Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

DISUSUN OLEH :

M.Wahid Icsannudin Chaniago Adlao


20186513021

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN NERS
PONTIANAK TAHUN 2021/2022
VISI DAN MISI
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN NERS
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI

"Menjadi Institusi Pendidikan Sarjana Terapan Keperawatan


Unggulan Kegawadaruratan yang Bermutu dan Mampu Bersaing
di Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI

1. Meningkatkan Program Pendidikan Tinggi Sarjana Terapan dan Ners


Keperawatan Unggulan Kegawadaruratan yang Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Tinggi Sarjana Terapan dan Ners
Keperawatan Unggulan Kegawadaruratan yang Berbasis Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat dibidang
Keperawatan Unggulan Kegawadaruratan yang Berbasis IPTEK dan
Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Sarajana Terapan dan Ners
Keperawatan Unggulan Kegawadaruratan yang Mandiri, Transparan
dan Akuntabel.
5. Mengembangkan Kerjasama Baik Lokal Maupun Regional.
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA
PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Telah mendapat persetujuan dari pembimbing akademik dan pembimbing


klinik pada :

Hari :

Tanggal :

Singkawang, 12 April 2021

Pembimbing Klinik (CI) Pembimbing Akademik

Dheki Andika, S. Tr. Kep Ns. Puspa Wardhani, M. Kep


NIP.197601312003121009 NIP. 197103061992032011

Koordinator Mata Kuliah

Ns. Mather Shodri, S. Kep, M. Sos


NIP.197610162006041002
KONSEP KEPERAWATAN JIWA
HARGA DIRI RENDAH

A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Menurut Keliat B.A harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan
harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan.
Perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Dapat disimpulkan harga diri rendah adalah kurangnya rasa percaya diri
sendiri seseorang yang dapat menyebabkan timbulnya perasaan negatif pada diri
sendiri, kemampuan diri dan orang lain sehingga menimbulkan kurangnya
komunikasi pada orang lain.

B. Etiologi
1. Rentang Respon Harga Diri Rendah

a. Respon adaptif terhadap konsep diri meliputi :


1) Aktualisasi diri
Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima individu dapat
mengapresiasikan kemampuan yang dimilikinya.
2) Konsep diri positif
Apabila individu mempunyai pengalaman positif dalam beraktualisasi
diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya
secara jujur dalam menilai suatu masalah individu berfikir secara
positif dan realistis.
b. Respon maladaptif dari konsep diri meliputi:
1) Harga diri rendah
Individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih
rendah dari orang lain.
2) Kekacauan identitas
Suatu kegagalan individu mengintegrasikan berbagai identifikasi masa
kanak-kanak kendala kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
3) Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.
2. Faktor Predisposisi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang.
Menurut Kemenkes RI (2012) faktor predisposisi ini dapat dibagi sebagai berikut:
a. Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyaakit atau trauma kepala.
b. Faktor psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan
harapan orang tua yang tidak realisitis, kegagalan berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis identitas, peran
yang terganggu, ideal diri yang tidak realisitis, dan pengaruh penilaian
internal individu.
c. Faktor sosial budaya
Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan
terhadap pasien yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi
rendah, riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak,
dan tingkat pendidikan rendah.
3. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan
bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas
yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat
terjadi secara situasional atau kronik. Secara situsional misalnya karena trauma
yang muncul tiba-tiba, sedangkan yang kronik biasanya dirasakan klien sebelum
sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan memingkat
saat dirawat (yosep, 2009) Menurut Kemenkes RI (2012) faktor presipitasi harga
diri rendah antara lain:
a. Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi.

C. Patofisiologi
Harga diri rendah terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari
lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan kecendrungan lingkungan
yang selalu memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri
rendah. Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya
individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak mampu atau merasa gagal menjalankan
fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan
menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika
lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan
terjadi secara terus menerus. akan mengakibatkan individu mengalami harga diri
rendah kronis.
D. Pathway

