Anda di halaman 1dari 9

Modul 2

Skenario 2: Bayi Ny. Yuni


Ny. Yuni membawa bayi perempuannya yang berusia 9 bulan ke UGD puskesmas
dengan keluhan utama kejang sejak 1 jam yang lalu. Saat kejang mata mendelik keatas, lalu
keempat anggota gerak bergerak kelojotan. Berdasarkan skrining MTBM, didapatkan pasien
demam dua hari sebelumnya, demam tinggi, tidak menggigil. Batuk dan sesak nafas tidak ada.
Dari anamnesis dokter, didapatkan Ny. Yuni melahirkan di rumah bidan, bayi tidak langsung
menangis, terlihat letargi dan merintih. Bayi lahir dengan berat badan 2400 gram dan panjang
badan 44 cm, lingkar kepala 31 cm, pervaginam di usia kehamilan 39 minggu. Dokter juga
menanyakan riwayat kehamilan Ny. Yuni apakah pernah mengalami riwayat keguguran
berulang. Pada saat ini berat badan bayi adalah 6 kg dan panjang badan 64 cm. Dokter segera
memberikan terapi oksigen, memasang infus, pemberian antipiretik dan obat antikejang sebelum
merujuk bayi Ny.Yuni ke rumah sakit.
Dokter di RSUP DR. M Djamil Padang melakukan perawatan terhadap bayi Ny.Yuni.
Saat dirawat, dokter melihat bayi tersebut kuning dan hepar teraba membesar. Dokter melakukan
serangkaian pemeriksaan darah dan pemeriksaan radiologi. Selama rawatan bayi pernah
mengalami kejang, dari pemeriksaan darah dan lumbal punksi waktu itu tidak didapatkan adanya
kelainan. Bayi diperbolehkan pulang setelah dirawat selama 2 minggu.
Ny. Yuni menolak untuk memberikan ASI sejak bayinya baru lahir dengan alasan sibuk
bekerja. Ny. Yuni mempunyai profesi sebagai pramusaji kafe dan suaminya bekerja sebagai
supir yang pulang ke rumah sekali dalam 2 minggu. Suami Ny. Yuni bertato, mempunyai
perawakan kurus dan 2 bulan terakhir mengeluhkan demam dan diare yang tidak sembuh-
sembuh.
Bagaimanakah anda menjelaskan kasus di atas?

TERMINOLOGI
1. Kejang: gangguan aktivitas listrik di otak. Kondisi ini sering kali ditandai oleh gerakan
tubuh yang tidak terkendali dan disertai hilangnya kesadaran. Kejang bisa menjadi tanda
adanya penyakit pada otak, atau kondisi lain yang memengaruhi fungsi otak.
2. MTBM: Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan suatu pendekatan yang
terpadu dalam tatalaksana bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat maupun yang
sakit, baik yang datang ke fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi oleh tenaga
kesehatan pada saat kunjungan neonatal.
3. Antipiretik: obat penurun panas. Obat-obat antipiretik juga menekan gejala-gejala yang
biasanya menyertai demam seperti mialgia, kedinginan, nyeri kepala, dan lain-lain.
4. Lumbal punksi: prosedur pengambilan cairan tulang belakang dan otak (serebrospinal).
Prosedur ini dilakukan dengan menusukkan jarum ke celah tulang belakang di punggung
bagian bawah.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mengapa bayi perempuan Ny. Yuni kejang sejak 1 jam yang lalu?
2. Mengapa saat kejang mata mendelik keatas, lalu keempat anggota gerak bergerak
kelojotan?
3. Bagaimana prosedur skrining MTBM yang dilakukan dokter kepada bayi Ny. Yuni?
4. Bagaimana interpretasi dari hasil skrining MTBM bayi Ny. Yuni (pasien demam dua hari
sebelumnya, demam tinggi, tidak menggigil, batuk dan sesak nafas tidak ada)?
5. Bagaimana interpretasi dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta antropometri
bayi Ny. Yuni?
6. Bagaimana prosedur tatalaksana awal yang diberikan dokter kepada bayi Ny. Yuni
sebelum dirujuk?
7. Mengapa bayi Ny. Yuni kuning dan heparnya teraba membesar?
8. Mengapa dokter melakukan serangkaian pemeriksaan darah dan pemeriksaan radiologi
kepada bayi Ny. Yuni?
9. Bagaimana dampak yang dapat ditimbulkan dari penolakan pemberian ASI Ny. Yuni
kepada bayinya?
10. Mengapa suami Ny. Yuni 2 bulan terakhir ini mengeluhkan demam dan diare yang tidak
sembuh-sembuh?

ANALISIS MASALAH
1. Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten dapat berupa
gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom yang
disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron otak. Status
epileptikus adalah kejang yang terjadi lebih dari 30 menit atu kejang berulang lebih dari
30 menit tanpa disertai pemulihan kesadaran. Mekanisme dasar terjadinya kejang adalah
peningkatan aktifitas listrik yang berlebihan pada neuron-neuron dan mampu secara
berurutan merangsang sel neuron lain secara bersama-sama melepaskan muatan
listriknya. Hal tersebut diduga disebabkan oleh; 1] kemampuan membran sel sebagai
pacemaker neuron untuk melepaskan
muatan listrik yang berlebihan; 2]
berkurangnya inhibisi oleh
neurotransmitter asam gama amino
butirat [GABA]; atau 3]
meningkatnya eksitasi sinaptik oleh
transmiter asam glutamat dan aspartat
melalui jalur eksitasi yang berulang.
Klasifikasi kejang bayi Ny. Yuni: kejang umum klonik (seluruh anggota gerak kelojotan).
Sampai baris skenario keempat belum diketahui adanya infeksi ataupun kelainan yang
jelas di intrakranial, kemungkinan besar diagnosis mengarah ke kejang demam (Kejang
demam adalah kejang yang terjadi pada anak berusia 3 bulan sampai 5 tahun dan
berhubungan dengan demam serta tidak didapatkan adanya infeksi ataupun kelainan yang
jelas di intrakranial). Dan kalau termasuk kejang demam, dikategorikan sebagai kejang
demam kompleks.
Demam dapat menimbulkan kejang melalui mekanisme sebagai berikut:
a. Demam dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel-sel yang belum matang/
immatur.
b. Timbul dehidrasi sehingga terjadi ganguan elektrolit yang menyebabkan gangguan
permeabilitas membran sel.
c. Metabolisme basal meningkat, sehingga terjadi timbunan asam laktat dan CO2 yang
akan merusak neuron.
d. Demam meningkatkan Cerebral Blood Flow (CBF) serta meningkatkan kebutuhan
oksigen dan glukosa, sehingga menyebabkan gangguan pengaliran ion-ion keluar masuk
sel.

2. Penyebab terjadinya kejang demam belum diketahui dengan pasti. Akan tetapi, demam
yang menimbulkan kejang pada anak-anak dapat dipicu oleh beberapa hal, yaitu:

 Setelah imunisasi
Pada beberapa anak, pemberian imunisasi dapat menimbulkan demam yang bisa memicu
kejang demam.

 Infeksi

Anak dapat mengalami kejang pada saat mengalami demam akibat infeksi virus atau
infeksi bakteri.

Anak yang berusia 12-18 bulan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kejang
demam dibandingkan anak yang lebih tua. Selain itu, anak yang lahir dari keluarga
dengan riwayat kejang demam juga lebih berisiko mengalami kejang demam.

3. Tanyakan pada ibu mengenai masalah anaknya → memeriksa tanda bahaya umum →
tanyakan keluhan utama → apakah anak demam? → memeriksa status gizi → pastikan
bahwa setiap anak dengan tanda bahaya umum apapun harus dirujuk setelah
mendapatkan dosis pertama antibiotik dan tindakan pra rujukan lainnya
4. Lihat MTBS
5. Dari anamnesis dokter, didapatkan Ny. Yuni melahirkan di rumah bidan, bayi tidak
langsung menangis, terlihat letargi dan merintih (asfiksia, apabila tidak ditangani dengan
baik bisa bermanifestasi menjadi Cerebral Palsy, bisa sering kejang). Bayi lahir dengan
berat badan 2400 gram dan panjang badan 44 cm, lingkar kepala 31 cm, pervaginam di
usia kehamilan 39 minggu (BBLR, kecil masa kehamilan, lahir cukup bulan). Dokter
juga menanyakan riwayat kehamilan Ny. Yuni apakah pernah mengalami riwayat
keguguran berulang. Pada saat ini berat badan bayi adalah 6 kg dan panjang badan 64 cm
(BB/U gizi kurang, TB/U pendek/stunted, kemungkinan kurang gizi karena tidak diberi
ASI).

6. Obat anti epilepsi (AED) terapi, pengobatan utama untuk sebagian besar pasien, memiliki
empat tujuan: untuk menghilangkan kejang atau mengurangi frekuensi mereka ke tingkat
maksimum yang mungkin, untuk menghindari efek samping yang berhubungan dengan
pengobatan jangka panjang, dan untuk membantu pasien dalam mempertahankan atau
memulihkan kegiatan psikososial mereka, dan dalam menjaga kestabilan kehidupan
sehari–hari mereka. Keputusan untuk memulai terapi obata anti epilepsy harus
berdasarkan analisis informasi tentang kemungkinan kejang kekambuhan, konsekuensi
terus kejang untuk pasien, dan efek menguntungkan dan merugikan dari farmakologis
yang akan diberikan.
7. Kuning atau ikterik di sini bersifat patologis (karena usianya saja sudah lebih dari 9
bulan). Kemungkinan bisa disebabkan antara anemia hemolitik atau hepatitis (transmisi
vertikal apabila ibunya menderita hepatitis). Hepatomegali adalah kondisi membesarnya
hati melebihi ukuran normalnya. Kondisi ini merupakan tanda telah terjadinya gangguan
pada hati. Hepatomegali bisa menyebabkan gejala berupa rasa begah, membesarnya
perut, hingga munculnya penyakit kuning.

Hepatomegali bisa disebabkan oleh penyakit hati atau organ lain yang berhubungan dengan hati.
Berikut ini adalah beberapa penyakit atau kondisi yang bisa menyebabkan hepatomegali:

 Hepatitis atau radang hati, akibat infeksi virus hepatitis


 atau kista hati
 Penyakit perlemakan hati akibat alkohol atau NASH (non-alcoholic fatty liver disease)
 Tumor, kanker hati, atau metastasis kanker dari organ lain ke hati
 Gangguan atau penyakit darah, termasuk leukemia, limfoma, atau anemia hemolitik
 Gangguan atau penyakit pada kandung empedu dan salurannya, termasuk primary biliary
cirrhosis atau cholangitis
 Penyakit jantung, seperti gagal jantung kongestif
 Kelainan genetik, seperti Wilson’s disease
 Gangguan pada aliran darah vena hati, seperti Sindrom Budd-Chiari
 Efek penggunaan obat-obatan atau paparan zat kimia tertentu

8. Pemeriksaan darah dan radiologi dilakukan untuk memastikan penyebab kejang dari bayi
Ny. Yuni, apakah kejang demam biasa, atau karena infeksi mikroorganisme tertentu (atau
menentukan apakah terdapat gangguan metabolik), atau karena adanya gangguan pada
fungsi organ (daerah kepala, otak).
9. 1) Bertambahnya kerentanan terhadap  penyakit (baik anak maupun ibu)
Menyusui diyakini dapat mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA),
kejadian diare dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada bayi prematur dapat
berkurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga dapat
menurun 6-10%.

2) Biaya pengobatan bertambah


Mendukung ASI berarti dapat mengurangi kejadian diare dan pneumonia sehingga biaya
kesehatan dapat dikurangi 256,4 juta USD atau 3 triliun tiap tahunnya.

3) Kerugian kognitif - hilangnya pendapatan  bagi individual


ASI eksklusif dapat meningkatkan IQ anak. Kelak ia memiliki potensi untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik karena memiliki kecerdasan tinggi. Tentunya hal
ini akan meningkatkan potensi mendapatkan penghasilan yang lebih optimal. Tahukah
Anda dengan peningkatan IQ dan pendapatan per kapita, negara dapat menghemat Rp
16,9 triliun.

4) Biaya susu formula


Di Indonesia, hampir 14% dari penghasilan seseorang habis digunakan untuk membeli
susu formula bayi berusia kurang dari 6 bulan. Dengan ASI eksklusif, penghasilan
orangtua dapat dihemat sebesar 14%.

10. Suami Ny. Yuni bertato, mempunyai perawakan kurus dan 2 bulan terakhir mengeluhkan
demam dan diare yang tidak sembuh-sembuh. Suami Ny. Yuni memiliki faktor risiko
terinfeksi HIV, dan demam serta diare kronis yang dialaminya merupakan gejala dan
tanda dari HIV. Kemungkinan besar suami Ny. Yuni terinfeksi HIV.

Anda mungkin juga menyukai