Disusun Oleh :
NENENG TRI AFRIANI, S.Kep
20014104028
A. Definisi
Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialahpenyakit demam
akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat inicenderung polanya berubah ke
orang dewasa.Gejala yang ditimbulkan denganmanifestasi perdarahan dan bertendensi
menimbulkan shock yang dapatmenimbulkan kematian.(Depkes, 2006).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam
atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayat, 2006).
Demam berdarah adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes albapictus dan Aedes aegypti) (Ngastiah
2007).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
B. Etiologi
1) Virus dengue
Deman dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,
yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan
virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam aribonukleat rantai tunggal dengan
berat molekul 4 x 106.Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue dan demam berdarah
dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotip
terbanyak (Suhendro, 2007 : 1709).
Virus Dengue merupakan keluarga flaviviridae dengan empat serotip (DEN 1,
2, 3, 4). Terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi oleh nukleokapsid. Virus
Dengue memerlukan asam nukleat untuk bereplikasi, sehingga mengganggu sintesis
protein sel pejamu.Kapasitas virus untuk mengakibatkan penyakit pada pejamu
disebut virulensi. Virulensi virus berperan melalui kemampuan virus untuk :
a. Menginfeksi lebih banyak sel,
b. Membentuk virus progenik,
c. Menyebabkan reaksi inflamasi hebat,
d. Menghindari respon imun mekanisme efektor
2) Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah
satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya
(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2006; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya
nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban)
sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam
penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat
bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang
terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan
daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina
lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu
pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 2006 ; 37).
3) Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 2006; 38).
C. Patofisiologi
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam
asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2006).
Penyakit DBD ini ditularkan orang yang dalam darahnya terdapat virus
dengue.Orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak sakit, yaitu jika
mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue.Jika orang digigit nyamuk
Aedes Aegypti maka virus dengue masuk bersama darah yang dihisapnya. Di dalam tubuh
nyamuk itu, virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan
menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus itu berada dalam
kelenjar liur nyamuk.Sebagian besar virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam
tempo 1 minggu jumlahnya dapat mencapai puluhan atau bahkan ratusan ribu sehingga
siap untuk dituarkan/dipindahkan kepada orang lain. Selanjutnya pada waktu nyamuk itu
menggigit orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk (probosis) menemukan kapiler
darah, sebelum darah itu dihisap, terlebih dahulu dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya
agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama dengan liur nyamuk inilah, virus
dengue dipindahkan kepada orang lain (Irawan, 2007).
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama
kali menyebabkan demam dengue.Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat
pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat
infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila
seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue
lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang
tinggi.
Virus yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty,
pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-
bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin
terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali). Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti
pembuluh darah dibawah kulit.
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan
C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra
seluler.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan
DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat
anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat
ekstravasasi cairan intravaskuler.Hal ini berakibat berkurangnya volume plama,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan
(syok).Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya trobositopenia,
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama
perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum,
pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui
infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami
renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan
hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia
dan gangguan koagulasi.
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak
segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain
kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system
koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti
terganggu oleh aktifasi system koagulasi.Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS,
terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.
5. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO, DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai berikut:
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet (+),
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain ditambah
dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis,
melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan pasien menjadi
gelisah.
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa
inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO sebagai berikut
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif, seperti
perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis, Hematemesis,Hematuri, dan
melena)
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20 mmHg atau kurang)
disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki, penderita gelisah timbul sianosis disekitar mulut.
Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran klinis
lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah:
1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
2. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
3. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan
sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh dll.
4. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia (kurang
atau sama dengan 100.000 mm3) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih
atau sama dengan 20 %)
E. Pemeriksaan Fisik
Muka tampak merah; Pembengkakan sekitar mata, konjungtiva hiperemis, lakrimasi
dan fotopobia; Epitaksis; Bibir kering, kemungkinan sianosis; Perdarahan pada gusi.
Pembesaran kelenjer limfe
Nafas cepat, dispnea, takipnea
Dapat ditemukan perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma) serta
perdarahan lain seperti epitaksis, hematemesis, hematuria dan malena.
