Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

DISUSUN OLEH:

M. WAHID ICSANNUDIN CHANIAGO ADLAO


20186513021

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN NERS PONTIANAK

TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


DEFISIT PERAWATAN DIRI

Telah mendapat persetujuan dari pembimbing klinik dan pembimbing akademik:

Telah disetujui pada,

Hari :

Tanggal :

Menyetujui,

Clinical Instructure Dosen Pembimbing

Koordinator Mata Kuliah

Ns. Mather, S.Kep,. M.Sos


NIP.197610162006041002
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian

Perawatan Diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam


memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. (Depkes, 2000
dalam Wibowo, 2009). Defisit Perawatan Diri adalah suatu kondisi pada
seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau
melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi
(hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toiletting).
Poter, Perry (2005), dalam Anonim (2009), mengemukakan bahwa
Personal Hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Wahit Iqbal
Mubarak (2007), juga mengemukakan bahwa hygiene personal atau
kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan
kesehatan dirinya untuk memperolah kesejahteraan fisik dan psikologis.
Seseorang yang tidak dapat melakukan perawatan diri dinyatakan
mengalami defisit perawatan diri. Nurjannah (2004), dalam Wibowo
(2009), mengemukakan bahwa Defisit Perawatan Diri adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias,
makan, toileting).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), dalam Anonim (2009),
Kurang Perawatan Diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik seringkali tidak
memperdulikan perawatan diri. Hal ini menyebabkan pasien dikucilkan
dalam keluarga dan masyarakat (Keliat, 2009).
Klien dengan gangguan jiwa hampir semuanya mengalami defisit
perawatan diri. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan dan
ketidakberdayaan yang berhubungan dengan keadaannya sehingga
terjadilah defisit perawatan diri (Muslim, 2010).
B. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurangnya


perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut
Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri, adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.

C. Rentang Respon

Respon Adaptif ResponMaladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan diri Tidak melakukan


diri seimbang tidak seimbang perawatan diri
D. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri

Menurut Nanda (2012), jenis perawatan diri terdiri dari:


1. Defisit perawatan diri: mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi
beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri: berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri: makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
makan secara mandiri
4. Defisit perawatan diri: eliminasi/toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.

E. Manifestasi Klinis

 Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran
air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh
serta masuk dan keluar kamar mandi.
 Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskan, mengambil pakaian dan menggunakan sepatu.
 Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka
kontainer, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan
dari wadah lalu memasukkan makanan ke dalam mulut, melengkapi
makanan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat,
mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan
aman.
 BAB/BAK (toiletting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toiletting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Keterbatasan perawatan diri di atas biasanya diakibatkan karena
stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa
mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus
atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian,
berhias, makan, maupun BAB/BAK. Bila tidak dilakukan intervensi
oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko
tinggi isolasi sosial.
Menurut Depkes (2000), dalam Anonim (2009), tanda dan gejala klien
dengan defisit perawatan diri yaitu:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologi
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
e. Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di
sembarang tempat
f. Gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri

F. Pohon Masalah

Resiko Tinggi Isolasi Sosial Effect

Defisit Perawatan Diri Core Problem

Harga Diri Rendah Causa

Pohon Masalah defisit perawatan diri (Fitria, 2009).

G. Komplikasi

Dampak dari defisit perawatan diri secara fisik yaitu: gangguan


integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, resiko infeksi pada
mata dan telingga, serta gangguan fisik pada kuku, selain itu juga
berdampak pada masalah psikososial seperti gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan mencintai dan dicintai, dan lain-lain.

H. Mekanisme Koping

Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam


menanggapi stressor meliputi status sosialekonomi, keluarga, jaringan
interpersonal, organisasi yang dinaungi oleh lingkungan sosial yang lebih
luas, juga menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress
interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan (Stuart and Sundeen,
1998 dalam Lili Kadir, 2018).
I. Konsep Teori Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang


perawatan diri makatanda dan gejala dapat diperoleh melalui
observasi pada pasien yaitu:
• Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi
kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
• Ketidakmampuan berdandan/berhias, ditandai dengan rambut
acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai,
pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak
berdandan (Purba, 2012).
Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Defisit Perawatan Diri Subjektif:
 Klien mengatakan dirinya malas mandi
karena airnya dingin atau di RS tidak
tersedia alat mandi.
 Klien mengatakan dirinya malas
berdandan.
 Klien mengatakan ingin disuapin
makan.
 Klien mengatakan jarang
membersihkan alat kelaminnya setelah
BAB/BAK.

Objektif:
 Ketidakmampuan
mandi/membersihkan diri ditandai
dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki, dan berbau, serta kuku
panjang dan kotor.
 Ketidakmampuan berpakaian/berhias
ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian
tidak sesual, tidak bercukur (laki-laki),
atau tidak berdandan (wanita).
 Ketidakmampuan makan secara
mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan
sendiri/ makan berceceran, dan makan
tidak pada tempatnya.
 Ketidakmampuan BAB/BAK secara
mandiri ditandai dengan BAB/BAK
tidak pada tempatnya, tidak
membersihkan diri dengan baik setelah
BAB/BAK.

2. Diagnosis Keperawatan

Defisit perawatan diri


3. Rencana Tindakan dan Rasional Keperawatan

a. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia


Rasional: Mengetahui kebiasaan perawatan diri yang dilakukan
oleh klien.
b. Monitor tingkat kemandirian
Rasional: Mengetahui kemampuan atau kemandirian pada klien
untuk melakukan perawatan diri
c. Sediakan lingkungan yang terapeutik
Rasional: klien bisa merasa nyaman dan bisa melakukannya
dengan baik.
d. Bina hubungan saling percaya dengan klien
Rasional: Memudahkan perawat dalam melaksanakan tugas
perawatan diri.
e. Fasilitasi klien untuk mandi secara mandiri
Rasional: Meningkatkan kemampuan pasien dalam personal
hygiene.
f. Bantu klien dalam kebersihan badan, mulut, dan kuku
Rasional: Agar pasien tampak rapi dan nyaman dengan dirinya
g. Sediakan artikel
Pribadi yang diinginkan (misalnya deodorant, sikat gigi, sabun
mandi, shampoo, handuk dan artikel lainnya yang dibutuhkan)
Rasional: Agar klien bisa merawat dirinya dengan baik.
h. Sediakan pakaian pasien pada tempat yang mudah dijangkau
Rasional: Memudahkan pasien untuk menjangkau pakaian.
i. Fasilitasi pasien untuk menyisir rambut
Rasional: Menjaga kerapian pasien.
j. Dukung kemandirian dalam berpakaian dan berhias
Rasional: Meningkatkan motivasi bagi pasien dalam berpakaian
dan berhias.
4. Evaluasi

Evaluasi keperawatan dari implementasi yang dilakukan pada


pasien dengan masalah defisit perawatan diri: Mandi dan berdandan
dapat teratasi, didapatkan data subyektif: Klien mengatakan mau
mandi, ganti pakaian, gosok gigi, dan keramas, klien mengatakan
setelah mandi badan lebih segar dan bersih. Data obyektif: Klien
sudah mengganti pakaiannya, gigi klien bersih, klien terlihat rapi.
Analisa: Klien mengerti pentingnya kebersihan diri, klien mengetahui
cara melakukan perawatan diri, klien dapat melaksanakan perawatan
diri secara mandiri. Rencana tindak lanjut perawat: Pertahankan klien
untuk terus mandi dua kali sehari dan bantu memasukkan kegiatan
kedalam jadwal kegiatan harian klien.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa.


Bandung: Refika Aditama.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.
Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier.
Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai