Anda di halaman 1dari 25

9Makalah hubungan individu masyarakat serta struktur pranata dan proses budaya

sosial
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Hadist
Yang dibimbing oleh bapak Elga

Di susun oleh:
Kelompok 6
Candra Dewi Zulaikha. 2003805111053

FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah kepada kita
semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalahnya yang berjudul
“Pengertian Sejarah Perkembangan dan Cabang-cabangnya” Walaupun melalui jalan yang panjang
disetai dengan berbagai macam kesulitan, namun syuku Alhamdulillah berkat adanya usaha dan
bantuan dari berbagai pihak, maka kesulitan tersebut dapat terselesaikan.
Makalah ini kami susun dengan maksud untuk memenuhi tugas makalah “Studi Hadist” yang
dibimbing oleh Bapak Elga
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas makalah ini.
Akhir kata kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekurangan ataupun kesalahan
dalam penyusunan makalah ini, namun kami harap mudah-mudahan makalah ini menjadi bermanfaat
bagi perkembangan teknologi khususnya dari ilmu pengetahuan pada umumnya.
Iklan
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Berbicara tentang individu dan masyarakat. Terlebih dulu yang harus kita mengerti adalah
pengertian dari individu dan pengertian dari masyarakat itu sendiri. Individu adalah satu orang atau
seorang manusia dan masyarakat adalah sekumpulunan individu yang hidup bersama di suatu
tempat. Individu dan masyarakat tidak dapat dipisahkan karena tidak akan ada kata masyarakat jika
tidak ada individu dan  individu itu sendiri adalah pelaku di dalam suatu masyarakat. Masyarakat
adalah sekelompok individu yang saling berinteraksi, saling membutuhkan satu sama lain. Tidak ada
satupun individu yang dpat hidup tanpa individu lainnya. Walaupun seberapa banyak harta yang
dimiliki oleh seorang individu, itu sama sekali tidak berharga jika tidak ada individu lain atau dengan
kata lain tidak ada interaksi sosial yang terjadi di antara individu atau masyarakat. Maka dari itu, jika
kita ingin mengkaji tentang individu maka kita tidak akan pernah bisa lepas dari masalah masyarakat
itu sendiri. Karena keduanya, antara individu dan masyarakat saling keterkaitan satu sama liannya.

Manusia  merupakan makhluk individu. Manusia itu disebut individu apabila pola tingkah
lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa
individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam
lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik
dirinya. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui
pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.

Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal itu
membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor yang mempengaruhinya terutama
lingkungan keluarga. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita
lebih banyak meluangkan waktu dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan
atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan
individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat pun terdapat norma-
norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.

Dengan adanya  naluri yang dimiliki suatu individu, dimana ketika dapat melihat lingkungan di
sekitarnya maka secara tidak langsung maka individu akan menilai hal-hal di sekitarnya apakah   hal
itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam  masyarakat yang memiliki suatu
norma-norma yang berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu
pengaruh dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang disiplin
yang menerapkan aturan-aturan yang tegas maka lama-kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam
kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga,
semisal suatu individu berada di lingkup keluarga yang religius maka individu tersebut akan terbawa
menjadi pribadi yang religius.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud pengertian individu dan masyarakat ?

2.      Apa yang dimaksud struktur sosial ?

3.      Apa yang dimaksud pranata sosial dan proses sosial ?

4.      Bagaimanakah pranata sosial dalam kehidupan sehari-hari ?

5.      Bagaimanakah interaksi individu dan masyarakat ?

C.    Tujuan Penulisan

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan mengenai apakah yang dimaksud pengertian individu dan
masyarakat, apa yang dimaksud struktur sosial, apa yang dimaksud pranata sosial dan proses
sosial, bagaimanakah pranata sosial dalam kehidupan sehari-hari, bagaimanakah interaksi individu
dan masyarakat.

D.    Manfaat Penulisan Makalah

    Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat kepada pembaca tentang
“Individu dan Masyarakat”. Semoga memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Individu dan Masyarakat

1.            Pengertian Individu

Individu berasal dari bahasa latin “Indivuduum” yang artinya yang tak terbagi, dan merupakan
kesatuan yang tak terbatas. Maksudnya bahwa manusia merupakan satu kesatuan jiwa dan raga
yang tak dapat dipisah satu sama lain (Allport:T.T). Setiap manusia lahir ke dunia dengan membawa
potensi diri masing-masing yang dapat dikembangkan kemudian hari melalui proses balajar atau
pendidikan. Contohnya: seseorang melakukan kegiatan menulis , hal tersebut merupaka perintah
dari jiwa atau psikisnya untuk menyuruh fisiknya untuk menulis sesuatu dengan pulpen dan kertas.
Setiap individu lazim memiliki ciri – ciri khas yang melekat (built in) dalam dirinya, sehingga
memberikan identitas khusus, yang disebut kepribadian. Tidak seperti kerumunan bebek, ternyata
masyarakat yang juga dapat disebut sebagai kerumunan atau himpunan manusia, menuntut setiap
individu untuk :
a.       Memiliki kedudukan dan peranan tertentu dalam lingkungannya.

b.      Memiliki tingkah laku yang khas (tidak seperti bebek)

c.       Memiliki kepribadian.

Bila kita perhatikan dengan seksama, tampaknya tidak ada dua orang atau lebih yang persis
sama, baik dilihat dari sisi fisik (jasmani) naupun dari sisi psikis (rohani). Dari sisi fisik mungkin ada
yang mirip, misalnya pada orang yang lahir kembar (lebih-lebih kembar siam). Tetapi dari sisi
kejiwaan (psikis) atau kepribadiannya sangat sulit menemukan dua orang manusia yang sama persis.

Setiap manusia lahir ke dunia dengan membawa potensi diri masing-masing yang dapat
dikembangkan kemudian hari melalui proses belajar atau pendidikan. Oleh karena itu, manusia lahir
sebagai makhluk individu memiliki perbedaan yang khas dengan manusia lain. Hal ini sesuai dengan
pendapat Allport yang mengatakan  bahwa individuberasala dari kata “individe”  yang berarti tak
dapat dibagi-bagi, maksudnya bahwa manusia merupakan satu kesatuan jiwa dan raga yang tak
dapat dipisah satu sama lain. Seorang manusia dikatakan sebagai seorang individu apabila adanya
keterpaduan antara jiwa dan raganya. Kegiatan fisik yang dilakukan seseorang manusia
merupanakan manifestasi dari kegiatan psikisnya. Contohnya seseorang melakukan kegiatan menulis
merupakan perintah dari jiwa/psikisnya untuk menyuruh fisik (dalam hal ini tangannya) untuk
menulis sesuatu dengan pulpen pada kertas. Tanpa adanya keterpaduan dari kedua aspek tersebut
maka manusia tidak dapat melakukan sesuatu secara sempurna.

