Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perjalaan sejarah pembangunan nasional, minyak bumi dan gas


alam memiliki peran penting dan strategis. Selain menguasai hajat hidup orang
banyak, migas juga merupakan sumber energi bagi kegiatan ekonomu nasional.
Sektor migas turut berkontribusi dalam penerimaan devisa negara dan pada masa
awal pembangunan porsi terbesar dari penerimaan negara bersumber dari
pengelolaan migas.

Pertamina merupakan perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi


negara yang menyediakan pelayanan jasa kepada masyarakat. Sebagai salah satu
BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang mengemban misi penting dan strategis
dalam pembangunan sektor migas, selama beberapa dasawarsa merupakan aktor
tunggal dalam mengelola kekayaan migas dan menjamin ketersediaan sumber
energi khusus BBM (Bahan Bakar Minyak). Meskipun peran itu sebagian telah
diambil kembali oleh pemerintah melalui UU No. 22/2001 yang membuka
kesempatan bagi perilaku bisnis untuk berkiprah dalam bisnis nasional, Pertamina
masih dianggap dan diharapkan menjadi perusahaan migas utama dalam
pembangunan sektor migas nasional.

Pengelolaan minyak bumi nasional tidak dapat dilepaskan dari perjalanan


bangsa, sejak masa pendudukan Belanda hingga masa kemerdekaan. Berdasarkan
catatan sejarah, pengelolaan minyak bumi di Indonesia termasuk yang tertua di
dunia. Usaha pengeboran minyak bumi pertama kali di Indonesia dilakukan di
Cibodas oleh pihak Reerink pada tahun 1871, atau 12 tahun setelah pengeboran
minyak bumi pertama dunia di Pennsylvania.

Pengelolaan minyak dan gas bumi memang memerlukan runtutan proses


yang cukup panjang, dari pertama kali melakukan proses Geology Seismic hingga
minyak dan gas bumi dapat dimanfaatkan dari hasil produksi yang digunakan oleh
oleh masyarakat luas untuk kelangsungan hidup mereka sehari-hari.

Dari uraian tersebut, penulis ingin lebih mengkaji tentang tahapan yang
mana seorang Geologist dituntut agar bisa memperkirakan dimana tepatnya zona-
zona pada formasi yang akan kita lakukan proses drilling, dimana zona tersebut
memiliki potensi besar mengandung hidrokarbon yang memang menjadi tujuan
dari proses drilling yang kita lakukan yaitu penilaian formasi. Sedangkan
penilaian formasi dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu well logging, mud
logging, dan pengambilan sampel inti batuan (coring).

1.2 Rumusan Masalah

Untuk dapat memahami lebih dalam berdasarkan latar belakang tersebut,


maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1
1. Apa pengertian dari penilaian formasi?
2. Apa saja jenis well logging yang ada pada proses penilaian formasi?
3. Bagaimana mengetahui perhitungan porositas pada formasi?
4. Bagaimana menghitung saturasi air pada formasi?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah diatas yang telah ditentukan maka, tujuan yang
didapat yaitu :

1. Dapat menjelaskan dan mengartikan secara benar pengertian dari


penilaian formasi.
2. Dapat mengetahui jenis-jenis well logging pada proses penilaian
formasi.
3. Dapat menghitung nilai porositas pada formasi sesuai prosedur dan
cara yang benar.
4. Dapat menghitung nilai saturasi air pada formasi dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai