Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UPAYA BELA NEGARA BAGI KALANGAN MAHASISWA

DISUSUN OLEH
NAMA: MARIA DELASTRADA NGONGO
NIM: 024010576

SARJANA FARMASI
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Negara Indonesia diproklamasikan kemerdekaannya dari


penjajahan pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan yang diproklamasikan itu
berangkat dari perjalanan sejarah peperangan yang panjang, berabad-abad
lamanya melawan penjajah dalam suasana perpecahan tidak adanya semangat
persatuan dan kesatuan menyebabkan lamanya penjajahan di bumi Nusantara.
Memang sungguh sulit mempersatukan Negara seluas Nusantara yang terdiri dari
17.508 pulau, dihuni oleh penduduk berasal dari dua ras besar (Melayu dan
Melanesia), lebih dari 350 suku bangsa yang berbicara dalam 583 dialek bahasa,
memeluk lima agama besar di dunia. Dalam perjalanan sejarah "Nusantara",
selama kurun waktu 2000 tahun tercatat hanya tiga negara kesatuan yang dapat
tegak berdiri di bumi Nusantara ialah Sriwijaya, Majapahit dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Kebinnekaan budaya dan kondisi geografisnya tersebut,
membuat bangsa Indonesia mudah di pecah belah. Dengan kata lain, secara fisik-
geografis dan sosial budaya Negara Indonesia "Nusantara" rawan perpecahan.
Penjajahan itu mengakibatkan kebodohan dan penderitaan yang pada awal abad
XX mendorong tumbuhnya semangat kebangsaan. Kebangkitan Nasional ini
ditandai dengan lahirnya gerakan Budi Utomo pada tahun 1908. Peristiwa
Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan
tonggak sejarah yang sangat penting. Sumpah tersebut merupakan perwujudan
sikap dan tekad bangsa Indonesia untuk bersatu dalam wadah negara, bangsa dan
bahasa Indonesia. "Satu tanah air menunjukkan satu kesatuan geografis, satu
bangsa menunjukkan satu kesatuan politik, dan satu bahasa menunjukkan satu
kesatuan sosial budaya". Tekad ini mewujudkan perjuangan yang akhirnya
melahirkan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945. Kendatipun kita sudah merdeka, pengalaman membuktikan bahwa
kemerdekaan tidak membebaskan bangsa.
1.2TUJUAN
1. Agar mahasiswa mampu berpikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan
luas sebagai intelektual.
2. Agar mahasiswa dapat berwawasan kesadaran berbangsa dan bernegara untuk
membela negara yang dilandasi oleh rasa cinta tanah air.
3. Agar mahasiswa memiliki pola pikir dan pola sikap yang komprehensif integral
dalam memecahkan masalah dan implementasi pembangunan nasional pada
seluruh aspek kehidupan nasional.

1.3RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja upaya bela negara
2. Kewajiban dan hak warga negara
3. Upaya bela negara mahasiswa
4. Wujud Bela Negara Oleh Mahasiswa Dalam Situasi Yang Damai
5. Undang undang upaya bela negara
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 UPAYA BELA NEGARA

Perkembangan geopolitik internasional berlangsung sangat cepat dan


kompleks serta menghadirkan fenomena global, yang mempengaruhi gelombang
perubahan di abad ke 21. Fenomena global tersebut berpengaruh terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). yang memiliki karakteristik berupa
rangkaian kepulauan nusantara dengan wilayah perairan, daratan dan
udara yang terbentang sangat luas. Dari sisi pertahanan dan keamanan,
perkembangan tersebut terimplikasi terhadap perubahan dan situasi keamanan
yang sifatnya strategis terhadap NKRI, sehingga memerlukan bentuk pertahanan
negara yang efektif dan berdaya tangkal tinggi.
Salah salu solusi jangka panjang menjaga keutuhan. kedaulatan dan
keselamatan segenap bangsa, setiap negara membutuhkan fundamental ekonomi,
budaya. dan pertahanan keamanan nasional yang kuat dan kokoh. Tanpa
fundamental ketahanan nasional yang kuat, ancaman keamanan dan kenyamanan
bangsa sangat rentan. Untuk itu solusinya adalah pembinaan kesadaran bela
negara (PKBN).

