Modalitas
Modalitas
A. PENGERTIAN
Terapi modalitas adalah terapi yang utama dalam keperawatan jiwa. Terapi
ini diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dan perilaku yang maladaptive
menjadi perilaku adaptif ( Kusumawati dan Hartono, 2010).
Terapi modalitas keperawatan jiwa dilakukan untuk memperbaiki dan
mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi dengan
lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap
berhubungan dengan keluarga, teman, dan system pendukung yang ada ketika
menjalani terapi. (Nasir dan Muhits, 2011).
Terapi modalitas bertujuan agar pola perilaku dan kepribadian seperti
ketrampilan coping gaya komunikasi dan tingkat harga diri secara bertahap dan
berkembang. Mengingat bahwa klien dengan gangguan jiwa membutuhkan
pengawasan yang ketat dan lingkungan suffortif yang aman. Beberapa terapi
keperawatan didasarkan ilmu dan seni keperawatan jiwa.
Terapi keperawatan jiwa adalah berbagai alternative terapi yang dapat
diberikan pada klien dengan gangguan jiwa.
Dapat dimodifikasi
6. Terapi Lingkungan
6.1. Pendahuluan
Terapi lingkungan “Milieu terapi” adalah suatu manipulasi ilmiah pada
lingkungan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada perilaku pasien
dan untuk mengembangkan ketrampilan emosional dan sosial (Stuart-
sundeen,1991) sedangkan Sedangkan menurut Suliswati (2005) dalam Direja
2011, terapi lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang ditata untuk
menunjang proses terapi, baik fisik, mental maupun sosial agar dapat
membantu penyembuhan dan pemulihan klien.
6.2. Tujuan Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk terapi klien
gangguan jiwa yang dapat membantu efektifitas pemberian asuhan keperawatan
jiwa. Schultz & Videbeck (1998) menyebutkan bahwa pemindahan klien dan
lingkungan yang terapeutik akan memberikan kesempatan untuk istirahat
memulihkan diri, sewaktu untuk berfokus pada perkembangan dalam hal
kekuatan dan kesepakatan belajar, agar klien mampu mengidentifikasi
alternative dan solusi masalah. Menurut Sabroms cit & Sudeen
(1995) menyebutkan 2 tujuan yaitu:
1) Mengatur batasi gangguan perilaku dan perilaku maladaptif.
2) Mengajarkan kememampuan psikososial.
Untuk melakukan pembatasan terhadap perilaku yang maladaptif, perlu
ditekanan penggunaan terapi lingkungan dengan mengembangkan empat
keterampilan psikososial. (Abroms, 1995). Empat keterampilan tersebut
yaitu:
a. Orientation
b. Assetation
c. Accupation
d. Recreation
3) Aspek Sosial
4) Aspek Emosional
7. Terapi Somatik
Terapi somatik adalah terapi yg diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan
melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik. Terapi somatik telah banyak
dilakukan pada klien dengan gangguan jiwa.
7.1. Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau
manual untuk membatasi mobilitas fisik klien. Alat tersebut meliputi
penggunaan manset untuk pergelangan tangan atau kaki dan kain pengikat.
Restrain harus dilakukan pada kondisi khusus, hal ini merupakan intervensi
yang terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat diatasi atau dikontrol
dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan. Indikasi restrain
yaitu
1. Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan lingkungannya.
2. Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
Prinsip intervensi restrain ini melindungi klien dari cedera fisik dan
memberikan lingkungan yang nyaman. Restrain dapat menyebabkan klien
merasa tidak dihargai hak asasinya sebagai manusia, untuk mencegah
perasaan tersebut perawat harus mengidentifikasi faktor pencetus pakah
sesuai dengan indikasi terapi, dan terapi ini hanya untuk intervensi yang
paling akhir apabila intervensi yang lain gagal mengatasi perilaku agitasi
klien.
7.2. Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan
khusus. Klien tidak dapat meninggalkan ruangan tersebut secara bebas.
Bentuk seklusi berupa pengurungan diruangan tidak terkunci sampai
pengurungan dalam ruangan terkunci dengan kasur tanpa seprei, tergnatung
dari tingkat kegawatan klien.
Indikasi seklusi yaitu klien dengan perilaku kekerasan yang
mebahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Kontraindikasi dari terapi
ini antara lain:
a. Risiko tinggi bunuh diri
b. Klien dengan gangguan sosial
c. Kebutuhan untuk observasi masalah medis.
d. Hukuman
7.3. Fototerapi
Fototerapi atau sinar adalah terapi somatic pilihan. Terapi ini diberikan
dengan memaparkan klien pada sinar terang (520 kali lebih terang dari sinar
ruangan). Klien disuruh duduk dengan mata terbuka 1,5 meter, di depan klien
diletakkan lampu flouresen spectrum luas setinggi mata. Waktu dan dosis ini
bervariasi pada tiap individu. Beberapa klien berespons jika terapi diberikan
pagi hari, sementara klien lain lebih bereaksi kalau dilakukan terapi pada
waktu sore hari. Semakin sinar terang, semakin efektif terapi per unit waktu.