Abu Ahmadi (1991), mengemukakan bahwa “individu” berasal dari bahasa latin yaitu
“individum”, artinya tak terbagi. Oleh karena itu, individu merupakan suatu sebutan yang dapat
dicapai untuk menyebutkan suatu kesatuan yang kecil dan terbatas. Untuk menyebutkan individu
digunakan sebagai sebutan “orang seorang” atau manusia perseorangan. Sebagai individu, manusia
merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub sistem psiko biologis dan sub sistem mental-psikologis.

Pada saat seorang anak lahir kedunia ini, sampai pada usia kanak-kanak awal (sampai umur 5
tahun) ia akan mulai mengenal siapa dirinya. Melalui proses sosialisasi yang dimulai dari lingkungan
keluarganya ia mulai mengenal “aku” (self). Proses initerus tumbuh dan berkembang sampai
seseorang terbentuk kepribadiannya secara utuh. Menurut Sumaatmadja (1986), kepribadian adalah
keseluruhan prilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisik
yang terbawa sejak lahir dengan rankaian situasi yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta
reaksi mental-psikologis, jika medapat rangsangan dari lingkungan.

2.            Pengertian Masyarakat

Kata masyarakat merupakan terjemahan dari kata (community atau komunitas). Secara
definitif dapat didefinisikan sebagai sekelompok manusia yang terdiri dari sejumlah keluarga yang
bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu baik di desa ataupun di kota yang telah terjadi interaksi
sosial antar anggotanya atau adanya hubungan sosial (social relationship) yang memilki norma dan
nilai tertentu yang harus dipatuhi oleh semua anggotanya dan memiliki tujuan tertentu
pula.  Menurut Selo Soemarjan (1962) mengemukakan bahwa: “Masyarakat adalah suatu wilayah
kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan tertentu”.

Adapun unsur-unsur dari masyarakat, Mac Iver dan Page mengemukakan sebagai berikut:

a.      Seperasaan

b.     Sepenanggungan

c.      Saling memerlukan

Disamping ada beberapa tipe masyarakat setempat menurut Davis (1960:313) sebagai berikut:

a.       Sejumlah penduduk

b.      Luas, kekayaan dan kepadatan pendudukan

c.       Memilki fungsi khusus dari masyarakat setempat terhadap seluruh organisasi masyarakat yang
bersangkutan.

Dari pengertian masyarakat yang disampaikan oleh pakar diatas, maka dapat disimpulkan
Pengertian Masyarakat adalah kumpulan manusia yang membentuk suatu kelompok yang hidup
bersama-sama dan saling membantu satu sama lain dalam hubungannya atau saling berinteraksi

a. Masyarakat Desa (Rural Society)

Secara awam masyarakat desa sering diartikan sebagai masyarakat tradisional dari masyarakat
primitif (sederhana). Namun pandangan tersebut sebetulnya kurang tepat, karena masyarakat desa
adalah masyarakat yang tinggal di suatu kawasan, wilayah, teritorial tertentu yang disebut desa.
Sedangkan masyarakat tradisional adalah masyarakat. yang menguasaan ipteknya rendah sehingga
hidupnya masih sederhana dan belum kompleks.

Memang tidak dapat dipungkiri masyarakat desa dinegara sedang berkembang seperti
Indonesia, ukurannya terdapat pada masyarakat desa yaitu bersifat tradisional dan hidupnya masih
sederhana, karena desa-desa di Indonesia pada umumnya jauh dari pengaruh budaya asing/luar
yang dapat mempengaruhi perubahan-perubahan pola hidupnya.

Adapun ciri-ciri masyarakat desa antara lain :

1. Anggota komunitas kecil


2. Hubungan antar individu bersifat kekeluargaan
3. Sistem kepemimpinan informal
4. Ketergantungan terhadap alam tinggi
5. Religius magis artinya sangat baik menjaga lingkungan dan menjaga jarak dengan
penciptanya, cara yang ditempuh antara lain melaksanakan ritus pada masa-masa yang
dianggap penting misalnya saat kelahiran, khitanan, kematian dan syukuran pada masa
panen, bersih desa.
6. Rasa solidaritas dan gotong royong tinggi
7. Kontrol sosial antara warga kuat
8. hubungan antara pemimpin dengan warganya bersifat informal
9. Pembagian kerja tidak tegas, karena belum terjadi spesialisasi pekerjaan
10. Patuh terhadap nilai-nilai dan norma yang berlaku di desanya (tradisi)
11. Tingkat mobilitas sosialnya rendah
12. Penghidupan utama adalah petani. 
b.  Masyarakat Kota

Membahas masyarakat perkotaan sebetulnya tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat


desa karena antara desa dengan kota ada hubungan konsentrasi penduduk dengan gejala-gejala
sosial yang dinamakan urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa kekota. Masyarakat
perkotaan merupakan masyarakat urban dari berbagai asal/desa yang bersifat heterogen dan
majemuk karen terdiri dari berbagai jenis pekerjaan/keahlian dan datang dari berbagai ras, etnis,
dan agama.

Mereka datang ke kota dengan berbagai kepentingan dan melihat kota sebagai tempat
yang memiliki stimulus (rangsangan) untuk mewujudkan keinginan. Maka tidaklah aneh apabila
kehidupan di kota diwarnai oleh sikap yang individualistis karena mereka memiliki kepentingan yang
beragam.

Lahan pemukiman di kota relatif sempit dibandingkan di desa karena jumlah penduduknya
yang relatif besar maka mata pencaharian yang cocok adalah disektor formal seperti pegawai negeri,
pegawai swasta dan di sektor non-formal seperti pedagang, bidang jasa dan sebagainya. Sektor
pertanian kurang tepat dikerjakan di kota karena luas lahan menjadi masalah apabila ada yang
bertani maka dilakukan secara hidroponik. Kondisi kota membentuk pola perilaku yang berbeda
dengan di desa, yaitu serba praktis dan realistis.

