SEJARAH MUHAMMADIYAH
Di susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kemuhammadiyahan
Dosen Pengampu : Muntohar, M.Pd.I.
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Yani Meilantini (1911010053)
Dyas Cahya Oktaviani P (1911010047)
Lutfika Amilus Tasyach (1911010004)
Choliq Syaiful Hidayah (1911010044)
Hendri Agung Margi S (1911010005)
Dengan memanjatkan puji dan syukur karena Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunia-Nyalah kami dapat memnyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul
“Sejarah Muhammadiyah”.
Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Kemuhammadiyahan. Disamping itu, makalah ini diharapkan dapat menjadikan sarana
pemebelajaran serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
Disamping itu, kami juga menyadari akan segala kekurangan dan ketidaksempurnaan,
baik dari segala penulisan maupun dari cara penyajiannya. Oleh karena itu, kami dengan
senang hati menerima kritik dan saran demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.
Kami berharap mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami
dan para pembaca pada umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah.............................................................2
B. Faktor – Faktor yang Melatar Belakangi Berdirinya Muhammadiyah..................3
BAB III....................................................................................................................................10
PENUTUP...............................................................................................................................10
A. Kesimpulan..................................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia. Nama organisasi
ini diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sehingga
Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi
Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman
Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang
bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau
adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang.
Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan
amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali
kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist.
Berdasarkan itu kami ingin menggali lebih dalam tentang Muhammadiyah yang satu-
satunya menjadi organisasi masa islam yang modern tanpa mengesampingkan ajaran islam
itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Muhammadiyah?
2. Apa saja faktor yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah?
3. Apa visi dan misi Muhammadiyah?
4. Siapa tokoh pendiri Muhammadiyah?
5. Apa maksud dan tujuan didirikannya Muhammadiyah?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Imperialisme Eropa tidak hanya membonceng gerilya gerejawan dan para penginjil
untuk menyampaikan ’ajaran jesus’ untuk menyapa umat manusia diseluruh dunia untuk
’mengikuti’ ajaran jesus. Tetapi juga membawa angin modernisasi yang sedang melanda
erofa. Modernisasi yang terhembus melalui model pendidikan barat (belanda) di indonesia
mengusung paham-paham yang melahirkan moernisasi erofa, seperti sekularisme,
individualisme, liberalisme dan rasionalisme. Jika penetrasi itu tidak dihentikan maka akan
terlahir generasi baru islam yang rasional tetapi liberal dan sekuler.
3
dibeberapa kota, sejak dari pendidikan dasar sampai atas, yang terdiri dari lembaga
pendidikan guru dan sekolah kejuruan. Adanya lembaga pendidikan colonial terdapatlah
dua macam pendidikan diawal abad 20, yaitu pendidikan islam tradisional dan
pendideikan colonial. Kedua jenis pendidikan ini dibedakan, bukan hanya dari segi
tujuan yang ingin dicapai, tetapi juga dari kurikulumnya.
Pendidikan kolonial melarang masuknya pelajaran agama dalam sekolah-sekolah
colonial, dan dalan artian ini orang menilai pendidikan colonial sebagai pendidikan yang
bersifat sekuler, disamping sebagai peyebar kebudayaan barat. Dengan corak pendidikan
yang demikian pemerintah colonial tidak hanya menginginkan lahirnya golongan
pribumi yang terdidik, tetapi juga berkebudayaan barat. Hal ini merupakan salah satu sisi
politik etis yang disebut politik asisiasi yang pada hakekatnya tidak lain dari usaha
westernisasi yang bertujuan menarik penduduk asli Indonesia kedalam orbit kebudayaan
barat. Dari lembaga pendidikan ini lahirlah golongan intlektual yang biasanya memuja
barat dan menyudutkan tradisi nenekmoyang serta kurang menghargai islam, agama
yang dianutnya. Hal ini agaknya wajar, karena mereka lebih dikenalkan dengan ilmu-
ilmu dan kebudayaan barat yang sekuler anpa mengimbanginya dengan pendidiakan
agama konsumsi moral dan jiwanya. Sikap umat yang demikianlah tankanya yang
dimaksud sebagai ancaman dan tantangan bagi islam diawal abad ke 20.
3. Faktor subyektif
Faktor subyektif adalah faktor yang didasarkan atas pertimbangan pribadi KH.
