Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL PANCASILA

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PANCASILA

DISUSUN OLEH
NAMA :MARIA DELASTRADA NGONGO
NIM : 024010576

SARJANA FARMASI
UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG
2021
PENDAHULUAN

Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sacral yang setiap arga negaranya
harus mematuhi segala isi dalam Pancasila tersebut. Namun sebagian besar warga
Negara Indonesia hanya menganggap Pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi
Negara semata tanpa memperdulikan makna dan manfaatnya dalam kehidupan.
Dapat dilihat sekarang ini banyaknya perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai
yang diajarkan Pancasila. Maka dari itu pentingnya memahami Pancasila tidak hanya
mengerti namun juga mengamalkan dan melaksanakan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi kebiasaan dan akan
menjadi karakter bangsa yang terpupuk secara perlahan.
Harus kita sadari bahwa pembangunan karakter bangsa bukan merupakan
tindakan sederhana dan mudah dilaksanakan. Keterbukaan informasi tidak hanya
membawa nilai positif bagi kehidupan bangsa, tetapi juga negative. Simak saja perilaku
seksual yang dilakukan oleh sejumlah anak di bawah umur, dikatakan karena
dipengaruhi oleh meniru perilaku seksual artis tertentu yang beredar luas dan mudah
diakses telepon seluler. Perilaku penyimpangan tidak akan terjadi apabila seseorang
memiliki kepribadian dan karakter kuat yang mampu menjadi penyaring (filter)
terhadap stimulant nilai-nilai negative yang tidak atau kurang sesui dengan nilai luhur
yang didukung oleh masyarakat Indonesia.
Dari permasalahan tersebut banyak pihak yang mulai sadar tentang pentingnya
penddikan karakter, agar mendidik anak bangsa menjadi pribadi yang berkarakter baik.
Dari pemerintah pun mulai menata kembali kehidupan bangsa ini dengan
dikeluarkannya kurikulum 2013. Kuriulum 2013 ini menitikberatkan kepada
pengembangan karakter peserta didik. Diharapkan dengan pembelajaran karakter yang
bertahap mulai dari bangku sekolah menjadikan peserta didik mempunyai karakter
yang baik, karakter yang dapat membangun negeri ini menjadi lebih baik, dan tidak
dapat secara mudah terpengaruh oleh kebudayaan asing yang bukan merupakan jati diri
bangsa Indonesia.
KAJIAN PUSTAKA

Pendidikan karakter berasal dari dua kata pendidikan dan karakter, menurut
beberapa ahli, kata pendidikan mempunyai definisi yang berbeda-beda tergantung pada
sudut pandang, paradigma, metodologi dan disiplin keilmuan yang digunakan,
diantaranya: Menurut D. Rimba, pendidikan adalah “Bimbingan atau pembinaan secara
sadar oleh pendidik terhadap perkembangan Jasmani dan Rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utuh.1 Menurut Doni Koesoema A. mengartikan
pendidikan sebagai proses internalisasi budaya ke dalam diri individu dan masyarakat
menjadi beradab.2 Ada pula yang mendefinisikan pendidikan sebagai proses dimana
sebuah bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan, dan
untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.

Menurut Sudirman N. pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang


atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain
agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi
dalam arti mantap.3 Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya
upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan
alam dan masyarakatnya.4 Sedangkan secara terminologi, pengertian pendidikan
banyak sekali dimunculkan oleh para pemerhati/tokoh pendidikan, di antaranya:
Pertama, menurut Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar
oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Karakter

Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli


psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan
tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang
itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan
bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter
dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai
suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam
pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
Karakter menurut para ahli yaitu :

1.      W.B. Saunders, (1977: 126) karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang
ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.
2.      Gulo W, (1982: 29) karakter adalah kepribadian ditinjau  dari titik  tolak etis 
atau  moral,  misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan
sifat-sifat yang relatif tetap.
3.      Kamisa, (1997: 281) "karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter
artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian".
4.      Alwisol menjelaskan “pengertian karakter sebagai penggambaran tingkah laku
dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun
implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian kerena pengertian kepribadian
dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian (personality) maupun
karakter berwujud tingkah laku yang ditujukan kelingkungan sosial, keduanya
relatif permanen serta menuntun, mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas
individu”.
5.      Wyne memaparkan definisi karakter dari sisi literalnya. Beliau menjelaskan
bahwa istilah karakter bersumber dari bahasa Yunani “karasso” yang berarti “to
mark” yaitu menandai atau mengukir, yang memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh
sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan
sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, suka
menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat
kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang.