Dari sejarah perjuangan bangsa, Anda mengetahui adanya invasi Belanda,


berbagai pemberontakan, pengkhianatan, serta penyelewengan terhadap negara
kesatuan Republik Indonesia. Sejarah memberikan pelajaran berharga kepada kita
sebagai bangsa bahwa ATHG tidak hanya datang dari luar melainkan juga dari
dalam tubuh bangsa Indonesia sendiri. Untuk menghadapi ATHG yang
membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, perlu dikerahkan segenap kemampuan, kekuatan, serta potensi yang
ada pada bangsa Indonesia yang terwujud sebagai kesadaran berkemampuan bela
negara.
Karena itu seluruh warga negara sejak dini perlu dibekali dengan
kemampuan tersebut melalui Pendidikan pendahuluan bela negara (PPBN). PPBN
ini bertujuan untuk:
1. meningkatkan kecintaan pada tanah air.
2. meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara.
3. meningkatkan keyakinan Pancasila sebagai ideologi bangsa
4. meningkatkan kesadaran bela negara
5. mengembangkan kemampuan awal bela negara.
Maksud dari bela negara adalah tekad, sikap, semangat, serta tindakan
warga negara dalam upaya menjaga, memelihara, serta mempertahankan
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Tekad upaya ini tidak hanya terbatas
dalam wujud perjuangan mengangkat senjata, melainkan mencakup semua wujud
gagasan, sikap, serta perbuatan pengabdian melalui bidang masing- masing dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dalam mencapai tujuan Nasional. PPBN
dilaksanakan melalui dua tahapan, yaitu melalui Pendidikan di sekolah dasar dan
menengah misalnya melalui Pendidikan kepramukaan dan melalui Pendidikan
tinggi dalam bentuk Pendidikan Kewarganegaraan.

2.2 KEWAJIBAN DAN HAK WARGA NEGARA

Kewajiban dan hak kerap kali dipertentangkan mana yang lebih dahulu, apakah kewajiban atau
hak dan sebaliknya. Dalam komitmen kita sebagai bangsa maka sudah jelas kita mempunyai
kewajiban-kewajiban. Kewajiban yang kita terima sebagai warga bangsa/negara diimbangi
dengan hak-hak yang diberikan oleh bangsa dan negara. Jadi, di sini kita melihat kewajiban yang
mengakibatkan adanya hak. Dalam kehidupan sehari-hari istilah hak dan kewajiban sudah
menjadi salah kaprah. Kesalahan ini hendaknya Anda dapat perbaiki. Masalah hak dan kewajiban
warga negara telah diatur walaupun secara umum di dalam UUD 1945 (konstitusi). Kewajiban dan
hak ini ada yang berdiri sendiri, seperti kewajiban membayar pajak; (Pasal 23) atau hak mendapat
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, Pasal 27 ayat (2), kemerdekaan
berkumpul dan berserikat, mengeluarkan pikiran secara lisan atau tulisan (Pasal 28),
kemerdekaan beragama (Pasal 29) dan mendapat pengajaran Pasal 31. Di antara substansi
kewajiban dan hak tersebut ada yang mencakup keduanya seperti berikut:
1. Kewajiban menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan dan hak untuk bersamaan
kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 UUD 1945).
2. Kewajiban dan hak untuk ikut serta dalam pembelaan negara (Pasal 30 UUD 1945).

Jika diperbandingkan pasal-pasal yang menyangkut hak dan kewajiban di dalam UUD 1945 maka
lebih banyak pasal-pasal yang menyangkut dengan hak daripada kewajiban kendatipun pasal
tentang kewajiban ini sedikit namun cakupannya cukup luas. Pembelaan negara ini dirumuskan
secara khas dalam satu kelompok kewajiban dan hak. Hal ini karena eksistensi (Ketahanan dan
kelangsungan hidup) Negara dan bangsa Indonesia tidak tergantung pada salah satu kelompok
warga negara/bangsa, tetapi merupakan tanggung jawab seluruh warga bangsa dan negara
Indonesia. Pemikiran ini pula akan menjiwai sistem pertahanan dan keamanan negara Indonesia,
serta upaya-upaya dalam pembekalan kepada setiap warga negara generasi penerus secara
berjenjang dan berkelanjutan melalui Pendidikan kesadaran berbangsa dan bernegara (PKBN),
Pendidikan pendahuluan bela negara (PPBN) yang dipaketkan dalam mata kuliah ( Pendidikan
Kewarganegaraan). Pembelaan negara atau singkatnya Bela Negara dimaksudkan tidak hanya
Anda memanggul senjata mempertahankan negara Indonesia dari niat atau kehendak agresor
asing, atau mengusir penjajah dari bumi Nusantara, tetapi mencakup membela kepentingan
bangsa dan negara di berbagai bidang kehidupan (geografi, sumber kekayaan alam, demografi
ideologi, politik ekonomi, sosial budaya dan Hankam) dalam upaya mencapai tujuan nasional
berdasarkan Pancasila, dan UUD 1945.

2.3 Upaya Bela Negara Mahasiswa


Dengan adanya sikap kritis dalam diri mahasiswa diharapkan akan
timbul sikap korektif terhadap kondisi yang sedang berjalan. Pemikiran prospektif
ke arah masa depan harus hinggap dalam pola pikir setiap mahasiswa. Sebaliknya,
pemikiran konservatif pro-status quo harus dihindari. Mahasiswa harus
menyadari, ada banyak hal di negara ini yang harus diluruskan dan diperbaiki.
Kepedulian terhadap negara dan komitmen terhadap nasib bangsa di masa depan
harus diinterpretasikan oleh mahasiswa ke dalam hal- hal yang positif. Tidak bisa
dimungkiri, mahasiswa sebagai social control terkadang juga kurang mengontrol
dirinya sendiri. Sehingga mahasiswa harus menghindari tindakan dan sikap yang
dapat merusak status yang disandangnya, termasuk sikap hedonis-materialis yang
banyak menghinggapi mahasiswa.
Karena itu, kepedulian dan nasionalisme terhadap bangsa dapat
pula ditunjukkan dengan keseriusan menimba ilmu di bangku kuliah. Mahasiswa
dapat mengasah keahlian dan spesialisasi pada bidang ilmu yang mereka pelajari
di perguruan tinggi, agar dapat meluruskan berbagai ketimpangan sosial ketika
terjun di masyarakat kelak. Peran dan fungsi mahasiswa dapat ditunjukkan secara
santun tanpa mengurangi esensi dan agenda yang diperjuangkan. Semangat
mengawal dan mengawasi jalannya reformasi, harus tetap tertanam dalam jiwa
setiap mahasiswa. Sikap kritis harus tetap ada dalam diri mahasiswa, sebagai agen
pengendali untuk mencegah berbagai penyelewengan yang terjadi terhadap
perubahan yang telah mereka perjuangkan. Dengan begitu, mahasiswa tetap
menebarkan bau harum keadilan sosial dan solidaritas kerakyatan. Peran
Lembaga Kemahasiswaan cukup signifikan, baik untuk lingkup nasional, regional
maupun internal kampus itu sendiri. Ke depan, peran strategis ini seharusnya juga
dimainkan oleh lembaga-lembaga formal kampus lainnya seperti pers mahasiswa,
atau kelompok studi profesi. Secara garis besar, menurut Sarlito Wirawan, ada
sedikitnya tiga tipologi atau karakteristik mahasiswa yaitu tipe pemimpin, aktivis,
dan mahasiswa biasa.
Pertama, tipologi mahasiswa pemimpin, adalah individu mahasiswa yang
mengaku pernah memprakarsai, mengorganisasikan, dan mempergerakan aksi
protes mahasiswa di perguruan tingginya. Mereka itu umumnya memersepsikan
mahasiswa sebagai kontrol sosial, moral force dan dirinya leader tomorrow.
Mereka cenderung untuk tidak lekas lulus, sebab perlu mencari pengalaman yang
cukup melalui kegiatan dan organisasi kemahasiswaan. Kedua, tipologi aktivis
ialah mahasiswa yang mengaku pernah aktif turut dalam gerakan atau aksi protes
mahasiswa di kampusnya beberapa kali (lebih dari satu kali). Mereka merasa
menyenangi kegiatan tersebut, untuk mencari pengalaman dan solider dengan
teman-temannya. Mahasiswa dari kelompok aktivis ini, juga cenderung tidak ingin
cepat lulus, namun tidak ingin terlalu lama. Mereka tidak terlalu memersepsikan
diri sebagai leader tomorrow namun pengalaman hidup perlu dicari di luar studi
formalnya. Sudah barang tentu jumlah mereka itu lebih banyak daripada
kelompok pemimpin. Ketiga, tipologi mahasiswa biasa adalah kelompok
mahasiswa di luar kelompok pemimpin dan aktivis yang jumlahnya paling besar
lebih dari 90%.
Sesungguhnya cenderung pada hura-hura yaitu kegiatan yang dapat
memberikan kepuasan pribadi, tidak memerlukan komitmen jangka panjang dan
dilakukan secara berkelompok atau bersama-sama. Mereka ingin segera lulus,
bahkan tidak sedikit mahasiswa yang tidak segan-segan dengan cara menerabas
(nyontek, membuat skripsi "Aspal" dan lain-lain) agar segera lulus. Apakah hal ini
merupakan indikator kurangnya dorongan prestatif di kalangan mahasiswa, masih
perlu diteliti. Fakta membuktikan, dinamika kehidupan bangsa dan mahasiswa
pada umumnya banyak dimotori oleh tipe pemimpin dan aktivis ini. Meskipun
secara kuantitas kecil tetapi mereka mampu menjadi pendorong dan agen utama
perubahan dan dinamika kehidupan kampus. Sebagian mereka karena telah
terlatih menjadi pemimpin dan aktivis, maka tidak sulit setelah selesai pada
akhirnya mereka juga menjadi pemimpin dan aktivis setelah terjun di masyarakat
dan pemerintahan. Urgensi bagi daerah
Dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas, para mahasiswa tetap saja
merupakan komunitas elite yang patut diperhitungkan dari dulu dan sampai kini
terlebih bagi suatu daerah. Di daerah, masih relatif sedikit anggota masyarakatnya
yang dapat menyekolahkan sampai tingkat perguruan tinggi. Oleh karena itu,
keberadaan mahasiswa bagi suatu daerah merupakan modal sosial yang luar
biasa, yang dapat dimanfaatkan dan diberdayakan bagi pembangunan suatu
daerah. Namun mahasiswa, dapat juga menjadi suatu "ancaman" bagi
pemerintahan suatu daerah karena dapat bersikap kritis dan mengambil peran
sebagai kekuatan kontrol. Demikian juga para mahasiswa harus mulai
berorientasi ke daerah bukan lagi ke pusat karena Pusat selain sudah overload
juga menjadi simbol ketimpangan pembangunan di Indonesia, sehingga
diperlukan desentralisasi dan orientasi baru dalam pembangunan daerah.
Organisasi kemahasiswaan Dinamika kehidupan mahasiswa tidak bisa dilepaskan
dari wadah atau organisasi yang menjadi instrumen bagaimana gagasan atau
program berusaha diwujudkan, baik organisasi intra maupun ekstra kampus.
Organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi merupakan wahana dan sarana
pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan
kecendikiawanan serta integritas kepribadian mahasiswa untuk mewujudkan
tujuan pendidikan tinggi. Mengingat mahasiswa merupakan bagian dari civitas
academica dan sebagai generasi muda dalam tahap pengembangan dewasa muda,
maka dalam penataan organisasinya disusun berdasarkan prinsip dari, oleh, dan
untuk mahasiswa dan merupakan subsistem dari perguruan tinggi yang
bersangkutan. Pengalaman selama ini menunjukkan, perguruan tinggi yang telah
berhasil membentuk organisasi kemahasiswaan sesuai prinsip-prinsip tersebut
cenderung akan diterima oleh para mahasiswa dan memperoleh partisipasi secara
optimal. Dengan demikian, dapat diharapkan bahwa kegiatan kemahasiswaan di
perguruan tinggi maupun antarkampus dapat berjalan dengan lancar.

