Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

OKSIDASI BIOLOGI
Untuk memenuhi tugas Ilmu Dasar Keperawatan III

KELOMPOK III

Nama ( Nim ) :

1. Fadli ( 1020032028 )
2. Ilham N.S.S ( 1020032034 )
3. Irfan Nurhidayat ( 1020032036 )
4. M. Yusril K ( 1020032046 )
5. Nurcholis Indra Mahesa ( 1020032050 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (NON REGULER)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS FALETEHAN
2020 – 2021
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar belakang

Reaksi oksidasi dapat didefinisikan sebagai peristiwa kehilangan elektron


atau kehilangan hidrogen, sehingga disebut juga reaksi dehidrogenasi. Bila suatu
senyawa dioksidasi maka harus ada senyawa lain yang direduksi, yaitu akan
memperoleh elektron atau memperoleh hidrogen. Di dalam sistem biologis sel
mahluk hidup, reaksi oksidasi-reduksi berperan dalam rekasi-reaksi yang
menghasilkan energi. Contohnya pada oksidasi glukosa menjadi CO 2, air dan
energi. Proses oksidasi reduksi ini dapat berlangsung secara anaerob maupun
aerob. Pada keadaan anaerob, reaksi berlangsung tanpa adanya oksigen sebagai
penerima akhir elektron atau hidrogen. Contohnya adalah proses peragian
karbohidrat oleh sel ragi. Karbohidrat seperti pati, glukosa, sukrosa dan lain-lain
dapat diuraikan oleh enzim-enzim yang terdapat di dalam ragi menjadi CO2 den
etanol. Pada keadaan aerob, ini berlangsung dengan menentukan oksigen sebagai
penerima akhir elektron atau hidrogen. Keadaan ini dapat ditemukan pada
berbagai sel hidup dalam lingkungan yang cukup oksigen. Hasil akhir oksidasi
aerob adalah CO2 dan air.

I.I Tujuan pembuatan

1. Membuktikan bahwa susu murni dapat mengalami oksidasi


2. Membuktikan bahwa kentang dapat mengalami reaksi oksidasi
3. Membuktikan bahwa di dalam sel ragi terdiri dari oksidasi karbohidrat
menjadi CO2 dan etanol dalam keadaan anaerob.
4. Memperlihatklan bahwa laktosa tidak dapat diragikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Oksidasi Biologi


Secara kimiawi oksidasi di defenisikan sebagai pengeluaran ekektron, dan
reduksi sebagai penambah elektron. Karena itu, oksidasi selalu disertai oleh
reduksi akseptor elektron. Prinsip reduksi oksidasi ini juga berlaku di sistem
bikomia dan merupakan konsep penting yang mendasari pemahaman tentang
sifat oksidasi biologis. Banyak oksidasi biologis berlangsung tanpa partisipasi
oksign molekular, misalnya dehidrogenasi. Dalam reaksi yang melibatkan
oksidasi dan reduksi, perubahan energi bebas setara dengan kecenderungan
reaktan mendonasikan atau menerima electron. Prinsip oksidasi reduksi ini
berlaku pada berbagai sistem biokimia dan merupakan konsep penting yang
melandasi pemahaman sifat oksidasi biologi. Enzim yang berperan dalam
reaksi redoks disebut dengan oksidoreduktase dan diklasifikasikan menjadi
empat kelompok: oksidase, dehidrogenase, hidroperioksidase, dan oksigenase
(Robert K. Murray, 2006).

Enzim-enzim yang terlibat dalam reaksi reduksi dan oksidasi dinamakan


enzim oksidoreduktase. Terdapat 4 kelompok enzim oksidoreduktase yaitu:
oksidase, dehidrogenase, hidroperoksidase dan oksigenase.
1. Oksidase
Enzim oksidase mengkatalisis pengeluaran hidrogen dari substrat dengan
menggunakan oksigen sebagai akseptor hidrogen. Enzim-enzim tersebut
membentuk air atau hidrogen peroksida. Termasuk sebagai oksidase antara
lain sitokrom oksidase, oksidase asam L-amino, xantin oksidase, glukosa
oksidase.
2. Dehidrogenase
Dehidrogenase tidak dapat menggunakan oksigen sebagai akseptor
hidrogen. Enzim-enzim ini memiliki 2 fungsi utama yaitu:
a. Berperan dalam pemindahan hidrogen dari substrat yang satu ke
substrat yang lain dalam reaksi reduksi-oksidasi berpasangan.
b. Sebagai komponen dalam rantai respirasi pengangkutan elektron dari
substrat ke oksigen.

Contoh dari enzim dehidrogenase adalah suksinat dehidrogenase, asil-


KoA dehidrogenase, gliserol-3-fosfat dehidrogenase, semua sitokrom
kecuali sitokrom oksidase.
3. Hidroperoksidase
Enzim hidroperoksidase menggunakan hidrogen peroksida atau peroksida
organik sebagai substrat. Ada 2 tipe enzim yang masuk ke dalam kategori
ini yaitu peroksidase dan katalase. Enzim hidroperoksidase melindungi
tubuh terhadap senyawa-senyawa peroksida yang berbahaya. Penumpukan
peroksida menghasilkan radikal bebas yang dapat merusak membran sel
dan menimbulkan kanker serta aterosklerosise.
4. Oksigenase
Oksigenase mengkatalisis pemindahan langsung dan inkorporasi oksigen
ke dalam molekul substrat. Enzim ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu
monooksigenase dan dioksigenase (Artikel Sekolah, 2011)

Proses oksidasi biologi banyak pula yang menghasilkan perioksida yang


berbahaya bagi sel itu sendiri. Untuk itu, sel biasanya dilengkapi dengan
sistem penangkal yang terdapat dalam sel itu sendiri yang disebut anti
oksidan. Sistem penangkal yang terdapat pada sel terdiri dari enzim yang
memecah perioksida seperti katalase, perioksidase. Selain itu, juga
terdapat vitamin yang berperan sebagai anti oksidan yaitu vitamin C,
vitamin E, dan beta karoten (Robert K. Murray, 2006).

Organisme autotrofik melakukan metabolisme dengan proses eksergonik


sederhana, misalnya tumbuhan hijau menggunakan energi cahaya
matahari, Fe3+. Sebaliknya organismebakteri tertentu menggunakan
reaksi Fe2+ heterotrofik, memperoleh energi bebasnya dengan melakukan
metabolisme yaitu pemecahan molekul organik kompleks. Adenosin
trifosfat (ATP) berperan sentral dalam pemindahan energi bebas dari
proses eksergonik ke proses endergonik. ATP adalah nukleotida trifosfat
yang mengandung adenin, ribosa dan 3 gugus fosfat (Robert K. Murray,
2006).

Ada 3 sumber utama yang berperan dalam konservasi atau penangkapan


energi.
1. Fosforilasi oksidatif Fosforilasi oksidatif adalah sumber terbesar dalam
organisme aerobik. Energi bebas untuk menggerakkan proses ini berasal
dari oksidasi rantai respirasi di dalam mitokondria dengan menggunakan
oksigen.
2. Glikolisis Dalam glikolisis terjadi pembentukan netto dua yang terjadi
akibat pembentukan laktat
3. Siklus asam sitrat Dalam siklus asam sitrat satu (Syahrul, 2009 di kses 02
Juni 2012).