Ciri-ciri masyarakat kota (urban) antara lain :

1. Kehidupan keagaam berkurang, karena cara berpikir yang rasional dan cenderung sekuler
2. Sikap mandiri yang kuat  dan tidak terlalu tergantung pada orang lain sehingg cenderung
individualistis
3. Pembagian kerja sangat jelas dan tegas berdasarkan tingkat kemampuan/ keahlian
4. Hubungan antar individu bersifat formal dan interaksi antar warga berdasarkan
kepentingan.
5. Sangat menghargai waktu sehingga perlu adanya perencanaan yang matang.
6. Masyarakat cerderung terbuka terhadap perubahan didaerah tertentu (slum) 
7. Tingkat pertumbuhan penduduknya sangat tinggi
8. Kontrol sosial antar warga relatif rendah
9. Kehidupan bersifat non agraris dan menuju kepada spesialisasi keterampilan
10. Mobilitas sosialnya sangat tinggi karena penduduknya bersifat dinamis, memamanfaatkan
waktu dan kesempatan, kreatif, dan inovatif.
Untuk lebih jelasnya dan memudahkan memahami tentang perbedaan masyarkat desa dan
masyarakat kota ini dapat kita lihat dalam tabel dibawah ini :

TABEL PERBEDAAN MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN

NO ASPEK MASYARAKAT PEDESAAN MASYARAKAT PERKOTAAN

1. Lingkungan dan orientasi Kenyataan alam sangat Cenderung bebas dari


terhadap alam menunjang kehidupan kenyataan alam

2. Pekerjaan/ mata Yang menonjol adalah Beraneka ragam dan


pencaharian bertani, nelayan, beternak terspesialisasi

3. Ukuran komunitas Lebih kecil dengan tingkat Lebih besar dan kompleks
kepadatan rendah dengan tingkat kepadatan
tinggi

4. Homogenitas/ heterogenitas Homogenitas dalam ciri-ciri Heterogenitas dalam ciri-


sosial, kepercayaan, ciri sosial, kebudayaan,
bahasa, adat istiadat. pekerjaan, dll.

5. Pelapisan sosial Ukuran pada kepemilikan Ukuran pada kekayaan


tanah, kepercayaan, materi, tingkat pendidikan,
bahasa, adat istiadat Kesenjangan sosial relatif
besar.

6. Mobilitas Sosial Relatif kecil karena Relatif besar karena


masyarakat homogen masyarakat heterogen

7. Interaksi Sosial Bentuk umum adalah Bentuk umum adalah


kerjasama konflik sedapat persaingan, karena motif
mungkin dihindari, ekonomi, cenderung
cenderung bersifat bersifat formal.
informal

8. Pengawasan Sosial Kualitas pribadi tentukan Kualitas pribadi lebih


oleh kejujuran, ditentukan oleh sistem
kebangsawanan dan hirarki dan birokrasi
pengalaman

9. Pola Kepemimpinan Kualitas pribadi ditentukan Kualitas pribadi lebih


oleh kejujuran, ditentukan oleh sistem
kebangsawanan, dan hirarki dan birokrasi
pengalaman

10. Solidaritas Sosial Solidaritas sangat tinggi Solidaritas masih


tampak dalam gotong- berorientasi pada
royong, musyawarah dalam kepentingan tertentu.
berbagai macam kegiatan

11. Nilai dan sistem Nilai Cenderung memegang Cenderung berorientasi


teguh nilai agama, etika, pada ekonomi dan
dan moral pendidikan.

http://visiuniversal.blogspot.com/

B.     Struktur, Pranata, Dan Proses Sosial Budaya

1.    Struktur Sosial

1)      Pengertian stuktur sosial menurut para ahli yaitu:

·         Menurut Koentjaraningrat (1990:172)

Struktur sosial adalah merupakan susunan masyarakat dilihat dari berbgai sisi seperti :
kedudukan, peranannya, tipe masyarakat tersebut  sehingga kita dapat menggambarkan kaitan dari
berbagai usur masyarakat.

·         Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (Dalam Soerjono Soekanto, 20 ; 2005)

Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-
kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, serta
lapisan-lapisan sosial.

·         Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi(Dalam Soerjono Soekanto, 20 ; 2005)

Struktur sosial adalah skema penempatan nilai-nilai sosio-budaya dan organ-organ masyarakat
pada posisi yang dianggap sesuai, demi berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu
keseluruhan, dan demi kepentingan masing-masing bagian untuk jangka waktu yang relatif lama.

Terdapat beberapa teori tentang pelapisan sosial sebagai berikut:

1)      Teori Fungsionalis
a.         Emile Durkheim dalam bukunya “ The division of labor in society”, menyatakan bahwa setiap
aktivitas yang satu lebih penting dari pada yang lainnya.Ada yang memandang agama  sebagai
kegiatan yang terpenting,sementara masyarakat lain memandang ekonomi atau
kepahlawanan.Tinggi rendahnya kedudukan seseorang dilihat dari kepentingan pandangannya
itu.Selain itu Durkheim memandang bakat dapat menimbulkan ketidakmerataan.Orang yang
berbakat biasanya lebih berhasil dalam melakukan pekerjaan  atas tugasnya dibanding dengan orang
yang tidak berbakat.

b.         Kingsley Davis dan Robert Moore,mengemukakan pendapatnya bahwa posisi-posisi yang paling
penting dalam masyarakat di isi oleh orang yang paling berwenang.Orang yang memegang posisi
tersebut ,meskipun paling banyak memerlukan latihan,akan mendapat penghargaan
tertinngi.Selanjutnya dikatakan bahwa posisi kunci/terpenting adalah yang paling penting bagi
berfungsinya sistem sosial.Di setiap masyarakat,tokoh agama,serta teknis mempunyai kedudukan
paling penting. Karenanya mereka paling dihargai oleh masyarakat itu.

