Anda di halaman 1dari 7

SOAL UAS PENGANTAR PENDIDIKAN

STKIP INVADA CIREBON PRODI Pend. Bahasa Inggris


DOSEN : DR. MURSIDIN, M.Pd.
Nama : Afni Afifah Fauziah
NIM : 14320068

1. Kemukakan 5 alasan mengapa pendidikan harus Mempertimbangkan


makna hakiki manusia?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Jelaskan pengertian masing-masing diserta dengan contoh yang
menggambarkan integrasi ketiga hal tersebut dalam praktek pendidikan.
3. Dalam kehidupan nyata kita sering menemukan pelajar yang berbohong,
tawuran, dan bulliying, mencuri dll. Analisis bagaimana cara kerja
Tripusat pendidikan untuk menghasilkan sinergi pendidikan yang baik!
4. Uraikan secara detil masalah-masalah pendidikan di Indonesia dalam
pendekatan komponen pendidikan dan bagaimana upaya
menanggulanginya secara komprehensif?
5. Pada dasarnya upaya pembaharuan pendidikan tertuju pada peningkatan
mutu produk pendidikan nasional untuk pembangunan bangsa yang maju,
sejahtera dan mandiri. Uraikan apa 5 esensi pendidikan dalam
sumbangannya terhadap pembangunan bangsa.

Jawab
1. A. Manusia sebagai makhluk Tuhan
B. Manusia sebagai makhluk sosial
C . Manusia sebagai makhluk susila
D. Manusia sebagai makhluk berbudaya
E. Manusia sebagai makhluk beragama
Manusia adalah makhluk ciptaan Alloh SWT. Yang paling sempurna
karena telah diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Tidak hanya
sempurna dalam susunan biologisdan fisiologisnya. Namun, juga
dilengkapi dengan akal pikiran, ahti dan perasaan sehingga membuatnya
layak mengemban amanah berat sebagai kholafatu fil aidh, dengan
kesempuranaan penciptaan tersebut, setiap manusia masih perlu
dididik. Manusia merupakan satu-satunya makhluk ciptaan Alloh yang
diberi akal maka ia dapat memperoleh pengetahuan tenatng segala hal.
Selain itu, sasaran pendidikan adalah manusia. Manusia lahri dalam
keadaan tidak berdaya. Sehingga memerlukan orangtuanya atau orang
lain untuk membantunya dalam mengejar masa depan untuk mencapai
tujuannya. Aspek potensi untuk menjadi apa dan siapa merupakan tugas
yang harus diwujudkan oleh setiap orang manusia memiliki kesempatan
memperoleh kepandaian, sehat jasmani dan rohani, tata karma yang
baik dalam tujuan hidupnya. Manusia akan dapat dididik Karena
memeiliki potensi untuk dapat menjadi manusia. Manusia selalu
menginginkan dan mengejar segala yang lebih dari apa yang dicapainya.
Manusia sebagai makhluk individu tidak akan pasidf, melainkan bebas
dan aktif berupaya untuk mewujudkan dirinya. Manusia juga butuh
bergaul dengan orang lain serta memiliki kemampuan untuk
membedakan yang baik dan tidak baik. Pendidikan berlangsung seumur
hidup, pendidikan merupakan tanggung jawab anatar keluaraga,
masyarakat dan pemerintah. Pendidikan juga merupakan suatu
keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memeiliki
kemampuan dan kepribadian yang berkembang. Pendidikan pada
hakikatnya akan mencakup kegiatan mendidik, mengajar dan melatih.
Kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha untuk
mentransportaskan nilai-nilai. Maka dalam pelaksanaan kegiatan tadi
harus berjalan secara serempak dan terpadu, berkelanjutan serta serasi
dengan perkembangan anak serta lingkungan hidupnya dan berlangsung
seumur hidup.
2. A. Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai
jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar,
pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Contohnya, tempat
pembelajaran digedung sekolah, ada persyaratan khusus untuk
menjadi peserta didik, kurikulumnya jelas, materi pembelajaran
bersifat akademis, proses pendidikannya memakan waktu yang lama,
dan lain lain.

B. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan
nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar,
adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di
Masjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua Gereja. Selain itu, ada
juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan
sebagainya. Contohnya, Tempat pembelajarannya bis adiluar gedung
sekolah, Kadang tidak ada syarat khusu untuk menjadi peserta didik,
umunya tidak memiliki jenjang yang jelas, pendidikannya berlangsung
singkat, bersifat praktis dan khusus, dan juga masih banyak yang lainnya.
C. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan
bertanggung jawab. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan
pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai
dengan standar nasional pendidikan. Contohnya, Tempat pembelajaran bisa
dimana saja, tidak ada persyaratan, tidak ada program yang direncanakan
secara formal, tidak ada ujian, tidak lembaga sebagai penyelenggara, dan
lainnya.
3. Sinergi Tri pusat pendidikan untuk penguatan karakter
Menurut dictum dalam undang- undang nomor 20 tahun 2003 tentang
system pendidikan nasional (sisdiknas), Pendidikan didefinisikan sebagai
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mengembangkan potensi dirinya sehingga
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdaan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
Pengertian tersebut memberikan gambaran betapa pendidikan harus
berorientasi pada pengembangan potensi anak. Hal itu berarti tugas
pendidik adalah memfasilitasi peserta didik agar mengenali potensi dirinya.
Tetapi jujur juga harus diakui. Tugas mendampingi anak agar mengenali
kekuatan dan kelemahan diri sering diabaikan pendidik. Bahkan orang ttua
juga sering kurang memperhatikan potensi anaknya. Padahal anaknya
merupakan amanah Tuhan, orang tua harus memberikan pendidikan dan
pengasuhan yang terbaik bagi buah hatinya.
Para pendidik disekolah memang memiliki tanggung jawab mendidik
anak-anak dengan sepenuh hati. Tetapi tugas itu dijalankan selama anak-
anaka disekolah. Ketika berada diluar sekolah pendidikan anak menjadi
tanggung jawab keluarga dan masyarakat. Itulah yang banyak membentuk
karakter anak. Hal itu karena waktu anak berada di lingkungan keluarga dan
masyarakat jauh lebih lama disbanding disekolah. Tetapi masih banyak
keluarga dan masyarakat yang belum berfungsi sebagai pendidik dan
pengasuh yang ideal bagi anak-anak. Abhkan ada keluarga yang mengalami
broken home sehingga berdampak pada perkembangan jiwa anak. Padahall
lingkungan keluarga merupakan bagia dari tripusat pendidikan yang
pertama sekaligus terpenting.
Bahkan lebih spesifik disebutkan ibu merupakan pendidik yang andal bagi
buah hatinya. Pernyataan ini merupakan pengakuan betapa penting peran
seorang ibu bagi pendidikan anak. Tatkala anak berada di lingkungan
keluarga, orangtualah yang berperan sebagai pendidik. Bukan sekedar
mendidik, orangtua juga harus memberikan keteladanan bagi buah hati
nya. Pola piker orang tua juga harus berubh sesuai dengan tantangan
zaman. Apalagi kini orang tua dihadapkan dengan karakter generasi
milenial. Pada era ini, anak-anak begitu terampil bermedia sosial. Kondisi ini
meniscayakan orangtua menggunakan pendekatan yang sesuai dengan
Zaman Now.
Tripusat pendidikan yang kedua adalh sekola. Bagi sebagian besar
orangtua, sekola benar-benar menjadi tumpuan pendidikan dan
pengasuhan anak. Keluarga atau orang tua yang bekum wll educated,
sangat menggantungkan pendidikan dan pengasuhan anak dengan baik
pada sekolah. Ada juga keluarga yang belum mampu mendidik dan
mengasuh anak dengan baik karena kesibukan bekerja. Pada konteks inilah
sekolah harus menjadi rumah kedua yang ramah dan nyaman bagi anak-
anak.
Ditengah derasnya pemberitaan mengenai insiden kekerasan pada anak,
sekolah seharusnya menjadi tempat yang ramah untuk menyami nilai-nilai
karakter. Disinilah pentingnya sekolah mengimplementasikan konsep
pendidikan ramah anak (friendly child education). Konsep pendidikan
ramah anak jelas membutuhkan komitmen dari seluruh ekosistem sekolah.
Linkgungan sekolah juga harus dirancang seramah mungkin sehingga anak-
anak merasa nyaman berada dirumah kedua.
Untuk mengimplementasikan konsep pendidikan ramah anak pasti
membutuhkan komitmen guru. Guru harus tampil seutuhnya sebagai
pendidik yang mendampingi anak-anak. Guru juga dituntut untuk berperan
sebagai orangtua sekaligus sahabat bagi anak-anak selama berada di seklah.
Memang tidak mudah menjalani tugas sebagai pendidik sejati. Karena itu,
selalu dikatakan bahwa guru sejatinya bukan sekedar profesi. Lebih dari itu,
menjadi guru merupakan panggilan hati. Spirit inilah yang seharusnya
melekat pad diri setiap pendidik.
Tripusat yang ketiga adalah lingkungan masyarakat. Masyarakat dapat
dipahami mereka yang peduli terhadap pendidikan (stakesholders).
Umunya mereka tergabung dalam komite sekola, ikatan wali murid, ikatan
alumni. Dunia industry dan dunia usaha. Tegasnya, kelompok masyarakat
peduli pendidikan dapat berasal dari manapun, termasuk para alumni yang
bekerja diluar negri.
Kini tugas sekolah dan pemerintah adalah mensinergikan potensi sumber
daya keluarga dan masyarakat untuk penguatan pendidikan karakter.
Sinergi tripusat pendidikan dibutuhkan untuk mewujudkan generasi emas.
4. Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia,
menghasilkan “manusia robot”. Kami katakan demikian karena pendidikan
yang diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang.
Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara
belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif).
Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah
disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berpikir. Sebab ketika orang
sedang belajar, maka orang yang sedang belajar tersebut melakukan
berbagai macam kegiatan, seperti mengamati, membandingkan,
meragukan, menyukai, semangat, dan sebagainya. Hal yang sering disinyalir
ialah pendidikan sering kali dipraktikkan sebagai sederetan instruksi dari
guru kepada murid. Apalagi dengan istilah yang sekarang sering digembar-
gemborkan sebagai “pendidikan yang menciptakan manusia siap pakai".
Dan “siap pakai” di sini berarti menghasilkan tenaga-tenaga yang
dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan bidang industri dan
teknologi. Memperhatikan secara kritis hal tersebut, akan nampak bahwa
dalam hal ini manusia dipandang sama seperti bahan atau komponen
pendukung industri. Itu berarti, lembaga pendidikan diharapkan mampu
menjadi lembaga produksi sebagai penghasil bahan atau komponen dengan
kualitas tertentu yang dituntut pasar. Kenyataan ini nampaknya justru
disambut dengan antusias oleh banyak lembaga pendidikan.

