Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

STRUKTUR BANGUNAN TINGGI

Disusun Oleh :

NAMA: CAHAYA NINGRUM


NIM: 190160074
KELAS: IV A
MATA KULIAH: STRUKTUR BANGUNAN TINGGI

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2020/2021
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Bangunan Tinggi adalah istilah untuk menyebut suatu bangunan yang memiliki
struktur tinggi. Penambahan ketinggian bangunan dilakukan untuk menambahkan fungsi dari
bangunan tersebut. Contohnya bangunan apartemen tinggi atau perkantoran tinggi. Bangunan
tinggi menjadi ideal dihuni oleh manusia sejak penemuan elevator (lift) dan bahan bangunan
yang lebih kuat. Berdasarkan beberapa standard, suatu bangunan biasa disebut sebagai
bangunan tinggi jika memiliki ketinggian antara 75 kaki dan 491 kaki (23 m hingga 150 m).
Bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 492 kaki (150 m) disebut sebagai pencakar
langit. Tinggi rata-rata satu tingkat adalah 13 kaki (4 meter), sehingga jika suatu bangunan
memiliki tinggi 79 kaki (24 m) maka idealnya memiliki 6 tingkat. Bahan yang digunakan
untuk sistem struktural bangunan tinggi adalah beton kuat dan besi. Banyak pencakar langit
bergaya Amerika memiliki bingkai besi, sementara blok menara penghunian dibangun tanpa
beton.
Struktur bangunan tinggi memiliki tantangan desain untuk pembangunan struktural
dan geoteknis, terutama bila terletak di wilayah seismik atau tanah liat memiliki faktor risiko
geoteknis seperti tekanan tinggi atau tanah lumpur. Tantangan yang tidak kalah besar lainnya
adalah bagaimana pemadam kebakaran bertugas selama keadaan darurat pada struktur tinggi.
Desain baru dan lama bangunan, sistem bangunan seperti sistem pipa berdiri bangunan, sistem
HVAC (Heating, Ventilation and Air Conditioning), sistem penyiram api dan hal lain seperti
evakuasi tangga dan elevator mengalami masalah seperti itu. Salah satu contoh peristiwa
tantangan terhadap pemadam kebakaran yang pernah terjadi adalah ketika pemadam
kebakaran diarahkan ke sebuah hotel tinggi di Lexington, Kentucky dengan laporan adanya
asap pada bangunan tersebut. Ketika pemadam mencari sumbernya, mereka menemukan asap
di lorong, bukan di kamar tamu. Ini membantu pemadam mengetahui bahwa masalahnya
berasal dari sistem HVAC dan bahaya asli tidak terjadi.

Beban pada High Rise Building

BEBAN VERTICAL : Beban Hidup

Beban Mati

Beban akibat hujan atau salju

BEBAN HORIZONTAL (LATERAL LOADS) : Beban Angin

Beban Bergerak (Gempa)

BEBAN TAK TERDUGA : Beban Impact

Beban akibat ledakan

• Beban Hidup

Beban hidup adalah beban-beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur untuk suatu
waktu yang diberikan. Meskipun dapat berpindahpindah,beban hidup masih dapat dikatakan
bekerja secara perlahan-lahan pada struktur.Beban penggunaan (occupancy loads) adalah beban
hidup. Yang termasuk ke dalam beban penggunaan adalah berat manusia, perabot, barang yang
disimpan, dan sebagainya.Beban hidup tepat di atas kolom, tidak terjadi lendukanBalok di
antara Kolom Adan B tanpa bebanTerjadi beban hidup di bagian tengah balok, maka balok akan
melendukKarena beban hidup bergerakmaka dilakukan pembebanan pada 2 titik yang berbeda.

Bagaimana cara mengatasi beban hidup?


Beban hidup dapat diatasi dengan Rigid Frame. Beban hidup akan dialirkan melalui frame
(rangka) sampai ke pondasi. Beban hidup di ujung balokTerjadi lendukkan Ditarik agar tidak
melenduk.

