Pak Rian
Pak Rian
Pendahuluan
A. Latar belakang
Menurut UU nomor 18 pasal 1, 3 tahun 2014 kesehatan jiwa adalah kondisi dimana
seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan diri, dapat mengatasi tekanan bekerja secara
produktif serta mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU kesehatan jiwa,
2014).
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam secara berpikir, kehendak, emosi dan tindakan di
mana individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang lain di lingkungan (masrhaly,
2013). Menurut medalise dkk (2015) gangguan jiwa menyebabkan penderita tidak sanggup
menilai dengan baik kenyataan tidak menguasai diri untuk mencegah gangguan orang lain
atau merusak/menyakiti diri sendiri.
gangguan jiwa terbagi kedalam dua jenis yaitu gangguan jiwa ringan dan gangguan jiwa
berat. Skinzofrenia merupakan sepanjang hidup penderita ditandai dengan disorganisasi
pikiran perasaan dan perilaku defisit keperawatan diri.
defisit keperawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang menjalani
kelemahan kemampuan dalam melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti
mandi berhias, makan dan BAK/BAB (khariyqh, 2013). Menurut Yusuf (2015). defisit
perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri tidak
ada keinginan untuk mandi secara teratur tidak menyisir rambut pakaian kotor bau badan
bau nafas dan penampilan tidak rapi.
Tanda dan gejala pada pasienyang mengalami defisit keperawatan diri biasanya tampak
seperti rambut kotor, gigi kotor, badan berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor,rambut
acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak
bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan, ketidakmampuan mengambil makanan
sendiri, makan berceceran dan tidak pada tempatnya, buang air besar atau buang air kecil
tidak pada tempatnya dan tidak membersihkan diri dengan baik setelah buang air besar atau
buang air kecil (klliat dan akemat 2014).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan defisit
keperawatan diri
2. Tujuan khusus
mampu mendeskripsikan hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
defisit keperawatan diri.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep dasar
1. Pengertian perawatan diri
Menurut tim sdki DPP PPNI (2016) menyatakan defisit keperawatan diri adalah suatu
keadaan dimana seseorang tidak mampu melakukan atau sesuaikan aktivitas
perawatan secara mandiri. defisit keperawatan diri merupakan diagnosa
keperawatan kategori perilaku dan sub kategori kebersihan diri yang dapat
ditemukan pada pasien stroke non hemografik. Defisit perawatan diri pada stroke
non hemoragik adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
atau menyelesaikan aktivitas keperawatan diri secara mandiridefisit keperawatan
diri dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti gangguan muskuloskeletal
gangguan neuromuskular, kelemahan, gangguan psikologis atau psikotik dan
penurunan motivasi.
2. Penyebab defisit perawatan diri
Penyebab (etuology) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
status kesehatan. Etiologi dapat mencakup empat kategori yaitu:
a. Fisiologis, biologis atau psikologis
b. Efek terapi atau tindakan
c. Situasional ( lingkungan atau personal)
d. Mutu rasional
Defisit perawatan diri pada stroke non hemoragik adalah suatu kondisi di
mana seseorang yang tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri secara mandiri yang disebabkan oleh gangguan neuromuskular.
Klien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan perawatan medis, karena hanya
mengalami gangguan jiwa,pasien lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi terapeotik
atau dengan cara pemberian pendidikan kesehatan penata laksanaan defisit perawatan diri yaitu:
6.Askep Teori
a. Pengkajian.
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Alam pengkajian semua data
dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus
dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek geologis, psychologist, sosial maupun spiritual
klien.