Masalah kedua adalah sistem pendidikan yang top-down (dari atas ke


bawah) atau kalau menggunakan istilah Paulo Freire (seorang tokoh
pendidik dari Amerika Latin) adalah pendidikan gaya bank. Sistem
pendidikan ini sangat tidak membebaskan karena para peserta didik (murid)
dianggap manusia-manusia yang tidak tahu apa-apa. Guru sebagai pemberi
mengarahkan kepada murid-murid untuk menghafal secara mekanis apa isi
pelajaran yang diceritakan. Guru sebagai pengisi dan murid sebagai yang
diisi. Otak murid dipandang sebagai safe deposit box, di mana pengetahuan
dari guru ditransfer ke dalam otak murid dan bila sewaktu-waktu
diperlukan, pengetahuan tersebut tingga l diambil saja. Murid hanya
menampung apa saja yang disampaikan guru.

Jadi hubungannya adalah guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek.
Model pendidikan ini tidak membebaskan karena sangat menindas para
murid. Freire mengatakan bahwa dalam pendidikan gaya bank pengetahuan
merupakan sebuah anugerah yang dihibahkan oleh mereka yang
menganggap dirinya berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak
mempunyai pengetahuan apa-apa.

Yang ketiga, dari model pendidikan yang demikian maka manusia yang
dihasilkan pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman
dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Manusia sebagai objek
(yang adalah wujud dari dehumanisasi) merupakan fenomena yang justru
bertolak belakang dengan visi humanisasi, menyebabkan manusia
tercerabut dari akar-akar budayanya (seperti di dunia Timur/Asia).
Bukankah kita telah sama-sama melihat bagaimana kaum muda zaman ini
begitu gandrung dengan hal-hal yang berbau Barat? Oleh karena itu strategi
pendidikan di Indonesia harus terlebur dalam “strategi kebudayaan Asia”,
sebab Asia kini telah berkembang sebagai salah satu kawasan penentu yang
strategis dalam bidang ekonomi, sosial, budaya bahkan politik internasional.
Bukan bermaksud anti-Barat kalau hal ini penulis kemukakan. Melainkan
justru hendak mengajak kita semua untuk melihat kenyataan ini sebagai
sebuah tantangan bagi dunia pendidikan kita. Mampukah kita menjadikan
lembaga pendidikan sebagai sarana interaksi kultural untuk membentuk
manusia yang sadar akan tradisi dan kebudayaan serta keberadaan
masyarakatnya sekaligus juga mampu menerima dan menghargai
keberadaan tradisi, budaya dan situasi masyarakat lain? Dalam hal ini,
makna pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara menjadi sangat relevan
untuk direnungkan.
5. A. Esensi pendidikan dan karakter bangsa
B. Esensi pendidikan dan kehidupan
C. Esensi dalam system pendidikan
D. Esensi pendidikan dan kompetensi guru
E. Esensi pendidikan dan manajemen pendidikan

Anda mungkin juga menyukai