Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Endapan bauksit di daerah Bintan ditemukan pada tahun 1924 dan pihak pertama
yang memanfaatkanya adalah perusahaan Belanda, NVN Nederlansch Indische
Bauxiet Exploitatie Maatschapij (NV NIBEM). Sebaran bahan galian bauksit
(lempung alumina) tersebar secara luas di wilayah Pulau Bintan dan sekitarnya.
Bauksit di daerah penelitian merupakan hasil proses pelapukan dari batuan granit
yang merupakan batuan dasar dari Pulau Bintan, umumnya tersebar pada morfologi
dataran sampai dengan landai yang memungkinkan proses pelapukan dapat
berlangsung intensif. Berdasarkan data PT. Aneka Tambang membagi kualitas
cadangan bauksit menjadi 3 (tiga) kategori A, B dan C (Tabel 1).Tabel 1.Pembagian
kelas cadangan bauksit

(Antam, 2003 dan Lahar dkk, 2003)


Potensi sebaran bauksit cukup besar terdapat di wilayah Kecamatan Bintan Timur,
pada wilayah daratan utama dan pulau - pulau di sekitarnya, merupakan wilayah
tambang dan sebagian bekas tambang bauksit. Wilayah yang mempunyai sebaran
bauksit cukup luas terdapat di Desa Gunung Lengkuas, Busung, Toapaya dan Ekang
Anculai, serta di pulau-pulau yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bintan
Timur. Potensi bauksit di seluruh wilayah tersebut pada sebaran luas sekitar 10.450
ha dengan jumlah sumber daya tereka sebesar 209 juta m³. Terdapat beberapa
wilayah bekas tambang di Pulau Bintan di antaranya Pulau Koyang, daerah Wacopek,
daerah Tanjung Pinang dan sekitarnya. Daerah tersebut merupakan wilayah bekas
tambang bauksit PT. Aneka Tambang, dimana terdapat bijih bauksit tertinggal

1
dengan ketebalan sampai batuan dasar sekitar 40 hingga 50 cm (rata-rata 45 cm),
sedangkan bahan galian bijih bauksit sebelum ditambang mempunyai ketebalan 1-5
meter. Bekas tambang di daerah Tanjung Pinang dan sekitarnya, telah menjadi
wilayah perkantoran, perumahan padat penduduk dan pertokoan. Sementara itu
proses pengolaha (pencucian) bijih bauksit menghasilkan tailing berupa pasir dengan
kandungan kuarsa yang tinggi.

I.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
a) Mengetahui geologi umum kawasan penelitian
b) Mengetahui kondisi geomorfologi daerah penelitian.
c) Mengetahui karakteristik mineralografi dan geokimia dari endapan bauksit
laterit.
d) Memetakan endapan Bauksit laterit di kawasan penelitian.
e) Mengetahui potensi endapan bauksit laterit di derah penelitian.

I.3 Batasan Masalah


Tugas akhir ini focus pada pembahasan memetakan enapan bauksit, lateritisasi,
mineralogy dan perilaku geokimia unsur, dari endapan bauksit yang ada di cakupan
penelitian.

I.4 Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian


Lokasi penelitian secara geografis terletak pada koordinat 00°52’00”LU dan
104°33’00”BT, secara administrasi termasuk ke dalam daerah Pulau Dompak,
Kecamatan Bukit Bestari, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi
kegiatan dapat dicapai dari Universitas Islam Riau ke Bandara Internasional
Sultan Syarif Qasim dengan waktu tempuh sekitar 15 menit, kemudian di
lanjutkan dengan menggunakan pesawat terbang regular Pekanbaru – Batam
selama 45 menit dan, selanjutnya menggunakan kendaraan roda empat ke
Pelabuhan Punggur, dari Punggur dilanjutkan ke Tanjung Pinang dengan

2
menggunakan kapal laut selama 1 jam, dan untuk mencapai lokasi kegiatan
dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat kedaerah Pulau Dompak selama 1
jam. Kabupaten Bintan di Provinsi Kepulauan Riau memiliki batas-batas wilayah :
a) Sebelah Utara dengan Natuna;
b) Sebelah Selatan dengan Kabupaten Lingga;
c) Sebelah Barat dengan Kota Batam dan Kota Tanjung Pinang;
d) Sebelah Timur dengan Provinsi Kalbar.

Lokasi penelitian terletak di Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi


penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1

Lokasi Penelitian
Gambar 1.1 Peta Administrasi daerah penelitian

I.5 Waktu Penelitian


Penelitian skripsi ini dilakukan mulai dari tahap studi pustaka, pengambilan data

3
lapangan, analisa data, dan kemudian tahap penyusunan laporan. Waktu penelitian
dapat dilihat pada Tabel I.1.

4
Tabel I.1Waktu penelitian

Anda mungkin juga menyukai