Anda di halaman 1dari 4

Nama: Fiqha Septia Ningsih

Perusahaan: PT Phillips Seafood Indonesia Sulawesi Plant

1. Tahapan Pelaksanaan SMK 3 PP50/2012:


Langkah Pertama, Menyatakan Komitmen, Pernyataan komitmen dan penetapan kebijakan
untuk menerapan sebuah SMK3 dalam organisasi / perusahaan harus dilakukan oleh manajemen puncak.
Persiapan SMK3 tidak akan berjalan tanpa adanya komitmen terhadap sistem manajemen tersebut.
Manajemen harus benar – benar menyadari bahwa merekalah yang paling bertanggung jawab terhadap
keberhasilan atau kegagalan penerapan SMK3. Komitmen manajemen puncak harus dinyatakan bukan
hanya dalam kata – kata tetapi juga harus dengan tindakan nyata agar dapat diketahui, dipelajari, dihayati
dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan karyawan perusahaan. Seluruh karyawan dan staf harus
mengetahui bahwa tanggung jawab dalam penerapan SMK3 bukan urusan bagian K3 saja. Tetapi mulai
dari manajemen puncak sampai karyawan terendah. Karena itu ada baiknya manajemen membuat cara
untuk mengkomunikasikan komitmennya keseluruh jajaran dalam perusahaannya. Untuk itu perlu dicari
waktu yang tepat guna menyampaikan komitmen manajemen terhadap penerapan SMK3.
 Langkah Kedua, Menetapkan Cara Penerapan, Dalam menerapkan SMK3, perusahaan dapat
menggunakan jasa konsultan dengan mempertimbangkan hal – hal berikut : bahwa konsultan yang baik
tentu memiliki pengalaman yang banyak dan bervariasi sehingga dapat menjadi agen pengalihan
pengetahuan secara efektif, yang pada akhirnya dapat memberikan rekomendasi yang tepat dalam proses
penerapan SMK3, konsultan yang independen memungkinkan konsultan tersebut secara bebas dapat
memberikan umpan  balik kepada manajemen secara objektif tanpa terpengaruh oleh persaingan antar
kelompok didalam organisasi / perusahaan, konsultan jelas memiliki waktu yang cukup, berbeda dengan
tenaga perusahaan yang meskipun mempunyai keahlian dalam SMK3 namun karena desakan tugas –
tugas yang lain di perusahaan, akibatnya tidak punya cukup waktu.
 