Frekuensi BAK berkurang, BAB konstipasi atau diare, hematuria
Dapat ditemukan nyeri tekan epigastrium, pembesaran hati, perdarahan dan ulserasi
gusi, hematemesis, dan malena
Sadar sampai penurunan kesadaran, nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang
dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh.
Dapat ditemukan perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma).
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a DHF tanpa Renjatan
- Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th>1th
75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan
dosis 3mg / kb BB ( anak <1th>1th diberikan 5 mg/ kg BB.
- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
b DHF dengan Renjatan
- Pasang infus RL
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 - 30
ml/ kg BB )
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a Pengawasan tanda - tanda vital secara kontinue tiap jam
- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
- Observasi intik output
- Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3
jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter - 2 liter per
hari, beri kompres
- Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
- Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2
pengawasan tanda - tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
b Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
- Catat banyak, warna dari perdarahan
- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
c Peningkatan suhu tubuh
- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
- Beri minum banyak
- Berikan kompres
3. Pencegahan
Prinsip tepat dalam pencegahan DHF:
a Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS
b Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat
sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.
c Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu sekolah
dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi
Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang paling
penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat perindukannya
dengan melakukan “3M” yaitu:
a) Menguras tempat – tampet penampungan air secara teratur sekurang –
kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya.
b) Menutup rapat – rapat tempat penampung air .
c) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung air
hujan.
H. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1. Perdarahan yang luas.
2. Mengalami shock atau renjatan.
3. Mengalami effuse pleura
4. Mengalami penurunan tingkat kesadaran.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,
dan pekerjaan orang tua.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
b. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3
dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kult , gusi (grade III.
IV), melena atau hematemesis.
c. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
3. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
koplikasi dapat dihindarkan.
4. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi baik maupun
buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya.Anak yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan.Apabila kondisi
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak
dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya berkurang.
5. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih,
banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung
yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
6. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.
DHF disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti. DHF sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas,
tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang
dibersihkan.Biasanya pada pasien DHF mengalami perubahan penatalaksanaan
kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya pada pasien DHF mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan
selama sakit, nyeri saat menelan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi.
c. Pola aktifitas dan latihan
Biasanya pada pasien DHF akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan
fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
d. Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada pasien DHF kebiasaan tidur akan terganggu dikarenakan suhu badan
yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur. Anak dengan
DHF sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau nyeri otot dan
persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
e. Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi retensi bila dehidrasi karena panas yang
meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan. kadang-kadang
anak dengan DHF mengalami diare atau konstipasi, sementara DHF pada grade IV
sering terjadi hematuria.
f. Pola reproduksi dan sexual
Pola ini menjelaskan tentang bagaimana keadaan system reproduksi dan seksual
klien, mengkaji adanya perdarahan pervagina pada anak perempuan.
g. Pola kognitif dan perseptual
Biasanya pada penderita DHF mengalami perubahan kondisi kesehatan dan gaya
hidup yang akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
Sistem penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba dan penghidu tidak
mengalami gangguan.Nyeri dapat menjadi keluhan pada pola sensori.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Pada pasien dengan DHF biasanya timbul rasa cemas, gelisah dan rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal.
i. Pola koping dan toleransi
Biasanya pada pasien DHF stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam
mengatasi masalah penyakitnya.Anak dengan DHF biasanya merasakan cemas dan
takut terhadap penyakitnya, anak cenderung ingin ditemani orang tua dan orang
terdekat
j. Pola Hubungan dan Peran
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas
dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada pasien DHF biasanya didapatkan terjadinya peningkatan suhu tubuh.
Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah sebagai berikut :
a) Grade I : Kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi elmah.
b) Grade II : Kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur
c) Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d) Grade IV : Kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas
dingin. berkeringat dan kulit tampak biru. meliputi
inspeksi,palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut sampai
ujung kaki.
b. Pemeriksaan fisik head to toe
a) Integument : Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin, dan lembab, kuku sianosis atau tidak.
b) Kepala : Bentuk mesochepal, rambut hitam, kulit kepala bersih
c) Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
reflek pupil isokor.
d) Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
e) Hidung : Simetris, ada perdarahan hidung / epsitaksis.
f) Mulut : Mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan t,
terjadi perdarahan gusi.
g) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kekakuan
dan tulang.
k) Genetalia : Bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan makanan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
5. Resiko tinggi terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan
dengan Trombositopenia.
C. Rencana keperawatan
Analgesic Administration:
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesic yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesic ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesic
tergantung type dan
beratnya nyeri
6. Tentukan analgesic
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesic pertama kali
9. Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
D. Implementasi
E. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Keluhan utama saat MRS : Demam 4 hari SMRS, Kaki tangan teraba
dingin,muntah-muntah.klien pada saat masuk rumah sakit mengalami penurunan
KESEHATAN
kesadaran.
Riwayat penyakit saat ini : klien dirujuk dari rumah sakit kinapit kotamobagu
dengan demam sejak 4 hari SMRS kaki dan tangan klien teraba dingin . saat dikaji
klien mengatakan masih merasa demam dan klien mengatakan sudah tidak muntah-
muntah.klien mengatakan merasa lemah.
Riwayat penyakit sebelumnya dan Riwayat penyakit keluarga: Orang Tua Klien
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit.
BAK : Lancar
Nyeri BAK : Tidak ada
Kateter : Ada
Masalah Keperawatan:
TB : 158cm BB : 54kg
Nafsu makan : Menurun
Keluhan : tampak mukosa bibir kering
Makan : Frekuensi 1-3x/hr Jumlah : 5-8 sendok
BOWEL
Masalah Keperawatan:
Nyeri : Tidak ada
BONE
Problem :
Qualitas/ Quantitas :
(Muskuloskletal & Integumen)
Regio :
Skala :
Timing :
Kekuatan otot : 5/5 5/5
Deformitas : Tidak
Contusio : Tidak
Abrasi : Tidak
Penetrasi : Tidak
Laserasi : Tidak
Edema : Tidak
Luka Bakar : Tidak
Aktivitas dan latihan : 2 Keterangan:
0: Mandiri
Makan/minum : 2 1: Alat bantu
Mandi : 2 2: Dibantu orang lain
3: Dibantu orang lain & alat
Toileting : 3
Berpakaian :2
Mobilisasi di tempat tidur :2
Berpindah :2
Ambulasi :2
Masalah Keperawatan:
(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma)
Kepala dan wajah : kepala Normal, tidak ada hematoma, lesi, danoedema
Leher : tidak tampak pembengkakan kelenjar tyiroid
Dada : simetris, pengembangan otot pernafasan simetris,
HEAD TO TOE
penggunaan oto bantu nafas (+), tidak tampak edema dan tidak ada luka maupun lesi
Abdomen dan Pinggang : tidak ada nyeri tekan, tidak tampak fullblast dan tidak ada
hematoma
Pelvis dan Perineum : tidak di kaji
Ekstremitas : normal, tidak ada deformitas maupun kelainan bawaan
lainnya
Masalah Keperawatan:
Hasil laboratorium (TGL): 03-06-2021
TEST DIAGNOSTIK DAN TERAPI
Masalah Keperawatan:
DO :
- Turgor kulit menurun
- Membran mukosa tampak
kering
- SB : 37,5oC
DS : Proses penyakit Hipertermi (D.0130)
- klien mengatakan masih )hi
merasa demam
DO :
- Keadaan umum lemah
- SB : 37,50C
- Nadi :74 x/m
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif d/d membran mukosa bibir kering (D.0023)
2. Hipertermi b/d Proses penyakit (infeksi) (D.0130)
3. Resiko Perdarahan di buktikan dengan: (D.0012)
Faktor resiko:
- Gangguan Koagulasi. (trombositopenia)
Kondisi Klinis terkait:
- Trombositopenia
Hasil Lab:
Trombosit: 61
I. RENCANA INTERVENSI
Menganjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Hasil
Orang tua dan klien memahami
09.00 arahan yang diberikan
Mengkolaborasi
pemberian cairan IV
Hasil
Klien diberikan Asering 24 ml/jam
1.1 2. Selasa , 15 Juni Hipertermi b/d Proses 10:10 Memonitor suhu tubuh. Selasa , 15 Juni 2021
2021 penyakit (infeksi) (D.0130) Hasil : Jam 14:00
SB 37,5 S:
Keluarga mengatakan
Menganjurkan untuk demamnya mulai
10.20
melonggarkan atau memakai menurun.