1)      Teori Reputasi atau nama baik

Menurut Wamer: Status seseorang ditetapkan oleh pendapat (pertimbangan) orang lain.
Dasar pertimbangannya pendapat, prestise, dan pendidikan.Ia mengemukakan 6 macam tingkatan
status :

a.   Upper-upper, contohnya orang kaya karena warisan/turunan

b.  Lower-upper, kaya karena hasil usaha

c.   Upper-middle, ahli-ahli terdidik dan pengesahan yang berpendidikan tinggi

d.  Lower-Middle, golongan pekerja halus seperti sekretaris,pegawai kantor

e.   Upper-lower, yaitu pekerja kasar dengan status  tetap

f.    Lower-lower, orang-orang miskin yang tidak memiliki pekerjaan tetap.

2)      Teori Struktur

Sosiolog yang mengembangkan teori ialah Treiman. Dari hasil penelitiannya ia mengambil
kesimpulan,bahwa dalam masyarakat yang berlainan, tidak ada perbedaan dalam penyusunan
tingkatan prestise pekerjaan.Dalil yang dikemukakan adalah:

a.  Setiap masyarakat mempunyai kebutuhan yang sama,karena ada pembagian kerja yang sama

b. Pembagian kerja yang terspesialisasi cenderung melahirkan

c.  perbedaan penguasaan akan sumber-sumber yang langka.Jadi pembagian kerja melahirkan


perbedaan kekuasaan/wewenang  dan lain-lain,hingga karenanya timbul hierarki.
d. Orang yang mempunyai kedudukan penting  mempunyai kesempatan untuk lebih maju disamping
memperoleh penghargaan yang baik.

e.  Kekuasan dan kesempatan yang baik dinilai tinggi dalam setiap masyarakat.

Beberapa karakteristik pelapisan sosial,Robin William mengemukakan bahwa untuk


mengetahui proses-proses stratifikasi dalam masyarakat adalah:

a)      Sistem pelapisan sosial mungkin berpatok pada sistem pebedaan atau petentangan dalam
masyarakat.

b)      Pelapisan sosial dapat diamati dalam pengertian berikut :

i.      Distribusi hak-hak istimewa.

ii.   Sistem hierarki yang disusun oleh masyarakat itu sendiri.

c)      Kriteria sistem-sistem pengembangan  misalnya kualitas pribadi, milik, keanggotaan dalam


kelompok, kekuasaan dan wewenang.

d)      Lambang kedudukan jabatan misalnya gaya hidup.rumah,atribut pakaian.

e)      Mudah tidaknya mobilitas sosial.

f)       Solidaritas.

Pengaruh pelapisan sosial tampak dalam setiap segi kehidupan.Karena pergaulan sosial akan
lebih banyak terjadi antara individu dari lapisan sosial yang sama,maka akan terdapat kesamaan
corak kehidupan.Kesamaan ini mungkin bertumpu pada adanya kesalahan kelas (class-
conciousness).

Pada umumnya sifat pelapisan sosial  dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1)      Stratifikasi sosial terbuka

Dalam masyarakat dengan sistem stratifikasi terbuka seorang atau kelompok anggota
masyarakat memiliki peluang atau kemungkinan yang besar untuk berpindah ke kelompok, kelas
atau lapisan sosial lainnya. Anggota masyarakat dapat masuk atau keluar, dapat naik atau turun ke
kelas (lapisan) yang lebih rendah. Contohnya seorang anak presiden belum tentu dapat mencapai
kedudukan sebagai presiden. Tetapi sebaliknya, warga masyarakat pada umumnya ada kemungkinan
dapat mencapai kedudukan sebagai presiden.

Stratifikasi terbuka lebih dinamis (progresif) dan anggota-anggotanya mempunyai cita-cita


hidup yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kehidupan anggota-anggotanya lebih bersifat kompetitif,
bahkan tidak jarang di antara mereka sering mengalami kehidupan yang selalu diwarnai oleh rasa
tegang dan kekhawatiran.
2)      Stratifikasi sosial tertutup

Dalam masyarakat dengan sistem stratifikasi sosial tertutup seorang individu atau kelompok
kemungkinan untuk pindah dari satu golongan atau kelas sosial ke golongan atau kelas sosial lain
sangat kecil. Di dalam system yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu
lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran (keturunan), sehingga masyarakat lebih bersifat statis,
terutama golongan atau kelas bawah, di antara mereka kurang menunjukan cita-cita yang tinggi.

Contoh masyarakat dengan system stratifikasi sosial tertutup dapat ditunjukkan dengan
sistem kasta pada masyarakat India.Apabila ditelaah pada masyarakat India, sistem lapisan di sana
sangat kaku dan menjelma dalam sistem kasta. Kasta di India mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:

a.      Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan/kelahiran. Anak yang lahir akan memperoleh
kedudukan secara otomatis dari orang tuanya.

b.      Keanggotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh karena seseorang tak mungkin
mengubah kedudukannya, kecuali bila ia dikeluarkan dari kastanya.

c.      Perkawinan bersifat endogami, artinya harus dipilih dari orang yang sekasta.

d.      Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.

e.      Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta, sangat nyata terutama dari nama kasta, identifikasi
anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma kasta dan lain
sebagainya.

f.       Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.

g.      Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.

3)      Stratifikasi sosial campuran

Dua sifat utama dari stratifikasi sosial telah dikemukakan di atas, yakni terbuka dan tertutup.
Walaupun demikian, dalam kenyataan sehari-hari stratifikasi sosial dalam masyarakat tidak hanya
selalu bersifat terbuka atau tertutup, akan tetapi juga bersifat campuran (gabungan) di antara
keduanya. Dalam masyarakat terdapat unsur-unsur yang menggabungkan antara sifat yang terbuka
dan tertutup.

Misalnya dalam suatu kelompok mungkin dalam sistem politiknya menerapkan sistem
stratifikasi sosial tertutup, namun dalam bidang-bidang atau unsur-unsur sosial lainnya seperti
ekonomi, budaya, dan lain-lain menggunakan sistem stratifikasi sosial terbuka.

Contohnya dalam masyarakat Bali. Dalam bidang budaya dikenal sistem atau budaya kasta
yang tertutup dan tidak memungkinkan anggota masyarakat berpindah kedudukan sosialnya.
Namun di bidang lain, misalnya bidang ekonomi, masyarakat Bali tidak mengenal kasta dan bersifat
terbuka, artinya tinggi rendahnya kedudukan sosial yang dimiliki oleh anggota masyarakat tegantung
pada kemampuan dan kecakapannya.