Fototerapi berlangsung dalam waktu yang tidak lama namun cepat
menimbulkan efek terapi. Kebanyakan klien merasa sembuh setelah 3-5 hari
tetapi klien dapat kembali kambuh jika terapi dihentikan. Terapi ini
menurunkan 75% gejala depresi yang dialami klien depresi musim dingin atau
gangguan afektif musiman.Efek samping yang terjadi setelah dilakukan terapi
dapat berupa nyeri kepala, insomnia, kelelahan, mual, mata kering, keluar
sekresi dari hidung atau sinus dan rasa lelah pada mata.
c. Persiapan Alat
Kain kasa
Spuit disposibel
Tensimeter
Stetoskop
Slim suiger
Test konvulsator
d. Persiapan klien
Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau penjepit rambut yang
dipakai oleh klien
Jika ada tanda ansietas pada klien, berikan 5 mg diazepam IM 1-2 jam
sebelum ECT
e. Pelaksanaan
g) Rahang bawah (dagu) ditahan supaya tidak membuka lebar saat kejang
dengan dilapisi kain.
i) Pasang kedua elektroda di pelipis yang sudah dilapisi kain kasa basah
kemudian tekan tombol sampai timer berhenti dan dilepas
m) Kepala dimiringkan.
f. setelah ETC
Observasi dan awasi tanda vital sampai kondisi klien stabil.
Jaga keamanan
Bila klien sudah sadar bantu mengembalikan orientasi klien sesuai kebutuhan.
Biasanya timbul kebingungan pasca kejang 15-30 menit.
8. Terapi Aktivitas Kelompok
8.1. Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup berkelompok di mana satu
dengan yang lainnya saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial.
Kebutuhan sosial yang dimaksud antara lain: rasa menjadi milik orang lain atau
keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, dan kebutuhan pernyataan diri.
Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok sebagi contoh
individu berada dalam satu keluarga. Dengan demikian pada dasarnya individu
memerlukan hubungan timbale balik, hal ini bisa mlalui kelompok.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui
terapi aktifitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan
pemecahan masalah, meningkatkan ubungan interpersonal dan juga
meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan orientasi
realitas (Birckhead, 1989).Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam
praktik kesehatan jiwa, bahkan merupakan hal yang penting dari ketrampilan
terapeutik dalam ilmu keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi
kesehatan.
8.2. Pengertian Kelompok
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara
satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang
sama (Stuart & Sundeen, 1991:10).
Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling
bertukar (sharing) tujuan, umpamanya membantu individu berperilaku destruktif
dalam hubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan
alternative untuk membantu mengubah perilaku destruktif menadi konstruktif.
Mengembangkan sosialisai
Tipe: Kelompok remotivasi
Aktivitas: Mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi.
Tipe: Kelompok mengingatkan
Aktivitas: Fokus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif
Prinsipnya:
Model komunikasi
Model komunikasi menggunkan prinsip-prinsip teori komunikasi
dan komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau
komunikasi tak efektif dalam kelompok akan menyebabkan
ketidakpuasan anggota kelompok, umpan balik tidak sekuat dari
kohesi atau keterpaduan kelompok menurun.
Leader mengajarkan kepada kelompok bahwa :
- Perlu berkomunikasi
- Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya
komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup.
- Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
- Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam
membantu satu dan yang lain untuk melakukan komunikasi
efektif.
Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan
interpersonal dan sosial anggota kelompok. Selain itu teori
komunikasi membantu anggota merealisasikan bagaimana mereka
berkomunikasi lebih efektif. Model interpersonal
Tujuan:
Karakteristik:
Tujuan :
Tujuan:
Untuk :
Tujuan umum:
Tujuan khusus:
Karakteristik:
Penyaluran Energi
Penyaluran energy merupakan teknik untuk menyalurkan energy
secara konstruktif dimana memungkinkan pengembangan pola-pola
penyaluran energy seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara
konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun
lingkungan.
Tujuan:
a) Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang menjadi
leader, anggota tempat dan waktu kegiatan kelompok akan dilaksanakan
serta membuat proposal lengkap dengan media yang akan digunakan
beserta dana yang dibutuhkan.
b) Fase Awal
Pada fase ini terdapat 3 tahapan yang terjadi,yaitu orientasi,konflik atau
kebersamaan
Orientasi :
Anggota mulai mencoba mengembangkan system social masing-
masing,lender mulai menunjukan rencana terapi dan mengambil kontrak dan
anggota.
Konflik :
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok,anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok,bagaimana peran
anggota,tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi.
Kebersamaan :
Anggota mulai bekerjasama untuk mengatasi masalah,anggota mulai
menemukan siapa dirinya.
c) Fase Kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim :
d) Fase Terminasi
Ada 2 jenis terminasi akhir dan terminasi sementara.Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi premature,tidak sukses atau sukses.Terminasi
dapat menyebabkan kecemasan,regresi, dan kecewa.Untuk menghindari hal
ini terapis perlu mengevaluasi kegiatan dan menunjukan sikap betapa
bermaknanya kegiatan tersebut,mengajurkan anggota untuk member umpan
balik pada tiap anggota.Terminasi tidak boleh disangkai,tetapi harus tuntas
didiskusikan.Akhir terapi aktivitas kelompok harus di evaluasi,bias melalui pre
dan post test
h. Terapis
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien
yang mengalami ganguan jiwa. Adapun terapis antara lain :
Perawat
Psikoater
Psikolog
Dokter
Fisioterapis
Speech terapis
Occupationl terapis
Social worker
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa: teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Depkes RI.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kusumawati, Faridan dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Nasir , Abdul dan Abdul Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar
Teori. Jakarta: Salemba Medika.
Stuart, G.W. dan Sudden, S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari
Pocket Guide to Psyciatric Nursing, oleh Achir Yani S. Hamid. 3 rd end. Jakarta:
EGC.
Videbeck, S.L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.