Anda di halaman 1dari 64

ANALISIS PENATAUSAHAAN PERSEDIAAN PADA KECAMATAN

PEMANGKAT

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gerlar


Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Pada Program Pendidikan Sarjana Fakultas Bisnis, Psikologi & Komunikasi
Universitas Teknologi Yogyakarta

DISUSUN OLEH:
ALDI RAMADAN
5130111192

FAKULTAS BISNIS, PSIKOLOGI & KOMUNIKASI


UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
FAKULTAS BISNIS, PSIKOLOGI & KOMUNIKASI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

Laporan Tugas Akhir dengan Judul

ANALISIS PENATAUSAHAAN PERSEDIAAN PADA KECAMATAN


PEMANGKAT

Disusun oleh:
Nama : Aldi Ramadan
Nomor Pokok Mahasiswa : 5130111192

Saya nyatakan telah saya baca dengan seksama dan telah memenuhi standar
ilmiah sebagai laporan Tugas Akhir Program Pendidikan Sarjana Program Studi
Akuntansi

Yogyakarta, 31 Januari 2020


Pembimbing

Ehrman Suhartono, SE., M.Si., Ak., CA

ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
Dengan Judul

ANALISIS PENATAUSAHAAN PERSEDIAAN PADA KECAMATAN

PEMANGKAT

Oleh:
Nama : Aldi Ramadan
NPM : 5130111192

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji


Pada Tanggal ……..,…….,2020
Dan dinyataakan lulus serta diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Pada Fakultas Bisnis, Psikologi & Komunikasi
Universitas Teknologi Yogyakarta
Dengan susunan tim penguji :

Mengetahui
Kaprodi Sarjana Akutansi

Wawan Setiawan, SE., Akt., Ak., CA

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Aldi Ramadan
Nomor Pokok Mahasiswa : 5130111192

Menyatakan benar-benar telah melakukan magang dan laporan yang ditulis


dengan judul “ANALISIS PENATAUSAHAAN PERSEDIAAN PADA
KECAMATAN PEMANGKAT” ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri,
kecuali pada bagian yang dirujuk sumbernya dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Jika kemudian hari pernyataan saya ini tidak benar, maka saya sanggup menerima
sanksi sesuai dengan Undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Yogyakarta, 31 Januari 2020

Aldi Ramadan

iv
MOTTO
“Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut
oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri.” Ibu Kartini
“Pendididkan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.” Aristoteles
“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah .” Lessing
Aku ingat doa-doa Ibuku dan itu selalu mengikutiku. Doanya melekat sepanjang
hidupku.” Abraham LIncoln
“Sombong boleh tapi sadar diri.”

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Laporan Tugas Akhir ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah Swt, karena
kepadanyalah aku menyembah dan kepadanyalah aku meminta pertolongan.
Persembahan Tugas Akhir ini dan rasa terima kasih saya ucapkan untuk :
1. Sujud syukurku kusembahkan kepadaMu ya Aallah, Tuhan Yang Maha
Agung dan Maha Tinggi. Atas takdirmu saya bisa menjadi pribadi yang
berpikir, berilmu, beriman dan bersabar. Semoga keberhasilan ini menjadi
satu langkah awal untuk masa depanku, dalam meraih cita – cita saya.
2. Dengan ini saya persembahakan karya ini untuk, Almahrum Ayahku,
Terima kasih atas kasih saying yang berlimpah dari mulai saya lahir,
hingga saya sudah sebesar ini, Aldi rindu Ayah.
3. Lalu untuk Ibuku, terima kasih juga atas limpahan doa yang tak
berkesudahan yang selama ini selalu berdoa dan mensupport Aldi yang
sempat merah untuk menyelesaikan skripsi ini serta segala hal yang telah
ibu lakukan, semua yang terbaik.
4. Terimakasih selanjutnya untuk Abang saya yang luar biasa, dalam
memberi dukungan dan doa yang tanpa henti. Along Ridho Hidayah yang
selama ini sudah menjadi Abang sekaligus sahabat bagi saya. Kalian
adalah tempat saya berlari ketika saya merasa tidak ada yang memahami di
luar rumah.
5. Terimakasih juga yang tak terhingga untuk Bapak Ehrman Suhartono, SE.,
M.Si., Ak., CA Selaku Dosen pembimbing serta Bapak/Ibu yang dengan
sabra melayani saya selama magang di Kecamatan Pemangkat. Terima
kasih juga untuk semua pihak yang mendukung keberhasilan skripsi saya
yang tidak bisa sebutkan satu-persatu.

vi
K ATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas
Ridho dan Rahmat serta BerkahNya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
yang berjudul “Analisis Penatausahaan Persediaan Pada Kecamatan Pemangkat”.
Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Bisnis, Psikologi &
Komunikasi Universitas Tekonologi Yogyakarta. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu,
memberikan dukungan baik moral maupun spiritual sehingga karya kecil ini dapat
terselesaikan dengan baik. Rasa terimakasih yang dalam penulis sampaikan
kepada:
1. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Bisnis, Psikologi & Komunikasi
Universitas Teknologi Yogyakarta, yang saat ini dijabat oleh Dr.Junaidi,
M.Si., CA., Ak. Dan Sekar Akrom Faradiza, S.E., M.Si., CA., Ak.
2. Ketua Program Studi Sarjana Akuntansi Fakultas Bisnis, Psikologi &
Komunikasi Universitas Teknologi Yogyakarta, yang saat ini dijabat oleh
Wawan Setiawan, SE., Akt., Ak., CA
3. Bapak Ehrman Suhartono, S.E., M.Si., Ak., CA. Selaku Dosen
Pembimbing. Terimakasih atas segala bimbingan dan arahannya sehingga
laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya.
4. Bapak Slamet Riadi, SH selaku Camat Pemagkat dan Bapak Olan Fajeri
selaku pengelola barang Kecamatan Pemangkat atas kesempatan dan
bantuan yang diberikan selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
5. Teman-teman yang selalu mendukung dalam suka maupun duka.
6. Seluruh keluarga besar Fakultas Bisnis, Psikologi & Komunikasi
Universitas Teknologi Yogyakarta.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih
untuk semuanya.

Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat berharap adanya kritik saran untuk
pengembangan penulisan selanjutnya. Penulis berharap semoga laporan ini
memberikan manfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta 31 Januari 2020

Penulis

vii
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN................................................................................iv
MOTTO...................................................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................vi
K ATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii
ABSTRACT..........................................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Batasan Masalah...........................................................................................5
D. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
E. Manfaat Penulisan.........................................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI


A. Persediaan.....................................................................................................7
B. Barang Milik Daerah...................................................................................18
C. Klasifikasi Aset Tetap.................................................................................19
D. Tahap–Tahap Pengelolaan Aset Tetap........................................................20
E. Penatausahaan Barang Milik Daerah ........................................................27
F. Penggolongann dan Kodefikasi Barang Milik Daerah...............................31

BAB III METODE PENELITIAN


A. Objek penelitian..........................................................................................41
B. Data dan Metode Penelitian.......................................................................43
C. Metode Analisis Data.................................................................................44

BAB IV ANALISIS DATA


A. Aktivitas magang........................................................................................45
B. Manfaat Magang.........................................................................................45
C. Gambaran Umum Kecamatan Pemangkat..................................................46
D. Penatausahaan Persediaan pada Kecamatan Pemangkat ...........................61
E. Penggolongan dan Kodefikasi Persediaan..................................................64
F. Analisis Penatausahaan Persediaan di Kecamatan Pemangkat...................66

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN


A. Kesimpulan.................................................................................................69
B. Keterbatasan................................................................................................69
C. Saran............................................................................................................69

ix
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................71
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Klasifikasi Persediaan.............................................................................9
Tabel 2. 2 Penggolongan dan Kodefikasi BMD sampai Kelompok......................32
Tabel 2. 3 Penggolongan dan Kodefikasi BMD sampai Jenis...............................33
Tabel 2. 4 Penggolongan dan Kodefikasi BMD sampai Objek.............................34
Tabel 2. 5 Penggolongan dan Kodefikasi BMD sampai Rincian Objek................34
Tabel 2. 6 Penggolongan dan Kodefikasi BMD sampai Sub Rincian Objek........35
YTabel 4. 1 Penggolongan dan Kodefikasi Persdiaan.……………….…..…..
…....64
Tabel 4. 2 Analisis Pelaksanaan Penatausahaan Persediaan..................................66

xi
DAFTAR GAMBAR
YGambar 4. 1 Struktur Organisasi Kecamatan Pemangkat....................................48

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Magang
Lampiran 2 Presensi Magang
Lampiran 3 Data Persediaan Kecamatan Pemangkat

xiii
ABSTRAK
ANALISIS PENATAUSAHAAN PERSEDIAAN PADA KECAMATAN
PEMANGKAT

Oleh
Aldi Ramadan
5130111192

Menurut Standar Akutansi Pemerintah PSAP Nomor 05 tentang Persediaan,


persediaan adalah asset lancer dalam bentuk barang atau perelengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasioanal pemerintah dan barang –
barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 tentang persediaan diterapkan dalam penyajian seluruh persediaan dalam
laporan keuangan untuk tujuan umum. Standar ini diterapkan untuk seluruh
entitas pemerintah pusat dan daerah tidak termasuk perusahaan, tujuan pelaporan
keuangan adalah untuk menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik ekonomi ,
social, maupun politik. Untuk menilai pertanggungjawaban pemerintah dalam
pelaporan keuangan di butuhkan analisis kinerja di dalam pelaksanaannya . Salah
satu cara untuk mengukur kinerja keuangan pemerintah dalam pengelolaan
keuanagan nya adalah dengan melalkukan anlisis penatausahaan persediaan yang
sudah ditetapkan dan dilaksanakan. Dalam pengukuran persediaan menggunakan
metode analisis penatausahaan persediaan , penggolongan dan kodefikasi
persediaan. Proyek Tugas Akhir ini berdasarkan studi kasus di Kecamatan
Pemangkat . Berdasarkan data hasil analisis penatausahaan , penggolongan dan
kodefikasi persediaan pada Kecamatan Pemangkat untuk Penatausahaan
Persediaan sudah sesuai dengan Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 sedangkan
untuk Penggolongan dan Pengkodefikasian Persediaan tidak sesuai dengan
Permendagri Nomor 108 Tahun 2016 karena pada Kecamatan Pemangkat sama
sekali tidak mencantumkan kode persediaan .

Kata Kunci : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010


Tentang Standar Akuntansi Pemerintah, Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintah Nomor 05 Tentang Akuntansi Persediaan

xiv
ANALYSIS ADMINISTRATION OF INVENTORY IN PEMANGKAT
DISTRICT

Aldi Ramadan
5130111192

According to PSAP Government Accounting Standard No.05 concerning


Inventories, inventories are current assets in the form of goods or equipment
intended to support government operational activities and goods intended to be
sold and / or delivered for public srvices. According to Government Regulation
No 71 of 2010, inventories are applied in the presentation of all inventories in
financial statements for general purposes. This standard is applied to all central
and regional government entities excluding companies, the purpose of financial
reporting is to present information that is useful for users in assessing
accountability and making economic, social, and political decisions. The aim is to
assess the government’s accountability in financial reporting, it needs a
performance analysis in its implementation. One way to measure the performance
of government finances in financial management is to conduct inventory analysis
that has been determined and implemented. Inventory measurement using
inventory administration analysis, classification and inventorycoding methods.
This Final Project is based on a case study in Pemangkat District. Based on the
data of the results of the analysis of administration, classification and
codefication of inventory in the Pemangkat District for the Administration of
Inventories are in accordance with Permendagri Number 19 of 2016 while for the
Classification and Coding of Inventories are not in accordance with Permendagri
Number 108 of 2016 because in Pemangkat District does not include an inventory
code.

Keywords: Government Regulation of the Republic of Indonesia Number 71 Year


2010 Regarding Government Accounting Standards. Statement of Government
Accounting Standards Number 05 Regarding Inventory Accounting

xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Era globalisasi sekarang ini, menuntut perwujudan sebuah pemerintahan

yang baik melalui sistem tata kepemerintahan yang baik (good governance),

yaitu dengan cara menciptakan transparansi, akuntabilitas, dan efektivitas

serta efisiensi dalam pengelolaan keuangan negara. Berdasarkan Undang-

Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, pemerintah daerah di

wajibkan untuk menyusun laporan pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban

pengelolaan keuangan daerah dengan menyampaikan laporan

pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang merupakan upaya konkrit

untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan

daerah. Akuntabilitas berarti pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam

mengelola keuangan daerah sesuai dengan “amanah” dan kepercayaan yang

diberikan kepadanya. Bertanggung jawab berarti mengelola keuangan dengan

baik, jujur, tidak melakukan penyelewengan dengan semangat “tidak makan

uang rakyat”. Semangat ini perlu dipelihara di daerah, jangan sampai di daerah

dipimpin oleh para tersangka seperti republik Indonesia. Kalau pemerintah

daerah bertanggung jawab, maka akan selalu dihormati dan dipercaya oleh

masyarakat. Sebaliknya kalau pemerintah tidak bertanggung jawab alias tidak

jujur, maka masyarakat akan tidak percaya, bisa-bisa kalau ketidakjujuran itu

parah sekali atau sering makan uang rakyat, maka rakyat akan bergerak

“mereformasi” pemerintah desa. Transparansi berarti pemerintah daerah


mengelola keuangan secara terbuka, sebab keuangan itu adalah milik

rakyat
atau barang publik yang harus diketahui oleh masyarakat. Pemerintah daerah

wajib menyampaikan informasi secara terbuka APBD kepada masyarakat.

Keterbukaan sama dengan akuntabilitas. Keterbukaan akan meningkatkan

kepercayaan dan penghormatan masyarakat kepada pemerintah daerah.

Pengelolaan keuangan daerah menjadi salah satu aktifitas yang sangat penting,

karena dengan pengelolaan keuangan yang baik maka Pemerintah daerah akan

menghasilkan laporan keuangan yang baik pula.

Menurut Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah, laporan keuangan merupakan suatu bentuk

pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan APBD berupa Laporan

Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan

Keuangan. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan

mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Aset

dalam akuntansi memiliki pengertian sebagai sumber daya atau kekayaan yang

dimiliki oleh suatu entitas. Aset tersebut diperoleh dari peristiwa di masa lalu

dan diharapkan akan memberikan manfaat dimasa yang akan datang aset

tersebut digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu aset tetap, aset lancar dan aset

lainnya. Kewajiban atau utang adalah sesuatu yang memberikan beban

kewajiban bagi pemilik di masa depan di mana pembayarannya dilakukan

dengan mengorbankan aset. Ekuitas dana (PP No.24 Thn 2005 tentang SAP)

sebagai kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan

kewajiban pemerintah.
Salah satu akun yang di tampilkan dalam aset lancar adalah persediaan,

persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang

dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah daerah, dan

barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam

rangka pelayanan kepada masyarakat. Tidak hanya pada sektor swasta, pada

sektor pemerintah pun terdapat standar akuntansi yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan pencatatan, yaitu Standar Akuntansi Pemerintah

(SAP).

Standar akuntansi pemerintahan adalah prinsip akuntansi yang diterapkan

dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Standar

Akuntansi Pemerintahan diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 71 tahun 2010 yang mengatur penerapan standar akuntansi

berbasis akrual. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tersebut

menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Pada Pertaturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tersebut menyajikan standar akuntansi

yang berisikan penyajian laporan keuangan hingga bagaimana cara untuk

mengakui dan mengukur akun yang ada dalam laporan keuangan pemerintah.

Oleh karena itu, pengelolaan persediaan harus dilakukan dengan baik.

Menurut Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan

Barang Milik Daerah, barang milik daerah disini adalah barang berwujud,

yakni semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD dan berasal

dari perolehan lainnya yang sah. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 19 Tahun 2016, pengelolaan barang milik daerah adalah keseluruhan


kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan,

penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,

pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, dan

pembinaan, pengawasan dan pengendaliaan. Menurut Permendagri Nomor

108 tahun 2016 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang milik Daerah

adalah kegiatan untuk menetapkan secara sistematis mengenai barang milik

daerah dalam golongan, bidang, kelompok, sub kelompok, dan sub-sub

kelompok dan pemberian kode barang milik daerah sesuai dengan

penggolongan masing-masing barang milik daerah. Penggolongan dan

kodefikasi barang milik daerah ini bertujuan untuk memberikan keseragaman

penatausahaan barang milik daerah dalam penggolongan dan kodefikasi

barang milik daerah dalam rangka mewujudkan tertib administrasi dan

mendukung terwujudnya tertib pengelolaan barang milik daearah.