2.             Ciri-ciri sruktur sosial

Ø  Bersifat abstrak, artinya tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba. Struktur sosial disini merupakan
hierarki kedudukan dari tingkatan yang tertinggi sampai yang terendah, berfungsi sebagai saluran
kekuasaan dan pengaturan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh.

Ø  Terdapat dimensi vertikal dan horizontal, struktur sosial pada dimensi vertikal adalah hierarki status-
status sosial dengan segala peranannya sehingga menjadi satu sistem yang tidak dapat dipisahkan
dari struktur status yang tertinggi hingga struktur status yang terendah. Sedangkan pada struktur
sosial yang memiliki dimensi harizontal, seluruh masyarakat berdasarkan karakteristiknya terbagi-
bagi dalam kelompok-kelompok sosial yang memiliki karakter sama.

Ø  Sebagai landasan sebuah proses sosial suatu masyarakat, artinya proses sosial yang terjadi dalam
suatu struktur sosial termasuk cepat lambatnya proses itu sendiri sangat dipengaruhi oleh
bagaimana bentuk struktur sosialnya.

Ø  Merupakan bagian dari sistem pengaturan tata kelakuan dan pola hubungan masyarakat, artinya
struktur sosial yang dimiliki suatu masyarakat berfungsi untuk mengatur berbagai bentuk hubungan
antarindividu di dalam masyarakat tersebut.

Ø  Struktur sosial selalu berkembang dan dapat berubah, struktur sosial merupakan tahapan perubahan
dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian, yaitu dalam struktur sosial
terdapat peranan yang bersifat empiris dalam proses perubahan dan perkembangan, serta dalam
setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap perhentian stabilitas, keteraturan,
dan integrasi sosial yang berkesinambungan, sebelum terancam proses ketidakpuasan dalam tubuh
masyarakat. Pada ciri yang kelima ini dalam sosiologi sering digunakan untuk melukiskan keteraturan
sosial atau keteraturan elemen-elemen dalam kehidupan masyarakat.

3.             Struktur sosial memiliki empat elemen dasar sebagai berikut :

a.       Status Sosial

Status sosial merupakan kedudukan atau posisi sosial seseorang dalam kelompok masyarakat. Status
yang diperoleh seseorang terbagi menjadi tiga, yaitu :

a)      Ascribed status

Status yang “diberikan” kepada seseorang oleh masyarakat tanpa memandang bakat atau
karakteristik unik orang tersebut. Didapat secara otomatis melalui kelahiran (keturunan). Latar
belakang ras, gender, dan usia dapat dikategorikan sebagai ascribed status.

b)      Achieved status
Status yang didapat seseorang melalui usaha-usahanya sendiri. Seseorang harus melakukan
sesuatu untuk mendapatkan statusnya, seperti bersekolah, mempelajari keterampilan-keterampilan,
berteman, atau menciptakan sesuatu yang baru.

c)      Assigned status

Status yang diberikan kepada seseorang karena telah berjasa melakukan sesuatu untuk
organisasinya, masyarakat atau kepada negara. Misalnya, seorang pegawai honorer diangkat
menjadi pegawai negeri. Seseorang diangkat sebagai penasihat karena kemampuan dan
keahliannya. Seseorang dinaikkan pengkat atau jabatan karena prestasi dan masa kerja.

Pertentangan antara individu dengan statusnya dapat mengakibatkan kesalahan dalam


mengambil suatu keputusan. Misalnya, seorang anggota polisi harus menangkap anaknya sendiri
karena diduga terlibat dalam jaringan narkoba. Jika dia menjalankan tugas dan kewajiban sebagai
polisi, maka ia harus menangkap anaknya, tetapi jika ia berusaha melepaskan dan memengaruhi
petugas lainnya, maka dia tidak menjalankan perannya sebagai polisi.

Konflik status memang sering sulit dihindari karena kepentingan individu tidak selamanya
sama dengan kepentingan masyarakat maupun organisasinya.

b.    Peran Sosial

Peran sosial merupakan seperangkat harapan terhadap seseorang yang menempati suatu
posisi atau status sosial tertentu. Peran merupakan komponen penting dalam struktur sosial karena
peran memberikan sumbangan pada stabilitas masyarakat dengan cara memampukan tindakan-
tindakan mereka sendiri.

c.       Kelompok

Kelompok merupakan sejumlah orang yang memiliki norma-norma, nilai-nilai, dan harapan-
harapan yang sama, serta secara sadar dan teratur saling berinteraksi. Kelompok memainkan peran
yang sangat penting dan vital dalam struktur sosial masyarakat karena sebagian besar interaksi sosial
kita berlangsung dalam kelompok dan dipengaruhi oleh norma-norma dan sanksi yang ada dalam
kelompok.

d.      Lembaga

Merupakan pola terorganisasi dari kepercayaan dan perilaku yang dipusatkan pada kebutuhan
sosial yang mendasar. Lembaga atau institusi dibentuk untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu.
Lembaga sosial seperti keluarga, agama, pendidikan, dan pemerintah merupakan aspek fundamental
dari struktur sosial.

4.    Fungsi struktur sosial

a.       Fungsi Identitas
Setiap kebudayaan memiliki struktur sosialnya masing-masing. Struktur sosial berbagai
sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah kelompok. Kelompok yang anggotanya memlii
kesamaan dalam latar belakang ras, sosial, dan budaya akan mengembangkan struktur soasialnya
sendiri sebagai pembeda dari kelopok lainnya.

Contohnya, kebudayaaan Minangkabau menganut system matrilinial (kekerabatan


berdasarkan garis keturunan ibu). Ini berbeda dengan system kebudayaan lainnya yang mayoritas
menganut patrilineal. Perbedaan semacam ini akn membangun struktur sosial yang berbeda pula
dengan kebudayaan lainnya.

b.      Fungsi Kontrol

Struktur bias berfungsi untuk mengontrol individu yang berada di dalam struktur tersebut.
Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam diri individu untuk melanggar
norma, nilai, atau peraturan lain.

