Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (P.K.L)


PT. ISPATINDO
BIDANG K3 KIMIA
PELATIHAN CALON AHLI K3 KIMIA

KELOMPOK 1
1. MUSTOFA
2. ACHMAT YAYAN
3. RAFMA JUNITA ARIANA PULUNGAN
4. CIPTO

BAB I PENDAHULUAN

PENYELENGGARA
1.1 Latar Belakang PT. GROW SAFTEY INSTITUTE

Di Era Industrialisasi ini Proses Produksi dalam perusahaan menggunakan teknologi


modern, sehingga membutuhkan tenaga kerja Ahli dan terampil, Namun tidak selamanya
penerapan teknologi modern (tinggi) yang beraneka ragam bisa menjamin keberlangsungan
proses produksi perusahaan sesuai yang diinginkan oleh perusahaan. Di dalam sebuah
Perusahaan, tenaga kerja merupakan salah satu aset yang sangat penting, Tenaga kerja
merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat, dengan begitu
tenaga kerja merupakan penggerak utama dalam kelangsungan bisnis perusahaan dan
ekonomi bangsa.
Tenaga Kerja merupakan satu-satunya aset yang tidak dapat digandakan, oleh karena
itu tenaga kerja harus dijaga keselamatannya, kesehatannya, dibimbing dan dikembangkan
potensi mengenai kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja dan kesehatan kerja,
sehingga memberikan output yang optimal bagi perusahaan. Kemungkinan bahaya Besar
mengintai setiap tenaga kerja baik itu Kecelakaan ringan, Kecelakaan besar, Kebakaran,
Ledakan, Pencemaran Lingkungan, dan penyakit akibat kerja yang mengakibatkan tenaga
kerja mengalami kecacatan dan bahkan potensi meninggal dunia. Potensi bahaya besar itu
diakibatkan karena ketidakmampuan, ketidakcakapan, kurangnya kompetensi dan kurangnya
pemahaman terhadap bahan kimia berbahaya.

Guna menguatkan peran dunia usaha dalam pelaksanaan K3, Pemerintah melalui
kementrian tenaga kerja telah mengeluarkan keputusan menteri tenaga kerja tentang
pengendalian bahan kimia berbahaya ditempat kerja..

Tujuan dari PKL (Praktek kerja Lapangan) adalah mendapatkan pengetahuan terkait
dunia kerja khususnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan untuk menjadikan prasyarat
bagi para calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kimia. Kegiatan Training ini
dilaksanakan selama 12 hari, termasuk didalamnya Observasi ke Lapangan PT.
ISPATINDO, dalam Hal ini Kelompok I akan melihat penerapan sarana penanggulangan
bahan kimia berbahaya.

Kesehatan Kerja Merupakan suatu hal yang telah diwajibkan dan dibebankan kepada
Perusahaan agar Kesehatan Kerja Tenaga Kerja terjamin. Potensi Kesehatan Kerja yang
terjamin akan meningkatkan produktivitas kerja dan kesejahteraan pekerja baik di masa
kerja maupun sesudah tidak bekerja di perusahaan. Penerapan Kesehatan Kerja dapat
mencegah dan mengurangi penyakit akibat Kerja.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini yaitu :


a. Untuk menentukan potensi bahaya di tempat kerja sesuai perundangan yang berlaku.
b. Mengetahui persyaratan yang harus diterapkan di tempat kerja sesuai dengan
potensi bahaya yang dimiliki.
c. Penerapan program dan K3 untuk mengendalikan kerugian yang mungkin timbul.
d.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) sebagai suatu rangkaian kegiatan dalam pelatihanAhli
K3 Kimia, dimaksudkan untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan peserta pelatihan
dalam konteks yang lebih praktikal sehingga peserta memiliki semua pengetahuan teoritis
dan juga pengetahuan lapangan serta implementasi teori tersebut secara langsung. Selain itu,
PKL ini juga dimaksudkan untuk membekali pengetahuan bagi para calon Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Kimia mengenai K3 bahan kimia berbahaya, dengan praktik nyata
dalam penerapan persyaratan dan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja yang meliputi: sarana penangulangan agar mampu mengetahui tanda bahaya yang
disebabkan bahan kimia baik terhadap tenaga kerja maupun pada lingkungan perusahaan.

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan salah satu bagian dari
kegiatan pembinaan calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kimia (AK3K) dalam
mengidentifikasi bahaya dan risiko di tempat kerja. Melalui PKL, calon Ahli K3 Kimia
dapat mengetahui tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam
surat keputusan penunjukannya (SKP), seperti yang dijelaskan di dalam Keputusan Menaker
No.KEP.187/MEN/1999 dalam upaya dan atau kegiatan yang dilakukan untuk
mencegah dan atau mengurangi resiko akibat penggunaan bahan kimia berbahaya
ditempat kerja terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja dan lingkungan.

Tujuan dari calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja KImia ini mengikuti PKL
di PT. Ispatindo, pada tanggal 17 Juni 2021 adalah, supaya wawasan yang diperoleh selama
PKL dapat menambah khasanah keilmuan terkait penerapan peraturan dan norma K3 di
tempat kerja nantinya. Serta melakukan pengawasan serta perbaikan yang
berkesinambungan, dalam rangka mengurangi risiko kecelakaan kerja di perusahaan yang
disebabkan oleh faktor kelalaian manusia maupun dari bahan kimia berbahaya.
Adapun tujuan penulisan laporan PKL ini, adalah untuk mengetahui penerapan
peraturan dan norma K3 kimia di perusahaan yang dikunjungi. Dan laporan ini juga bisa
digunakan untuk sebagai masukan bagi pihak perusahaan untuk menghindari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

1.3 Dasar Hukum

Peraturan-peraturan mengenai keselamatan dipersiapkan guna melindungi setiap


orang, karenanya setiap orang harus ikut berperan. Dibuatnya Undang-undang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sesuatu yang sangat penting dan harus. Karena hal ini akan
menjamin dilaksanakannya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara baik dan benar.
Kemudian konsep ini berkembang menjadi tanggung jawab pengusaha, pekerja/buruh, dan
masyarakat umum yang berada di luar lingkungan kerja.adapun dasar hukum sebagai berikut
:
1. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara
tahun 1970 No.1, Tambahan Lembaran Negara No. 2918).
2. Keputusan Presiden No. 122 / M tahun 1998 tentang Pembentukan Kabinet
Reformasi Pembangunan.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.02/Men /1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per. 02/Men/1992 tentang Tata Cara
Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.04 /Men /1995 tentang Perusahaan Jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Peraturan tersebut adalah Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah,
permukaan air, didalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia. Undang-undang tersebut juga mengatur tentang syarat-syarat
keselamatan kerja.
Adapun Tata cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja terdapat dalam Permenaker No. 02 tahun 1992. Dalam permenaker ini
bertujuan untuk mengatur persyaratan dapat ditunjuk menjadi ahli keselamatan dan
kesehatan kerja, yang meliputi harus memenuhi persyaratan pendidikan, pengalaman,
pekerjaan dan lulus seleksi
.
Kepmenaker No. 187 tahun 1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya Di
Tempat Kerja. Di PT. ISPAT INDO terdapat kegiatan industri yang mengolah, menyimpan,
mengedarkan, mengangkut dan mempergunakan bahan-bahan kimia berbahaya sehingga
berpotensi untuk menimbulkan bahaya besar bagi industrI, tenaga kerja, lingkungan maupun
sumber daya lainnya. Sehingga penggunaan dan pengendalian bahan kimia berbahaya
ditempat kerja perlu diatur dengan menerapkan Kepmenaker tersebut, yang bertujuan
mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Di dalam Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 86 ayat


1 dan 2 menyatakan, bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Dan untuk
melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktifitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Dan Undang-undang No. 13 tahun
2003 pasal 87 ayat 1 menyatakan setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

Sehingga dari adanya peraturan perundangan seperti disebut di atas, maka perlu
diterapkannya Permenaker No. 05 tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja serta telah disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu PP No. 50 tahun 2012. Dimana
Sistem Manajeman Keselamatan dan Kasehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem
manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penyusunan Dokumen Program Pengendalian Potensial Bahaya