Kecamatan Pemangkat merupakan perangkat Daerah yang berfungsi

sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu,

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris

Daerah. kecamatan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan yang

dilimpahkan oleh Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah di

bidang Pemerintahan, Pembangunan, dan kehidupan kemasyarakatan dalam

kerja kecamatan, persediaan ditujukan untuk kegiatan operasional

pemerintahan serta pelayanan kepada masyarakat. Tanpa adanya persediaan,

instansi pemerintahan akan sangat sulit melayani masyarakat. Selain itu tanpa

adanya persediaan aktivitas instansi pada pemerintahan akan sangat terganggu,


karena persediaan itu juga meliputi barang yang mendukung aktivitas

administrasi dan kantor seperti alat tulis kantor (ATK). mengingat jumlah

persediaan pada instansi pemerintah cukup banyak. Dalam penatausahaan

persediaan yang tepat juga merupakan hal yang perlu di perhatikan agar tidak

terjadi kesalahan-kesalahan dalam menentukan keputusan yang diambil oleh

pegawai instansi pemerintah. Persediaan yang terlalu banyak menyebabkan

terjadinya penumpukan barang di gudang yang mengakibatkan kerusakan

pada persediaan sehingga menyebabkan kerugian, tetapi apabila persediaan

terlalu sedikit mengakibatkan risiko terjadinya kekurangan persediaan

sehingga akan menghambat kinerja instansi pemerintah. Terkait dengan hal

tersebut, untuk mengetahui penatausahaan persediaan di Kecamatan

pemangkat, maka judul yang diambil penulis adalah Analisis Penatausahaan

Persediaan Pada Kecamatan Pemangkat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam

Tugas Akhir ini adalah “Bagaimana penatausahaan persediaan pada

Kecamatan Pemangkat’’

C. Batasan Masalah

Batasan ruang lingkup masalah ini hanya pada Kecamatan Pemangkat

terkait penatausahaan persediaan pada Kecamatan Pemangkat

D. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisanTugas Akhir ini adalah untuk mengetahui penatausahaan

persediaan pada Kecamatan Pemangkat.


E. Manfaat Penulisan

Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Penulis

Memahami pengelolaan persediaan pada “Camat Pemangkat” dan dapat

mengaplikasikan ilmu akuntansi pemerintah yang telah dipelajari selama

menempuh perkuliahan.

2. Instansi Pemerintahan

Sebagai bahan pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan bagi

instansi yang terkait.

3. Pihak Lain

Sebagai gambaran tentang akuntansi persediaan pada instansi pemerintah

serta sebagai acuan bagi peneliti yang lain apabila ingin melakukan

penelitian yang sama dan sebagai ilmu pengetahuan bagi pembaca.


BAB II
LANDASAN TEORI
A. Persedian

Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP No. 05 tentang

Persediaan, persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau

perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional

pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau

diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

1. Klasifikasi persediaan

PSAP Nomor 05 PP 71 Tahun 2010 tentang persediaan diterapkan dalam

penyajian seluruh persediaan dalam laporan keuangan untuk tujuan umum.

Standar ini diterapakan untuk seluruh entitas pemerintah pusat dan daerah

tidak termasuk perusahaan negara/daerah. Persediaan tersebut dapat

diklasifikasikan menjadi barang-barang sebagai berikut:

a. Barang atau perlengkapan yang digunakan dalam rangka kegiatan

operasional pemerintah, seperti: barang habis pakai seperti suku

cadang, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa

dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.

b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses

produksi, seperti: bahan yang digunakan dalam proses produksi seperti

bahan baku pembuatan alat-alat pertanian, bahan baku konstruksi

bangunan yang akan diserahkan ke masyarakat/pemda.

c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau

diserahkan kepada masyarakat, contoh: konstruksi dalam pengerjaan


yang akan diserahkan kepada masyarakat, alat-alat pertanian setengah

jadi/barang hasil proses produksi yang belum selesai yang akan

diserahkan kepada masyarakat/pemda.

d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat

dalam rangka kegiatan pemerintahan, seperti: hewan, tanaman untuk

dijual atau diserahkan kepada masyarakat/pemda; serta

tanah/bangunan/peralatan dan mesin/aset tetap lainnya untuk

diserahkan kepada masyarakat/pemda.

e. Barang-barang untuk tujuan berjaga-jaga atau strategis seperti

cadangan minyak dan cadangan.

Persediaan dapat terdiri dari :

1) Barang konsumsi

2) Amunisi

3) Bahan untuk pemeliharaan

4) Suku cadang

5) Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga

6) Pita cukai dan leges

7) Bahan baku

8) Barang dalam proses/setengah jadi

9) Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.

10) Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada

masyarakat
Dalam bagan akun standar permendagri Nomor 64 tahun 2013,

persediaan diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 2.
Klasifikasi Persediaan
Persediaa 1. Persediaan alat tulis kantor.
n Bahan 2. Persediaan dokumen/administrasi tender.
Habis 3. Persediaan alat listrik dan elektronik (lampu pijar, battery kering).
Pakai 4. Persediaan prangko,materai,dan benda pos lainnya.
5. Persediaan peralatan kebersihan dan bahan pembersih.
6. Persediaan bahan bakar minyak/gas.
7. Persediaan isi tabung pemadam kebakaran.
8. Persediaan isi tabung gas.
Persediaa 1. Persediaan bahan baku bangunan
n Bahan 2. Persediaan bahan/bibit tanaman
Material 3. Persediaan bibit ternak
4. Persediaan bahan obat-obatan.
5. Persediaan bahan kimia.
6. Persediaan bahan makanan pokok.
Persediaa 1. Persediaan barang yang akan diberikan kepada pihak ketiga.
n Barang
Lainnya
Sumber: Pemendagri 64 Tahun 2014

2. Pengakuan persediaan

Pengakuan merupakan pencatatan suatu item dalam akuntansi yang

selanjutnya akan disajikan dalam laporan keuangan. Pengakuan

membutuhkan konsep untuk menentukan kapan dan bagaimana transaksi

keuangan dapat diakui sebagai unsur dalam laporan keuangan. Bagaimana

persediaan diakui sebagai unsur yang akan disajikan dalam laporan

keuangan pemerintah berbasis akrual, yaitu pada saat terpenuhinya hal-hal

berikut ini:

a. Pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh dan

mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Biaya

tersebut didukung oleh bukti/dokumen yang dapat diverifikasi dan


didalamnya terdapat elemen harga barang persediaan sehingga biaya

tersebut dapat diukur secara andal, jujur, dapat diverifikasi, dan

bersifat netral, dan/atau

b. Pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau penguasaannya

berpindah. Dokumen sumber yang digunakan sebagai pengakuan

perolehan persediaan adalah faktur, kuitansi, atau Berita Acara Serah

Terima (BAST).

Metode pencatatan yang digunakan untuk persediaan dalam basis akrual

ini adalah metode perpetual, yaitu pencatatan persediaan dilakukan setiap

terjadi transaksi yang mempengaruhi persediaan (perolehan dan

pemakaian). Pencatatan persediaan dilakukan berdasarkan satuan barang

yang lazim digunakan untuk masing-masing jenis barang atau satuan

barang lain yang dianggap paling memadai dalam pertimbangan

materialitas dan pengendalian pencatatan. Misal, kertas HVS

menggunakan satuan rim, pensil bisa menggunakan satuan buah atau box

mana yang paling memadai dalam materialitas pengendalian pencatatan

menurut entitas akuntansi yang bersangkutan. Pada kahir periode

pelaporan, catatan persediaan disesuaikan dengan hasil inventarisasi fisik.

Inventarisasi fisik tersebut dilakukan atas barang yang belum dipakai, baik

yang berada di gudang maupun yang sudah ada pada unit pemakai.

Persediaan yang dilaporkan di neraca adalah persediaan dalam kondisi

baik, sedangkan untuk persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak

dilaporkan di neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan atas laporan


Keuangan (CaLK). Untuk itu, laporan keuangan Menurut PSAP 05 PP 71

Tahun 2010, persediaan diakui pada saat:

a. Potensi manfaat ekonomis masa depan diperoleh pemerintah dan

mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

b. Pada saat diterima dan hak kepemilikannya dan atau kepenguasaannya

berpindah.

c. Persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik pada akhir

periode akuntansi. Untuk persediaan bahan baku dan perlengkapan

yang dimiliki proyek swakelola dan dibebankan ke akun konstruksi

dalam pengerjaan, tidak diakui sebagai persediaan.

d. Inventariasasi fisik pada persediaan dapat berupa penghitungan,

pengukuran atau penimbangan barang pada akhir masa pembukuan

untuk menghitung jumlah (kuantitas) suatu persediaan. Kemudian

berdasarkan jumlah (kuantitas) tersebut diperoleh suatu nilai rupiah

persediaan yang bersangkutan untuk memasukan kedalam pembukuan.

Inventarisasi fisik dilakukan pada setiap akhir periode akuntansi.