Melanggar aturan yang berlaku, berpotensi untuk menimbulkan konsekuensi yang pahit.
Struktur sosial sebagai kontrol. Contoh: kebudayaan Batak melarang perkawinan antara pria dan
wanita yang semarga. Orang Batak yang memiliki marga yang sama berarti masih memiliki hubungan
saudara.

c.       Fungsi Pembelajaran

Individu belajar dari struktur social yang ada dalam kelompoknya, mulai dari sikap, kebiasaan,
kepercayaan dan kedisiplinan.

2.  Pranata Sosial

Pengertian Pranata Sosial menurut para ahli :

a)    Menurut Soerjono Soekanto

Lembaga kemasyarakatan (Pranata Sosial) adalah himpunan norma-norma dari segala


tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat.

b)    Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi

Semua norma-norma dari segala tingkat yang berkisar pada suatu keperluan pokok dalam
kehidupan masyarakat merupakan suatu kelompok yang diberi nama lembaga kemasyarakatan.

c)    Menurut Horton dan Hunt (1987)

Suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat
dipandang penting.

d)    Menurut Koentjaraningrat (1979)


Sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat itu untuk
berinteraksi menurut pola-pola resmi atau suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat
kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan
masyarakat.

Jadi, pengertian pranata sosial adalah sistem norma yang bertujuan untuk mengatur tindakan
maupun kegiatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok dan bermasyarakat bagi manusia.
Dengan kata lain, pranata sosial adalah sistem hubungan sosial yang terorganisir dan
mengejewantahkan nilai-nilai serta prosedur umum yang mengatur dan memenuhi kegiatan pokok
warga masyarakat.

Tiga kata kunci di dalam setiap pembahasan mengenai pranata sosial adalah: Nilai dan norma;
Pola perilaku yang dibakukan atau yang disebut prosedur umum; Sistem hubungan, yakni jaringan
peran serta status yang menjadi wahana untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur
umum yang berlaku.

a.       Tujuan Pranata Sosial

Pranata Sosial, selain untuk mengatur agar kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi secara
memadahi, juga sekaligus untuk mengatur agar kehidupan sosial warga masyarakat bisa berjalan
dengan tertib dan lancar sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Contoh: (a) Pranata Pendidikan
mengatur bagaimana sekolah harus mendidik anak-anak hingga menghasilkan lulusan yang handal.
Tanpa adanya pranata sosial, kehidupan manusia nyaris bisa dipastikan bakal porak poranda karena
jumlah prasarana dan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia relatif terbatas, sementara
jumlah warga masyarakat yang membutuhkan justru semakin lama semakin banyak.

Tujuan Pranata Sosial menurut Koentjaraningrat:

a.       Memenuhi kebutuhan sosial dan kekerabatan (kinship atau domestic instituions)

b.      Memenuhi kebutuhan manusia untuk mata pencaharian hidup, memproduksi, menimbun dan
mendistribusikan harta benda (economic institutions)

c.       Memenuhi kebutuhan pengetahuan dan pendidikan manusia (educational institutions)

d.      Memenuhi kebutuhan ilmiah manusia (scientific institutions)

e.       Memenuhi kebutuhan manusia untuk menyatakan rasa keindahan dan rekreasi (aesthetic and
recreational institutions)

f.        Memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan (religius institutions)

g.      Memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur kebutuhan berkelompok atau bernegara (political
institutions)
h.      Mengurus kebutuhan jasmani manusia (somatic institutions)

Fungsi Pranata Sosial

Pranata Sosial memiliki fungsi utama, yakni sebagai berikut:

a.       Menjaga keutuhan masyarakat dari ancaman perpecahan atau disntegrasi masyarakat. Hal ini
mengingat bahwa sumber pemenuhan kebutuhan hidup yang dapat dikatakan tidak seimbang
dengan jumlah manusia yang semakin bertambah baik kuantitas maupun kualitasnya, sehingga
dimungkinkan pertentangan yang bersumber perebutan maupun ketidakadilan dalam usaha
memenuhi kebutuhannya akan ancaman kesatuan dari warga masyarakat.

Oleh karena itu, norma-norma sosial yang terdapat di dalam pranata sosial akan berfungsi untuk
mengatur pemenuhan kebutuhan hidup dari setiap warganya secara adil atau memadai, sehingga
dapat terwujudnya kesatuan yang tertib.

b. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat untuk bertingkah laku/bersikap untuk


memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian pranata sosial telah siap dengan berbagai aturan
atau kaidah-kaidah sosial yang dapat dan harus dipergunakan oleh setiap anggota masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.

c. Memberi pegangan pada masyarakat untuk menandakan sistem pengendalian sosial (social
control). Sanksi-sanksi atau pelanggaran norma-norma sosial merupakan sarana agar setiap warga
masyarakat tetap konform dengan norma-norma sosial itu, sehingga tertib sosial dapat terwujud.
Dengan demikian sanksi yang melekat pada setiap norma sosial itu merupakan pegangan dari warga
untuk meluruskan maupun memaksa warga masyarakat agar tidak menyimpang dari norma sosial,
karena pranata sosial aka tetap tegar di tengah kehidupan masyarakat.

Karakteristik / Ciri-ciri Pranata Sosial

a.       Lambang-lambang biasanya merupakan ciri khas dari pranata sosial, yang secara
simbolismenggambarkan tujuan dan fungsi pranata sosial.Lambang-lambang suatu organisasi
mengandung makna, fungsi dan tujuan dari lembaga sosial yang bersangkutan.  Lambang-lambang
tersebut dapat berupa: gambar (logo); tulisan; gabungan antara gambar, tulisan, maupun logo, dan
bendera panji.

b.      Memiliki tingkat kekekalan tertentu, artinya suatu pranata akan berakhir ketika manusia tidak lagi
membutuhkannya.

c.       Merupakan suatu organisasi dari pola-pola pemikiran dan perilaku yang terwujud melalui aktivitas-
aktivitas sosial.

d.      Mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipakai mencapai tujuan.

e.       Pranata sosial mempunyai tradisi, baik tertulis maupun tidak tertulis (peraturan/hukum).
f.        Memiliki satu atau beberapa tujuan.

g.      Memiliki alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang
bersangkutan.

3.            Proses Sosial Budaya

a.      Pengertian Proses Sosial Budaya

Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan
tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya
pola-pola kehidupan yang terlah ada.

Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara berbagai segi kehidupan
bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi,
ekonomi dengan hukum, dan seterusnya.Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan
sosial, karena tanpa interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.