B. Fungsi Oksidasi Biologi


Di dalam system biologi sel makhluk hidup, reaksi oksidasi reduksi berperan
dalam reaksi-reaksi yang menghasilkan energy. Contohnya pada oksidasi
glukosa menjadi CO2, air dan energy. Proses oksidasi reduksi ini dapat
berlangsung secara anaerob maupun aerob. Pada keadaan aerob reaksi
berlangsung tanpa adanya oksigen sebagai penerima akhir elektron atau
hydrogen. Contohnya adalah proses peragian karbohidrat oleh sel ragi.
Karbohidrat seperti pati, glukosa, sukrosa, dll. Dapat diuraikan oleh enzim-
enzim yang terdapat di dalam ragi menjadi CO2 dan etanol. Pada keadaan
aerob reaksi berlangsung dengan menggunakan oksigen sebagai penerima
akhir elektron atau hydrogen. Keadaan ini dapat ditemukan pada berbagai sel
hidup dalam lingkungan yang cukup oksigen. Hasil akhir oksidasi aerob
adalah CO2 dan air.
Dari uraian tersebut, tampak bahwa baik pada keadaan aerob maupun
anaerob, oksidasi selalu menghasilkan CO2. Perbedaan hanya pada
terbentuknya air (pada oksidasi aerob) dan etanol (anaerob). Maka dari fakta
ini dapat disimpulkan bahwa oksidasi aerob merupakan oksidasilengkap. Hal
ini dapat dipahami karena air tidak dapat dioksidasi lagi, sedangkan etanol
masih dapat dioksidasi lebih lanjut

Oksidasi biologi berbeda dengan oksidasi yang terjadi dalam system bukan
biologi, tidak berlangsung secara sekaligus tanpa kendali, tetapi secara
bertahap. Untuk itu diperlukan sejumlah enzim yang bekerja sama dalam
memindahkan elektron atau hydrogen. Sebuah sel memperoleh energy dari
molekul gula atau protein dengan membiarkan atom-atom karbon dan
hidrogennya bersenyawa dengan oksigen membentuk CO2 dan H2O. oksidasi
sel berlangsung secara bertahap. proses itu dipecah menjadi sejumlah reaksi
dan hanya sebagian kecil saja yang secara langsung melibatkan penambahan
oksigen.

Oksidasi tidak hanya diartikan sebagai penambahan atom-atom oksigen,


oksidasi lebih tepat bila digunakan untuk seua reaksi dimana elektron-
elektron dipindahkan dari satu atom ke atom yang lain. Oksidasi dalam
pengertian ini didefinisikan sebagai pelepasan elektron sedangkan reduksi
penambahan elektron.

Walaupun secara energy bentuk karbon yang sering dijumpai adalah CO2 dan
untuk hydrogen adalah H2O. kedua molekul itu sesungguhnya berada dalam
keadaan stabil dan membutuhkan energy aktifasi agar dapat mencapai
konfigurasi yang lebih stabil. Katalisator protein yang sangat spesifik atau
enzim bergabung dalam molekul-molekul biologi sedemikian rupa sehingga
bahan tersebut mengurangi energi aktifasi reaksi-reaksi tertentu yang harus
dijalani oleh molekul-molekul tersebut. Sebagian energi yang dilepaskan
dalam reaksi oksidasi dimanfaatkan dalam pembentukan ATP. ATP berfungsi
sebagai media penyimpan energi yang baik untuk menggerakkan berbagai
reaksi kimia yang dibutuhkan oleh sel.

Didalam sel yang sedang bernafas secara aerobik oksidasi menjadi aseti co
enzim A dan CO2. Oksidasi dalam tahap ini memerlukan 3 kelompok enzim :
1. Kelompok piruvat dehidrogenase meng-oksidasi dan mengadakan
dekarboksilasi oksidatif menjadi suatu bentuk asetat yaitu tioester asetil
CoA
2. Daur krebs asam trikarboksilat mengoksidasi karbon menjadi CO2 dan
membentuk NADH dan FADH2
3. Rantai pernafasan dari enzim pemindah elektron mengoksidasi kembali ko
enzim NADH dan FADH2 yang telah diproduksi oleh reaksi-reaksi
dehidrogenase dari katabolisme.
BAB III
ALAT DAN PROSEDUR

A. Alat dan bahan


Percobaan scardinger pada susu menggunakan alat dan bahan sebagai berikut:
1. 3 tabung reaksi
2. Gelas kimia
3. Metilen blue
4. Cairan formaldehid
5. Air panas 40oC.