1.2 Hubungan Pancasila Dengan Karakter Bangsa

Jatidiri merupakan fitrah manusia yang merupakan potensi dan bertumbuh


kembang selama mata hati manusia bersih, sehat, dan tidak tertutup. Jati diri yang
dipengaruhi lingkungan akan tumbuh menjadi karakter dan selanjutnya karakter akan
melandasi pemikiran, sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, tugas kita adalah
menyiapkan lingkungan yang dapat mempengaruhi jati diri menjadi karakter yang baik,
sehingga perilaku yang dihasilkan juga baik.

1.3 Jatidiri Bangsa Indonesia

Dulu bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang santun dan bermoral, namun
saat ini bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kehilangan jati diri karena pengaruh
globalisasi dan modernisasi. Walaupun demikian, hendaknya warga Indonesia tetap
melestarikan kebudayaan ketimuran yang beretika sopan santun (Sukarto, Mantan anggota
DPRD Provinsi Jawa Tengah  tahun 1999).
kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini dapat kita kaji dan kita identifikasi
dengan melihat prilaku dan kepribadian masyarakat Indonesia pada umumnya yang
tercermin pada tingkah laku masyarakat Indonesia sehari-hari. Perilaku masyarakat
Indonesia pada umumnya saat ini yaitu:
Banyaknya generasi muda yang saat ini telah berprilaku tidak sesuai dengan butir-
butir pancasila. Contohnya tanpa disadari sekarang ini moral para pemuda bangsa
indonesia juga dijajah melalui beredarnya vidio-vidio porno diinternet yang dapat diakses
dengan mudah sehingga banyak diantara pemuda Indonesia yang melihat dan bahkan
menirukan aksi dari video porno tersebut. Selain itu, model-model pakaian para generasi
muda saat ini kebanyakan telah meniru bangsa barat yang dikenal modis dan trend masa
kini. Mereka lebih bangga mengenakan pakaian-pakaian tersebut dari pada pakaian asli
budaya Indonesia.
1.4 Munculnya Pendidikan Karakter

Dengan kondisi sosial budaya dan kekayaan alam yang melimpah, rakyat
Indonesia dapat merasakan kehidupan yang makmur dan sejahtera dari waktu ke waktu.
Kenyataan yang dialami oleh bangsa ini menunjukkan kondisi yang berbeda dengan logika
kekayaan sosial, budaya, dan alam. Kondisi yang dialami menunjukkan bahwa kekayaan
alam tereksploitasi besar-besaran, pembangunan industri terjadi terus-menerus, dan
pergantian pemerintah terus berlangsung dari waktu ke waktu secara damai, tetapi
kebanyakan rakyat Indonesia belum mendapatkan dan mengalami kehidupan yang
makmur dan sejahtera.
            Berbagai pengalaman ini menunjukkan bahwa bangsa ini merupakan bangsa yang
unik. Unik merujuk pada kondisi yang dialami bangsa sampai saat ini. Banyak orang dan
pihak yang bertanya “Apa yang salah dengan bangsa ini?”
            Sejenak kita melihat beberapa indikasi tentang “Apa yang salah dengan bangsa
ini?”
1.      Kondisi moral/akhlak generasi muda yang hancur. Hal ini ditandai dengan maraknya
seks bebas di kalangan remaja, peredaran narkoba di kalangan remaja, tawuran pelajar,
peredaran foto dan video porno pada kalangan pelajar, dan sebagainya.

2.      Pengangguran terdidik yang mengkhawatirkan (Lulusan SMA, SMK, dan perguruan


tinggi)

3.      Rusaknya moral bangsa dan menjadi akut (korupsi, asusila, kejahatan, tindakan
kriminalitas pada semua sektor pembangunan, dll)
1.5 Empat Pilar Dicabut Oleh Mahkamah Konstitusi

Sejak runtuhnya kekuasaan rezim otoritarian Orde Baru oleh gerakan reformasi
yang memuncak di pertengahan Mei 1998 lalu, Pancasila memang nyaris dilupakan dan
secara sadar mulai dikubur dalam-dalam dari ingatan. Seiring dengan perkembangan
kehidupan global dan tuntutan sebagai akibat dari adanya kemajuan dalam segala bidang,
kemerdekaan bangsa harus kita terjemahkan dalam format pembentukan kedaulatan
ekonomi, demokratisasi, serta pembebasan seluruh rakyat Indonesia dari segala bentuk
belenggu kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan (MPR dalam Empat Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, 2013:xix).