Hubungan antarindividu yang saling mempengaruhi dlm hal pengetahuan, sikap dan perilaku
disebut interaksi sosial.Interaksi sosial terjadi apabila tindakan atau perilaku seseorang dapat
mempengaruhi, mengubah, memperbaiki, atau mendorong perilaku, pikiran, perasaan, emosi orang
lain.

Proses perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat umumnya dilakukan melalui
akulturasi, asimilasi, dan difusi.

1. Akulturasi

Akulturasi adalah proses bertemunya dua budaya atau lebih di mana unsur-unsur budaya
lama atau asli masih terlihat dan tidak hilang. Misalnya, proses percampuran budaya Jawa dengan
budaya Islam yang saling memengaruhi. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa akulturasi
adalah proses masuknya pengaruh budaya asing ke dalam suatu masyarakat di mana sebagian
masyarakat menyerap secara selektif dan sebagian lain berusaha menolaknya.

2. Asimilasi

Proses bertemunya dua budaya atau lebih yang bercampur menjadi satu dalam bentuk
budaya baru, sementara budaya aslinya tidak tampak disebut asimilasi. Proses asimilasi berlangsung
secara intensif dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga unsur-unsur dan wujud tiap budaya
lebur menjadi unsur dan wujud budaya yang lebih dinamis. Asimilasi berbeda dengan akulturasi.
Dalam akulturasi, setiap budaya masih memiliki identitas konkret, sedangkan dalam asimilasi,
identitas budaya dari setiap budaya asli yang mengalami kontak budaya lebur menjadi unsur dan
wujud budaya baru yang jauh berbeda dengan budaya aslinya.

3. Difusi

Difusi adalah proses penyebaran atau perembesan suatu unsur budaya dari seseorang kepada
orang lain, atau dari suatu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya. Prinsip yang
pertama dari difusi adalah unsur-unsur kebudayaan itu pertama-tama akan diambil alih masyarakat
yang paling dekat hubungannya atau letaknya paling dekat dari sumbernya. Baru kemudian,
kebudayaan baru tersebut diambil oleh masyarakat yang jauh hubungan atau letaknya jauh dari
sumber unsur budaya baru.

b.      Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya 

Proses perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
baik faktor pendorong maupun faktor penghambat.

1. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya

Beberapa faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial budaya antara lain sebagai
berikut.

 Kontak dengan kebudayaan lain.


 Sistem pendidikan yang maju.
 Sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan kuat untuk maju.
 Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
 Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka.
 Keadaan masyarakat yang majemuk.
 Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
 Orientasi hidup ke masa depan.
 Senantiasa ada keinginan untuk memperbaiki tingkat kehidupan, artinya tidak mudah
menyerah pada keadaan.

2. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya

Kamu sudah tahu faktor apa saja yang menjadi pendorong perubahan sosial budaya. Nah,
tahukah kamu, faktor apa saja yang menjadi penghambat perubahan sosial budaya? Sekarang, kamu
akan belajar beberapa faktor yang dapat menjadi penghambat perubahan (rasistance to change)
sosial budaya dalam masyarakat yaitu sebagai berikut.

 Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.


 Perkembangan ilmu pengetahuan yang terhambat.
 Sikap masyarakat yang sangat tradisional.
 Dalam masyarakat terdapat kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat
(vested interest).
 Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru.
 Rasa takut akan terjadi keguncangan integrasi.
 Adanya hambatan yang bersifat ideologis.
 Hambatan yang bersifat adat dan kebiasaan.
 Adanya anggapan bahwa pada hakikatnya hidup ini buruk dan tidak mungkin diperbaiki.

.     c. interaksi indivu dan masyarakat

Menurut ahli ilmu psikologi sosial bahwa interkasi sosial adalah saling berhubungan antar dua
manusia atau lebih, dimana manusia yang satu terhadap yang lain saling mempengaruhi.

Proses sosial dimaksudkan bahwa “cara-cara interaksi (aksi dan reaksi), yang dapat kita amati
apabila individu-indivu dan kelompok-kelompok bertemu dan mengadakan sistem perhubungan
mengenai cara-cara hidup yang telah ada. Apabila dua orang atau lebih saling berhubungan
(mengadakan interaksi) maka akan terjadi apa yang dinamakan proses sosial. Proses ini dapat terjadi
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.

Jenis yang paling umum dari proses sosial adalah interaksi sosial. Dimana dalam interaksi
sosial, ada pengaruh timbal balik antara individu dengan kelompok dalam upaya memecahkan
masalah-masalah yang di hadapi dalam hidup sehari-hari secara bersama-sama. Setiap interaksi dua
arah akan menstimulir yang lain untuk mengubah tingkah laku dari orang-orang yang sedang
berinteraksi.

Interaksi sosial yang terjadi antara individu dan masyarakat antara lain :

a.                Interaksi yang melibatkan sejumlah orang, misalnya ; individu dengan individu, indivdu dengan
group, dan group dengan group.

b.               Adanya tingkat keintiman, misalnya ada yang bersifat primer, ada yang bersifat sekunder, ada
yang bersifat gemeinschaft dan ada yang bersifat gesselschaft dan sebagainya.

c.                Adanya proses sosial. Terdapat beberapa bentuk proses sosial :

1)     Yang berbentuk positif dinamakan integrasi atau assosiatif process, yaitu proses yang
menyatukan.

Kondisi yang nampak dalam bentuk integrasi adalah keseluruhan anggota kelompok
berkemauan untuk tetap pada  kelompoknya, seolah-olah satu sama lain saling terkait. Kondisi
seperti itu sering dinamakan  organis, dimana seluruh anggota kelompok berfungsi terhadap
kelompoknya.
2)   Yang berbentuk negatif dinamakan disintegratif atau disassosiatif process, yaitu proses yang
memisahkan.

Kondisi yang nampak dalam bentuk disintegrasi adalah keseluruhan anggota kelompok tidak
berkemauan untuk tetap pada  kelompoknya, seolah-olah satu sama lain  tidak saling terkait. Kondisi
seperti itu sering dinamakan  disorganis, dimana satu sama lain tidak terjalinn hubungan lagi.