E. Manifesti Klinis
Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri
rendah :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimistis
d. Tidak menerima pujian
e. Penurunan produktivitas
f. Penolakan terhadap kemampuan diri
g. Kurang memperhatikan perawatan diri
h. Berpakaian tidak rapi
i. selera makan kurang
j. Tidak berani menatap lawan bicara
k. Lebih banyak menunduk
l. Bicara lambat dengan nada suara lemah
F. Komplikasi
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial:menarik diri, isolasi
sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah
laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial
(DepKes RI, 1998, dalam Wijayaningsih,2015:52). Isolasi sosial menarik diri
sering ditunjukan denganperilaku antara lain:
1. Data Subjektif
a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan ataupun pembicaraan.
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain.
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan olehorang lain.
2. Data Objektif:
a. Kurang spontan dalam diajak bicara.
b. Apatis.
c. Ekspresi wajah kosong.
d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal.
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara

G. Pemeriksaan Diagnostik
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah
kronis adalah :
a. Sistem limbik yaitu pusat emosi dilihat dari emosi pada klien dengan harga
diri rendah yang Elektroencephalogram (EEGg) kadang berubah seperti
sedih dan merasa tidak berguna atau gagal terus menerus. Adapun jenis
alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang dapat digunakan yaitu:
1) Elektroencephalogram (EEG) suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak.
2) CT Scan untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi.
3) Single Photon Emision Tomography (SPECT) melihat wilayah otak
dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan menggambarkan
perubahan aliran darah yang terjadi.
4) Magnetic Resonance Imaging (MRI) suatu teknik radiologi dengan
menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer untuk
mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi
perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau otak.

H. Penatalaksanaan
Menurut NANDA terapi yang dapat diberikan pada penderita Harga Diri
Rendah yaitu :
1. Psikoterapi
Terapi ini digunakan untuk mendorong klien bersosialisasi lagi dengan orang
lain. Tujuannya agar klien tidak menyendiri lagi karena jika klien menarik diri,
klien dapat membentuk kebiasaan yang buruk lagi.
2. Therapy aktivitas kelompok
Terapi aktivitas kelompok sangat relevan untuk dilakukan pada klien harga diri
rendah. Terapi aktivitas kelompok ini dilakukan dengan menggunakan stimulasi
atau diskusi untuk mengetahui pengalaman atau perasaan yang dirasakan saat ini
dan untuk membentuk kesepakatan persepsi atau penyelesaian masalah.
KONSEP DAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
HARGA DIRI RENDAH

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, status marital, suku/bangsa, alamat, nomor rekam medis, ruang rawat,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, dan identitas
penanggung jawab.
2. Keluhan utama/alasan masuk
Biasanya pasien datang ke rumah sakit jiwa atau puskesmas dengan alasan
masuk pasien sering menyendiri, tidak berani menatap lawan bicara, sering
menunduk dan nada suara rendah.
3. Suku Bangsa
Membahas tentang suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa tersebut kaitannya dengan kesehatan.
4. Agama
Menjelaskan tentang agama yang dianut oleh pasien yang dapat memengaruhi
kesehatan.
5. Status Sosial dan Ekonomi
6. Riwayat keluarga
7. Data Lingkungan
meningkatkan status kesehatannya
8. Faktor predisposisi
9. Faktor presipitasi
10. Pengkajian fisik
Tanda tanda vital :
Biasanya tekanan darah dan nadi pasien dengan harga diri rendah meningkat.
11. Pengkajian psikososial
12. Genogram
Biasanya menggambarkan garis keturunan keluarga pasien, apakah ada
keluarga pasien yang mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami pasien.
13. Konsep diri
a. Gambaran diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah akan mengatakan tidak ada keluhan
apapun
b. Identitas diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah merasa tidak berdaya dan rendah diri
sehingga tidak mempunyai status yang di banggakan atau diharapkan di keluarga
maupun di masyarakat.
c. Peran
Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas, ketegangan peran dan
merasa tidak mampu dalam melaksanakan tugas.
d. Ideal Diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah ingin diperlakukan dengan baik oleh
keluarga maupun masyarakat, sehingga pasien merasa dapat menjalankan
perannya di keluarga maupun di masyarakat.
e. Harga diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah kronis selalu mengungkapkan hal
negatif tentang dirinya dan orang lain, perasaan tidak mampu, pandangan hidup
yang pesimis serta penolakan terhadap kemampuan diri. Hal ini menyebabkan
pasien dengan harga diri rendah memiliki hubungan yang kurang baik dengan
orang lain sehingga pasien merasa dikucilkan di lingkungan sekitarnya.
14. Hubungan sosial
15. Spiritual
16. Status mental
a. Penampilan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah penampilannya tidak rapi, tidak
sesuai karena klien kurang minta untuk melakukan perawatan diri.
Kemuduran dalam tingkat kebersihan dan kerapian dapat merupakan tanda
adanya depresi atau skizoprenia.
b. Pembicaraan
Biasanya pasien berbicara dengan frekuensi lambat, tertahan,volume suara
rendah, sedikit bicara, inkoheren, dan bloking.
c. Aktivitas motorik
Biasanya aktivitas motorik pasien tegang, lambat, gelisah, dan terjadi
penurunan aktivitas interaksi.
d. Alam perasaan
Pasien biasanya merasa tidak mampu dan pandangan hidup yang pesimis.
e. Afek
Afek pasien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon bila ada
stimulus emosi yang bereaksi.
f. Interakasi selama wawancara
Biasanya pasien dengan harga diri rendah kurang kooperatif dan mudah
tersinggung.
g. Persepsi
Biasanya pasien mengalami halusinasi dengar/lihat yang mengancam atau
memberi perintah.
h. Proses pikir
Biasanya pasien dengan harga diri rendah terjadi pengulangan
pembicaraan (perseverasi) disebabkan karena pasien kurang kooperatif dan
bicara lambat sehingga sulit dipahami.
i. Isi pikir
Biasanya pasien merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak
diri sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri.
j. Tingkat kesadaran
Biasanya tingkat kesadaran pasien stupor (gangguan motorikseperti
ketakutan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh kliendalam sikap
canggung yang dipertahankan dalam waktu lama tetapi klien menyadari
semua yang terjadi di lingkungannya).
k. Memori
Biasanya pasien dengan harga diri rendah umumnya tidak terdapat
gangguan pada memorinya, baik memori jangka pendek ataupun memori
jangka panjang.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Biasanya tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih ataut idak
mampu mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama,karena merasa
cemas. Dan biasanya tidak mengalami gangguan dalam berhitung.
m. Kemampuan menilai
Biasanya gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil
keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain, contohnya:berikan
kesempatan pada pasien untuk memilih mandi dahulu sebelum makan atau
makan dahulu sebelum mandi, setelahkeputusan) jelaskan sesuai data yang
terkait. Masalah keperawatansesuai dengan data.
n. Daya tilik diri
Biasanya pasien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisikdan
emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu meminta pertolongan/pasien
menyangkal keadaan penyakitnya, pasien tidakmau bercerita penyakitnya.
17. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Biasanya pasien makan 3 kali sehari dengan lauk pauk dan sayuran.
b. Buang air besar dan buang air kecil
Biasanya pasien BAB dan Bak secara mandiri dengan menggunakan toilet.
Klien jarang membersihkannya kembali
c. Mandi
Biasanya pasien mandi 2 kali sehari, memakai sabun, menyikat gigi dan
pasien selalu mencuci rambutnya setiap 2 hari 1 kali. Klien menggunting
kuku setiap kuku pasien dirasakan panjang.
d. Berpakaian
Biasanya pasien dapat mengenakan pakaian yang telah disediakan, klien
mengambil, memilih dan mengenakan secara mandiri.
e. Istirahat dan tidur
Biasanya pasien tidur siang setelah makan siang lebih kurang 2 jam, dan
pada malam hari pasien tidur lebih kurang 7-8 jam.Terkadang pasien
terbangun dimalam hari karena halusinasinya muncul.
f. Penggunaan obat
Biasanya pasien minum obat 3 kali dalam sehari, cara pasien meminum
obatnya dimasukkan kemudian pasien meminum air.Biasanya pasien
belum paham prinsip 5 benar dalam meminumobat.
g. Pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien akan melanjutkan obat untuk terapi dengandukungan dari
keluarga serta petugas kesehatan dan orang disekitarnya.
h. Aktivitas di dalam rumah
Biasanya pasien jarang membantu di rumah, pasien jarang menyiapkan
makanan sendiri dan membantu membersihkan
i. Aktivitas di luar rumah
Biasanya pasien jarang bersosialisasi dengan keluarga maupundengan
lingkungannya.
j. Mekanisme koping
Pasien dengan harga diri rendah biasanya menggunakan mekanisme
koping maladaptif yaitu dengan minum alkohol, reaksi lambat,
menghindar dan mencederai diri.
k. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mempunyai masalah dengan dukungan dari keluarganya.
Pasien merasa kurang mendapat perhatian dari keluarga. Pasien juga
merasa tidak diterima di lingkungan karena penilaian negatif dari diri
sendiri dan orang lain.
l. Kurang pengetahuan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah tidak mengetahui penyakit jiwa
yang ia alami dan penatalaksanaan program pengobatan.
m. Aspek medik
B. Diagnosa Keperawatan
Yosep (2014) menjelaskan terdapat beberapa masalah keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien dengan harga diri rendah diantaranya adalah:
a. Harga diri rendah kronik
b. Koping Individu tidak efektif
c. Isolasi sosial
d. Defisit Perawatan Diri

C. Intervensi dan Rasional Keperawatan


a. Membina hubungan saling percaya dengan cara
1) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
R/ Menghargai pasien
2) Perkenalkan diri dengan pasien
R/ membangun rasa percaya pasien
3) Tanyakan perasaan dan keluhan saat ini
R/ Mengetahui kondisi pasien
4) Buat kontrak asuhan
R/ menetukan waktu tindakan
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
R/ membuat pasien merasa percaya diri saat bercerita
6) Tunjukkan sikap empati terhadap klien
R/ Merasa peduli pada pasien
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
R/ memenuhi kebutuhan kebutuhan utama pasien
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien
1) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien
(buat daftar kegiatan)
R/ Menyusun daftar kegiatan yang akan dilakukan
2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian yang
negatif setiap kali bertemu dengan pasien.
R/ Memberi motivasi pada pasien
3) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
R/ Menilai kegiatan yang telah dilakukan
4) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
R/ Melakukan kegiatan yang diinginkan pasien
5) Bantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
R/ Memberi kekuatan dan motivasi pada pasien
c. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan
kegiatan yang dilakukan
1) Diskusikan kegiatan yang dipilih untuk dilatih saat pertemuan.
R/ Memilih kegiatan yang ingin dilakukan pasien
2) Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia tetapkan.
R/ Memilih alasan yang tepat dilakukan untuk melakukan kegiatan
3) Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
R/ Membantu pasien melakukan kegiatan
4) Latih kegiatan yang dipilih (alat atau cara melakukannnya).
R/ Melatih kegiatan yang dipilih pasien
5) Bantu pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua
kali perhari.
R/ Menentukan jadwal yang tepat
6) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
R/ Memberi pujian agar pasien semangat melakukan kegiatan.

D. Evaluasi Keperawatan
Menurut Kemenkes RI (2012) evaluasi kemampuan pasien dalam merawat
harga diri rendah adalah :
Evaluasi kemampuan pasien harga diri rendah berhasil apabila pasien dapat:
a. Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan
c. Melatih kemampuan yag dapat dikerjakan
d. Membuat jadwal kegiatan harian
e. Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian
f. Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi harga diri

E. Strategi Pelaksanaan SP Harga Diri Rendah


1. SP I
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek psoitif yang dimiliki pasien
b. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
c. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
d. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
e. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
f. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
2. SP II
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih kemampuan kedua
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

Hani Tuasikal, Moomina Siauta, Selpina Embuai, 2019, “Upaya Peningkatan


Harga Diri Rendah Dengan Terapi Aktivitas Kelompok (StimulasiPersepsi) di
Ruang Sub Akut Laki RSKD Provinsi Maluku”, Akademi Keperawatan
Rumkit Tk III dr. J. A. Latumeten, Fakultas Kesehatan Universitas Kristen
Indonesia Maluku, Window of Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 2 No. 4
(Oktober, 2019) : 345-351E-ISSN 2614-5375. Diakses pada tanggal 06 April
2021.
(http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/woh2405).
Huda. A.N, Kusuma. H, 2016, “Asuhan Keperawatan Praktis (Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC, Dalam Berbagai Kasus”),
MediAction Publisher, Yogyakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016, “Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia”,
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta
Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018, “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”,
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta
Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019, “Standar Luaran Keperawatan Indonesia”,
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta
Selatan.

Anda mungkin juga menyukai