2.4 Wujud Bela Negara Oleh Mahasiswa Dalam Situasi Yang Damai
Mahasiswa adalah sosok intelektual yang menduduki posisi dan peran
khusus dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Posisi dan peran khusus itu
selain dimungkinkan oleh kepemilikan pengetahuanyang luas juga oleh
kepemilikinan nilai-nilai dasar yang menjadi landasan jati diri intelektualnya.
Pengetahuan dan nilai-nilai dasar itu hendaknya menyata dalam setiap teladan
hidup dan perjuangan mahasiswa. seorang mahasiswa mestinya memiliki
pengetahuan yang luas untuk bisa mengkritisi pelbagai ketimpangan yang terjadi
dalam masyarakat. karena itu, minat baca yang tinggi dan kebiasaan untuk
melakukan refleksi kritis terhadap pelbagai fenomena yang muncul amatlah
dianjurkan dan mesti menjadi menu harian para mahasiswa.

Adalah sebuah ironi besar bahkan sebuah penyangkalan terhadap jati


dirinya sendiri apabila mahasiswa asing dari buku-buku yang memuat segudang
ilmu pengetahuan dan asing dari realitas masyarakat sekelilingnya. Mahasiswa
mestinya memiliki semangat untuk mencari dan memiliki ilmu pengetahuan.
Namun, akumulasi pengetahuan yang diperoleh dalam bangku kuliah itu pada
mestinya selalu diaplikasikan dalam setiap konteks persoalan masyarakat. Kiprah
seorang mahasiswa tidak hanya terbatas dalam tembok-tembok kampus atau
dalam bangku kuliah tetapi senantiasa digemakan keluar terutama dalam
menjawabi setiap persoalan yang terjadi dalammasyarakat. Mahasiswa mestinya
mampu menangkap pelbagai fenomena timpang yang terjadi disekitarnya, untuk
kemudian dikritisi dan dicari alternatif solusi atasnya.

Pemanfaatan inteligensi yang tinggi seperti yang telah mendasari


perjuangan mahasiswa era pra-kemerdekaan, mestinya juga mendasari
perjuangan mahasiswa saat ini. karena itu, kebiasaan-kebiasaan yang tidak
menunjukkan pemanfaatan inteligensi atau berada di luar ciri jati diri
intelektualitasnya mestinya ditinggalkan. Fenomena absurditas intelektual,
keterlibatan dalam praktik kekerasan dan pelanggaran ham, pesta pora dan
hedonisme, gaya hidup konsumtif, seks bebas,lemahnya minat membaca dan
berdiskusi, kurangnya minat belajar, serta rendahnya minat berorganisasi yang
sekarang ini menjadi ciri kehidupan para mahasiswa umumnya, mestinya
ditinggalkan jauh-jauh.
Selain pemanfaatan pengetahuan yang dimilikinya, mahasiswa juga
mestinya selalu berjuang menegakkan nilai-nilai universal kemanusiaan.
Mahasiswa pada hakikatnya memiliki kemampuan yang khas dan unik yang sulit
ditemukan pada anggota masyarakat kebanyakan. Kekhasan itu justru terletak
pada nilai-nilai dasar yang menjadi landasan jati diri intelektualitasnya, dan nilai-
nilai itu amat inheren dalam identitasnya sebagai seorang mahasiswa. Dunia
mahasiswa adalah dunia akademik yang di dalamnya terkandung nilai-nilai dasar
seperti kebijaksanaan, keadilan, kebenaran, dan objektivitas.

Yang diharapkan dari mahasiswa adalah upaya perealisasian nilai-nilai


dasar tersebut dalam setiap kiprahnya dalam lembaga pendidikan dan terutama di
tengah masyarakat. Perealisasian nilai-nilai dasar itu selain melalui sikap dan
teladan hidup hariannya, juga mesti direalisasikan dalam setiap upaya
memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan tersebut. Perjuangan mahasiswa, dalam
aksi demonstrasi misalnya, hendaknya bukan dilandasi oleh sikap primordial-
kedaerahan, atau demi keuntungan eksklusif orang atau kelompok tertentu,
melainkan demimenegakkan nilai-nilai universal kemanusiaan. hanya dengan ini
mahasiswa mampu menghidupkan kembali rasa persatuan dan kesatuan dalam
masyarakat. nilai-nilai universal kemanusiaan adalah nilai-nilai yang senantiasa
didambakan oleh setiap orang. Nilai-nilai itu dapat mempersatukan dan
membangun solidaritas semua orang.

Karena itu, memperjuangkan nilai-nilai seperti itu akan mendorong rasa


solidaritas dan persatuan dalam masyarakat. Mahasiswa dipanggil untuk
mewujudkan itu di tengah masyarakat.contohnya adalah pemanfaatan inteligensi
sebagai modal dasar. Kemerdekaan yang telah diraih bangsa indonesia pertama-
tama sebenarnya merupakan hasil pemanfaatan inteligensi, dan bukan
kemenangan senjata. Perjuangan merebut kemerdekaan melalui perang
fisik/senjata telah terbukti tidak membawa pembebasan bagi rakyat Indonesia.
Karena itu, mereka berusaha memikirkan alternatif lain agar bisa keluar dari
situasi penindasan pada masa itu. munculnya pelbagai organisasi pemuda—
termasuk kongres sumpah pemuda—merupakan hasil nyata pemanfaatan
inteligensi ini yang kemudian membawakan hasil yang memuaskan.
Mahasiswa adalah kaum intelektual muda, sebagai kaum intelektual,
mahasiswa selain bergulat dengan pelbagai ilmu pengetahuan, juga bergulat
dalam memperjuangkan nilai-nilai universal kemanusiaan seperti kebijaksanaan,
kebenaran, keadilan, dan objektivitas. Dalam setiap perjuangannya, mahasiswa
mesti selalu berpegang teguh pada nilai-nilai diatas. Melalui kemampuan intelek
yang dimilikinya mahasiswa mengakomodasi harapan dan idealis memasyarakat
yang kemudian terbentuk dalam ide-ide atau gagasannya. ide dan gagasan itu
merupakan kontribusi paling bermakna dalam cita-cita pembaruan dalam konteks
kebangsa.

Unsur Dasar Bela Negara

Didalam proses pembelaan bangsa ada beberapa hal yang menjadi unsur
penting, diantaranya ialah:

 Cinta Tanah Air


 Rela berkorban untuk bangsa & Negara
 Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara
 Kesadaran berbangsa dan bernegara
 Memiliki kemampuan awal bela Negara

Fungsi Dan Tujuan Bela Negara

Terdapat beragam Fungsi bela negara diantaranya ialah sebagai berikut:

 Menjaga keutuhan wilayah negara


 Mempertahankan negara dari berbagai ancaman
 Merupakan panggilan sejarah
 Merupakan kewajiban setiap warga negara
Terdapat beragam Tujuan bela negara, diantaranya ialah sebagai berikut:

 Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara


 Menjaga identitas dan integritas bangsa/negara
 Melaksanakan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945
 Melestarikan budaya
 Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara

Manfaat Bela Negara

Berikut ini berbagai manfaat yang bisa diperoleh dari bela negara yaitu:

 Membentuk perilaku jujur, adil, tegas, tepat dan kepedulian antar sesama
 Menghilangkan sikap negatif seperti tidak disiplin, egois, malas, boros dan apatis
 Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan
kegiatan
 Berbakti pada agama, orang tuas dan bangsa
 Membentuk Iman dan Taqwa pada Agama yang dianut oleh individu
 Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok
 Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan
kemampuan diri
 Membentuk mental dan fisik yang tangguh
 Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan
 Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas dan pengaturan kegiatan lain

Contoh Bela Negara Dalam Kehidupan Sehari-hari


Contoh beberapa bentuk bela negara dalam kehidupan sehari-hari di
zaman sekarang di berbagai lingkungan ialah sebagai berikut:

 Membayar pajak tepat pada waktunya “lingkungan negara”


 Mematuhi peraturan hukum yang berlaku “lingkungan negara”
 Menajaga keamanan kampung secara bersama-sama “lingkungan masyarakat”
 Melestarikan budaya yang ada “lingkungan masyarakat”
 Menciptakan suasana rukun, damai dan aman dalam masyarakat “lingkungan
masyarakat”
 Kesadaran untuk menaati tata tertib sekolah “lingkungan sekolah”
 Meningkatkan iman dan takwa dan iptek “lingkungan sekolah”
 Membentuk keluarga yang sadar hukum “lingkungan keluarga”
 Menciptakan suasana rukun, damai dan harmonis dalam keluarga “lingkungan
keluarga”

2.5 Undang Undang Upaya Bela Negara


Bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Republik
Indonesia. Bela negara,  biasanya selalu dikaitkan dengan militerisme, seolah-olah
kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara hanya terletak pada
Tentara Nasional Indonesia. Padahal berdasarkan Pasal 30 UUD 1945, bela negara
adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan Republik Indonesia
terhadap ancaman baik dari luar maupun dalam negeri.

Kesadaran bela negara merupakan satu hal yang esensial dan harus
dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia (WNI), sebagai wujud penunaian hak
dan kewajibannya dalam upaya bela negara. Kesadaran bela negara menjadi
modal dasar sekaligus kekuatan bangsa, dalam rangka menjaga keutuhan,
kedaulatan serta kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)


mengatur mengenai Upaya Bela Negara yaitu ketentuan Pasal 27 Ayat (3): “Setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara,” dan
Pasal 30 Ayat (1): “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.” Upaya bela negara harus dilakukan
dalam kerangka pembinaan kesadaran bela negara sebagai sebuah upaya untuk
mewujudkan WNI yang memahami dan menghayati serta yakin untuk
menunaikan hak dan kewajibannya.

Bangsa Indonesia ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia.
Peradaban demikian dapat dicapai apabila masyarakat dan bangsa kita juga
merupakan masyarakat dan bangsa yang baik (good society and nation), damai,
adil dan sejahtera, sebagaimana yang telah diwasiatkan oleh para pendiri bangsa
(founding fathers) dalam Pembukaan UUD 1945.

Di sisi lain, bahwa UUD 1945 memberikan landasan serta arah dalam
pengembangan sistem dan penyelenggaraan pertahanan negara. Substansi
pertahanan negara yang terdapat dalam UUD 1945 diantaranya adalah pandangan
bangsa Indonesia dalam melihat diri dan lingkungannya, tujuan negara, sistem
pertahanan negara, serta keterlibatan warga negara. Hal ini merefleksikan sikap
bangsa Indonesia yang menentang segala bentuk penjajahan, yang bertentangan
dengan nilai-nilai kemanusian, keadilan dan kesejahteraan.

BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan umum bagaimana
menjadikan warga negara yang baik yang mampu mendukung bangsa dan negara.
Baik dalam artian demokratis, yaitu warga negara yang cerdas, berkeadaban, dan
bertanggung jawab bagi kelangsungan Negara Indonesia. Nantinya diharapkan
mahasiswa memiliki kompetensi menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis berkeadaban, menjadi warga
negara yang memiliki daya saing, berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam
membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.

3.2 SARAN
Belum ada perundang-undangan yang mengatur mengenai Pendidikan
Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian
sesuai dengan profesi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No.3
Tahun 2002. Apabila nantinya telah keluar undang-undang mengenai Pendidikan
Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian
sesuai dengan profesi maka akan semakin jelas bentuk keikutsertaan warga
negara dalam upaya pembelaan negara.

DAFTAR PUSTAKA
MKDU 4111 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
https://www.slideshare.net/BangunSetiadi/eran-mahasiswa-dalam-membela-negara

https://www.kemhan.go.id/badiklat/2016/04/02/pentingnya-pendidikan-kesadaran-bela-negara-
bagi-seluruh-bangsa-indonesia-untuk-menangkal-ancaman.html

https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-bela-negara/

https://www.sumbarprov.go.id/home/news/16111-bela-negara-tanggung-jawab-seluruh-warga-
negara.html#:~:text=Undang%2DUndang%20Dasar%20Negara%20Republik,serta%20dalam
%20usaha%20pertahanan%20dan

Anda mungkin juga menyukai