Bentuk-bentuk interkasi sosial yang menyatukan (integrasi) :

1.      Bentuk –bentuk interaksi sosial yang menyatukan (Integrasi)

a.       Coperation (Koperasi)

Koperasi adalah bentuk kerjasama dimana satu sama lain saling membantu guna mencapai
suatu tujuan bersama. Koperasi merupakan usaha bersama dari satu orang atau lebih untuk
melaksanakan suatu tugas untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Terdapat tiga jenis kerja sama yang di dasarkan pada organisasi kelompok atau di dalam setiap
kelompok , yaitu :

1)      Kerja sama primer

2)      Kerja sama sekunder

3)      Kerja sama tersier

Pada hakikatnya, kerja sama bisa terjadi karena :

1)  Orang tersebut menyadari bahwa mereka mempunyai tujuan yang sama

2) Masing-masing pihak menyadari bahwa mereka hanya mungkin melaksanakan kepentingannya


dengan jalan kerja sama.

b.      Consensus (Kesepakatan)

Consensus dimaksudkan suatu persetujuan, baik yang diucapkan maupun tidak. Consensus
mungkin dilaksanakan bila ada 2 pihak atau lebih yang ingin memelihara hubungan masing-masing
memandangnya sebagai kepentingan sendiri. Contoh : Courtship dari aliansi internasional.

c.       Assimilation (Asimilasi)

Asimilasi adalah perpaduan dari dua kebudayaan atau lebih melebur menjadi satu-satunya
yang homogen. Oleh Mayor polak dikemukakan bahwa asimilasi adalah proses perpaduan dua
kebudayaan yang berbeda, lama kelamaan berkembang sehingga menjadi sejarah . Jadi asimilasi
hanya terdapat diantara orang-orang atau golongan yang datang dari berbagai kebudayaan yang
berbeda, misalnya :

1)      Kebudayaan Arab dengan kebudayaan Indonesia


2)      Kebudayaan Barat dengan kebudayaan Indonesia

2.      Bentuk-bentuk interaksi sosial yang memisahkan (Disintegrasi)

a.       Konflik (Persengketaan)

Konflik adalah usaha yang dengan sengaja menantang, melawan, atau memaksa kehendaknya
kepada orang lain. Biasanya konflik itu timbul dari adanya kepentingan yang bertentangan, terutama
kepentingan ekonomi dan sering juga perbuatan kedudukan dan kekuasaan.

Dipandang dari segi terjadinya, konflik di bagi atas dua macam :

1)      Corparete conflict, yaitu konflik yang terjadinya antara group dengan group dalam suatu
masyarakat.

2)      Personal conflict, yaitu konflik yang terjadi antara individu dengan individu. Biasanya hal ini
disebabkan soal-soal sexual, kekuasaan, kekayaan, iri hati dan sebagainya.

b.      Kompetisi (Persaingan)

Persaingan ada hubungannya dengan konflik, tetapi berbeda. Kompetisi merupakan usaha
yang disengaja untuk menentang kehendak orang lain, dan tidak mengandung paksaan. Kompetisi
selalu dikuasai dan diatur oleh norma-norma moral, sedangkan konflik tidak demikian
halnya.  Contohnya dalam pertandingan pertandingan olah raga, melamar pegawai negeri, berusaha
mencari kekayaan dan sebagainya.

Pola interaksi antara individu dengan masyarakat dapat di bagi dalam 3(tiga) macam, yaitu :

1.        Pola interaksi individu dan individu di mana yang berhubungan secara langsung adalah antar
individu dan keduanya saling mempengaruhi.

2.        Pola interaksi antara individu dengan kelompok. Dimana yang sedang melakukan hubungan
langsung adalah seorang individu dengan kelompok masyarakat tertentu. Misalnya seseorang
sedang menyampaikan gagasannya kepada sebuah kelompok tertentu.

3.        Pola interaksi antara kelompok dengan kelompok. Dimana yang sedang berhubungan langsung
adalah kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Misal dalam rapat desa yang terdiri dari
beberapa kampung, maka yang menyampaikan gagasannya dalam rapat tersebut adalah para wakil
dari masyarakat kampung yang ada di desa tersebut.

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan
Interaksi sosial bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Subjek interaksi sosial beragam, ada yang
terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.

Dalam hal ini, individu  berinteraksi dengan masyarakat. Sebagaimana telah diketahui, individu
merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya.

Interaksi individu dengan masyarakat  tidak lepas dari struktur sosial dimana terdapat penggolongan
masyarakat, atau tinatan masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri, dan tidak lepas pula
dari pranata sosial yang merupakan bentuk norma-norma tuntunan dalam kehidupan,
bermasyarakat.

B.  Saran

Dari pembahasan yang telah diuraikan, kami mempunyai saran kepada pembaca bahwasanya dalam
berinteraksi sosial, sebaiknya kita dapat memilah dan memilih mana yang berdampak positif pada
kehidupan kita, dan mana yang berdampak negatif. kita harus berpegang dengan aturan norma yang
tumbuh dalam masyarakat, sehingga tercipta keselarasan dalam proses sosial antara individu dan
masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Samlawi, Fakih dan Bunyamin maftuh.1998. Konsep Dasar IPS. Bandung: Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Sudarmi, Sri. 2008. Galeri Pengetahuan Sosial Terpadu 2: SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Tim Sosiologi dan Geografi. 2005. Pengetahuan Sosial: Sosiologi dan Geografi. Jakarta: Yudhistira.

Tersedia :http://masthoms16.wordpress.com/2009/09/27/pengertian-proses sosial[online].

Tersedia : http://rizkifaradilla.blogspot.com/2015/09/30.pengertian-dari-pranata-pranata-dan.html
%5Bonline%5D.

Tersedia : http://www.Siswapedia.com/bentuk-bentuk-struktur–sosial-dalam-masyarakat [online]

Tersedia : http://ssbelajar.blogspot.com/2013/unsur-fungsi-dan-ciri-struktur-sosial.html [online]
Iklan

Bagikan ini:
Terkait

 Pengertian dan Tujuan Bimbingan dan Konseling

 30 September 2018

 dalam "Tak Berkategori"


 Makalah Pengembangan Media Gambar Seri pada Pembelajaran IPS di Kelas Tinggi

 30 Juni 2018

 dalam "Tak Berkategori"

 Bimbingan dan Konseling

 17 Mei 2018

 dalam "Tak Berkategori"

Anda mungkin juga menyukai