Langkah Ketiga, Membentuk Kelompok Kerja Penerapan., Jika perusahaan akan membentuk
kelompok kerja sebaiknya anggota kelompok kerja tersebut terdiri atas seorang wakil dari setiap unit
kerja. Umumnya manajer unit kerja, hal ini penting karena merekalah yang tentunya paling bertanggung
jawab terhadap unit kerja yang bersangkutan. Terkait jumlah anggota kelompok kerja dapat bervariasi
tergantung dari besar kecilnya lingkup penerapan, jumlah penerapan anggota kelompok kerja sekitar
delapan orang. Yang pasti jumlah anggota kelompok kerja ini harus dapat mencakup semua elemen
sebagaimana disyaratkan dalam SMK3. Pada dasarnya setiap anggota kelompok kerja dapat merangkap
dalam working group, dan  working group itu sendiri dapat saja hanya sendiri dari satu atau dua orang.
Kelompok kerja akan diketuai dan dikoordinir oleh seorang ketua kelompok kerja, dirangkap
oleh Management Representative yang ditunjuk oleh manajemen puncak. 
Langkah Keempat, Menetapkan Sumber Daya Yang Diperlukan, Sumber daya disini mencakup
orang, perlengkapan, waktu dan dana. Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara
resmi diluar tugas – tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam proses penerapan. Perlengkapan adalah
perlunya mempersiapkan kemungkinan ruangan tambahan untuk menyimpan dokumen atau komputer
tambahan untuk mengolah dan menyimpan data. Tidak kalah pentingnya adalah waktu, karena waktu
yang diperlukan tidaklah sedikit terutama bagi orang yang terlibat dalam penerapan, mulai mengikuti
rapat, pelatihan, mempelajari bahan – bahan pustaka, menulis dokumen mutu sampai menghadapi
kegiatan audit assessment. Penerapan SMK3 bukan sekedar kegiatan yang dapat berlangsung dalam satu
atau dua bulan saja. Untuk itu selama kurang lebih satu tahun perusahaan harus siap menghadapi
gangguan arus kas karena waktu yang seharusnya dikonsentrasikan untuk memproduksikan atau
beroperasi banyak terserap ke proses penerapan ini. Keadaan seperti ini sebetulnya dapat dihindari
dengan perencanaan dan pengelolaan yang baik. Sementara dana yang di perlukan adalah dengan
membayar konsultan (bila menggunakan konsultan), lembaga sertifikasi, dan biaya untuk pelatihan
karyawan diluar perusahaan. 
Langkah Kelima, Kegiatan Penyuluhan, Penerapan SMK3 adalah kegiatan dari dan untuk kebutuhan
personel perusahaan.
Langkah Keenam, Peninjauan Sistem, Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai
bekerja untuk meninjau sistem yang sedang berlangsung dan kemudian dibandingkan dengan persyaratan
yang ada dalam SMK3.
 Langkah Ketujuh, Penyusunan Jadwal Kegiatan, Setelah melakukan peninjauan sistem, maka
kelompok kerja dapat menyusun suatu jadwal kegiatan yang disusun dengan mempertimbangkan hal – hal
antara lain : Ruang lingkup pekerjaan, dimana dari hasil tinjauan sistem akan menunjukkan berapa
banyak yang harus disiapkan dan berapa lama setiap prosedur itu akan diperiksa, disempurnakan,
disetujui dan diaudit. Semakin panjang daftar prosedur yang harus disiapkan, semakin lama waktu
penerapan yang diperlukan. Pertimbangan kedua adalah kemampuan Management Representative dan
kelompok kerja penerapan, dimana maksud kemampuan disini adalah dalam hal membagi dan
menyediakan waktu.
 Langkah Kedelapan, Pengembangan Sistem Manajemen K3, Beberapa kegiatan yang perlu
dilakukan dalam tahap pengembangan SMK3 antara lain mencakup dokumentasi, pembagian kelompok,
penyusunan bagan air, penulisan manual SMK3, prosedur, dan instruksi kerja.
Langkah Kesembilan, Penerapan Sistem, Setelah semua dokumen selesai dibuat, maka setiap anggota
kelompok kerja kembali ke masing – masing  bagian untuk menerapkan sistem yang ditulis dengan cara
antara lain : anggota kelompok kerja mengumpulkan seluruh stafnya dan menjelaskan mengenai isi
dokumen tersebut yang juga dapat digunakan untuk mendapatkan masukan – masukan dari lapangan yang
bersifat teknis operasional, lalu anggota kelompok kerja bersama – sama staf unit kerjanya mulai
mencoba menerapkan hal – hal yang telah ditulis. Setiap kekurangan atau hambatan yang dijumpai harus
dicatat sebagai masukan untuk menyempurnakan sistem, cara selanjutnya mengumpulkan semua catatan
K3 dan rekaman tercatat yang merupakan bukti pelaksanaan hal – hal yang telah ditulis.
Langkah Kesepuluh, Proses Sertifikasi, Ada sejumlah lembaga sertifikasi SMK3,seperti : Sucofindo
melakukan sertifikasi terhadap Permenaker 05/Men/1996. Namun Untuk OHSAS 18001 organisasi bebas
menentukan lembaga sertifikasi manapun yang diinginkan. Untuk itu organisasi disarankan untuk
memilih lembaga sertifikasi OHSAS 18001 yang paling tepat dan dikenal oleh masyarakat luas.

2.  5 Prinsip dasar dalam penerapan SMK3 sesuai dengan kebijakan Nasional yang harus diterapkan oleh
perusahaan adalah :

a) Penetapan kebijakan K3;

 Penyusunan Kebijakan K3:


 Penetapan Kebijakan:
 Pelaksanaan No.2 diatas harus: a s/e
 Peninjauan ulang no.3
 Komitmen tingkatan pimpinan
 Peran serta pekerja & orang lain di tempat

b) Perencanaan K3;

 Rencana K3 berdasarkan: penelahaan awal, HIRA, peraturan & sumber daya


 Rencana K3 memuat: tujuan & sasaran, skala prioritas, upaya pengendalian bahaya, penetapan
sumber daya, jangka waktu pel, indikator pencapaian, sistem pertanggung jawaban

c) . Pelaksanaan rencana K3

 Penyediaan SDM : perusahaan berkewajiban untuk memiliki SDM yang berkompeten dan
bersertifikat sesuai peraturan perundangan
 Penyediaan sarana & prasarana : Organisasi/unit K3, Anggaran, Prosedur kerja, informasi,
pelaporan, pendokumentasian, Instruksi kerja

Kegiatan pelaksanaan meliputi:

 Tindakan pengendalian risiko kec. & PAK


 Perancangan dan rekayasa
 Prosedur & instruksi kerja
 Penyerahan sbg Pelaksana Pekerjaan
 Pembelian/Pengadaan Barang dan Jasa
 Produk  Akhir
 Keadaan Darurat Kec. dan Bencana Industri
 Rencana & Pemulihan Keadaan Darurat

d) Pemantauan dan evaluasi kinerja K3;

 Pemeriksaan, Pengujian dan Pengukuran


 Audit Internal SMK3

e) Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3

 Tinjauan ulang secara berkala dengan melakukan Rapat Tinjauan Manajemen


 Dapat mengatasi implikasi K3

Manajemen risiko berfungsi untuk melindungi suatu perusahaan atau organisasi yang juga mencakup
karyawan, properti, reputasi dan sebagainya dari sebuah krisis yang tiba-tiba dapat terjadi. 