• Beban Mati

Beban Mati adalah beban-beban yang bekerja vertikal ke bawah pada struktur dan
mempunyai karakteristik bangunan, seperti misalnya penutup lantai, alat mekanis, partisi yang
dapat dipindahkan, adalah beban mati. Semua metode untuk menghitung beban mati suatu
elemen adalah didasarkan atas peninjauan berat satuan material yang terlihat dan berdasarkan
volume elemen tersebut.

Triangular Truss pada Burj Al Arab memiliki beban mati (beban struktur itu sendiri)
seberat hampir sama dengan berat 20 bis tingkatUntuk menyalurkan beban tersebut, maka
triangular truss disusun dari segitiga-segitiga (karena segitiga merupakan bentuk yang paling
stabilBeban, gaya tekanGaya diteruskan ke rangka lainApabila ada dua gaya dipertemukan
maka momen gaya tersebut menjadi nol

X-Brace FrameCladding (kulit luar bangunan merupakan beban mati)Contoh


penggunaan X-Brace Frame pada JohnHancock BuildingKaca merupakan beban mati yang akan
menekan balok (struktur di bawahnya)Beban dapat disalurkan dengan X-brace frame, untuk
menghindari lendukkan akibat beban dari kaca tersebut

Penyaluran beban vertikal


Rangka bangunan untuk menerima beban / menahan beban, sedangkan dinding hanya sebagai
penyekat / pengisi.Kolom portal harus menerus tidak boleh digeser untuk penyaluran beban
sampai ke pondasi dan ke tanah.

Penyusunan Rigid Frame yang benar.

Penyusunan Rigid Frame yang salah

• Beban Angin

Struktur yang berada pada lintasan angin akan menyebabkan angin berbelok atau dapat
berhenti. Sebagai akibatnya, energi kinetik angin akan berubah bentuk menjadi energi potensial
yang berupa tekanan atau isapan pada struktur.Pergerakkan angin di sekitar bangunan.

Beban angin dapat menyebabkan bangunan mengalami lendukkan secara horizontal


(ketidakstabilan)Mengakibatkan ketidak stabilan pada susunan plat dan dinding

Beban angin menyerang bangunan

Cara mengatasi beban angin :


Penggunaan X-Brace Frame untuk menyalurkan beban anginPenyaluran beban berbentuk
segitiga, sehingga diberi truss atau X-Brace FramePenggunaan trussPertemuan 2 buah gaya
akan menghasilkan momen nol, karena Faksi = Freaksi
Bagaimana cara melawan beban angin??? Reinforced Concrete Spine
Penyaluran beban angin pada Burj Al Arab. Dibagi menjadi dua untuk mendapatkan bentuk
segitiga. Beban angina datang Bentukkan Burj Al Arab dibuat aerodynamic, sesuai dengan arah
datangnya anginApabila bangunan mengikuti gaya dorong angin, maka reinforced concrete
spine akan menahan bangunan tersebutReinforced Concrete Spine Beban angin menyerang
bangunan

Faktor Gempa pada bangunan tinggi

Gempa Bumi

Gempa Bumi adalah pergeseran tiba-tiba dari lapisan tanah di bawah permukaan bumi yang
menimbulkan getaran yang disebut gelombang seismik. Gelombang ini menjalar menjauhi
fokus gempa ke segala arah di dalam bumi. Ketika gelombang ini mencapai permukaan bumi,
getarannya bisa merusak atau tidak tergantung pada kekuatan sumber dan jarak fokus,
disamping itu juga mutu bangunan dan mutu tanah dimana bangunan berdiri.

• Jenis Gempa

Gempa vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh kegiatan gunung api. Magma yang berada
pada kantong di bawah gunung tersebut mendapat tekanan dan melepaskan energinya secara
tiba-tiba sehingga menimbulkan getaran tanah.Karakteristik Gempa VulkanikGempa vulkanik
biasanya terjadi di daerah sekitar gunung api dan magnitudenya pada umumnya kecil rata rata
kurang dari 5 Skala Richter. Gempa vulkanik dengan magnitude 5-6 sangat jarang terjadi.
Kedalaman gempa vulkanik berkisar antara 0-40 km.

Gempa bumi runtuhan :biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan,
gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.

Gempa bumi buatan :disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir
atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.

STRUKTUR PENAHAN GEMPA

Seismic Bearing

Penggunaaan Bantalan karet alam untuk melindungi bangunan terhadap gempa bumi, yang
dikenal sebagi base isolation tampaknya akan semakin luas dan berkembang dimasa mendatang.
Indonesia sebagai salah satu negara yang rawan gempa diperlu teknologi pembuatan bantalan
tahan gempa.Bangunan yg tanpa bantalan karet, jika terkena getaran / gempa akan bergoyang
tidak stabil. Yg akan terjadi bangunan akan runtuh.Bangunan tanpa bantalan karetBangunan yg
menggunakan bantalan karet jika terkena getaran atau gempa akan tetap bergetar namun tetap
stabil.Bangunan dengan bantalan karet

RANGKA GOYANG

Rangka baja ini dirancang untuk bisa bergoyang ke atas dan ke bawah saat serangan gempa
terjadi. Di tengah rangka baja ini terdapat tendon (urat) baja yang bergerak elastis untuk
mengendalikan goyangan. Tendon ini juga berfungsi untuk mengembalikan posisi bangunan ke
tempat semula saat getaran gempa sudah berhenti.berbeda dengan sistem konvensional, rangka
baja ini benar-benar bergoyang terpisah dari pondasi saat terjadi gempa besar, Sekering baja
juga turut menjaga bangunan dari kerusakan. Sekering ini berfungsi untuk menyalurkan energi
gempa agar bisa membatasi kerusakan hanya pada area tertentu. Sekering ini, seperti sekering
listrik, bisa diganti bila rusak.Pada gambar skematik di atas terlihat yang berwarna merahadalah
rangka baja utama (steel braced-frame).Warna putih adalah simulasi gedung tiga lantai.Warna
kuning adalah sekeringyang terletak di dasar rangka (gambar inset).Di depan dan belakang
sekering terdapat kabel baja vertikaluntuk menarik gedung ke posisi semula saat gempa
berhenti.

Tune Mass Dumper Exoskeleton pada Burj Al Arab terlalu ramping, sehingga Dapat bergoyang
apabila terkena beban angin dan bebangempa yang besarMaka digunakan Tune Mass Dumper
yang berfungsi untuk melawan beban tersebutBagaimana cara Tune Mass Dumper untuk
mengurangi beban pada exoskeleton?Maka Tune Mass Dumper akan bergoyang ke arah yang
berlawanan dengan arah bebanExoskeleton bergoyang akibat beban angin atau gempa

Beban Gempa

Beban Tak Terduga

Beban tak terduga adalah beban yang tidak dipertimbangkan karena berasal dari suatu kejadian
yang tidak terduga, misalnya pada kasus World Trade Center .Pada tanggal 11 September 2001,
terjadi pembajakkan pesawat. Pembajak kemudian menabrakkan pesawat dengan WTC untuk
menghancurkan bangunan tersebut

Tabrakan pesawat menyebabkan hancurnya core dan perimeter di beberapa lantai


bangunan
Terjadi kebakaran akibat tabrakan yang diperkuat oleh bahan bakar dari pesawatKetika suhu
mencapai 1500oF terjadi perlemahan kekakuan dari truss yang menyebabkan truss sistem
runtuh secara vertical

1.Terjadi tabrakan dengan pesawat, menyebabkan tumpahnya bahan bakar sehingga terjadi
kebakaran.

2.Kebakaran yang terjadi menyebabkan material-material di dalamnya mengalami pengurangan


kekakuan

3.Hampir separuh struktur di lantai (lokasi penabrakkan) runtuh, menyebabkan terciptanya


beban vertikal akibat berat struktur yang runtuh.