Besar adalah proses produksi PT. ISPATINDO. Rincian isi dokumen ini antara lain
mencakup :
1. Identifikasi bahaya dan penilaian serta pengendalian resiko
2. Kegiatan teknis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan kimia serta
pengoperasian dan pemeliharaan instalasi
3. Kegiatan pembinaan tenaga kerja di tempat kerja
4. Rincian dan prosedur penanggulangan keadaan darurat
5. Prosedur kerja aman

BAB II

2.1 Company Profile

a. Profil Perusahaan

PT. Ispat Indo didirikan di Indonesia pada tahun 1976. Perusahaan ini didirikan
sebagai proyek Greenfield 60.000 tpa, untuk bergulir. Saat ini, Ispat Indo memiliki
kapasitas produksi tahunan lebih dari 700.000 ton. Perusahaan ini memproduksi berbagai
macam billet, batang kawat dan batangan karbon rendah dan tinggi dengan menggunakan
sekitar 65% scrap dan 35% DRI/Pig Iron. Campuran bervariasi sesuai dengan kelas baja
yang dihasilkan.
PT. Ispat Indo memiliki pijakan yang kuat di pasar tetangga dan memiliki posisi
strategis untuk perdagangan di seluruh dunia. PT. Ispat Indo menjual sekitar 70%
produknya ke pasar domestik dan sekitar 30% ke pasar ekspor kawasan Asia-Pasifik. PT.
Ispat Indo dikenal dengan periode pengiriman terpendek dengan bauran produk yang
sangat fleksibel dengan harga yang paling kompetitif.

Produk dari PT. Ispat Indo adalah hasil dari fasilitas pembuatan baja paling
modern melalui tungku busur listrik dengan sadapan bawah eksentrik bebas terak,
metalurgi sekunder dan pengecoran kontinu untuk baja bersih. Diikuti dengan
penggulungan pabrik otomatis canggih dengan kontrol untuk sifat metalurgi yang lebih
baik. Barang berada di bawah pengawasan ketat untuk kontrol kualitas dan pengujian
pada setiap tahap proses dengan identifikasi lengkap dan ketertelusuran setiap koil yang
dikirim ke pelanggan.

b. Tata Letak Perusahaan


PT. Ispat Indo terletak di Kawasan industri Sidoarjo yaitu Jalan Gajah Mada , PO
BOX 1083, Kab. Sidoarjo, Jawa Timur PO .Telephone : 62-31-7887000
Fax : 62-31-7887500
Email : ispatindo@mittalsteel.com ; Website : www.ispatindo.com
c. Kondisi gambaran Lingkungan Sekitar Perusahaan

Batas Utara : Berbatasan dengan PT.Paramount, dan PT.Coronet Crown

Batas Selatan : Berbatasan dengan PT.Surya hantimbar, dan Pemukiman


Penduduk

Batas Timur : Berbatasan dengan Pemukiman Penduduk dan jalan tol Surabaya–
Malang

Batas Timur : Berbatasan dengan PT.Jatim Taman Steel, dan Jalan Arteri
Sidoarjo

d. Struktur Organisasi

Name Status

Philippe Darmayan President Director

Praful Venugopal Executive Director


Baldeo Prasad Non-Executive
Banka Director

Sanjay Shukla Director Treasury

Sunil Jaju Director Finance

Finance manager

Purchasing manager

V.V Rao Director Technical

QA Amanager

Melting Manager

Rooling Manager

Nur Saidah (Ms.) Director Compliance

HR Manager

Legal Manager

HSE Manager

e. Legalitas Perusahaan
tidak ada data

2.2 Proses Blok diagram

Proses Pembuatan Baja


Proses Pembuatan Wire Rood

2.3 PROSES PRODUKSI

a. Proses Produksi Billet Baja


Billet baja diproduksi di departemen Steel Melting Shop (SMS) dengan bahan baku utama
adalah besi tua dan juga DRI/Pig Iron yang Peleburan dengan cara Electric Art Furnace (EAF)
sampai temperatur kira-kira 1600 oC. Ketika proses peleburan berlangsung, dihasilkan slag
sekitar 6-8% dari proses peleburan yang berlangsung antara 44-55 menit dalam satu kali proses
peleburan.. Kemudian dituangkan ke dalam ladle yang kemudian besi cair ini dibawa menuju ke
LRF (Laddle Refining Furnace) untuk dipanaskan kembali dan ditambahkan komposisi lain agar
menjadi produk yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,dari LRF proses berlanjut
menuju ke CCM (Continous Casting Machine) yang bertujuan mencetak besi cair menjadi billet
dan memotong dengan ukuran tertentu.

b. Proses Produksi Wire Rod

Billet-billet dari departemen SMS digunakan bahan baku untuk membuat wire rod melalui
proses rolling, proses rolling di PT. ISPAT INDO dibagi menjadi 2 line yaitu line A dan Line B.
Billet Reheating Furnace dalam proses pembuatan wire rod sangat berpengaruh terhadap
kelancaran proses produksi dan kualitas wire rod yang dihasilkan. Secara singkat BRF adalah
suatu tempat yang digunakan untuk proses pemanasan kembali billet, sampai suhu temperatur
yang diinginkan untuk suatu proses atau pembuatan wire rod biasanya mencapai 1240 oC.

Adapun cara kerja BRF yaitu, sebelum billet masuk ke dalam ruang pemanasan BRF, billet
disusun terlebih dahulu di rak billet atau charging bed yang bergerak secara eksentrik dengan
menggunakan satu motor. Untuk mendorong billet dan charging bed masuk kedalam BRF
digunakan peralatan yang disebut Billet Pusher dengan gerakan sistem dorong dua silinder,
kemudian apabila ada letak billet yang tidak rata atau menonjol keluar bisa disejajarkan dengan
alat pengatur posisi billet yang disebut charging positioner. Setelah billet masuk di BRF billet
akan dipanaskan dengan suhu antara 1100ºC sampai dengan 1200 ºC dengan kategori billet.
Kapasitas BRF bisa menampung 82 buah billet. Banyaknya alat pemanas dalam BRF adalah
sebanyak 36 burner yang terbagi atas 12 burner pada shocking zone, 12 burner pada heating zone
dan 12 burner pada pre heating zone. Bahan bakar yang digunakan di semua masingmasing zone
berupa combustion air preheated to 450 ºC, natural gas dan IDO.
Setelah billet mengalami pemanasan yang cukup dengan suhu yang diinginkan, maka digunakan
alat yang disebut Kick Off Device yang berjumlah 3 buah yaitu untuk mengambil billet dari
Walking Heart, setelah billet diambil oleh Kick Off Device kemudian diambil dari BRF dengan
alat Discharge Roll. Billet yang sudah keluar dari BRF, kemudian dibersihkan dengan alat yang
disebut descaler. Descaler memiliki 8 nozzle yang berguna untuk menyemprotkan air dengan
bantuan pompa guna mengurangi scale yang melekat pada billet. Setelah itu billet baru masuk
pada roll table yang digerakkan oleh satu motor. Pada roll table terdapat stopper yang berguna
untuk memindahkan billet out bila terjadi masalah pada equipment. Sebelum billet memasuki
proses pengerolan kecepatan billet diatur oleh pinch roll yang bekerja dengan cara menekan
ujung billet yang akan masuk sehingga ujung billet satu dengan ekor billet lain tidak saling
bersentuhan.. Descaler Peralatan untuk menghilangkan scale pada permukaan billet dengan air
yang disemprotkan. Pada descaler terhadap 8 nozzle untuk menyemprotkan air yang dipompa.

Bahan Utama
a. baku utama adalah besi tua dan juga
b. DRI/Pig Iron

Bahan Pembantu
a. Lime Stone
b. Kokas
c. O2
d. Pelumas
e. Silikon
f. CNG

Produk
a. Steel Billet
b. Wire Rod

Produk Samping
a. Tidak ada

Tempat Penyimpana dan Persyaratan


a. Gudang yang kering dan terlindung dari air

Hasil Produksi
a. steel Billet
b. Wire Rod

Handling transportasi di tempat kerja


a. Menggunakan forklift diesel

2.4 LDKB / MSDS


a. Oxygen iOS Technology --
b. Solar PT. Pertamina 2007
c. Mesran B 40 PT. Pertamina 2006