pakaian yang tipis O:
Hasil : - Klien tampak masih
Keluarga mengganti pakaian kemerahan
dengan pakaian yang tipis - SB Jam 11.00 : 37,60C
- SB Jam 12.00 : 37.5,60C
- SB Jam .13.00: 37,80C
10.25 Memberikan cairan oral. A : Hipertermia belum teratasi,
Hasil : sesuai kriteria hasil
Memberikan minum air putih dan P : Lanjutkan Intervensi
mengedukasi kepada keluarga - Memonitor suhu tubuh.
untuk memperbanyak asupan - Memberikan cairan oral.
cairan atau air putih kepada klien - Melakukan pendinginan
eksternal (kompres dingin
10.30 Melakukan pendinginan eksternal pada dahi).
(kompres dingin pada dahi). - Mengkolaborasi analgetik
Hasil :
Klien diberikan kompres pada area
dahi untuk menurunkan suhu
badan klien
3 Selasa , 15 Juni (D. 0149) Resiko 11:10 Memonitor tanda dan gejala Selasa , 15 Juni 2021
2021 Perdarahan di tandai perdarahan Jam 14:00
dengan: Hasil:
Faktor resiko: Tidak terdapat ruam atau petekie S:
- Gangguan pada badan pasien
Koagulasi. O:
(trombositopenia) Memantau nilai
Kondisi Klinis terkait: 11:20 hematokrit/hemoglobin sebelum dan - TTV:
- Trombositopenia setelah kehilangan darah TD: 90/60 mmHg
Hasil Lab: Hasil: Lab 13 Juni 2021 R: 25x/mnt
Trombosit: 61 Hematokrit : 52.6 N:90 x/mnt
Hemoglobin :16.7 SB: 37.oC
Hasil Lab: 13 Juni 2021
Memantau koagulasi Trombosit: 61
11.30 Hasil: Lab 13 Juni 2021 Hematokrit : 52.6
Trombosit: 61 Hemoglobin :16.7
Menganjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Hasil
Orang tua dan klien memahami
10.00 arahan yang diberikan
Mengkolaborasi
pemberian cairan IV
Hasil
Klien diberikan Asering 24 ml/jam
1.1 2. Rabu , 16 Juni Hipertermi b/d Proses 10:15 Memonitor suhu tubuh. Rabu , 16 Juni 2021
2021 penyakit (infeksi) (D.0130) Hasil : Jam 14:00
SB 36,5 S:
Keluarga mengatakan
Menganjurkan untuk demamnya mulai
10.20
melonggarkan atau memakai menurun.
pakaian yang tipis O:
Hasil : - Klien tampak masih
Keluarga mengganti pakaian kemerahan
dengan pakaian yang tipis - SB Jam 11.00 : 36,60C
- SB Jam 12.00 : 36.,60C
- SB Jam .13.00: 36,0C
Memberikan cairan oral. A : Hipertermia belum teratasi,
10.25 Hasil : sesuai kriteria hasil
Memberikan minum air putih dan P : Lanjutkan Intervensi
mengedukasi kepada keluarga - Memonitor suhu tubuh.
untuk memperbanyak asupan - Memberikan cairan oral.
cairan atau air putih kepada klien - Melakukan pendinginan
eksternal (kompres dingin
Melakukan pendinginan eksternal pada dahi).
10.30 (kompres dingin pada dahi). - Mengkolaborasi analgetik
Hasil :
Klien diberikan kompres pada area
dahi untuk menurunkan suhu
badan klien
3 Selasa , 15 Juni (D. 0149) Resiko 11:10 Memonitor tanda dan gejala Selasa , 15 Juni 2021
2021 Perdarahan di tandai perdarahan Jam 14:00
dengan: Hasil:
Faktor resiko: Tidak terdapat ruam atau petekie S:
- Gangguan pada badan pasien
Koagulasi. O:
(trombositopenia)
Kondisi Klinis terkait: 11:20 Memonitor tanda-tanda vital - TTV:
- Trombositopenia Hasil: TD: 90/60 mmHg
Hasil Lab: TTV: R: 25x/mnt
Trombosit: 61 TD: 110/70 mmHg R: 20x/mnt N:90 x/mnt
N:89 x/mnt SB: 36.6oC SB: 37.oC