3. Pengukuran persediaan

Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan

memasukkan setiap unsur laporan keuangan. Persediaan dicatat sebesar

jumlah uang yang menjadi nilai dari persediaan tersebut. Jumlah uang

tersebut menunjukkan biaya yang dapat diukur secara andal atas

perolehan/kepemilikan persediaan. Persediaan yang diperoleh dari

pembelian disajikan sebesar harga perolehan, yang meliputi harga


pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan ditambah dengan biaya

lain yang secara langsung dapat dibebankan pada persediaan serta

dikurangi apabila ada potongan harga, rabat, atau pengurang lain yang

serupa. Untuk persediaan yang diproduksi sendiri diukur sebesar harga

pokok produksi, yaitu biaya langsung yang terkait dengan produksi

persediaan ditambah biaya tidak langsung yang dialokasikan secara

sistematis. Sedangkan persediaan yang diperoleh dengan cara lainnya,

pengukurannya menggunakan nilai wajar. Contoh persediaan berupa

hewan dan tanaman dari hasil pengembangbiakan, persediaan dari donasi,

dari rampasan dan lainnya. Pada akhir periode, apabila terdapat sisa

persediaan, metode yang digunakan untuk mengukur nilai persediaan akhir

tersebut adalah metode First In First Out (FIFO) dan metode harga

pembelian terakhir. Metode FIFO digunakan untuk jenis persediaan untuk

dijual/diserahkan kepada masyarakat/pemda, sedangkan harga pembelian

terakhir digunakan untuk persediaan yang nilainya tidak material dan

jenisnya bermacam-macam, seperti barang konsumsi, amunisi, bahan

untuk pemeliharaan, suku cadang, persediaan untuk tujuan

strategis/berjaga-jaga, pita cukai dan leges, bahan baku dan barang dalam

proses/setengah jadi.

Dalam PP 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah pada

Lampiran I.06 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah berawal dalam

hal pengukuran, persediaan dapat dinilai dengan menggunakan metode

sistematis seperti FIFO atau rata-rata berbobot atau menggunakan harga


pembelian terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya tidak material

dan bermacam-macam jenis.

Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of good).

Perhitungan beban persediaan akan dilakukan dalam rangka menyajikan

laporan operasional dimana metode pencatatannya. Bisa menggunakan

metode pencatatan perpetual atau metode pencatatan periodik.

Persediaan disajikan sebesar:

a. Biaya perolehan, apabila diperoleh dengan pembelian;

Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya , biaya

penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan

pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat dan sejenis lainya

akan mengurangi biaya perolehan nilai pembelian yang digunakan

adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh. Untuk

persediaan yang memiliki nilai nominal yang dimaksudkan untuk

dijual, seperti pita cukai, dinilai dengan biaya perolehan terakhir.

b. Biaya standar, apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;

Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan

persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang

dialokasikan secara sistematis berdasarkan ukuran-ukuran yang

digunakan pada saat penyusunan rencana kerja dan anggaran.

c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti

donasi/rampasan;
Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakan dinilai dengan

menggunakan nilai wajar. Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai

tukar aset atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang memahami

dan berkeinginan melakukan transaksi wajar.

4. Pengungkapan Persediaan

Persediaan disajikan di neraca pada bagian aset lancar. Persediaan yang

disajikan adalah jumlah persediaan hasil opname fisik dikalikan dengan

nilai per unit sesuai dengan metode penilaian yang digunakan. Termasuk

dalam persediaan tersebut adalah barang yang dibeli dengan belanja hibah

dan/atau belanja bantuan sosial yang belum didistribusikan sampai dengan

akhir periode pelaporan. Catatan atas Laporan Keuangan(CaLK) untuk

persediaan, mengungkapkan, antara lain kebijakan akuntansi yang

digunakan dalam pengukuran persediaan, penjelasan lebih lanjut atas

persediaan, seperti barang atau perlengkapan yang digunakan untuk

pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam

proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan

kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi yang

dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat. Penjelasan

atas selisih antara pencatatan dengan hasil inventarisasi fisik dan jenis,

jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak dan usang juga

dituangkan dalam CaLK

5. Sistem pencatatan persedian

Persediaan dicatat dengan metode perpetual/periodik yaitu:


a. Metode periodik

Dalam metode periodik, fungsi persediaan tidak langsung mengkinikan

nilai persediaan ketika terjadi pemakaian. Jumlah persediaan akhir

diketahui dengan melakukan perhitungan fisik (stock opname) pada

akhir periode. Pada akhir periode inilah dibuat jurnal penyesuaian

untuk mengkinikan nilai persediaan. Metode ini dapat digunakan untuk

persediaan yang sifatnya sebagai pendukung persediaan yang sifatnya

sebagai pendukung SKPD, contohnya adalah persediaan ATK

disekretariat SKPD. Dalam metode ini, pengukuran pemakaian

dihitung berdasarkan inventarisasi fisik, yaitu dengan saldo awal

persediaan ditambah pembelian atau perolehan persediaan dikurangi

dengan saldo akhir persediaan dikalikan nilai perunit sesuai dengan

metode penilaian yang digunakan.

b. Metode perpetual

Dalam metode perpetual, fungsi akuntansi selalu mengkinikan nilai

persediaan setiap ada persediaan yang masuk maupun keluar. Metode

ini digunakan untuk jenis persediaan yang berkaitan dengan

operasional utama di SKPD dan membutuhkan pengendalian yang

kuat. Contohnya adalah persediaan obat-obatan di RSUD, persediaan

pupuk di dinas pertanian, dan lain sebagainya. Dalam metode

perpetual, pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan

catatan jumlah unit yang dipakai di kalikan dengan niali per unit sesuai

metode penilaian yang digunakan.


Ada tiga metode untuk menentukan biaya persediaan, yaitu FIFO,

Average dan LIFO:

1) Metode FIFO

FIFO (first in first out) yang berarti masuk pertama keluar

pertama. Mengasumsikan unit persediaan yang pertama masuk

akan dijual dan masuk terakhir akan dikeluarkan dikemudian hari.

Artinya unit yang pertama kali dicatat saat penjualan adalah unit

yang pertama kali masuk. Sangat relevan bila nilai persediaan

disajikan dengan menggunakan metode ini karena nilai

berdasarkan harga paling terkini.

Kelebihan

a) Nilai persediaan disajikan secara relevan di Laporan Posisi

Keuangan

b) Menghasilkan laba yang lebih besar

Kekurangan

a) Pajak yang dihasilkan menjadi lebih besar

b) Laba yang dihasilkan kurang akurat

2) Metode Rata-Rata (Average)

Rata-rata tertimbang (Average), menghitung biaya perunit yang

serupa pada awal periode dan biaya yang dibeli selama suatu

periode menggunakan metode ini. Membagi biaya barang yang

tersedia untuk dijual dengan unit yang tersedia adalah cara untuk
menghitung biaya persediaan maka persediaan akhir dan beban

pokok penjualan dapat dihitung dengan harga rata-rata.

Kelebihan

a) Keuntungan dan kelebihan metode berada diantara metode

FIFO dan LIFO.

Kekurangan

a) Kekurangan dan kelebihan metode berada diantara metode

FIFO dan

3) Metode LIFO

LIFO (last in first out) yang berarti masuk terakhir keluar

pertama. Mengasumsikan unit persediaan yang dibeli pertama akan

dikeluarkan dikemudian hari. Artinya unit yang pertama kali

dicatat saat penjualan adalah unit yang terakhir kali masuk. Metode

ini bisa menghemat pajak saat inflasi karena hanya menghasilkan

laba yang kecil. Karena harga beli terakhir dibebankan ke operasi

dalam periode kenaikan harga. Namun metode ini tidak bisa

digunakan pada saat ini, karena berdasarkan PSAK 14 tidak

memperbolehkan perusahaan menggunakan metode ini.

Kelebihan

a) Bisa menghemat pajak ketika inflasi

Kekurangan

a) Metode ini lebih rumit, biaya pembukuan menjadi lebih mahal

b) Laba rugi yang dihasilkan lebih rendah.


F. Barang Milik Daerah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2016, barang milik

daerah disini adalah barang berwujud, yakni semua barang yang dibeli atau

diperoleh atas beban APBD dan berasal dari perolehan lainnya yang sah baik

yang bergerak maupun yang tidak beregerak beserta bagian-bagiannya

ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur

atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan

surat-surat berharga lainnya.

Menurut M. Yusuf (2010:13 ) Barang Milik Daerah merupakan salah satu

unsur penting dalam rangka penyelanggaran pemerintah dan pelayanan kepada

masyarakat, oleh karena itu harus dikelola dengan baik dan benar sehingga

akan terwujud pengelolaan barang daerah yang transparan, efisien, akuntabel

dan adanya kepastian nilai yang dapat berfungsi sesuai dengan pokok dan

fungsi dari pemerintah daerah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014, yang termasuk

Barang Milik Daerah adalah

1. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan

Belanja Negara/Daerah

2. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, meliputi barang

yang di peroleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis, barang yang

diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan, dan

barang yang diperoleh berdasarkan peraturan pengadilan yang telah

berdasrkan hukum tetap.