Ahmad Dahlan. Faktor subyektif inilah yang sangat kuat, bahkan dikatakan sebagai faktor
utama dan faktor penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah.
Menurut para analis, faktor subyektif yang paling fundamental adalah hasil kajian
mendalam KH. Ahmad Dahlan terhadap al-Qur’an. Sikap KH. Ahmad Dahlan seperti ini
sesungguhnya dalam rangka melaksanakan firman Allah sebagaimana yang tersimpul
dalam surat An-Nisa ayat 82 dan surat Muhammad ayat 24, yaitu melakukan taddabur
atau memperhatikan dan mencermati dengan penuh ketelitian terhadap apa yang tersirat
dalam ayat-ayat al-Qur’an. Sikap seperti ini pulalah yang dilakukan oleh KH. Ahmad
Dahlan ketika mencermati surat Ali Imran ayat 104 yang artinya: “Dan hendaklah ada di
antara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang makruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-orang yang
beruntung.
4
Memahami seruan diatas, KH. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk membangun
sebuah perkumpulan, organisasi atau persyarikatanyang teratur dan rapi yang tugasnya
berkhidmad pada melaksanakan misi dakwah Amar Makruf Nahi Mungkar di tengah
masyarakat kita.
5
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH.
Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang
bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Pendiri
Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim,
salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama
Islam di Jawa.
Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul
Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng
Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo,
Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad
Darwisy (Ahmad Dahlan).
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada
periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu
dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah.
Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad
Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun.
Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari
pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di
kampung Kauman, Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak
Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang
Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah,
KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti
Busyro, Irfan Dahlan, Siti. Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi
Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai
Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya
dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia
pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.
Segala hal yang dikerjakan oleh muhammadiyah didahului dengan adanya maksud
dan tujuan tertentu. Dan dengan maksud dan tujuan itu pula akan mengarahkan gerak
6
perjuangan gerak perjuangan, menentukan besar kecillnya kegiatan serta macam macam
amal usaha muhammadiyah. Pada waktu pertama berdirinya Muhamadiyah memiliki
maksud dan tujuan sebagi berikut:
1. Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepada penduduk bumi-putra, di dalam residensi Yogyakarta.
2. Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya
Sejak pertama kali didirikan oleh Ahmad Dahlan sampai Muktamar Muhammadiyah ke-
44 di Jakarta tahun 2000. Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah telah mengalami
tujuh kali perubahan redaksional, susunan bahasan dan istilah yang dipergunakan. Saat
ini Muhammadiyah menggunakan rumusan yang dihasilkan saat Muktamar ke-34 di
Yogyakarta, yaitu : “Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.”
Muhammadiyah juga hadir dengan ciri-ciri yang melekat dalam aktivis pergerakannya
sebagai berikut :
1. Muhammadiyah sebagai gerakan Gerakan Islam
Muhammadiyah secara proaktif tampil mempelopori pembaharuan untuk
kesempurnaan. Karena Muhammadiyah merupakan gerakannya Islam, maka gerak-
gerik langkah usahanya selalu berdasarkantuntunan agama Islam, sehingga segala
sesuatunya dijalankan dengan cara-cara yang dibenarkan oleh ajaran Islam.
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah, maka jelaslah bahwa
sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena di ilhami, di motivasi
dan di semnangati oleh ajaran-ajaran Al Quran. Oleh karena itu, seluruh gerak dan
langkahnya tidak ada motif lain, kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-
prinsip ajaran Islam, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan,
kerumahtanggaan, perekonomian dan sebagainya yang tidak dapat dilepaskan dari
ajaran-ajaran Islam.
Tegasnya, gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan
wajah Islam dalam wujud yag riil, konkret dan nyata, yang daopat dihayati
dirasakan dan dinikmati oleh umat, sebagai rahmatan lil a’lamin.
Pengukuhan organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember
1912 dengan mengirim “Statuten Muhammadiyah” (Anggaran Dasar
Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh
Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Dalam “Statuten
7
Muhammadiyah” yang pertama itu, tanggal resmi yang diajukan ialah tanggal
Hijriyah. Dalam artikel 1 dinyatakan, Perhimpunan itu ditentukan buat 29 tahun
lamanya, mulai 18 November 1912. Namanya “Muhammadiyah” dan tempatnya di
Yogyakarta. Sedangkan maksudnya ialah “menyebarkan pengajaran agama Nabi
Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam kepada penduduk nusantara di dalam
residensi Yogyakarta dan memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.”
2. Muhammadiyah sebagai gerakan Dakwah
Karena pola gerakannya berdasarkan pada QS. Ali Imran ayat 104, maka
tampak bahwa sifat gerakannya selalu mendakwahkan Islam, di tengah-tengah
masyarakat dalam berbagai bentuk. Dalam dakwah amar ma’ruf nai nahi
mungkar Muhammadiyah mengarahkan kepada dua bidang :
Bidang perorangan
o Orang yang telah masuk Islam, sifat dakwahnya adalah tajdid, yaitu
pemurnian ajaran agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan dalam
Al-Quran dan Al-Hadist, pemurnian itu meliputi :
- Pemurnian Akidah, yaitu tauhid yang bersih dari tahayyul. Khutofat dan
syirik serta pengamatan terhadap benda-benda serta pengeramatan
terhadapan manusia baik yang hidup maupun yang sudah mati.
- Pemurnian Ibadah, yaitu membersihkan amal ibadah dari bid’ah dan
taqlid, seperti : berkirim pahala kepada orang yang telah mati dengan
bermacam-macam bacaan dan memperingatinya pada hari tertentu.
Memurnikah Akhlak, yaitu berakhlak sesuai yang dituntunkan Nabi
Muhammad SAW.
o Orang yang belum masuk Islam, sifat dakwahnya adalah seruan dan
ajakan disertai dengan berbagai alasan dan penjelasan yang penuh dengan
kebijaksanaan, sehingga akhirnya menjatuhkan pilihan Islam sebagai
agama yang mampu menyelamatkan dirinya baik di dunia maupun di
akhirat.
Bidang Masyarakat
Sifat dakwahnya berupa bimbingan, perbaikan, dan peringatan kepada
masyarakat, sambil meyakinkan mereka, bahwa perbaikan masyarakat akan
mereka peroleh apabila mereka melaksanakan petunjuk-petunjuk Allah
8
sebagai pedoman dalam segala segi kehidupannya. Semua itu
dilaksanakansemata-mata untuk kemaslahatan masyarakat itu sendiri.
3. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid
Muhammadiyah selalu melangkah dan bergerak sesuai tuntunan nash Al
Quran dan Sunnah, serta menunjukkan metode-metode baru dalam
melaksanakan ajaran Islam di tengah-tengah kehidupan dan perkembangan
masyarakat.
Pada ciri ketiga ini yang sangat melekat pada gerakan Muhammadiyah
adalah adanya gerakan tajdid atau reformasi. Sejak awal berdirinya,
Muhammadiyah menempatkan diri sebagai salah satu organisasi yang
berkhidmat menyebarluaskan ajaran ajaran Islam sebagaimana yang tercantum
dalam Al Quran dan Sunnah. Disamping itu juga sekaligus membersihkan
berbagai amalan umat yang terang-terangan menyimpang dari ajaran Islam, baik
berupa bid’ah, khurafat dan syirik, karena bagi Muhammadiyah segala bentuk
amalan yang bernuansa sinkretisme maupun formalis merupakan benalu yang
dapat merusak akidah dan ibadah seseorang.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia. Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi
pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah didirikan
di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember
1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan
Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta
sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada
waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat
mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam
yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Sejarah Muhammadiyah”, kami
dari kelompok 3 menyadari bahwa masih banyak kesalahan sehingga belum
sempurnanya makalah kami. Maka kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari dosen pembimbing dan teman-teman sekalian.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://tonijulianto.wordpress.com/2012/12/14/sejarah-berdirinya-muhammadiyah-di-
indonesia/
http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-44-cam-tentang-muhammadiyah.html
http://www.muhammadiyah.or.id/content-178-det-sejarah-singkat.html
http://suara-muhammadiyah.com/
http://www.biografiku.com/2011/12/biografi-kh-ahmad-dahlan.html
Haedar Nashir, KH. Ittah Muhammadiyah, menengok kembali kelahiran
Muhammadiyah,kontirbutor dalam Muhammadiyah online,Selasa, 12 Desember
2006.
11