Percobaan oksidasi pada kentang menggunakan alat dan bahan sebagai


berikut:

1. 4 tabung reaksi
2. 20 ml ekstrak kentang
3. Larutan penol 1%
4. Larutan pirokatekol 1%
5. Larutan pirogalol 1%
6. Larutan alpanakol 1%
7. Larutan penilemdiamin

Percobaan oksidasi pada peragian menggunakan alat dan bahan sebagai


berikut:

1. 3 tabung peragian
2. Gelas kimia
3. Mortir satu set
4. 2 gram ragi roti masing masing tabung.
5. Larutan karbohidrat (laktosa 20 ml)
6. Larutan sukrosa
7. Larutan glukosa
B. Prosedur
Pada prosedur scardinger pada susu tahap pertama sediakan 3 tabung reaksi
yang sudah diisi dengan susu, tahap ke dua masukkan tabung reaksi A pada
air panas dengan suhu 40oC selama 15 menit, tahap ketiga masukkan
metilenblue 1 ml pada ketiga tabung yang sudah diisi susu tadi, tahap empat
masukkan cairan formaldehid 1 ml pada tabung A dan C, tahap lima
masukkan ketiga tabung pada gelas reaksi yang terdapat air panas 40 C, tahap
enam tunggu beberapa menit hingga berubah warna.

Pada prosedur oksidasi kentang tahap pertama siapkan 4 tabung reaksi dan
masing masing tabung diisi ekstrak kentang tabung pertama di berikan l0
tetes larutan fenol 1% tabung ke dua berikan 10 tetes larutan pirokatekol 1%
pada tabung ke tiga berikan 10 tetes larutan pirogalol 1%, tabung ke empat
masukan 10 tetes larutan alpanakol 1% dan 5 tetes larutan penilemdiamin,
tahap kedua goyangkan taabung reaksi untuk mencampur larutan dan di
tunggu beeberapa menit, tahap ketiga perhatikan perubahan warna pada
tabung reaksi.

Pada prosedur oksidasi ragi persiapkan 3 tabung peragian yang berbentuk U


tahap pertama masukan 2 gram ragi roti tambahkan 20 ml larutan laktosa,
tahap kedua ratakan ragi hingga halus dan larut, tahap ketiga masukan larutan
ragi kedalam tabung peragian hingga memenuhi tabung peragian, tahap
empat lakukan hal yang sama pada larutan sukrosa dan larutan glukosa
tunggu selama 1 jam, tahap empat amati proses peragian dan buktikan
menggunakan cairan NaOH hingga terbentuk natrium karbonat hingga
mengalami reaksi penarikan gas CO2, lakukan hal yang sama pada tabung
yang berisi laktosa dan sukrosa.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN
1. Oksidasi susu
Pada eksperimen oksidasi susu terjadi perubahan pada tabung reaksi saat
di rendam pada air bersuhu 40oC. Pada tabung B berubah warna menjadi
putih, sedangkan tabung A dan C tetap biru.
2. Oksidasi kentang

Pada eksperimen oksidasi kentang terjadi perubahan warna pada tabung


A,B,C, dan D. tabung A berwarna coklat, pada tabung B berwarna coklat,
tabung C berwarna coklat, sedangkan pada tabung D terjadi perbedaan
warna yaitu menjadi biru.

3. Oksidasi peragian

Pada eksperimen oksidasi kentang terjadi reaksi peragian pada tabung B


dan C dengan di tandai adanya gelembung dan hisapan pada ibu jari
setelah di tambahkan cairan NaOH. Sedangkan pada tabung A tidak terjadi
pembentukan peragian I akibatkan penambahan larutan karbohidrat
laktosa.