G. Klasifikasi Aset Tetap

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari

12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh

masyarakat umum. Aset tetap di klasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam

sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas yang diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintah dalam PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap, menyatakan

pengklasifikasian aset tetap sebagai berikut :

1. Tanah

Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap adalah tanah yang diperoleh

dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan

dalam kondisi siap pakai. Gedung dan bangunan mencakup seluruh

gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam

kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.

2. Peralatan dan Mesin

Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat

elektronik, dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang

nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan

dan dalam kondisi siap pakai.

3. Gedung dan Bangunan

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang

diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional

pemerintah dan dalam kondisi siap untuk di pakai.


4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang

dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah

dan dalam kondisi siap dipakai.

5. Aset Tetap Lainnya

Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan

ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan

untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

6. Konstruksi Dalam Pengerjaan

Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam

proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai

seluruhnya.

H. Tahap – Tahap Pengelolaan Aset Tetap

Aset tetap sebagai salah satu komponen barang milik daerah merupakan

salah satu unsur paling penting yang harus dikelola dengan baik agar

menghasilkan informasi yang andal dalam laporan keuangan pemerintah

daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Dalam Negri Nomor 19 Tahun

2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah dilaksanakan

berdasrkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi,

akuntabilitas dan kepastian hukum.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016,

pengelolaan barang milik daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan,


pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan,

pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, dan pembinaan, pengawasan dan

pengendaliaan.

1. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran

Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan

barang milik daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah

lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan

tindakan yang akan datang. Dapat juga di artikan bahwa rencana

kebutuhan di formulasikan dari barang-barang apa saja yang saat itu telah

tersedia dan siap digunakan.

2. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan

barang daerah dan jasa. Pengadaan barang daerah dapat di penuhi dengan

cara pengadaan/pemborongan pekerjaan, membuat sendiri (swakelola),

penerimaan hibah atau bantuan/sumbangan atau kewajban pihak ketiga.

Pelaksanaan pengadaan barang milik daerah oleh panitia/pejabat

pengadaan seharusnya diarahkan untuk :

a. Tertib administrasi pengadaan barang daerah

b. Tertib administrasi pengelolaan barang daerah

c. Pendayagunaan barang daerah secara maksimal sesuai dengan tujuan

pengadaan barang daerah


3. Penggunaan

Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna barang dalam

mengelola dan menatausahakan barang milik daerah yang sesuai dengan

tugas dan fungsi SKPD yang bersangkutan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016

Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah pasal 44 ayat (1) dan

(2), penggunaan barang milik daerah meliputi:

a. Penetapan status penggunaaan barang milik daerah, pengalihan status

penggunaan barang milik daerah

b. Penggunaan sementara barang milik daerah, dan

c. Penetapan status penggunaan barang milik daerah untuk di operasikan

oleh pihak lain

Penetapan status penggunaan dilakukan untuk penyelenggaraan tugas

dan fungsi SKPD serta dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka

menjalankan pelayanan umum sesuai tugas dan fungsi SKPD yang

bersangkutan. Penetapan status penggunaan tidak dilakukan terhadap

barang persediaan, konstruksi dalam pengerjaan (KDP), barang yang dari

awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan, dan aset tetap

renovasi (ATR).

4. Pemanfaatan

Pemanfataan adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak

digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD dan atau


optimalisasi barang milik daerah dengan tidak mengubah status

kepemilikan. Pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan oleh :

a. Pengelola Barang, untuk barang dengan persetujuan Gubernur/ Bupati/

Walikota, untuk Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaan

pengelola barang, dan

b. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk barang

milik daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih

digunakan oleh pengguna barang, dan selain tanah dan/atau bangunan.

Berdasarkan pertimbangan teknis dengan memperhatikan

kepentingan daerah dan kepentingan umum, pemanfaatan barang milik

daerah dapat juga dilakukan sepanjang tidak menggangu pelaksanaan

tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintah daerah.

Pemanfaatan barang milik daerah meliputi penyewa, untuk

pemanfaatan barang milik daerah dalam bentuk sewa; peminjam pakai,

untuk pemanfaatan barang milik daerah dalam bentuk Pinjam Pakai;

Mitra Kerja Sama Pemanfaatan (KSP), untuk pemanfaatan barang

milik daerah dalam bentuk KSP; mitra bangunan guna serah/bangunan

serah guna (BGS atau BSG), untuk pemanfaatan barang milik daerah

dalam bentuk BGS/BSG; serta kerja sama penyedia infrastruktur.

5. Pengamanan dan Pemeliharaan

Pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan

barang milik daerah dalam bentuk fisik, administratif dan tindakan upaya

hukum. Pengamanan digunakan untuk menjaga kondisi dan memperbaiki


semua barang milik daerah agar selalu dalam kegiatan baik dan layak serta

siap digunakan secara berdaya guna. Pemeliharaan adalah kegiatan atau

tindakan yang dilakukan agar semua barang milik daerah selalu dalam

keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil

guna. Setiap aset yang dibeli perlu dilakukan pemeliharaan agar aset yang

ada tetap terawat dan umur ekonomisnya dapat bertambah.

6. Penilaian

Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai atas

suatu objek penilaian berupa barang milik daerah pada aset tertentu.

Pelaksanaan penilaian dilakukan oleh tim yang sudah ditetapkan kepala

daerah atau pihak yang melakukan penilaian secara independen

berdasarkan kompetisi yang dimiliki.

Penilaian barang milik daerah dilakukan dalam rangka penyusunan

neraca pemerintah daerah, pemanfaatan, atau pemindahtanganan. Yang

dikecualikan yaitu pemanfaatan dalam bentuk pinjam pakai dan

pemindahtanganan dalam bentuk hibah, penetapan barang milik daerah

dalam rangka penyusunan neraca pemerintah daerah dilakukan dengan

berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dan biaya yang

diperlukan dalam rangka penilaian barang milik daerah dibebankan pada

APBD.
7. Pemindahtanganan

Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah

sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual, dipertukarkan,

dihibahkan atau disertakan sebagai modal Pemerintah Daerah.

8. Pemusnahan

Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan atau kegunaan

barang milik daerah. Pemusnahan barang milik daerah dilakukan apabila

barang milik daerah tidak dapat digunakan, tidak dapat dipindahtangankan

atau terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

a. Tidak dapat digunakan, dikaitkan dengan penggunaan barang milik

daerah diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengguna

barang dalam mengelola dan menatausahakan barang milik daerah

yang sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD yang bersangkutan.

Sehingga diartikan, barang milik daerah dapat dimusnahkan jika

barang milik daerah tersebut tidak dalam penetapan dan tidak

digunakan oleh SKPD dalam rangka menjalankan pelayanan umum

sesuai tugas dan funsgi SKPD, atau barang milik daerah tersebut tidak

dioperasikan oleh pihak lain.

b. Tidak dapat dimanfaatkan, dikaitkan dengan pemanfaatan barang milik

daerah. Pemanfaatan barang milik daerah adalah pendayagunaan

barang milik daerah yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan

tugas dan fungsi SKPD dan/atau optimalisasi barang milik daerah


dengan tidak mengubah status kepemilikan. Sehingga diartikan, barang

milik daerah dapat dimusnahkan jika barang milik daerah tersebut

tidak dapat disewakan, tidak dapat dipinjam pakaikan, tidak dapat

dilakukan kerja sama pemanfaatan, tidak dapat dilakukan BGS

(bangun guna serah) atau BSG (bangun serah guna), tidak dapat

dilakukan KSPI (kerja sama penyediaan infrastruktur).

c. Tidak dapat dipindahgunakan, dikaitkan dengan pemindahtanganan

barang milik daerah. Pemindahtanganan adalah pengalihan

kepemilikan barang milik daerah. Barang milik daerah yang tidak

diperlukan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dapat

dipindahtangankan. Yang artinya barang milik daerah dapat

dimusnahkan jika barang tersebut tidak dapat dijual, tidak dapat

dilakukan tukar menukar, tidak dapat dihibahkan, tidak dapat

dilakukan penyertaan modal pemerintah daerah.

Pemusnahan barang milik daerah dapat dilakukan dengan cara

dibakar, dihancurkan, ditimbun, ditenggelamkan atau cara lain sesuai

dengan ketentuan peraturan undang–undang.

9. Penghapusan

Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik daerah dari daftar

barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang

untuk membebaskan pengguna dan atau kuasa pengguna dan atau

pengelola dari tanggungjawab administrasi dan fisik atas barang yang

berada dalam penguasaan.


Penghapusan barang milik daerah meliputi :

a. Penghapusan dari daftar barang pengguna dan/atau daftar barang kuasa

pengguna

b. Penghapusan dari daftar barang pengelola

c. Penghapusan dari daftar barang pengelola

10. Penatausahaan

Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,

inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

11. Pembinaan, Pengendalian, dan Pengawasan

pembinaan merupakan usaha atau kegiatan melalui pemberian pedoman,

bimbingan, pelatihan, dan supervisi, pengendalian merupakan usaha atau

kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang

dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,

sedangkan Pengawasan adalah usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan

menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan atau

kegiatan, apakah dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan.

I. Penatausahaan Barang Milik Daerah Menurut Permendagri Nomor 19

Tahun 2016

Menurut Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 Penatausahaan Barang Milik

Daerah meliputi Pembukuan, Inventarisasi, dan Pelaporan.

1. Pembukuan
Menurut Permendagri No 19 Tahun 2016, pembukuan adalah kegiatan

pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah kedalam daftar barang

yang ada pada pengguna barang dan pengelola barang. Dilakukan agar

semua barang milik daerah yang berada dalam penguasaan pengguna

barang dan berada dalam pengelolaan barang tercatat dengan baik.

Pengguna/kuasa pengguna barang wajib melakukan pendaftaran dan

pencatatan barang milik daerah kedalam daftar barang pengguna/daftar

barang kuasa pengguna yang memuat daftar barang masing-masing

pengguna/kuasa pengguna yang dimiliki. Pencatatan barang milik daerah

dimuat dalam Kartu Inventaris Barang A, B, C, D, E, dan F sesuai dengan

golongan masing–masing aset tetap tersebut.

a. Kartu Inventaris Barang (KIB) A

KIB A merupakan kartu catatan untuk tanah. Tanah yang dimiliki oleh

pemerintah harus di data dan dicatat di KIB A, Format dalam KIB A

adalah jenis barang/nama barang, nomor kode barang, nomor register,

luas tanah, tahun pengadaan, letak/pengadaan, hak status tanah,

tanggal dan nomor sertifikat tanah, penggunaan tanah, asal–usul tanah,

harga tanah, keterangan, inventaris dan nama lokasi.

b. Kartu Inventaris Barang (KIB) B

KIB B merupakan kartu untuk mencatat peralatan dan mesin yang

dimiliki oleh pemerintah. Format dalam KIB B adalah kode barang,

nama barang/jenis barang, nomor/register, merk/tipe, ukuran/cc,

bahan, tahun pembelian, nomor pabrik, rangka mesin, nomor polisi,


BPKB, asal–usul cara perolehan, harga, keterangan, inventaris, nama

lokasi.

c. Kartu Inventaris Barang (KIB) C

KIB C merupakan kartu catatan dan bangunan yang dimiliki oleh

pemerintah. Format dalam KIB C adalah nama/jenis barang, nomor

kode barang, nomor register, kondisi bangunan, kondisi bangunan

apakah bertingkat atau tidak serta beton atau tidak, luas lantai,

letak/lokasi alamat, tanggal dan nomor dokumen, status tanah, nomor

kode tanah, asal–usul, harga, keterangan, inventaris, nama lokasi.

d. Kartu Inventaris Barang (KIB) D

KIB D merupakan kartu untuk mencatat jalan, irigasi, jaringan yang

dimiliki oleh pemerintah. Format dalam KIB D adalah nama/jenis

barang, nomor kode barang, nomor register, konstruksi, panjang, lebar,

luas, letak/lokasi, tanggal dan nomor dokumen, status tanah, nomor

kode tanah, asal–usul, harga, kondisi, keterangan, inventaris, nama

lokasi.

e. Kartu Inventaris Barang (KIB) E

KIB E merupakan kartu untuk mencatat aset tetap lainnya yang

dimiliki oleh pemerintah. Format dalam KIB E adalah nama/jenis

barang, nomor kode barang, nomor register, judul/pencipta buku,

spesifikasi buku, asal daerah burung bercorak kesenian/kebudayaan,

jenis hewan ternak dan tumbuhan, ukuran hewan ternak dan tumbuhan,
jumlah, tahun cetak/pembeliaan, asal–usul cara perolehan, harga,

keterangan, inventaris, nama lokasi.

f. Kartu Inventaris Barang (KIB) F

KIB F merupakan kartu-kartu yang digunakan untuk mencatat

konstruksi dalam pengerjaan. Format dalam KIB F adalah nama/jenis

barang, jenis bangunan, konstruksi bangunan bertingkat/tidak,

konstruksi bangunan beton/tidak, luas, letak/lokasi alamat, tanggal dan

nomor dokumen, tanggal/bulan/tahun mulai, status tanah, nomor kode

tanah, asal usul pembiayaan, nilai kontrak, keterangan, inventaris,

nama lokasi.

2. Inventarisasi

Menurut Permendagri No 19 Tahun 2016 Inventarisasi merupakan

kegiatan atau tindakan untuk melakukan perhitungan, pengurusan,

penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan data dan pelaporan barang milik

daerah dalam unit pemakaian. Pengelola barang melakukan inventarisasi

barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam

penguasaannya paling sedikit 1 (Satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Tujuan

inventarisasi barang milik daerah adalah untuk :

a. Meyakini keberadaan fisik barang yang ada pada dokumen inventaris

dan ketepatan jumlahnya.

b. Mengetahui kondisi terkini barang (baik, rusak ringan, dan rusak berat)

c. Melaksanakan tertib administrasi, yaitu :


1) Membuat usulan penghapusan barang yang sudah rusak berat

2) Mempertanggungjawabkan barang–barang yang tidak

diketemukan/hilang

3) Mencatat/membukukan barang–barang yang belum dicatat dalam

dokumen inventaris.

Disamping itu, untuk mendapatkan data barang yang benar dan dapat

dipertanggungjawabkan serta akurat terbaharukan, harus melalui sensus

barang daerah, barang yang akan disensus adalah seluruh barang milik

pemerintah yang dikelompokkan sebagai berikut :

a. Barang Milik Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota), termasuk barang

yang di pisahkan pada perusahaan Daerah/Badan Usaha Milik Daerah

b. Barang Milik Negara yang di pergunakan oleh Pemerintah Daerah

3. Pelaporan

Penatausahaan barang milik daerah diakhiri dengan pelaporan barang

milik daerah. Menurut Permendagri No 19 Tahun 2016, kuasa pengguna

harus menyusun laporan barang kuasa pengguna semesteran dan laporan

pengguna barang tahunan untuk di sampaikan kepada pengguna barang.

Kemudian pengguna barang menghimpun laporan barang kuasa pengguna

semesteran dan tahunan sebagai bahan untuk penyusunan laporan barang

pengguna semesteran dan tahunan. Laporan barang pengguna digunakan

sebagai bahan untuk menyusun neraca SKPD untuk disampaikan kepada

pengelola barang.

J. Penggolongann dan Kodefikasi Barang Milik Daerah


Berdasarkan Permendagri Nomor 108 Tahun 2016 pasal 1 ayat (6) dan (7),

penggolongan adalah kegiatan untuk menetapkan secara sistematik kedalam

akun, kelompok, jenis, objek, rincian objek, sub rincian objek dan sub-sub

rincian objek. Sedangkan kodefikasi adalah pemberian kode barang milik

daerah sesuai dengan penggolongan masing–masing barang milik daerah.

Tujuan pemberian kodefikasi barang milik daerah adalah untuk mengamankan

dan memberikan kejelasan status kepemilikan dan status penggunaan barang

pada pengguna barang. Kodefikasi barang meliputi :

1. Level 1 menunjukkan kode akun;

2. Level 2 menunjukkan kode kelompok;

3. Level 3 menunjukkan kode jenis;

4. Level 4 menunjukkan kode objek;

5. Level 5 menunjukkan kode rincian objek;

6. Level 6 menunjukkan kode subrincian objek; dan

7. Level 7 menunjukkan kode sub - sub rincian objek.

Kodefikasi barang tersebut diatur dalam Permendagri Nomor 108 Tahun

2016, kemudian di jelaskan dalam format tabel penggolongan dan kodefikasi

barang milik daerah. Format tabel penggolongan dana dan kodefikasi barang

milik daerah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tabel penggolongan dan kodefikasi barang milik daerah sampai dengan

kelompok

Tabel 2.
Penggolongan dan kodefikasi barang milik daerah sampai dengan kelompok
Akun Kelompok Uraian
1 Aset
1 1 Aset Lancar
1 3 Aset Tetap
1 5 Aset Lainnya
Sumber : Lampiran Permendagri Nomor 108 Tahun 2016