Dalam artikel opininya di harian KOMPAS (1/6) , guru besar UI Prof. Sri-Edi
Swasono, kembali mengulas gugatannya, ia menegaskan sebaiknya MPR RI yang bekerja
berdasarkan amanat UU No. 27 Tahun 2009 tersebut harus lebih bijaksana dan berani
mengoreksi kesalahan sekecil apapun termasuk pada gagasan sosialisasi 4 pilar yang justru
kembali mengkebiri peranan Pancasila, menurutnya Pancasila tak boleh diganggu gugat
sebagai dasar negara.

1.6  Desain Pendidikan Karakter di Sekolah


Dinamika perubahan jaman selalu diikuti pula oleh dinamika penyempurnaan
desain pendidikan, yaitu kurikulum. Kurikulum adalah sebuah alat untuk mencapai
tujuan pendidikan sekaligus sebagai pedoman  pelaksanaan pendidikan. Falsafah hidup
bangsa, tujuan ke arah mana bentuk tujuan hidup bangsa kelak itu ditentukan semuanya
tergantung pada kurikulum yang digunakan. Dalam kehidupan sosial kebutuhan dan
tuntutan masyarakat cenderung mengalami perubahan, dan kurikulum lah yang
mengantisipasi  perubahan tersebut. Karena bagaimanapun juga pendidikan dianggap
sebagai langkah yang paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi.  Pendidikan jualah yang mengantarkan sebuah bangsa mencapai
peradaban kebudayaan tinggi. Dan dalam sejarah perjalanannya sejak bangsa Indonesia
merdeka desain pendidikan mengalami perubahan, yaitu kurikulum Rencana Pelajaran
tahun 1948-1968, Kurikulum Berbasis Tujuan tahun 1975-1984, serta KBK dan KTSP
tahun 2004-2006. Sedangkan kurikulum yang diberlakukan pada saat ini adalah
kurikulum 2013.
PENUTUP

Simpulan
            Karakter bangsa Indonesia harus tercerminkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Di era arus globalisasi yang semakin maju akan menjadi tantangan tersendiri untuk
membentuk karakter bangsa ini, harus dengan bertahap dan di dukung oleh semua elemen
agar pembentukan karakter dapat berjalan dengan baik. Salah satunya dapat dilakukan
dengan pendidikan.
            Saat ini banyak pihak yang menuntut untuk meningkatkan pelaksanaan dan intensitas
pendidikan karakter. Karena kenyataanya banyak anak muda sekarang ini mulai melupakan
karakter yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia, mereka terseret oleh kebudayaan asing
yang semakin merajalela. Jika perkembangan budaya asing yang terus memasuki Indonesia
tanpa didampingi perkembangan karakter budaya Indonesia, maka secara perlahan budaya
Indonesia itu sendiri akan tergeserakan dan dilupakan.
            Pemerintah kini juga sudah mulai mengembangkan kurikulum 2013, kurikulum yang
menekankan pada perkembangan karakter bangsa. Peserta didik dituntut aktif serta dapat
memiliki karakter yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Saran

Demikianlah makalah berjudul “Nilai-Nilai Pancasila Berakar dari Budaya Bangsa


Indonesia” ini kami buat berdasarkan sumber-sumber yang ada. Kami juga menyadari,
masih ada banyak kekurangan di dalam penulisan makalah ini. Sehingga perlulah bagi
kami, dari para pembaca untuk memberikan saran yang membantu supaya makalah ini
mendekati lebih baik. Atas perhatian Anda semuanya, kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal; Sujak. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. 2011. Bandung: Yrama Widya.
Galih Manunggal Putra. Pancasila sebagai karakter dan jati diri bangsa

Soegito AT dkk. 2013. Pendidikan Pancasila. Semarang:Pusat Pengembangan MKU/MKDK


Universitas Negeri Semarang.

http://www.academia.edu/9112705/PEMBANGUNAN_KARAKTER_BANGSA_INDONESIA_BE
RDASARKAN_PANCASILA_MENUJU_BANGSA_MANDIRI_DI_ERA_GLOBALISASI
_Oleh
http://www.jatengtime.com/2012/sospol/saat-ini-generasi-muda-kehilangan-jati-
diri/#.VW8YPlJ0PIU
https://abiechuenk.wordpress.com/2012/01/17/pendidikan-dan-pembentukan-karakter/ (26 April
2015, 13:12)

Anda mungkin juga menyukai