
odol. Dan hal besarnya seperti, tidak diperizinkan untuk memakai pakaian
sembarangan dari luar diwajibkan untuk memakai pakaian yang sudah menjadi adat
istiadat masyarakat Baduy. Tidak diizinkan untuk mempunyai maupun menaiki
kendaraan.

B. Jenis penyimpangan
1. Penyimpangan Primer

12
Penyimpangan Primer merupakan perilaku seseorang yang
menyimpang dari peraturan masyarakat dan bersifat sementara yang masih
bisa diterima oleh masyarakat sekitar.
Di Baduy Dalam maupun Baduy luar tidak diperbolehkan adanya
listrik dan tidak diperbolehkan menggunakan handphone. Mereka tidak
dizinkan untuk menggunakan sabun dan odol. Jika mereka terus melanggar
peraturan tersebut mereka akan mendapat sanksi yakni teguran dan bisa diusir
dari Baduy dalam, jika sudah diusir dari Baduy dalam, tetap bisa tinggal di
Baduy luar. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Kang Sapri
“Peraturan kami di Baduy dalam mah banyak, untuk lingkungan di baduy
dalam gaboleh pakai sabun gaboleh pake odol untuk bahan kimia”11
2. Penyimpangan Sekunder

Penyimpangan Sekunder merupakan perilaku seseorang yang


menyimpang dari peraturan masyarakat yang dilakukan secara berulang
(menjadikan kebiasaan) dan tidak akan diterima oleh masyarakat sekitar.

Masyarakat Baduy tidak diperbolehkan untuk memakai pakaian


sembarangan, di Baduy dalam laki-laki diwajibkan untuk menggunakan ikatan
kepala putih, di Baduy luar perempuan diwajibkan untuk menggunakan kain
hitam biru sebagai bawahan atau rok. Mereka juga tidak diperbolehkan
memiliki maupun menaiki kendaraan, jika mereka melanggar peraturan
tersebut mereka akan mendapat sanksi berupa hukuman yang keras. Hal ini
sesuai wawancara dengan Kang Agus “Misalkan orang baduy dalam tidak
boleh menaiki kendaraan dan tidak boleh sembarang pakai baju, wajib
memakai ikatan kepala warna putih.”12

C. Cara pengendalian sosial bagi penyimpangan.


Pengendalian sosial adalah suatu proses atau metode seseorang untuk
menangani atau mendorong seseorang agar melakukan perilaku yang selaras
atau seharusnya sesuai dengan norma dan aturan yang ada di masyarakat.
Apabila mereka melakukan kesalahan atau melanggar aturan yang
berada di sana, mereka akan disumpah, lalu apabila ada seseorang dari
masyarakat Baduy yang diam-diam melakukan pelanggaran walaupun tidak
11
Hasil wawancara Kang Sapri jam 09.00 pada tanggal 27 Oktober 2019
12
Hasil wawancara Kang Agus jam 16.00 pada tanggal 26 Oktober 2019

13
ada yang melihat, mereka tetap mendapat musibah seperti hukum alam,
mereka bisa sakit dengan sendirinya, mereka juga nantinya akan sadar dengan
sendirinya jika terus melakukan pelanggaran tersebut.
Dengan melakukan pelanggaran-pelanggaran tersebut, perilaku mereka
tersebut menjadi topik pembicaraan oleh masyarakat Baduy dan segera
diserahkan kepada pengurus atau keluarganya. Mereka juga bisa diasingkan
dari masyarakat Baduy seperti dipindahkan tempat mereka ke kampung
Cihulu. Cihulu itu merupakan tempat penghukuman masyarakat Baduy jika
dari salah satu mereka melakukan pelanggaran tersebut. Mereka diasingkan
selama 40 hari. Mereka bekerja ditempat tersebut tanpa dapat upah. Hal ini
sesuai dengan wawancara dengan Kang Sapri “Hukumannya ya itu diasingkan
di kampung cihulu, kampung cihulu itu tempat perhukuman kami kalau ada
permasalahan seperti itu kami disediakan di kampung cihulu tanpa
perhukuman selama 40 hari bekerja tanpa dapat upah.”13

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perubahan sosial tidak hanya terjadi pada masyarakat perkotaan, tapi juga
masyarakat pedesaan bahkan pedalaman sekalipun. Perubahan sosial dapat dilihat dari
berbagai macam aspek, contohnya perilaku seseorang,sifat,dan lain lain. Perubahan
sosial ini dapat menyebabkan berubahnya perilaku seseorang tidak sesuai dengan
norma ataupun aturan yang ada pada masyarakat. suku pedalaman yang mengalami
penyimpangan sosial yaitu suku Baduy. Suku Baduy Dalam terletak di daerah Banten,
tepatnya Kabupaten Lebak Banten. Dengan adanya perubahan sosial dan budaya di
Indonesia, menyebabkan beberapa masyarakat termasuk suku baduy ini berperilaku
menyimpang. Untuk mengatasi masalah ini, maka penyimpangan sosial memerlukan
pengendalian sosial agar masyarakat tidak melanggar norma yang ada di lingkungan
sekitar mereka.
Pengertian penyimpangan sosial adalah suatu bentuk kegagalan individu dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, dan perilaku yang mereka lakukan tidak
sesuai dengan norma atau aturan yang ada di masyarakat. Dampak penyimpangan
13
Hasil wawancara Kang Sapri jam 09.00 pad tanggal 27 Oktober 2019

14
sosial ada dua pengertian yaitu, Perilaku yang menyimpang dan dilakukan oleh
seseorang biasanya akan berpengaruh terhadap orang itu sendiri. Selain berdampak
bagi si pelaku, perilaku penyimpangan sosial ini juga dapat berdampak pada
lingkungan dan masyarakat. Berikut ini adalah dampak perilaku penyimpangan sosial
yang terjadi di masyarakat.

B. Saran
1. Untuk masyarakat Baduy
- Bedakan kamar mandi penduduk baduy dengan para wisatawan .
- Untuk masyarakat baduy luar lebih baik bisa berbahasa indonesia
supaya mempermudah wisatawan berkmunikasi pada mereka.
- Lebih bisa besosialisasi.
2. Untuk wisatawan
- Bisa menjaga etika.
- Membuang sampah pada tempatnya.
- Jaga perkataan.
- Tetap menjaga adat istiadat yang ada disana.

15

Anda mungkin juga menyukai