2. Tabel penggolongan dan kodefikasi barang milik daerah sampai dengan

jenis

Tabel 2.
Penggolongan dan kodefikasi barang milik daearah sampai dengan jenis
Akun Kelompok Jenis Uraian
1 Aset
1 1 Aset Lancar
1 1 7 Persediaan
1 3 Aset Tetap
1 3 1 Tanah
1 3 2 Peralatan dan Mesian
1 3 3 Gedung dan Bangunan
1 3 4 Jalan Jaringan dan Irigasi
1 3 5 Aset Tetap Lainnya
1 3 6 Konstruksi dalam Pengerjaan
1 3 7 Akumulasi Penyusutan
1 5 Aset Lainnya
1 5 2 Kemitraan dengan Pihak Ketiga
1 5 3 Aset Tidak Berwujud
1 5 4 Aset lain – lain
1 5 5 Akumulasi Amortalisasi Aset
Tidak Berwujud
1 5 6 Akumulasi Penyusutan Aset
Lainnya
Sumber : Lampiran Permendagri Nomor 108 Tahun 2016
3. Tabel Penggolongan dan kodefikasi barang milik daerah sampai dengan

Objek

Tabel 2.
Penggolongan dan kodefikasi barang milik daerah sampai dengan Objek

Akun Kelompok Jenis Objek Uraian


1 Aset
1 1 Aset Lancar
1 7 Persediaan
1 1 7 01 Barang Habis Pakai
1 1 Aset Tetap
1 3 1 Tanah
1 3 1 01 Tanah
1 3 2 Peralatan dan Mesin
1 3 2 01 Aalat Besar
1 5 Aset Lainnya
1 5 2 Kemitraan dengan pihak
ketiga
1 5 2 01 Kemitraan dengan pihka
ketiga
1 5 3 Aset tak berwujud
1 5 3 01 Aset tak berwujud
Sumber : Lampiran Permendagri no 108 Tahun 2016

4. Tabel Penggolongan dan kodefikasi barang milik daerah sampai dengan

rincian objek

Tabel 2.
Penggolongan dan kodefikasi barang milik daerah sampai dengan rincian
objek
Akun Kelompok Jenis Objek Rincian Uraian
Objek
1 Aset
1 1 Aset lancar
1 1 7 Persediaan
1 1 7 01 Barang habis pakai
1 1 7 01 01 Bahan
1 1 7 01 02 Suku cadang
1 3 Aset tetap
1 3 1 Tanah
1 3 1 01 Tanah
1 3 1 01 01 Tanah persil
1 3 1 01 02 Tanah non persil
1 3 2 Peralatan dan mesin
1 3 2 01 Alat besar
1 3 2 01 01 Alat besar darat
1 3 2 01 02 Alat besar apung
1 5 2 Aset lainnya
1 5 Kemitraan dengan pihak
ketiga
1 5 2 01 Kemitraan dengan pihak
ketiga
1 5 2 01 01 Kemitraan dengan pihak
ketiga
1 5 3 Aset tak berwujud
1 5 3 01 Aset tak berwujud
1 5 3 01 01 Aset tak berwujud
Sumber : Lampiran Permendagri Nomor 108 Tahun 2016

5. Tabel Penggolongan dan kodefikasi barang milik daerah sampai dengan

sub rincian objek

Tabel 2.
Tabel Penggolongan dan kodefikasi barang milik daerah sampai dengan
sub rincian objek
Akun Kelompok Jenis Objek Rincian Sub rincian Uraian
objek objek
1 Aset
1 1 Aset lancar
1 1 7 Persediaan
1 1 7 01 Barang habis
pakai
1 1 7 01 01 Bahan
1 1 7 01 01 Bahan bangunan
dan kontruksi
1 1 7 01 01 01 Bahan kimia
1 1 7 01 01 02 Bahan peledak
1 1 7 01 02 03 Suku cadang
1 1 7 01 02 01 Suku cadag alat
angkutan
1 1 7 01 02 02 Suku cadang alat
besar
1 1 7 01 02 03 Suku cadang alat
kedokteran
1 3 Aset tetap
1 3 1 Tanah
1 3 1 01 Tanah
1 3 1 01 01 Tanah persil
1 3 1 01 01 01 Tanah bangunan
perumahan
1 3 1 01 01 02 Tanah untuk
bangunan gedung
perdagangan
1 3 1 01 02 Tanah non persil
1 3 1 01 02 01 Tanah basah
1 3 1 01 02 02 Tanah kering
1 3 Peralatan dan
mesin
1 3 2 01 Alat besar
1 3 2 01 01 Alat besar darat
1 3 2 01 01 01 Tractor
1 3 2 01 01 02 Grader
1 3 2 01 01 03 Exacavator
1 3 2 01 02 Alat besar apung
1 3 2 01 02 01 Dredger
1 3 2 01 02 02 Floating
exacavator
1 3 2 01 02 03 Amphibi dredger
1 5 Aset lainnya
1 5 2 Kemitraan
dengan pihak
ketiga
1 5 2 01 Kemitraan
dengan pihak
ketiga
1 5 2 01 01 Kemitraan
dengan pihak
ketiga
1 5 2 01 01 01 Sewa
1 5 2 01 01 02 Kerja sama
pemanfaatan
1 5 2 01 01 03 Bangun guna
serah/bangun
serah guna
1 5 3 Aset tidak
berwujud
1 5 3 01 Aset tidak
berwujud
1 5 3 01 01 Aset tidak
berwujud
1 5 3 01 01 01 Goodwil
1 5 3 01 01 02 Lisensi dan
frenchise
1 5 3 01 01 03 Hak cipta
Sumber : Lampiran Permendagri Nomor 108 Tahun 2016

Kodefikasi kepemilikan untuk masing–masing tingkatan pemerintah

sebagai berikut :

a. Barang Milik Pemerintah Pusat (kode 00)

b. Barang Milik Pemerintah Daerah Provinsi (kode 11)

c. Barang Milik Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (kode12)

d. Barang Milik Lainnya (kode 13)

Dalam rangka kegiatan sensus barang daerah maka setiap barang daerah

harus diberi kode sebagai berikut :

a. Nomor Kode Barang

1) Nomor kode barang di klasifikasikan kedalam 6 golongan yaitu

a) Tanah

b) Mesin

c) Gedung dan bangunan

d) Jalan, irigasi dan jaringan

e) Aset tetap lainnya

f) Konstruksi dalam pengerjaan

2) Penggolongan barang terjadi atas bidang, kelompok, sub kelompok

dan sub–sub kelompok/jenis barang


3) Nomor kode golongan, bidang, kelompok, sub kelompok dan sub-

sub kelompok/jenis barang

4) Nomor kode barang terdiri atas 14 (empat belas ) digit yang

tersususn berurutan ke belakang di bawah suatu garis lurus. Untuk

mengetahui nomor kode barang dari setiap jenis dengan cepat,

perlu 2 (dua) angka di depan/dicari nomor kode golongan

barangnya, kemudian baru dicari nomor kode bidang, nomor kode

kelompok, nomor kode sub kelompok, nomor kode sub–sub

kelompok/jenis barang yang di maksud.

b. Nomor kode lokasi

1) Nomor kode lokasi menggambarkan/menjelaskan status

kepemilikan barang, provinsi, kabupaten/kota, bidang, SKPD dan

unit kerja serta tahun pembelian barang

2) Nomor kode lokasi terdiri dari 14 digit atau lebih sesuai

kebutuhan daearah

3) Nomor kode urutan provinsi

4) Nomor kode urutan kabupaten/kota

5) Nomor kode SKPD di lakukan lebih lanjut oleh Kepala Daerah

dengan memperhatikan pengelompokkan bidang yang terdiri dari

22 bidang. Yaitu :

a) 01 Sekwan/DPRD

b) 02 Gubernur/Bupati/Walikota

c) 03 Wakil Gubernur/Bupati/Walikota
d) 04 Sekretaris Daerah

e) 05 Bidang Kimpraswil/PU

f) 06 Bidang Perhubungan

g) 07 Bidang Kesehatan

h) 08 Bidang Pendidikan dan kebudayaan

i) 09 Bidang Sosial

j) 10 Bidang Kependudukan

k) 11 Bidang Pertanian

l) 12 Bidang Perindustrian

m) 13 Bidang Pendapatan

n) 14 Bidang Pengawasan

o) 15 Bidang Perencanaan

p) 16 Bidang Lingkungan Hidup

q) 17 Bidang Pariwisata

r) 18 Bidang Kesatuan Bangsa

s) 19 Bidang Kepegawaian

t) 20 Bidang Penghubung

u) 21 Bidang Komunikasi, Informasi dan Dokumentasi

v) 22 Bidang BUMD

6) Kecamatan di beri nomor kode dimulai dari nomor unit 50 (lima

puluh) dan seterusnya sesuai dengan jumlah kecamatan pada

masing–masing kabupaten/kota.

c. Nomor kode Register


Nomor kode register merupakan nomor urut pencatatan dari setiap

barang, pencatatan terhadap barang, pencatatan terhadap barang

yang sejenis, tahun pengadaan sama, besaran harganya sama

seperti meja dan kursi jumlahnya 150, maka pencatatannya dapat

dilakukan dalam suatu format pencatatan dalam lajur registrasi,

ditulis : 0001

s/d 0150. Nomor urut pencatatan untuk setiap barang yang

spesifikasi, type, merk, jenis berbeda, maka nomor registernya

dicatat tersendiri untuk masing–masing barang.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek penelitian

Magang di lakukan di instansi pemerintahan yaitu di Kecamatan

Pemangkat yang berlokasi di jl.Haji Uray Bawadi Nomor 56, Pemangkat,

Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, 79453. Penelitian ini di lakukan karena

setiap instansi pemerintah wajib melaporkan laporan keuangan yang

bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat

keputusan baik ekonomi, sosial, maupun politik (PP NO 71 Tahun 2010).

1. Deskripsi instansi pemerintah

Kecamatan pemangkat merupakan kecamatan yang terdapat di Kabupaten

Sambas, Kalimantan Barat, Indonesia. Kecamatan pemangkat adalah

salah satu dari 19 kecamatan yang merupakan daerah bawahan pemerintah

kabupaten sambas. Kecamatan pemangkat pada masa kesultanan sambas

dipimpin wakil sultan, kemudian menjadi distrik, dipimpin oleh seorang

demang. Sesudah indonesia merdeka, wilayah kecamatan pemangkat

terdiri dari kecamatan tebas, kecamatan jawai, dan kecamatan pemangkat.

Sampai tahun 1955, wilayah ini dikoordinir oleh kawedanan pemangkat.

Pada tahun 1958, kawedanan pemangkat dipecah menjadi

3 kecamatan yang ada, yaitu kecamatan pemangkat, kecamatan tebas,

dan kecamatan jawai
2. Jenis usaha instansi pemerintah

Kecamatan pemangkat merupakan jenis instansi pemerintah yang

merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dari Pemerintah

Kabupaten Sambas Provinsi Kalimatan Barat. Yang betugas melaksanakan

berdasarkan keputusan Walikota No. 31 tahun 2001 tugas pokok camat

adalah sebagai berikut :

a) Pelaksanaan sebagian kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan

kepada daerah

b) Pembinaan kelurahan

c) Pembinaan ketentraman dan ketertiban kecamatan

d) Pembinaan pembangunan kecamatan yang meliputi pembinaan

pembangunan, perekonomian, produksi dan distribusi serta pembinaan

kelestarian lingkungan hidup

e) Penyusunan program, pembinaan administrasi, ketatausahaan dan

rumah tangga kecamatan

Adapun 23 Kewenangan Camat berdasarkan Keputusan Walikota

Nomor : 47 Tahun 2001 Tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan

Kepala Daerah pada Camat adalah sebagai berikut :

1) Bidang pertanian

2) Bidang kependudukan

3) Bidang olahraga

4) Bidang perhubungan

5) Bidang lingkungan hidup


6) Bidang pekerjaan umum

7) Bidang kepariwisataan

8) Bidang ketenagakerjaan

9) Bidang kesehatan

10) Bidang sosial

11) Bidang penata ruang

12) Bidang pertanahan

13) Bidang koperasi, pengusaha kecil dan menengah

14) Bidang perindustrian dan perdagangan

15) Bidang pendidikan dan kebudayaan

16) Bidang politik dalam negeri dan administrasi publik

17) Bidang pengembangan otonomi daerah

18) Bidang perimbangan keuangan

19) Bidang pertambangan dan energi

20) Bidang penanaman modal daerah

21) Bidang hukum dan perundang-undangan

22) Bidang informasi dan komunikasi

23) Bidang perlindungan masyarakat.

B. Data dan Metode Penelitian

Data yang di gunakan dalam metode ini adalah data primer, yaitu dengan

cara mengunjungi tempat yang ingin diamati untuk memperoleh data–data

aktual dan sesuai fakta (dwi,2010). Metode perolehan data yang diguanakan

adalah metode observasi, yaitu salah satu metode pengumpulan data dengan
cara melakukan pengamatan secara langsung yang meliputi kegiatan

pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat

indera. Dalam hal ini penulis mengamati data anggaran realisasi yang dimiliki

kantor kecamatan pemangkat, dengan melakukan magang di kantor kecamatan

pemangkat.

C. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini yaitu

metode kuantitatif. Menurut Sugiyono (2018), “ Metode kuantitatif dapat

diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistic, dengan tujuan untuk menggambarkan dan menguji

hipotesis yang telah ditetapkan.

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

penelitian dengan metode pendekatan deskriptif. Menurut Sugiyono (2018), “

penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tanpa maksud

membuat kesimpulan yang lebih luas’. Metode pendekatan deskriptif dalam

penelitian ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penyusunan

tugas akhir ini.


BAB IV

ANALISIS DATA

A. Aktivitas magang

Aktivitas magang merupakan salah satu syarat penyusunan tugas akhir

bagi mahasiswa sarjana program studi akuntansi pada Universitas Teknologi

Yogyakarta. Untuk memenuhi syarat tersebut penulis melaksanakana

program magang di Kecamatan Pemangkat. Aktivitas magang yang dijalani

oleh penulis di kecamatan pemangkat, selama kurang lebih satu bulan di

mulai dari tanggal 7 maret 2019 sampai 14 april 2019. Kegiatan magang

dimulai dari pembagian tempat di divisi dan pengarahan serta tata tertib yang

berlaku di kecamatan pemangkat.

Dalam pelaksanaan aktivitas magang tersebut penulis ditempatkan di Kasi

Kepemerintahan. Adapun kegiatan penulis selama magang sebagai berikut:

1. Membantu pengentrian surat masuk dan keluar serta disposisi surat di

bagian persuratan.

2. Membantu mengecek persediaan barang pada akhir bulan di ruang

persediaan yang dikelola oleh pengurus barang.

B. Manfaat Magang

1. Membuka kesempatan mahasiswa menerapkan teori dan pengetahuan

yang diterma di ruang kuliah kedalam dunia kerja secara terstruktur.

2. Memahami dan mempelajari secara langsung proses pengentrian surat

masuk dan keluar

3. Memahami dan mempelajari pengentrian kartu persediaan


C. Gambaran Umum Kecamatan Pemangkat

1. Latar Belakang

Kecamatan pemangkat merupakan kecamatan yang terdapat

di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Indonesia. Kecamatan

pemangkat adalah salah satu dari 19 kecamatan yang merupakan daerah

bawahan Pemerintah Kabupaten Sambas. Kecamatan pemangkat pada

masa kesultanan sambas dipimpin wakil sultan, kemudian menjadi

distrik, dipimpin oleh seorang demang. Sesudah Indonesia merdeka,

wilayah kecamatan pemangkat terdiri dari kecamatan tebas, kecamatan

jawai, dan kecamatan pemangkat. Sampai tahun 1955, wilayah ini

dikoordinir oleh kawedanan pemangkat. Pada tahun 1958, kawedanan

pemangkat dipecah menjadi 3 kecamatan yaitu kecamatan

pemangkat, kecamatan tebas, dan kecamatan jawai. Kecamatan

pemangkat telah dimekarkan lagi menjadi dua kecamatan, yaitu

kecamatan pemangkat dan kecamatan semparuk.

2. Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : Kantor Kecamatan Pemangkat

Bidang Usaha : Satuan Kerja Perangkat Desa

Status Modal : APBD

Alamat : Jalan Haji Uray Bawadi No.56

Desa : Pemangkat Kota

Kecamatan : Pemangkat

Kabupaten : Sambas
Provinsi : Kalimantan Barat

3. Visi, Misi, Kecamatan Pemangkat

a) Visi Kantor Kecamatan Pemangkat

Mewujudkan kecamatan Pemangkat yang mampu memberikan

pelayanan dalam segenap aspek guna mensukseskan kebijakan

Pemerintah Kabupaten Sambas.

b) Misi Kantor Kecamatan Pemangkat

1) Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat melalui

pengembangan sumber daya aparatur pemerintah

Kecamatan/Kelurahan dengan mengutamakan prinsip ”Good

Government”.

2) Menampung dan merespon aspirasi masyarakat serta

mengupayakan penyelesaian permasalahan masyarakat terhadap

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan kehidupan

kemasyarakatan.

3) Menggali dan menumbuh-kembangkan potensi, kesadaran,

kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam setiap tahap proses

pembangunan.
Struktur Organisasi

Anda mungkin juga menyukai