Tersedia Pelabelan Bahan Kimia


Pelabelan tersedia di gudang B3, Gudang Limbah B3 dan di class room

BAB III
3.1 Identifikasi Bahaya

Dilihat dari proses produksi di PT. Ispat Indo, Ada beberapa Jenis Potensi Bahaya
yang dapat terjadi, diantaranya :
a. Ledakan dan Percikan Baja
b. Tumpahan Oli
c. Keracunan Makanan

a. Ledakan dan Percikan Baja


Ledakan merupakan potensi bahaya terbesar yang kemungkinan terjadi PT. Ispat
Indo. Sumber utama suatu ledakan dari furnace dalam proses peleburan. Selain itu ledakan juga
dapat terjadi dari proses pembakaran (burning) gas–gas yang ada. Upaya pencegahan terjadi
ledakan dalam proses peleburan bahan baku yang digunakan harus bebas dari air, karena air akan
bereaksi membentuk gas H2 yang kemudian dapat menyebabkan ledakan, selain itu scrap atau
besi bekas yang digunakan sebagai bahan baku tidak boleh bercampur dengan tabung tertutup
atau kontaminan scrap karena dapat mengakibatkan ledakan pada proses peleburan dalam
furnace.
Percikan baja cair timbul dari letupan-letupan baja cair dari furnace atau pada ladle
yang mengucurkan baja cair ke tundish. Percikan baja cair dapat dihindari dengan pemakain baju
tahan panas .

b. Tumpahan Oli
Oli digunakan sebagai pelumas di cellar block mill. Jumlah oli yang digunakan
mencapai cukup banyak, sebesar 1 kolam renang sehingga bila oli itu tumpah ke lingkungan
akan menimbulkan masalah yang cukup besar.

c. Keracunan Makanan
PT. Ispat Indo menyediakan kantin untuk para karyawan. Dikantin ini tidak hanya
menyediakan makanan siap makan, namun terjadi juga proses pemasakan. Potensi keracunan
makanan pada karyawan dapat terjadi, mengingat proses pemasakan dan pemilihan bahan
makanan yang kurang baik dapat menimbulkan toksik yang berbahaya.

3.2 Pengendalian Resiko

Salah satu bentuk pengendalian resiko adalah dengan melakukan Eliminasi,


Substitusi, Rekayasa Engineering, Administrasi dan Penggunaan Alat Pelindung diri (APD).

a. Eliminasi
Sebelum melakukan pemilihan bahan baku, PT. Ispat Indo mengeliminasi bahan
yang dapat menimbulkan ledakan seperti contaminned scrap. Proses eliminasi ini dapat
meminimalisir terjadinya ledakan saat proses pembuatan baja.

b. Substitusi
Substitusi dapat dilakukan saat proses pemasakan di kantin karyawan, dengan
menukar bahan bahan yang potensial menyebabkan toksik di makanan bila tidak diolah dengan
benar dengan bahan berkualitas baik.

c. Administrasi
Pengendalian secara administrasi dapat dilakukan untuk mencegah bahaya bahaya
yang mungkin terjadi. Pembuatan Standar Operasi dan Manual, memudahkan karyawan dalam
mengkondisikan pekerjaan yang dilakukan, sehingga pekerjaan lebih aman dan terstruktur.

d. Rekayasa Engineering
Salah satu bentuk rekayasa engineering yaitu dengan membuat tutup tunel yang
kokoh dan aman, sehingga percikan dari baja yang akan dapat diminimalisir agar tidak mengenai
operator. Selain itu dengan rekayasa engineering, ledakan di furnace dapat diminimalisir dengan
mengalirkan udara dingin di sekitar furnace.
e. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Pelindung diri wajib digunakan oleh semua operator dengan baik dan benar di setiap
lini produksi agar dapat meminimalisirkan kecelakaan kerja yang terjadi.

Program Pengendalian resiko di PT. Ispat Indo diantaranya membuat tim tanggap
darurat. Tim ini terdiri daari petugas pemadam kebakaran, petugas penanggulangan tumpahan
bahan kimia, petugas P3K, Petugas Investigasi kecelakaan dan petugas penanganan Radioaktif.
Selain itu, bila terjadi kegagalan atau kesalahan peralatan operasi yang dapat menimbulkan
keadaan abnormal dan kecelakaan besar PT. Ispat Indo melakukan kerjasama dengan rumah
sakit dan dinas terkait seperti penanggulangan bencana daerah, kepolisian dan dinas terkait
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai