Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir Kepaniteraan Klinik Madya
di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura
Disusun oleh:
Rahmawati, S.Ked
2019086016337
Dokter Pembimbing:
dr. Jan F. Siauta, Sp.B. (K) Onk
TUGAS JURNAL
Dipresentasikan
Oleh:
Rahmawati, S.Ked
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian di Bagian
Pembimbing
Tgl Presentasi :
Tanda tangan
Kanker Rongga Mulut
Rangkuman
Insiden karsinoma sel skuamosa dari rongga oral semakin meningkat
Penggunaan tembakau, dalam segala bentuk, adalah faktor risiko mayor untuk
karsinoma sel skuamosa; tembakau bekerja secara sinergis dengan alkohol
Karsinoma sel skuamosa ditemukan intra-oral sebagai ulkus yang tidak sembuh,
atau patch putih atau merah
Biopsi yang dilakukan di bawah anestesi lokal adalah pemeriksaan yang paling
penting dalam mendiagnosis kanker oral
Tingkat sintasan lima tahun untuk kanker bibir baik namun rendah untuk jenis
kanker mulut lainnya, khususnya jika lesi besar pada saat diagnosis
Sintasan pasien dengan kanker oral masih jelek walau dengan kemajuan
pembedahan. Sekitar 30-40% dari pasien dengan kanker intra-oral akan bertahan
lima tahun; waktu sintasan yang pendek sebagian besar disebabkan oleh deteksi
yang terlambat.1 Kesadaran masyarakat mengenai kanker oral dibandingkan
dengan kanker lain rendah dan hal ini berkontribusi terhadap tertundanya
diagnosis.2 Namun, mulut dapat diperiksa oleh profesional kesehatan dengan
mudah dan akurat daripada bagian tubuh lainnya. Semua petugas kesehatan perlu
menyadari bahwa pasien dengan ulkus atau patch putih yang persisten melebihi
tiga minggu harus dirujuk untuk evaluasi lanjutan ke dokter mulut atau ke ahli
bedah mulut dan maksilofasial. Penggunaan tembakau adalah penyebab utama
kanker oral, dan dokter serta profesional kesehatan lain dapat berkontribusi
terhadap pencegahan primer dengan membuat pasien sadar bahwa tembakau
dalam segala bentuknya menjadi predisposisi kanker oral.
METODE
Mayoritas referensi dalam artikel ini didapat dari koleksi pribadi yang
dikumpulkan selama 10 tahun bekerja dalam bidang ini dan selama studi skrining
untuk kanker oral. Pencarian artikel Medline yang dipublikasikan antara tahun
1966 – 1998 dengan menggunakan istilah “mulut” dan “neoplasma”
menghasilkan 20.664 artikel. Penambahan kata kunci “sistematis” dan “tinjauan”
tidak mengidentifikasi tinjauan sistematis. Basis data Cochrane tidak
menunjukkan daftar protokol atau tinjauan sistematis lengkap mengenai uji coba
acak bedah kepala dan leher.3 Pencarian Cochrane Controlled Trials Register
mengidentifikasi 11 uji coba acak terkontrol, utamanya mengenai penggunaan
kemoterapi. Basis data American College of Physicians Journal Club dan
Evidence-Based Medicine (1991-1997) tidak mendaftarkan artikel terkait
neoplasma mulut.4
PENCEGAHAN
Pencegahan primer meliputi penghentian penggunaan tembakau. Regresi
lesi praganas telah dilaporkan pada bekas perokok. 15,16 Pada subbenua India dan di
area dengan populasi migran Asia yang besar, penurunan penggunaan betel quid
juga dapat bermanfaat. Prevalensi penggunaan betel quid masih tinggi pada
populasi imigran di United Kingdom.17
Identifikasi dini lesi praganas dan kanker oral kecil memungkinkan pasien
untuk diterapi dini. Skrining untuk kanker oral sederhana. Kondisi ini tidak
membutuhkan bantuan laboratorium; paling tinggi membutuhkan sumber cahaya
yang baik. Skrining massal di United Kingdom tidak direkomendasikan karena
kondisi ini tidak memenuhi prinsip untuk skrining yang diajukan oleh Wilson dan
Jungner.18,19 Namun, dokter gigi harus mengajak pasien untuk skrining khususnya
jika pasien adalah laki-laki, perokok, dan berusia lebih dari 40 tahun.
Kampanye publik dibutuhkan untuk membuat pasien sadar mengenai kanker
oral; namun, pasien sering menunda ke ahli selama lebih dari tiga bulan. 20,21US
National Health Interview Survey 1992 menunjukkan bahwa 15% dari dewasa
yang pernah dilakukan pemeriksaan oral cenderung teredukasi lebih baik dan
lebih menyadari risiko kanker oral daripada yang tidak pernah dilakukan
pemeriksaan.22
GEJALA KLINIS
Karsinoma sel skuamosa oral terdapat dalam berbagai cara namun lesi
paling awal bersifat asimtomatis. Lesi praganas dan ganas dini dapat berupa patch
putih atau merah yang tidak nyeri. Lesi non-homogen atau yang menunjukkan
eritroplasia lebih cenderung memiliki bukti displasia berat pada pemeriksaan
histologi daripada patch putih homogen. Beberapa lesi ganas ditemukan sebagai
ulkus indolen kecil. Banyak lesi praganas mengalami regresi jika penggunaan
tembakau dihentikan. Lesi ganas intermediate dapat berupa ulserasi persisten
dengan fiksasi ke jaringan di bawahnya dan pembesaran limfonodus regional.
Keganasan oral stadium lanjut dapat menyebabkan ulkus indurasi besar dengan
rolled margin dan destruksi tulang, yang menyebabkan gigi mobile, kehilangan
gigi, atau bahkan fraktur patologis. Kondisi ini dapat berhubungan dengan nyeri,
mati rasa, atau parestesia.
Gambar 1 menunjukkan patch homogen putih pada lantai mulut dari
seorang perokok. Biopsi menunjukkan displasia epitel ringan. Gambar 2
menunjukkan patch putih pada mukosa bukal dari seorang perokok pria. Gambar
3 menunjukkan lesi eritematosa pdaa alveolus bagian bawah di dekat area
geraham bungsu. Bopsi lesi pada gambar 2 dan 3 mengonfirmasi adanya
karsinoma sel skuamosa. Gambar 4 menunjukkan karsinoma sel skuamosa
stadium akhir.
Rincian mengenai jenis kanker yang lebih langka ditampilkan dalam tabel.
Gambar 3. Lesi eritematosa pada alveolus bagian bawah di dekat area gigi
geraham bungsu. Diidentifikasi pada biopsi sebagai karsinoma sel skuamosa.
Gambar 4. Karsinoma sel skuamosa stadium akhir tipikal.
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan yang paling berguna untuk suspek keganasan oral adalah
biopsi, yang dapat dilakukan dari lebih dari satu area. Biopsi biasanya dilakukan
di bawah anestesi lokal namun kadang pemeriksaan dilakukan di bawah anestesi
umum. Radiografi intra-oral, orthopantomogram (radiografi kedua rahang), dan
pemindaian computed tomography dapat membantu menentukan perluasan lesi
dan keterlibatan tulang atau nodus.
TATALAKSANA
Di Amerika Serikat, neoplasma saluran aerodigestif bagian atas diterapi
oleh spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan; bedah mulut dan maksilofasial;
bedah plastik; dan onkologis.23 Tidak terdapat kumpulan sistematis dari data
dasar, terdapat sedikit kombinasi data klinik, dan penggunaan layanan bantuan
lain bervariasi.23
Terapi untuk kanker oral utamanya secara pembedahan. Beberapa pasien
diterapi hanya dengan radioterapi dan bahkan lebih sedikit lagi dengan
kemoterapi. Radioterapi dan kemoterapi sering digunakan untuk terapi adjuvan
dan adjunctif. Faktor yang mempengaruhi pilihan terapi untuk pasien tidak
dibahas dalam artikel ini.
Tujuan dari tatalaksana bedah adalah untuk mengeksisi keseluruhan lesi
untuk mengeliminasi penyebaran, seperti sistem limfatik, nervus, dan pembuluh
darah. Bedah ablatif diikuti dengan bedah rekonstruktif yang digunakan untuk
meningkatkan penyembuhan dan mengembalikan fungsi dan meningkatkan
kualitas hidup pasien. Bedah debulking digunakan sebagai tindakan paliatif untuk
tumor yang tidak dapat disembuhkan. Beberapa prosedur bedah hanya melibatkan
jaringan lunak. Prosedur lain melibatkan jaringan keras dan lunak. Sebagai
contoh, pasien pada gambar 3 dilakukan eksisi alveolus maksila. Diseksi leher
seringkali dibutuhkan, dengan peningkatan morbiditas pascaoperasi. Rekonstruksi
dapat melibatkan tidak hanya grafti dan flap kulit, namun juga graft dan implan
tulang.
Radioterapi jarang digunakan sebagai terapi primer; radioterapi digunakan
untuk debulking tumor sebelum pembedahan atau untuk mencegah rekurensi dan
mengeliminasi jaringan residual setelah reseksi tak lengkap. Komplikasi
radioterapi meliputi mucositis oral dan osteoradionekrosis, yang merupakan
masalah yang sulit ditangani. Radioterapi juga berguna jika penyebaran
ekstrakapsul diyakini telah terjadi; pada kasus ini, radioterapi dilakukan dalam
enam minggu pembedahan.
Kemoterapi digunakan hampir eksklusif sebagai terapi paliatif bila terdapat
rekurensi atau metastasis lokal. Namun, sebuah meta-analisis dari 42 uji coba acak
terkontrol yang melibatkan 5079 pasien menunjukkan bahwa kemoterapi adjuvan
untuk karsinoma sel skuamosa kepala dan leher menyebabkan peningkatan
signifikan pada sintasan (relative hazard ratio meninggal sebesar 0.89) namun
dengan peningkatan morbditas (toksisitas meningkat dengan proporsi relatif
2.17).24
Prinsip terapi kanker oral dan sekuelenya telah dideskripsikan dalam
literatur khusus.25 Beberapa penelitian menilai kualitas hidup dan strategi coping
dari pasien yang telah menjalani pembedahan.25-28
Tinjauan sistematis mengenai tatalaksana neoplasma oral dibutuhkan untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan bagi pasien dan penasihat medisnya
untuk membuat keputusan mengenai terapi.
KESIMPULAN
Prognosis untuk neoplasma oral yang besar masih jelek. Dokter dapat
memiliki dampak besar pada morbiditas dan mortalitas akibat kanker oral dengan
merujuk pasien dengan lesi dini atau lesi oral praganas ke dokter spesialis
sesegera mungkin. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kanker oral
juga membantu dalam diagnosis dini. Penyuluhan kesehatan bagi masyarakat
yang berhasil dapat menurunkan penggunana tembakau yang juga dapat
menurunkan insiden kondisi ini, seperti yang terlihat di India.16