TOR Launching Seminar - 15april2016
TOR Launching Seminar - 15april2016
Peluncuran Temuan Kunci Studi Penyusunan Definisi Resmi Usaha Milik Perempuan
Jakarta, 15 April 2016
I. Latar Belakang
Perempuan memiliki peran yang strategis dalam perekonomian Indonesia. Menurut data yang dirilis
oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan pada tahun
2013 tercatat sebesar 50.26%. Angka ini memberikan gambaran bahwa setengah dari perempuan usia
produktif di Indonesia aktif secara ekonomi, baik sebagai pekerja maupun pengusaha.
Dalam dunia bisnis dan wirausaha, persentase perempuan dan laki-laki dalam jumlah penduduk yang
bekerja dengan status berusaha sendiri pada tahun 2013 masing-masing adalah sebesar 36.64% dan
63.36%. Sementara untuk kategori berusaha yang dibantu buruh persentase perempuan lebih sedikit
yaitu sebesar 23.29%. Khusus untuk pengusaha Industri Mikro dan Kecil (IMK), data BPS pada tahun
2013 memperlihatkan partisipasi perempuan yang cukup besar yaitu sebesar 40.44%. Jumlah
perempuan pengusaha di sektor IMK bahkan tercatat lebih banyak dari laki-laki pada kelompok usia
produktif 25 – 44 tahun. World Bank dalam surveinya pada tahun 2009 memperkirakan bahwa
terdapat andil perempuan pada kepemilikan dari sekitar 42.8 persen perusahaan di Indonesia.
Sementara itu, dalam studinya mengenai perusahaan milik perempuan di negara berkembang pada
tahun 2011, International Finance Corporation (IFC) memperkirakan bahwa sepertiga dari total jumlah
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia dimiliki oleh perempuan.
Namun pada saat yang sama, data yang lain menggambarkan keterlibatan bisnis milik perempuan
dalam pengadaan pemerintah yang ternyata masih rendah. Menurut data yang dikumpulkan oleh
MCA – Indonesia dalam Survei Gender dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tahun 2014, dari
227 perusahaan yang terdaftar sebagai peserta pelelangan umum di Sistem Pengadaan Secara
Elektronik (SPSE) 6 Kementerian/Lembaga dan provinsi Jawa Barat, hanya 5% di antaranya adalah
perusahaan milik perempuan. Dari survei tersebut ditemukan pula bahwa lebih banyak perusahaan
milik perempuan dibanding perusahaan milik laki-laki yang mengidentifikasikan dirinya sebagai usaha
kecil dan umumnya berkantor di rumah. Perusahaan milik perempuan juga memiliki omzet yang lebih
rendah daripada perusahaan laki-laki. Selain itu, dalam studi penyusunan definisi resmi usaha milik
perempuan, diketahui bahwa perempuan pelaku usaha masih mengalami kesulitan dalam
mendaftarkan usahanya karena dokumen yang diperlukan biasanya terdaftar bukan atas nama
mereka dan masih terdapat peraturan perizinan yang mengharuskan tempat usaha tidak boleh berada
di rumah.
Melihat ilustrasi data di atas, sejauh manakah partisipasi dan kontribusi usaha milik perempuan?
Sayangnya pertanyaan ini belum dapat dijawab sepenuhnya sebab saat ini Indonesia belum memiliki
basis data yang menggambarkan jumlah dan peran usaha milik perempuan secara keseluruhan.
Kesulitan perempuan pelaku usaha untuk mencatatkan usahanya secara resmi serta belum adanya
konsep baku mengenai kepemilikan usaha yang meliputi semua jenis dan skala usaha membuat unit-
unit usaha milik perempuan terutama pada skala rumahan, mikro dan kecil, tidak tercatat dan
seringkali tidak diakui sebagai bagian dari kekuatan bisnis perempuan Indonesia. Kegiatan seminar kali
ini berusaha untuk menggali lebih dalam mengenai kendala yang dihadapi oleh usaha milik
perempuan serta kebijakan, program dan model baik yang sudah ada maupun yang diharapkan dapat
1
dikembangkan ke depannya untuk memberdayakan unit usaha-usaha milik perempuan. Diharapkan
dengan menyusun definisi usaha milik perempuan yang inklusif dan mengintegrasikannya lebih lanjut
ke dalam model pemberdayaan usaha tersebut, upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas
usaha milik perempuan pada berbagai skala dan sektor yang berbeda pun dapat meningkat.
II. Tujuan
III. Peserta
Acara seminar akan mengundang seluruh pihak terkait baik pemerintah, lembaga non-pemerintah,
universitas, asosiasi pengusaha serta pihak swasta dan masyarakat luas yang terlibat dalam
pemberdayaan ekonomi perempuan dan pengembangan wirausaha perempuan. Daftar peserta
bisa dilihat di lampiran 2.