B. PEMBAHASAN
1. Oksidasi susu

Pada eksperimen oksidasi susu menggunakan 3 tabung reaksi yang sudah


di isi susu murni dan di tambahkan Met.Blue. tabung A di panaskan
terlebih dahulu, tambahkan pada ketiga tabung dengan metilenblue, pada
tabung A dan B di tambahkan 1 ml liter formaldehid. Setelah itu masukan
ketiga tabung pada air yang di panaskan dengan suhu 40oC dan didiamkan
selama 1 jam, maka akan terlihat perubahan warna pada tabung B menjadi
putih sedangkan pada tabung A dan C tetap biru. Di terangkan bahwa
tabung A tidak dapat berubah menjadi leukometilenblue di akibatkan
enzim dehydrogenase sudah di rusak saat pemanasan pada tabung A,
sedangkan pada tabung C tidak berubah warna akibat tidak ada ada donor
formaldehid, sedangkan pada abung B mengandung enzim dehydrogenase
sedangkan subtratnya formaldehid dan metilenblue lengkap terjadi
perubahan menjadi leukometilen blue.

2. Oksidasi kentang

Pada kentang terdapat enzim fenolase (katekolase), sitokrom oksidase, dan


peroksidase. Pada eksperimen ini menggunakan 4 tabung reaksi yang
masing masing sudah di isi 5 ml liter ekstrak kentang. Pada tabung A di
tambakan 10 tetes larutan penol 1%, tabung B di tambahkan 10 tetes
larutan pirokatekol 1%, tabung C di tambahkan 10 tetes larutan pirogalol
1%, dan tabung D di tambahkan larutan alpanakol 1% dan 5 tetes laruan
fenilendiamin, setelah di kocok beberapa kali dan di tunggu beberapa
menit akan teradi perubahan warna pada ke 4 tabung percobaan, tabung A
berubah warna menjadi coklat terbentuk ortokinon, tabung B terjadi
perubahan warna coklat, tabung C menjadi coklat, dan tabung D menjadi
berwarna biru. Bahwa membuktikan pada buah buahan seperti pisang atau
manga menjadi coklat di akibatkan terdapat biurivatepenol akan di
oksidasi menjadi ortokinon yang berwarna coklat.

3. Oksidasi peragian

Peragian adalah suatu proses enzimatis, pada eksperimen ini menggunakan


3 tabung yang masing masing sudah di berikan cairaan ragi yang di tmbah
leukosite, tabung A di berikan larutan laktosa tidak terdapat CO2 maka
peragian negative, tabung B di berikan larutan glukosa terdapat gelembung
maka peragian positive, tabung C di berikan larutan sukrosa terdapat
gelembung maka peragian positive. Dapat di buktikan dengan memasukan
cairan NaOH kedalam tabung peragian maka jika terdapat peragian akan
ada tarikan ibu jari kita dan terbentuk natrium karbonat.
BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN

Reaksi Oksidasi dapat didefinisikan sebagai peristiwa kehilangan elektron


atau kehilangan hydrogen, sehingga disebut juga reaksi dehidrogenasi. Bila
suatu senyawa dioksidasi maka harus ada senyawa lain yang direduksi, yaitu
akan memperoleh elektron atau memperoleh hydrogen. Secara kimiawi,
oksidasi di definisikan sebagai pengeluaran electron dan reduksi sebagai
penangkapan electron, sebagaimana di lukiskan oleh oksidasi ion fero
menjadi feri e (elektron) Fe 2+ ¬ Fe3+ . Dengan demikian, oksidasi selalu
disertai reduksi aseptor electron. Prinsip ini osidasi – reduksi ini berlaku pada
berbagai sistem biokimia dan merupakan konsep penting yang melandasi
pemahaman sifat oksidasi biologi. kita ketahui bahwa banyak oksidasi biologi
dapat berlangsung tanpa peran serta molekul oksigen, misalnya:
dehidrogenasi.

Anda mungkin juga menyukai