3. Langkah-langkah manajemen resiko:

1.         Risk Identification
Dalam langkah yang pertama ini yang dilakukan adalah mengidentifikasi atau menyelidiki kemungkinan
risiko yang dapat terjadi pada sebuah organisasi atau perusahaan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
keadaan yang akan dihadapi kedepannya oleh organisasi atau perusahaan tersebut dalam berbagai aspek
seperti sosial, hukum, ekonomi, produk/jasa, pasar, dan teknologi yang ada. Risiko dari setiap aspek akan
dibagi menurut kategorinya masing – masing agar mempermudah proses  yang akan dilakukan
selanjutnya.
2.         Risk Assessment
Selanjutnya setelah risiko telah diidentifikasi pada perusahaan atau organisasi tersebut, kemudian akan
dinilai potensi keparahan kerugian dan kemungkinan terjadinya kedepannya. Dalam hal ini, diperlukan
kemampuan individu disetiap bidangnya untuk memberikan penilaian terhadap pelbagai risiko yang telah
diidentifikasi. Tujuannya adalah agar setiap risiko berada pada prioritas yang tepat dan teratur.
3.         Risk Response
Pada langkah ini dilakukan untuk memilih dan menerapkan langkah – langkah pengelolaan risiko.
Kesulitan bagi manajer risiko adalah ketika pada saat menentukan portofolio yang tepat untuk
membentuk sebuah strategi yang terintegrasi sehingga risiko dapat dihadapi dengan baik. Tanggapan
risiko pada dasarnya terbagi dalam kategori seperti berikut:
1. Risk Avoidance, Mengambil tindakan untuk menghentikan kegiatan yang dapat menyebabkan
risiko terjadi
2. Risk Reduction, Mengambil tindakan untuk mengurangi kemungkinan atau dampak atau
keduanya, biasanya melalui pengendalian di bagian internal atau dalam sebuah perusahaan/ organisasi
3. Risk Sharing or Transfer, Mengambil tindakan untuk mentransfer beberapa risiko melalui
asuransi, outsourcing atau hedging.
4. Risk Acceptence, Memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun untuk menganggulangi
risiko, melainkan menerima risiko tersebut terjadi.
4.         Create a Risk Management Plan
Menyiapkan penanggulangan risiko yang tepat untuk berbagai kategori risiko. Mitigasi perlu mendapat
persetujuan oleh level manajemen yang sesuai, berikut adalah contoh tabel manajemen risiko:
5.         Implementation
Melaksanakan seluruh metode yang telah dibuat dan direncanakan untuk mengurangpengaruh dari setiap
risiko yang ada.
6.         Evaluate and Review
Perencanaan yang telah direncanakan dari awal tersebut tidak akan seluruhnya dapat berjalan dengan
lancar. Perubahan keadaan atau lingkungan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya akan menyebabkan
perubahan rencana manajemen risiko yang telah dibuat dan direncanakan tersebut, oleh karena itu perlu
dilakukan perubahan rencana untuk menanggulangi atau mengurangi risiko yang akan mungkin terjadi.
Ruang lingkup tinjauan ulang SMK3 dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk
barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Staf proyek menganggap Tinjauan
ulang pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) memegang peranan
penting dalam meningkatkan efektivitas keselamatan dan kesehatan kerja. Pengukuran atau evaluasi ini
merupakan alat yang berguna untuk mengetahui keberhasilan penerapan SMK3, melakukan identifikasi
tindakan perbaikan dan mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja SMK3.

4.Peran Tinjauan Manajemen SMK 3 dalam menurunkan tingkat kecelakaan:


Ruang lingkup tinjauan ulang SMK3 dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk
barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Staf proyek menganggap Tinjauan
ulang pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) memegang peranan
penting dalam meningkatkan efektivitas keselamatan dan kesehatan kerja. Pengukuran atau evaluasi ini
merupakan alat yang berguna untuk mengetahui keberhasilan penerapan SMK3, melakukan identifikasi
tindakan perbaikan dan mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja SMK3.

Anda mungkin juga menyukai