V. Agenda Kegiatan
Rincian agenda kegiatan dapat dilihat di lampiran 1. Sebagai bagian dari upaya MCA – Indonesia
untuk turut memberdayakan perempuan pelaku usaha terutama yang bergerak di bidang usaha
mikro dan kecil, akan disediakan meja display khusus bagi perempuan usaha kecil anggota jaringan
Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK) untuk memperkenalkan dan
mempromosikan produk hasil karyanya masing-masing. MCA – Indonesia juga akan bekerjasama
dengan Jurnal Perempuan untuk menghadirkan berbagai buku pilihan mengenai kiprah perempuan
dalam pembangunan nasional. Selama kegiatan berlangsung, para peserta seminar dapat membeli
produk serta buku yang diinginkan jika berminat.
VI. Lampiran
Lampiran 1. Jadwal Susunan Acara
Lampiran 2. Daftar Peserta
2
Lampiran 1
10.00 – 10.20 Pemaparan mengenai Temuan Kunci dalam Studi Penyusunan Pembawa Acara
Definisi Resmi Usaha Milik Perempuan (Marisna Yulianti, MCA –
Indonesia)
10.20 – 11.50 Diskusi Panel “Mencari Model Pemberdayaan Usaha yang Moderator
Ramah Perempuan” dan Tanya Jawab:
Narasumber:
o Kendala Formalisasi dan Pengembangan Usaha Milik
Perempuan (Salmiah Ariyana, Asosiasi Pendamping
Perempuan Usaha Kecil/ASPPUK)
o Program, Kebijakan dan Model yang Dikembangkan
Pemerintah untuk Memberdayakan Usaha Milik Perempuan
(Dra. Sunarti, M.Si., Asisten Deputi Gender dalam KUKM,
Perindustrian dan Perdagangan, Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak /KPPPA)
o Membuka akses dan Kesempatan bagi Perempuan dalam
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (Sarah Sadiqa, SH.
M. Sc., Deputi Bidang Monitoring-Evaluasi dan
Pengembangan Sistem Informasi, LKPP)
o Pengembangan Model Pemberdayaan Usaha yang Responsif
Gender (Mia Siscawati, Ph.D., Ketua Program Studi Kajian
Wanita Universitas Indonesia)
3
Lampiran 2. Daftar Peserta
A. Kementerian/Lembaga Negara
1. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
2. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
3. Kementerian Koperasi dan Usaha, Kecil dan Menengah
4. Kementerian Perindustrian
5. Kementerian Perdagangan
6. Kementerian Pertanian
7. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
8. Kementerian Ketenagakerjaan
9. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
10. Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian
11. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
12. Badan Pusat Statistik (BPS)
13. Lembaga Pengelola Dana Bergulir Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB – UMKM)
14. Komnas Perempuan
15. Ombudsman Republik Indonesia (ORI)
4
C. Lembaga Non-Pemerintah / Mitra Pembangunan
1. Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK)
2. Sekretariat Nasional PEKKA
3. Ruang Mitra Perempuan (RUMPUN)
4. Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) Sumatera
5. Himpunan Serikat Perempuan Indonesia (HAPSARI)
6. Serikat Perempuan Indonesia (SPI) Deli Serdang
7. Aliansi Perempuan Sulawesi Tenggara (ALPEN Sultra)
8. Yayasan AKATIGA
9. Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO)
10. SMERU Research Institute
11. The Asia Foundation
12. International Labour Organization (ILO) – Indonesia
13. Plan – Indonesia
14. Australian Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG)
15. World Bank
16. International Finance Corporation (IFC)
17. International Republican Institute (IRI)
18. Kemitraan
19. United Nations Development Programme Indonesia
20. Megawati Institute
21. Angel Investor Indonesia (ANGIN)
22. Pusat Inkubator Bisnis IKOPIN
23. Pusat Inkubator Agribisnis dan Agroindustri (PIAA)-Institut Pertanian Bogor (IPB)
24. Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA)
25. Bina Mitra Usaha Indonesia
26. Perludem
27. Kalyanamitra
28. Koalisi Perempuan Indonesia (KPI)
29. Maju Perempuan Indonesia (MPI)
30. Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI)
31. The Indonesian Institute (TII)
32. Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Masyarakat Indonesia (YAPPIKA)
33. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK)
34. Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI)
5
7. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia (LPEM - FEUI)
E. Asosiasi Pengusaha
1. Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Pusat
2. Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Pusat
3. Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Pusat
4. Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Pusat
5. Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jawa Timur
6. Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI)
7. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI)
8. Gabungan Perusahaan Alat-Alat Kesehatan dan Laboratorium (GAKESLAB)
9. Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO)
10. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API)