4. Lantai-lantai di bawah lantai tidak kuat menahan beban vertikal akibat berat struktur. Selain
itu telah terjadi kerusakkan pada struktur utama (inti core)

5. Beban vertikal kemudian bertambah akibat berat lantai-lantai yang ikut runtuh.

1. BRACED FRAME AND MOMENT RESISTING FRAME SYSTEMS


Ada dua hal dasar sistem struktur penahan gaya lateral, diantaranya adalah :

• “braced frame (shear truss or vertikal truss)”


• “frame penahan momen (momen frame or rigid frame)”

Sistem-sistem struktur ini dikembangkan saat dimulainya “high rise contruction” pada awal
abad-20. Braced frame and moment resisting frames adalah pengaturan sistem struktur yang
normal seperti pertemuan planar searah orthogonal dengan maksud untuk menciptakan planars
frames or a tube frame sistem.

Kedua sistem struktur ini digunakan bersama sebagai sistem yang saling mempengaruhi secara
keseluruhan, dengan demikian dapat memperkuat penerapan secara individu untuk gedung-
gedung tinggi. Kedua sistem ini sudah umum digunakan dan saat ini sangat efektif untuk
penahan gaya lateral untuk high rise conctruction pada gedung dengan ketinggian 40-50 lantai.

2. SHEAR WALL

Sistem struktur ini merupakan dinding samping yang berfungsi sebagai pengaku yang
meneruskan beban sampai ke pondasi dan juga merupakan dinding inti untuk memperkaku
seluruh bangunan sebagai penahan gaya lateral. Sistem struktur ini sudah umum di gunakan
pada bangunan berlantai banyak dengan maksut untuk mencegah terjadinya “torsi akibat gaya
angin”. Atau digunakan pula pada bangunan tinggi yang berbentuk slab maupun bangunan
tinggi berbentuk tower untuk memperkokoh sistem bangunan terhadap gaya lateral.

Penempatan dinding geser terdiri dari 2 macam :

• Shear Wall

Ditempatkan pada bangunan sebagai exterior atau interior shear wall. Umumnya pada bangunan
yang berbentuk slab (semakin tinggi suatu bangunan maka semakin tebal pula shear wall yang
di gunakan)

Contohnya pada bangunan “Metropolitan Tower New York”, dan “Embassy Suites Hotel New
York”.

• Core (Inti)

Dinding geser ini diletakkan di dalam bangunan, misalnya mengelilingi core yang berfungsi
sebagai area service, shaft dan tangga darurat yang menyerupai bentuk kotak atau bentuk lain
yang kaku sebagai tipe dari struktur.

Contohnya pada bangunan “77 West Wacker Drive Chicago Illinois USA”, “Twin 21 Osaka
Japan”, dan “Majestic Building Wellington New Zealand”.

3. CORE & OUTRIGGER SYSTEM

Core dan outrigger system adalah suatu sistem yang terdiri atas core sebagai inti bangunan yang
bersifat struktural dan outrigger yang dipasang pada tiap-tiap lantai tertentu pada bangunan
tinggi dan mempunyai hubungan langsung dengan core. Selain sebagai pengaku gaya lateral,
outrigger system juga digunakan untuk memperkecil ukuran kolom sehingga biaya bangunan
bisa menjadi lebih ekonomis.

Gaya lateral yang bekerja pada bangunan diterima dan ditahan oleh outrigger yang kemudian
disalurkan ke core sebagai inti bangunan yang meneruskannya ke pondasi sehingga gaya lateral
tersebut dapat ditahan.

Contohnya pada bangunan, “Waterfront Place Brisbane Australia”, “Two Prudential Plaza
Chicago Illinois USA”, dan “Citibank Plaza Hongkong”.

4. TUBULAR SYSTEM

Tubular sistem adalah jenis sistem struktur bangunan tinggi yang menggunakan kolom-kolom
hanya pada bagian sisi luar bangunan yang jarak antar kolomnya sangat dekat. Pada
rancangan tabung dianggap bahwa facade struktur bertindak terhadap gaya lateral seperti suatu
kotak kosong tertutup yang terkantilever dari tanah.

Sistem ini umum digunakan apabila direncanakan bangunan tinggi yang bebas kolom.
Sedangkan untuk menahan beban lateral yang terjadi pada bangunan tinggi tersebut maka jarak
kolom diperkecil, jarak trave harus lebih kecil dari ketinggian tiap lantai. Karena dinding
eksterior menahan seluruh atau hampir seluruh beban angin, maka pengaku diagonal ataupun
dinding geser dapat ditiadakan. Tabung eksterior ini dapat memikul semua beban lateral
dan dapat diperkaku terus dengan menggunakan jenis pengaku tertentu.

Sebagian besar bangunan tertinggi di dunia menggunakan sistem tabung, diantaranya : “John
Hancock Centre di Chicago”, “Standard Oil Building di Chicago” dan “Word Trade Centre di
New York”.

Jenis-jenis tubular sistem :

• Frame tube

Framed tube system secara umum adalah dinding eksterior bangunan yang terdiri dari balok dan
kolom persegi rapat yang disambung secara kaku, mampu menahan beban lateral melalui aksi
tabung kantilever tanpa menggunakan pengaku interior. Lantai-lantai yang kaku sebagai
diafragma balok pinggir dikaitkan dengan penyebaran gaya lateral ke dinding luar.

Contohnya pada bangunan, “Brunswick Building Chicago Illinois”, dan “World Trade Centre
(maybe)”.

• Trussed Tube

Dibagi atas 2 sistem :

• Tabung Rangka Kolom Diagonal


Sistem ini menggunakan diagonal di dalam grid kolom dan balok pengikat yang menghasilkan
kekakuan serupa dengan dinding terhadap beban lateral. Diagonal ini tidak hanya menimbulkan
sebagian besar beban angin tetapi juga berlaku sebagai kolom miring yang memikul beban
grafitasi.

Contoh bangunan : “John Hancock Center Chicago”, “World TradeCentre New York”, dan
“Bank Of China Hongkong”.

• Tabung Lattice Truss

Menggunakan diagonal yang disusun rapat tanpa kolom vertikal yang merupakan kolom miring
dan menstabilkan struktur terhadap angin. Diagonal ini dapat diikat untuk balok horisontal dan
sangat efisien apabila dihadapkan dengan beban lateral, tapi kurang efisien untuk meneruskan
beban grafitasi ke tanah.

• Bundled Tube

Sistem ini merupakan susunan tabung-tabung individual, sehingga memiliki kekuatan yang
cukup besar dalam menahan gaya lateral. Adanya diafragma atau balok pinggir yang horizontal
untuk menyerap gaya geser dari kolom vertikal untuk menyebarkan tegangan aksial secara
merata.

Contoh bangunan, “Sears Tower Chicago Illinois USA”.

5. HYBRID SYSTEM

Hybrid System merupakan penggabungan dari sistem dan bahan material untuk menjadikan
suatu sistem struktur lebih fleksibel di dalam penggunaan dan karakter serta pelaksanaannnya.
Sistem bangunan ini terdiri dari 2 tipe struktur atau lebih yang berbeda, yaitu gabungan antara
baja dan beton yang merupakan bangunan bebas kolom dengan tujuan untuk memaksimalkan
fungsi ruang. Selain itu juga merupakan sistem yang biasa digunakan pada gedung-gedung
tinggi yang dapat berupa gabungan antara 1 dan 2 sistem sekaligus (peraturan dinamik yang
dipakai oleh arsitek modern).

Contoh penggunaan hybrid system misalnya pada bangunan yang menggunakan sistem
outrigger dan tube, gaya lateral yang bekerja pada bangunan akan ditahan oleh outrigger dan
diperkuat lagi oleh tabung-tabung dengan jarak yang rapat sehingga bangunan tinggi tersebut
dapat dengan kuat menahan gaya lateral.

Contoh bangunan : “Overseas Union Bank Centre Singapura”, “Cen Trust Tower Miami Florida
USA”, “First Bank Place Minneapolis Minnesota USA”, “First Interstate World Centre Los
Angeles California USA”, dan “Foster Tower (Hongkong Bank) Hongkong”.

System For The Future

suatu gabungan yang kaya dari project-project khayalan di dunia adalah potensi yang
mengagumkan untuk dieksplorasi lebih jauh. Project-project ini menunjukan banyak perbedaan
dari sistem yang sekarang ada dari designer. Alasan bahwa gedung- gedung ini tidak dibangun
karena perubahan kondisi ekonomi.

Contohnya pada perencanaan pembangunan gedung yang menggunakan sistem struktur berikut
:

• Core and outrigger system : “Miglin Beitler Tower Chicago”, dan “Dearborn Centre
Chicago”.
• Trussed tube systems : “Shimizu Super High Rise Tokyo”.
• Hybrid systems : “Bank of the Southwest Tower Houston Erewhon center”.

Beban Angin

Selain beban gempa, permasalahan beban angin juga menjadi hal yang utama dalam

perencanaan bangunan tingkat tinggi karena berpengaruh pada kekuatan bangunan dan juga

menyangkut masalah kenyamanan (serviceability) dari pengguna bangunan tersebut.

Untuk memahami semua masalah angin dan memprediksi karakteristik angin secara

ilmiah mungkin merupakan suatu hal yang mustahil. Hal ini disebabkan oleh pengaruh beban

angin pada bangunan yang bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh beberapa faktor

lingkungan.

Kecepatan Angin

Kecepatan angin didapat dari ketinggian spesifik pada bangunan, dengan indikasi dari

dua fenomena yaitu kecepatan angin yang konstan dan kecepatan tekanan angin yang

bervariasi. Alhasil, angin mempunyai dua komponen yaitu statis dan dinamis.

Secara umum, kecepatan angin terus bertambah seiring dengan pertambahan

ketinggiannya, seperti yang ditunjukkan gambar di bawah. Tingkat pertambahan kecepatan

angin ini merupakan faktor dari kekasaran tanah, yang awalnya diperlambat dari tanah hingga

makin cepat sesuai pertambahan ketinggian. Semakin banyak halangan pada keadaan

sekeliling (pohon, gedung, rumah, dsb), ketinggian yang diperlukan angin untuk mencapai

kecepatan maksimum (V max) juga semakin besar.


Average Actual

TIME

Gambar III.1 – Karakteristik Kecepatan Angin

V max

Beban Angin dalam Peraturan

Penelitian secara ekstensif terus dilakukan untuk mendapatkan prediksi dari aksi beban angin

pada bangunan tingkat tinggi. Peraturan bangunan yang dipakai hanya merupakan pendekatan statis

yang membayang-bayangi aksi dinamis dari karakteristik beban angin. Nilai dari tekanan angin

merupakan fungsi persamaan dari kecepatan angin tahunan dalam satuan mph (mile per hour), 30 kaki

(ft) diatas permukaan tanah dengan masa waktu 50 tahun


Menggunakan rumus dan metode dari referensi VI (High-rise Builiding Structures by

Wolfgang Schueller), tekanan angin yang dihasilkan oleh angin pada suatu bangunan tingkat

tinggi dapat dikalkulasi dengan rumus:

p = 0.002558 CD V2 (III.1)

dimana:

p = tekanan pada muka bangunan (psf)

CD = koefisien bentuk

V = kecepatan maksimum (mph)

Koefisien bentuk CD bergantung kepada bentuk bangunan dan bentuk atap dari

bangunan. Untuk bangunan tinggi berbentuk segi empat, nilai CD nya 1,3, yang merupakan

penjumlahan dari efek tekanan angin 0,8 dan efek hisapan dari angin 0,5. Nilai dari tekanan

angin dapat diperoleh dari persamaan ketinggian bangunan. Dalam hal ini, rumus persamaan

diberikan pada bangunan yang berada pada 30 ft (9,144 m) di atas permukaan tanah dengan

kecepatan angin sebesar 75 mph (33,5 m/s) yang menghasilkan:

p = 0.002558 (1,3) (75)2 ≈ 18 psf

Sehingga menghasilkan kode bangunan untuk bangunan tinggi segi empat dengan kecepatan

angin 75 mph (33,5 m/s) yang telah digambarkan dalam grafik sebagai berikut:
500
34

33
400

32
300

30

200
28
24
21
100 18
15
60
40
30 40
25 0 10 20

WIND LOAD ON WALL (psf)

Grafik Beban Angin Berdasarkan Ketinggian Bangunan

Arah Angin

Semua pergerakan bangunan merespon terhadap arah angin. Ketika sejumlah udara

yang bergerak dalam arah tertentu bersentuhan dengan permukaan bangunan, sebuah

perputaran gaya akan ditimbulkan. Gaya inilah yang disebut tekanan angin. Tekanan angin

ini dapat menjadi besar baik karena pertambahan kecepatan angin maupun pertambahan area

dimana angin semakin bekerja dengan leluasa.

Beban angin yang besar pada lebih dari satu sisi bangunan dapat menyebabkan double

flexure pada bangunan (Gambar b).


D

WIND

(a) – Displacement Satu Arah

WIND
D /2

D/2

(b) – Double Flexure

Double flexure dapat berdampak positif ataupun negatif pada pergerakan bangunan.

Displacement berbagai arah dapat menjadi lebih kecil dari yang seharusnya jika aliran udara

atau angin yang sama datang secara bersamaan pada bangunan hanya pada satu sisi saja.

Design aerodinamis pada bangunan juga dapat mendukung untuk memperkecil

displacement pada double flexure. Tekanan angin terbesar selalu terjadi ketika arah angin

tegak lurus dengan muka bangunan. Ketika aliran angin menubruk permukaan bangunan pada

bagian lain selain 90⁰, kebanyakan dari aliran angin tersebut mengalir ke arah yang lain

dengan sendirinya.
Turbulensi

Ketika sejumlah massa udara yang bergerak bertemu dengan objek-objek penghalang,

seperti bangunan, maka respon yang ditimbulkan angin akan seperti fluida yang lain yaitu

bergerak ke tiap sisi kemudian bergabung kembali pada aliran yang utama. Kecepatan angin

bertambah ketika massa udara yang lebih besar bergerak menuju area yang konstan pada

waktu yang bersamaan.

Efek Venturi merupakan salah satu contoh aksi turbulensi angin. Turbulensi bekerja

ketika angin yang bergerak tersebut melewati spasi antara dua bangunan tingkat tinggi.

WIND

Aliran Turbulen Angin

Perhitungan Beban Angin pada Bangunan Tingkat Tinggi

Perhitungan beban angin dapat menggunakan grafik pada gambar . Hasil pembacaan

grafik (psf) akan dikalikan dengan tinggi lantai yang bersangkutan (ft) serta dikali dengan

panjang bentang bangunan (ft). Hasil dari beban angin akan diperhitungkan dalam satuan

kips.

Momen perlawanan yang dihasilkan oleh berat bangunan itu sendiri adalah dengan

menggunakan rumus:
dimana:

Mres = momen perlawanan (ft k)

WDL = beban mati (kips)

D = bentang lebar bangunan (ft)

Selain itu, perputaran momen yang terjadi dapat dihitung dengan rumus:

dimana:

Mrot = perputaran momen (ft k)

Wi = beban angin pada ketinggian i (kips)

hi = garis tengah ketinggian i (ft)

Sehingga dari kedua momen ini dapat diperoleh angka keamanan (safety factor) untuk

mengatasi perputaran. Rumusnya adalah:

dimana:

SF = safety factor

Mres = momen perlawanan (ft k)

Mrot = perputaran momen (ft k)

Anda mungkin juga menyukai